Anda di halaman 1dari 10

Nama NIM Kela Tgl.

dan Tanda
s Tangan
Luh Maeri Arjani 1923071026 A 20 September 2019

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN IPA


Masalah Identifikasi minimal lima masalah pendidikan di tingkat nasional, setiap
pendidikan masalah yang diidentifikasi didukung oleh minimal lima referensi yang
IPA di tingkat terdiri atas tiga artikel jurnal nasional dan dua artikel jurnal
nasional internasional
1. Kesulitan guru SMP dalam pengelolaan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, guru masih
mengalami kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013, hal tersebut
disebabkan oleh terbatasnya pelatihan yang diberikan kepada guru
(Bua, Lumbantobing, & Manurung, 2015). Selain itu kesulitan juga
disebabkan oleh buku guru tidak membantu guru untuk menjelaskan
topik pembelajaran, durasi pelatihan singkat dan materi pelatihan
yang diberikan tidak tepat sesuai yang dibutuhkan guru namun
banyak tentang teori kurikulum (Subagio dan Safrudiannur, 2014).
Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan pembelajaran, kesulitan
berkaitan dengan perangkat pembelajaran, dan kesulitan
mengaktifkan siswa serta sistem penilaian yang rumit dan perlu
waktu yang lama untuk menyusun laporan (Retnawati, 2015).
Pembuatan perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru masih
belum optimal, penyusunan perangkat pembelajaranya khususnya
pada RPP, terdapat beberapa guru yang mengalami kesulitan dalam
menyusunannya. Neolaka, dkk. (2016) menyatakan guru masih
mengalami kesulitan dalam membuat perangkat pembelajaran
khususnya pada RPP. Berdasarkan hasil penelitian ( Aisyi & Asep,
2018) guru masih belum menggunakan prinsip khusus dalam
pelaksanaan pembelajaran, guru mata pelajaran belum
menyesesuaikan baik dari segi kegiatan pembelajaran maupun
keterlibatan siswa berkebutuhan khusus dengan kemampuannya
selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Sumber :
Bua, I.M.T., Lumbantobing, H., & Manurung, M. 2015. Persepsi
guru matematika SMP/MTs tentang Kurikulum 2013 di
Kabupaten Keerom Tahun 2015. Jurnal Ilmiah Matematika
dan Pembelajaran. 2(1). ISSN: 2580-3247.

Hurun, Aisyi., dan Asep. 2018. Pelaksanaan Pembelajaran oleh Guru


Mata Pelajaran dalam Setting Inklusif di SMP Pembangunan
Laboratorium UNP. Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan
Khusus. 1(1) . 281-288. ISSN: 2622-5077.

Neolaka, dkk. 2016. Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1


Kupang Tengah Kabupaten Kupang Tahun Ajaran 2013/2014.
Jurnal Pendidikan.1(10).

Retnawati, Heri. 2015. Hambatan Guru Matematika Sekolah


Menengah Pertama dalam Menerapkan Kurikulum Baru.
Jurnal.

Subagiyo, L., & Safrudiannur, S. 2014. Implimentasi Kurikulum


2013 pada Jenjang SD, SMP, SMA dan SMK di Kalimantan
Timur Tahun 2013/2014. Pancaran Pendidikan. 3(4): 131-144.

