Anda di halaman 1dari 14

DIARE

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 1

Dosen Pengampu Ibu Vita Lucya,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Aisyah Prasetyo 217051
2. Dea Amelia Meylani 217055
3. Desi Rahmawati S 217057
4. Ega Rachma Wati 217060
5. Gilang Ramadhani 217063
6. Liedya Fitriani 217068
7. Lilis Rahman Ninda Y 217069
8. Nungky Kusdiana D 217076
9. Rianti Agustina 217080
10. Vini Novianti 217089
11. Wisnu Ramadita 217090

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

PRODI S1 KEPERAWATAN

BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dengan tujuan
untuk memberikan motivasi bagi setiap individu yang membacanya sesuai dengan materi
yang kami sampaikan di dalam makalah ini.

Kami ucapkan kepada terima kasih kepada rekan-rekan yang telah bersedia membantu
dalam pembuatan makalah ini dan kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah
memberi kami bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pengejaan kata ataupun kalimat yang tidak
berkenan di hati bagi para pembaca maupun pihak lainnya, karena sesungguhnya
kesempurnaan itu hanyalah dimiliki oleh Allah SWT.

Bandung, 09 Maret 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................i

Daftar Isi.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................

2.1 Definisi Diare...........................................................................................................


2.2 Etiologi Diare...........................................................................................................
2.3 Cara Penularan Dan Faktor Resiko Diare................................................................
2.4 Klasifikasi Diare......................................................................................................
2.5 Patofisiologi Diare...................................................................................................
2.6 Gambaran Klinis Diare............................................................................................
2.7 Cara Penanganan Diare............................................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak
mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter Sumeria
pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare
atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah utama negara
perkembang termasuk Indonesia (Goodman dan Gilman, 2003).
Dua penyakit yang menonjol sebagai penyebab utama kematian pada anak
kelompok umur 1 sampai 4 tahun adalah diare dan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, yaitu campak, batuk rejan dan tetanus (Anggarini, 2004).
Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan tau
tanpa darah pada tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak pada orang
yang sebelunya sehat dan berlangsung kurang dari 2 minggu (Noerasid dkk., 1988)
Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di antara 1000
penduduk setiap tahunnya.
Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta
kejadian setiap tahunnya, dengan sebagian besar (70% - 80%) penderita ini adalah
anak dibawah umur lima tahun, yang disebabkan karena dehidrasi. Hal inilah yang
menyebabkan sejumlah 350.000 - 500.000 anak di bawah umur 5 tahun meninggal
setiap tahunnya (Noerasid dkk., 1988) Diare sebenarnya bukan merupakan hal asing
bagi masyarakat, karena sebagian besar dari anggota masyarakat pernah menderita
penyakit ini.
Namun, angka kematian yang tinggi akibat diare terutama pada bayi dan anak-
anak yaitu sebesar 23,2% di wilayah Surabaya (Zeinb , 2004). Pada banyak pasien,
onset diare terjadi secara tiba-tiba tetapi tidak terlalu parah dan dapat sembuh sendiri
tanpa memerlukan pengobatan. Pada kasus yang parah, resiko terbesar adalah
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit terutama pada bayi, anak-anak dan manula

3
yang lemah. Oleh karena itu, terapi rehidrasi oral merupakan kunci utama penanganan
untuk pasien sakit diare akut (Zeina , 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diare?
2. Bagaimana etilogi Diare?
3. Bagaimana cara penularan Diare?
4. Apa saja klasifikasi Diare?
5. Bagaimana patofisiologi Diare?
6. Bagaimana gambaran klinis Diare?
7. Bagaimana penanganan Diare?
8. Apa kebijakan terkait dari penanganan Diare?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi Diare
2. Menjelaskan etiologi Diare
3. Menjelaskan cara penularan Diare
4. Menyebutkan klasifikasi Diare
5. Menjelaskan patofisiologi Diare
6. Menjelaskan gambaran klinis Diare
7. Menjelaskan penanganan Diare
8. Menjelaskan kebijakan terkait dari penanganan Diare

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diare

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih
cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan
anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses
selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses lebih berair dari
biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar berair tapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009).

2.2 Etiologi Diare


Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare
akut dibagi atas empat penyebab:
1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,
Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,
Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Nelson, 2000).
2.3 Cara Penularan Dan Faktor Resiko Diare
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko
terjadinya diare adalah :
1. Faktor perilaku
2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

5
a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan
Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap
kuman.
b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi
ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB
anak.
d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis

Faktor lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci
Kakus (MCK).
b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat
meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama anak
gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak, selain faktor
penderita peranan orang tua dalam pencegahan dan perawatan anak dengan diare sangatlah
penting. Faktor yang mempengaruhinya yaitu umur ibu, tingkat pendidikan, dan pengetahuan
ibu mengenai hidup sehat dan pencegahan terhadap penyakit.