2. Kesulitan Guru IPA SMP/MTs Mengajarkan IPA Terpadu.


Pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 dilakukan dengan integrated
science dengan mengintegrasikan ranah sikap, pengetahuan IPA dan
keterampilan, namun belum semua guru mempunyai kemampuan
dalam mengintegrasikan IPA terpadu, terdapat banyak guru yang
memiliki latarbelakang pendidikan Fisika, Kimia, dan Biologi
sehingga saat ini diperlukan guru yang berlatarbelakang pendidikan
sarjana IPA (Septiana, 2018). Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA
terpadu guru masih mengalami kesulitan, guru mengalami kesulitan
dalam penguasaan materi biologi, fisika dan kimia secara sekaligus
dikarenakan ada guru yang kualifikasi pendidikan yang tidak sesuai
yaitu dari pendidikan Fisika atau biologi. Kualifikasi pendidikan
memang menjadi salah satu faktor utama penghambat terlaksananya
IPA terpadu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kisworo,
2017) faktor penghambat pelaksanaan IPA terpadu yaitu semua guru
memiliki kualifikasi pendidikan yang bukan IPA terpadu,
pemahaman guru terhadap pendekatan terpadu masih rendah, dan
guru kesulitan dalam mengelola waktu. Berdasarkan hasil penelitian
(Gatin, 2019) pembelajaran IPA terpadu masih rendah.
Sumber :
Abell, Sandra K, Rogers Meredith A, dkk. 2009. Preparing the Next
Generation of Science Teacher Educations: A. Model for
Developing PCK for Teaching Science Teachers. Journal of
Science Teacher Education.20(1): 77-93. ISSN:

Gatin, Apsah, Darlen S, dkk. 2019. Identifikasi Kendala Pendidikan


dalam Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Se-Kabupaten
Pringsewu. Jurnal Bioterdidik.7(2). 66-74.

Kiworo, Sri, dan Dyah. 2017. Faktor Determinan dari Guru dalam
Implementasi Pembelajaran IPA Terpadu Tingkat SMP di
Wonosobo. Journal of Innovation Science Education. 6(2).
180-185. ISSN: 2252-6412.

Septian, Nurul, & Rohmandi. 2018. Kesulitan Guru IPA SMP/MTs


Mengajarkan IPA Terpadu di Kalimantan Tengah. Jurnal
Edusains. 6(1). 1-11. ISSN: 2338-4387.

3. Problematika Pendekatan Sainstifik


Kurikulum 2013 mengharapkan agar pembelajaran dilaksanakan
secara aktif, salah satu upaya mengaktifkan siswa yaitu dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Namun berdasarkan hasil
penelitian oleh (Rahmat, 2019) tampak para guru kesulitan dalam
menciptkan suasana pembelajaran yang aktif dan bernuansa ilmiah.
Terdapat faktor-faktor menyebabkan pendekatan saintifik tidak
optimal pelaksanaanya yakni kurangnya varian guru menegajar dan
penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal (Arief,
2018). Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran
ilmu pengetahuan alam dapat meningkatkan keterampilan proses
sains pada siswa, dikarenakan adanya komponen keterampilan
proses sains yang merupakan dasar dari pendekatan saintifik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Gusti, 2018) metode
pembelajaran saintifik yang diamati sudah terpenuhi, namun pada
salah satu didapatkan bahwa kegiatan saintifik masih belum
berurutan, seperti misalnya proses mengikplorasi yang dilakukan
setelah proses mengasosiasikan.
Sumber :
Rifai, Rahmat, Haidir, dan Bobi. 2019. Problematika Implementasi
Scientific Approach dalam Pembelajaran Fikih. Jurnal Agama
dan
Pendidikan Islam. 11(1): 118-134. ISSN: 2598-0033.

Gusti, Prima, dkk. 2018. Persepsi Guru terhadap Pendekatan


Saintifik pada Kurikulum 2013 dalam Proses Belajar
Mengajar. Jurnal Ilmiah Kependidikan. 5(1): 29-34.

Aulia, Arief & Fauziana. 2018. Analisis Faktor Eksternal Penyebab


Kesulitan Belajar Siswa SMP Melalui Pembelajaran Scientific
Approach. Jurnal Ilmiah Matematika. 5(2). 29-40. ISSN:
2355-3782.

4. Pengelolaan Pembelajaran IPA


Pengelolaan pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran, penilaian atau evaluasi, dan pengawasan. Pada
kurikulum 2013 dalam pembelajaran IPA dilakukan dengan terpadu.
Pengelolaan pembelajaran di kelas dikatakan baik apabila
perencanaan yang dibuat oleh guru dapat terlaksana dengan baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Janah, 2018) dalam
proses pembelajaran guru masih mengalami kesulitan dalam
pembelajaran IPA, baik dalam proses pembuat perencanaan dan
pelaksanaanya yang lebih menekankan pada pendekatan saintifik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Dian, 2018),
perencanaan yang dibuat dalam RPP komponen RPP belum dibuat
dengan lengkap dan optimal, pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru kurang sesuai dengan RPP yang dirancang oleh
guru, serta penilaian psikomotor ditidak dilakukan oleh guru. Selain
itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Risdayanti, dkk.,
2019) perencanaan dan penilaian yang dilakukan oleh guru sudah
baik, namun dalam pelaksanaan pembelajaran guru masih
menggunakan metode ceramah dan materi yang disampaikan
bersifat umum dan kurang spesifik.
Sumber :
Dian, dkk. 2018. Pengelolaan Pembelajaran Kimia di SMA Negeri
2 Negara. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia. 2(1). p-
ISSN : 2087-9040.
Janah, Nurul. 2018. Kesulitan Guru dalam Pembelajaran IPA
dengan Pendekatan Saintifik untuk mencapai Meaningful
Learning. e-Jurnal Pensa. 2(1).

Risdayanti, dkk. 2019. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dalam


Menginmplementasikan Kurikulum 2013 Kelas VII SMP
Negeri 3 Malang. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan.
2(1). e-ISSN: 2615-8787.

5. Pengelolaan Laboratorium IPA SMP dan Pelaksanaan


Praktikum IPA
Laboratorium adalah salah satu standar sarana dan prasarana yang
harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan formal. Melalui
berbagai program pemerintah telah berupaya memenuhi kebutuhan
laboratorium. Berdasarkan hasil studi (Anita dkk., 2018)
menemukan ada diantara guru IPA SMP/MTs yang belum
menguasai dan memahami alat-alat laboratorium yang ada di
laboratorium IPA, sehingga pemanfaatan alat-alat laboratorium IPA
tersebut belum maksimal. Selain alat pelaksanaan pengelolaan
laboratorium juga masih ada yang belum optimal, berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Putri pengelolaan
laboratorium IPA di SMP masuk dalam katagori kurang baik, hal
tersebut dikarenakan laboratorium hanya dikelola oleh satu tenaga
kerja saja yakni hanya kepala laboratorium dan tidak ada tenaga
laboran, tidak terdapat daftar inventarisasi. Hal yang hampir sama
terjadi di sekolah lain berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Senta (2017) laboratorium tidak digunakan dengan maksimal dan
pemanfaatan pengelolaaanya sebagai sumber belajar belum optimal,
hal tersebut disebabkan kemampuan dan penguasaan laboran
terhadap peralatan masih belum memadai, banyaknya alat-alat
laboratorium dan bahan yang sudah rusak yang belum diadakan
kembali dan terbatasanya alat-alat dan bahan mengakibatkan tidak
setiap siswa mendapatkan kesempatan belajar untuk mengadakan
eksperimen.
Sumber :
Anita, Dwi, dkk. 2018. Pengabdian pada Masyarakat Pengenalan
Alat-Alat Laboratorium Fisika Lanjut Bagi Guru MGMP
IPA SMP/MTs Kabupaten Bengkayang. Jurnal Pengabdian
kepada masyarakat. 2(2) 219-229. ISSN: 2598-6155.

Marcella, dkk. 2018. Analisis Hambatan Pelaksanaan Praktikum IPA


Terpadu di SMPN 17 dan SMPN 19 Kota Jambi. Jurnal
Pendidikan Fisika. 3(2). P-ISSN : 2477-793.

Lestari dan Putri. 2019. Deskripsi Pengelolaan Laboratorium Ilmu


Pengetahuan Alam (IPA) di SMP Negeri 2 Banyudono
Tahun Pelajaran 2018/2019. Artikel Pemakalah Paralel. p-
ISSN:2527-533X.

Senta, Putri. 2017. Pengelolaan Laboratorium IPA Studi di SMP


Negeri 80 Jakarta Timur. Disertasi. Publikasi Jakarta
Indonesia.