2.4 Klasifikasi Diare


Terdapat beberapa pembagian diare:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut (Suraatmaja, 2007).
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotik (osmotic diarrhea)(Suraatmaja, 2007)
2.5 Patofisiologi Diare
Menurut Ngastiyah (2005), faktor yang menyebabkan penyakit diare dibagi
menjadi 3 meliputi :

6
1. Infeksi Bakteri yang berkembang di saluran pencernaan
mengakibatkan terjadinya peradangan sehingga meningkatkan sekresi
air dan elektrolit, dapat terjadi meningkatnya suhu tubuh karena daya
tahan tubuh menurun, isi usus yang berlebihan, dan penyerapan
makanan juga ikut menurun, sehingga mengakibatkan terjadinya diare.
2. Stress Stress memberikan impuls-impuls ke usus untuk meningkatkan
gerakan peristaltik. Keadaan ini juga bisa mengakibatkan diare. Stress
juga meningkatkan rasa cemas dan takut yang dapat mengakibatkan
psikologi menurun.
3. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus, sehingga terjadi
diare.
2.6 Gambaran Klinis Diare
Menurut Suratun & Lusianah (2010), gambaran klinis diare yaitu sebagai
berikut:
1. Muntah/muntah dan/atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kram perut.
3. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake lebih kecil dari outputnya.
Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun,dan
suara serak.
4. Frekuensi nafas lebih cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).
Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat
terjadi penurunan pH darah. pH darah yang menurun ini merangsang
pusat pernafasan agar bekerja lebih cepat dengan meningkatkan
pernafasan dengan tujuan mengeluarkan asam karbonat, sehingga pH
darah kembali normal. Asidosis metabolic yang tidak terkompensasi
ditandai oleh basa excess negative, bikarbonat standard rendah dan
PaCO2normal.

7
5. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis
tubulus ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien beresiko
menderita gagal ginjal akut.
6. Demam Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare
mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam dapat terjadi
karena dehidrasi, demam yang timbul akibat dehidrasi pada umumnya
tidak tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang
cukup. Demam yang tinggi mungkin mungkin diikuti kejang demam.

2.7 Cara Penanganan Diare


LINTAS Diare ( Lima Langkah Tuntaskan Diare )
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang.
Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan
osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di
bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :


a) Diare tanpa dehidrasi Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda
di bawah ini atau lebih :
 Keadaan Umum : baik
 Mata : Normal
 Rasa haus : Normal, minum biasa
 Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

8
b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang Diare dengan dehidrasi
Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
 Keadaan Umum : Gelisah, rewel
 Mata : Cekung
 Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
 Turgor kulit : Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c) Diare dehidrasi berat Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di


bawah ini atau lebih:
 Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
 Mata : Cekung
 Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
 Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.

2. Berikan obat Zinc


Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase),
dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus
yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.(Black, 2003).

Dosis pemberian Zinc pada balita:

 Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari


 Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.

9
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau
ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.

3. Pemberian ASI / Makanan :


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di
beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya
kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera. Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan
pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti
muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak
mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal.
Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit
(amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasehat tentang :
1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit

10
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari.

2.8 Kebijakan Terkait Penanganan diare


Kebijakan pengendalian penyakit diare di Indonesia bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas
program dan lintas sektor terkait. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare adalah sebagai
berikut :
a. Melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar, baik di
sarana kesehatan maupun di rumah tangga
b. Melaksanakan surveilans epidemiologi & Penanggulan Kejadian Luar
Biasa
c. Mengembangkan Pedoman Pengendalian Penyakit Diare
d. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam
pengelolaan program yang meliputi aspek manejerial dan teknis medis.
e. Mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program
f. Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit
diare.Melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan selanjutnya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum berdasarkan beberapa definisi diare dapat disebutkan
bahwa diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang sering
melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek sampai cair
dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x
atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai Muntah, Badan lesu atau lemah,
Panas, Tidak nafsu makan, Darah dan lendir dalam kotoran
Faktor yang mempengaruhi Diare:
1) Keadaan lingkungan
2) Perilaku masyarakat
3) Pelayanan masyarakat
4) Gizi
5) Kependudukan
6) Pendidikan
7) Keadaan social ekonomi

Diare dapat ditanggulangi dengan penanganan yang tepat sehingga tidak


sampai menimbulkan kematian terutama pada balita.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/374/9/KTI.pdf (Diakses 25 Maret 2020)

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1277/1/FITRI%20HILYA%
20MILLATINA-FKIK.PDF ( Diakses 25 Maret 2020)

https://www.slideshare.net/SuryaAmal/buku-saku-lintas-diare-edisi2011 (Diakses 25
Maret 2020)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan.


Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Subdit Pengendalian dan Infeksi Saluran Pencernaan. Pengendalian Diare di


Indonesia : Kemenkes RI

13

Anda mungkin juga menyukai