Masalah Identifikasi minimal tiga masalah pendidikan di tingkat internasional,


pendidikan setiap masalah yang diidentifikasi didukung oleh minimal lima referensi
IPA di tingkat yang terdiri atas dua buku internasional dan tiga artikel jurnal
Internasional internasional
1) Permasalah dalam Penerapan Kurikulum
Kesuksesan penerapan kurikulum di sekolah, maka guru yang harus
memahami dan menerapkan kurikulum tersebut. kurikulum
dikembangkan dengan melihat filosofi, tujuan, obyektif,
pengamalaman belajar dan kurikulum dikembangkan selaras.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Retnawati dkk. (2016)
penerapan kurikulum 2013 masih rendah dalam penilaian, guru-guru
masih mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian. Selain itu
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumahlatu, dkk. (2016)
menyatakan bahwa meskipun penerapan kurikulum 2013 sudah baik,
namun masih terdapat beberapa kendala yang masih ditemukan yaitu
kurangnya buku pegangan yang dimiliki oleh guru dan siswa, mental
guru dan siswa yang masih belum siap optimal dalam melaksanakan
kurikulum tersebut serta prasarana yanga belum merata di sekolah.
Terdapat pula penelitian yang membandingkan penerapan kurikulum
Indonesia dengan Australia dan hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat kesamaan dan perbedaan kurikulum khususnya dalam bidang
IPA. Selain masalah pada pengelolaan laboratorium, pelaksanaan
praktikum sering tidak terlaksana optimum. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Marcella dkk., 2018) sekolah masih kurang
termotivasi untuk melaksanakan praktikum, karena sarana dan
prasarana dilaboratorium tidak lengkap, dan laboratorium digunakan
sebagai ruang kelas.
Sumber :
Ayesh, Merfat. 2016. Curriculum Development: Teacher Involvement
In Curriculum Development. Journal Of Education and
Practice. 7(9). Hal 106-107. ISSN: 2222-288X.

Michie, Michael. 2017. Comparing the Indonesia Curriculum 2013


with the Australia Curriculum: Focusing on Science for
Junior Secondary School. The International Education
Journal. 16(2). 83-96.

Retnawati, dkk. 2016. Vocation High School Teacher’s Difficulties in


Implementing the Asssement in Curriculum 2013 in
Yogyakarta Province of Indonesia. International Journal of
Instruction. 9(1). 33-48. ISSN: 1308-1470.

Rumahlatu, Dominggus, dkk. 2016. An Analysis of Readiness and


Implementation of 2013 Curriculum in The West Of Seram
Dstrict, Maluku Province, Indonesia. International Journal
of Enviromental and Science Education. 11(12).

2) Literasi sains dalam Pembelajaran IPA


Arah dalam pembelajaran sains saat ini menekankan pentingnya
kemampuan literasi sains sebagai persiapan untuk terjun ke dalam
masyarakat setelah menyelesaikan studi. Kemampuan literasi sains
diyakini dapat membantu individu untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi secara ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan
(Rokhmah, 2017). Di Indonesia literasi sains masih rendah, terdapat
banyak peneliti yang melakukan penelitian terkait literasi sains. Pada
penelitian yang dilakukan oleh (Arief dan Utari, 2015) bahwa pada
kompetensi mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah masih
rendah. Berdasarkan PISA kemampuan literasi sains peserta didik
Indonesia dibawah ata-rata jika dibandingkan dengan rerata skor
internasional dan secara umum berada Pada tahap pengukuran
terendah PISA. Pada Tahun 2009 peringkat Indonesia di PISA yaitu
ke-57 dari 65 negara perolehan skor 383. Pada tahun 2012 Indonesia
menduduki peringkat ke-64 dari total 65 dengan perolehan nilai saat
itu yaitu 382. Selanjutnya pada PISA tahun 2015 indonesia berada
pada peringkat ke-64 dari 72 negara dengan perolehan skor 408.
Rendahnya hasil literasi sains berhubungan dengan proses
pembelajaran sains yang belum memberikan peluang bagi peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan bernalar secara kritis
(Yuliati, 2017).
Sumber :
Arief, M., K. & S., Utari. 2015. Negara Implementation of Level
Inquiri On Science Learning to Improve Junior High School
Students’s Scientific Literacy. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia. 11(2). 117-125. ISSN:1693-1246.

Arifin, Lina., dan Titin. 2017. The Improvement Of Students


Scientific Literacy Through Guided Inquiry Learning Model
Of Fluid Dynamics Topic. 7(02). Hal 68-78. P ISSN: 2087-
9946.

Rokhmah, A., W. Sunarno dan M. Masykuri. 2017. Science Literacy


Indicators In Optical Instruments Of Highschool Physics
Textbooks Chapter. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.
13(1). P-ISSN: 1693-1246.

Yuliati, Yuyu. 2017. Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA. Jurnal


Cakrawala Pendas. 3(2): 21-27. ISSN: 2442-7470.

OECD.2015. PISA 2015 Result. OECD. (http :// www .


businessinsider. co.id/ pi sa-wordwide-ranking-of -math-
science-reading-skills-2016-12/).

3) Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam pembelajaran IPA


Keterampilan berpikir kritis siswa belum dilatihakan secara optimal,
sehingga siswa belum mendapatkan pengalaman belajar yang
menantang dan bermakna (Harahap, 2018). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Parsaoran, D & Nurdin, B.) pembelajarn IPA di
SMP Negeri 2 Raya Kahean cenderung abstrak dengan menggunakan
metode ceramah sehingga konsep-konsep materi belajar kurang
dipahami siswa, sehingga pada siswa memiliki kemampuan berpikir
kritis rendah hal tersbeut dilihat dari kualitas pertanyana dan jawaban
siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa kurang
mampu menggunakan daya nalar dalam menanggapi informasi yang
diterimanya. Selain itu, nilai rata-rata ulangan harian yang diperoleh
siswa masih dibawah dari nilai KKM. Penelitian lain menemukan
bahwa, kebanyakan guru setuju dan memahami bahwa siswa perlu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, namun selama ini
pembelajaran IPA cenderung dipembelajarkan hanya sampai siswa
itu mempelajari konsep saja belum mengarah pada berpikir kritis
(Etkina, E., & Planinsic, G. 2015).
Sumber :
Etkina, E., & Planinsic, G. 2015. Defining and Developing “Critical
Thinking” Through Devising and Testing Multiple
Explanations of the Same Phenomenon. The Physics
Teacher, 53(7). 432-437.

Harahap, Asriana. 2018. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ditinjau


dari Keterampilan Proses Sains Melalui Metode Outdoor
Study. Jurnal Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi
Islami dan Sains. 1. ISSN: 2622-9439.

Murawski, L.M. 2015. Critical Thinking In the Classroom and


Beyod. Spring, 10(1), 25-30.

Parsaoran, D. & Nurdin, B. 2018. Analisis Kemampuan Berpikir


Kritis dan Sikap Imiah Pada Pembelajaran Fisika
Menggunakan Model dan Direct Instruction. Jurnal
Pendidikan Fisika. ISSN: 2301-7651.

Pemilihan Permasalahan yang dipilih adalah permasalahan pada pengelolaan


masalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA
Rumusan 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA oleh guru di SMP
Masalah Negeri 2 Singaraja dan SMP Negeri 4 Singaraja?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA oleh guru di SMP
Negeri 2 Singaraja dan SMP Negeri 4 Singaraja ?
3. Bagaimanakah Penilaian Hasil Belajar IPA yang dilakukan oleh
guru di SMP Negeri 2 Singaraja dan SMP Negeri 4 Singaraja?
4. Bagaimanakah pengawasan pembelajaran IPA di SMP Negeri 2
Singraja dan SMP Negeri 4 Singaraja?
SYARAT PENULISAN
Jenis huruf dan Time New Roman 12
ukuran
Margin dan Batas atas dan kiri 3 cm, batas kanan dan bawah 2,5 cm, spasi 1,5
spasi
Jumlah halaman Maksimum 10 halaman termasuk referensi

Anda mungkin juga menyukai