Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN

DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG


BULAN TAHUN 2016

*Rosarina Zebua
*Mahasiswa STIKes St. Elisabeth Medan

ABTRACT

Background: Diarrhea is still a health problem and a cause of death among


under five children improper environmental sanitation can increase diarrhea
cases.
Goalds: The aim of this research was to know the correlation between
environmental sanitation and diarrhea among under five children in Puskesmas
Padang Bulan.
Methods: This research method used in this research was observational with
cross sectional approach. The subjects of this research were house hold wives
who had children and their children have got diarrhea during June to December
2009 with population 328 children. Samples were chosen using simple random
sampling technique. There were 60 house hold wives who were involved in this
research. Chi square test was used to analyze the data.
Result: The result showed that there was a correlation between source of drinking
water (P = 0,001), ownership of latrine (P = 0,018) house floor type (P = 0,036)
an case of diarrhea in under five children. There was no relation between physical
quality of water (P = 0,307) an the case of diarrhea in under five children.
Key word: diarrhea, under five children, environmental sanitation

1
PENDAHULUAN pemerintah. Jumlah kasus diare
pada balita setiap tahunnya rata-
Penyakit diare sampai saat rata di atas 40% dari jumlah
ini masih merupakan salah satu cakupan penemuan penderita
penyebab utama kesakitan dan diare yaitu pada tahun 2006
kematian. Hampir seluruh daerah sebesar 40,6% dan tahun 2007
geografis dunia dan semua sebesar 48,1% (Dinkes Jateng,
kelompok usia diserang diare, 2007). Berdasarkan data dari
tetapi penyakit berat dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
kematian yang tinggi terutama Boyolali pada tahun 2007 jumlah
didapatkan pada bayi dan anak penderita diare sebanyak 16.489
balita. Di negara Amerika Utara kasus, untuk diare pada balita
anak-anak menderita diare lebih sebesar 4.259 kasus.
dari 12 kali pertahun (Pitono et Penyakit diare merupakan
al, 2006) sementara menurut penyakit yang berbasis
Zubir et al (2006) diare lingkungan. Beberapa faktor yang
menyebabkan kematian sebesar berkaitan dengan kejadian diare
15-34% dari semua kematian, yaitu tidak memadainya
kurang lebih 300 kematian per penyediaan air bersih, air
tahun. Berdasarkan hasil tercemar oleh tinja, kekurangan
penelitian Ratnawati et al (2009) sarana kebersihan (pembuangan
menunjukkan bahwa 35% dari tinja yang tidak higienis),
seluruh kematian balita kebersihan perorangan dan
disebabkan oleh diare akut. lingkungan yang jelek, penyiapan
Di Indonesia angka makanan kurang matang dan
kesakitan diare pada tahun 2002 penyimpanan makanan masak
sebesar 6,7 per 1.000 penduduk, pada suhu kamar yang tidak
sedangkan tahun 2003 meningkat semestinya (Sander, 2005).
menjadi 10,6 per 1.000 penduduk. Banyak faktor yang secara
Tingkat kematian akibat diare langsung maupun tidak langsung
masih cukup tinggi. Survey menjadi pendorong terjadinya
Kesehatan Nasional menunjukkan diare yaitu faktor agent, penjamu,
bahwa diare merupakan penyebab lingkungan dan perilaku. Faktor
kematian nomor dua yaitu sebesar lingkungan merupakan faktor
23,0% pada balita dan nomor tiga yang paling dominan yaitu sarana
yaitu sebesar 11,4% pada bayi penyediaan air bersih dan
(Zubir et al, 2006). pembuangan tinja, kedua faktor
Cakupan penemuan diare berinteraksi bersama dengan
di Jawa Tengah mengalami perilaku manusia. Apabila faktor
peningkatan sejak tahun 2005 lingkungan tidak sehat karena
sampai dengan 2007 meskipun tercemar kuman diare serta
masih di bawah yang diharapkan terakumulasi dengan perilaku
(100%) yaitu sebesar 80%. Hal manusia yang tidak sehat, maka
ini disebabkan belum penularan diare dengan mudah
maksimalnya penemuan penderita dapat terjadi (Zubir et al, 2006).
diare baik oleh kader, puskesmas, Berdasarkan hasil
rumah sakit swasta maupun penelitian Juariah (2000),

2
diketahui bahwa ada hubungan yang dilakukan dengan
bermakna antara kesakitan diare pengamatan sesaat atau dalam
dengan sumber air bersih, suatu periode waktu tertentu dan
kepemilikan jamban, jenis lantai, setiap subjek studi hanya
pencahayaan rumah dan ventilasi dilakukan satu kali pengamatan
rumah. selama penelitian (Machfoedz,
Rahadi (2005) 2007).
menyimpulkan bahwa ada Populasi dalam penelitian
hubungan antara kepemilikan ini adalah seluruh rumah yang
jamban, jarak SPAL, jenis lantai mempunyai balita dan pernah
dengan kejadian diare. menderita diare yang bertempat
Berdasarkan hasil penelitian tinggal di wilayah kerja
Wibowo et al (2004) diketahui Puskesmas Padang Bulan yaitu
bahwa ada hubungan yang sebanyak 328 balita. Besar
bermakna antara terjadinya diare sampel dapat dihitung dengan
dengan pembuangan tinja dan rumus Khotari dalam Murti
jenis sumber air minum. Teknik pengambilan
Puskesmas Padang Bulan sampel yang digunakan pada
merupakan salah satu wilayah penelitian ini adalah
yang jumlah penderita diarenya menggunakan Simple Random
mengalami peningkatan dari Sampling, yaitu metode
tahun 2007-2008 yaitu sebanyak pengambilan sampel secara acak
660 orang menjadi 837 orang. di mana masing-masing populasi
Berdasarkan data Puskesmas mempunyai peluang yang sama
Padang Bulan, jumlah penderita besar untuk terpilih sebagai
diare pada balita di Kecamatan sampel (Murti, 2006).
Medan Selayang tahun 2007 Lokasi penelitian
sebanyak 181 balita, tahun 2008 dilakukan pada sebagian rumah
sebanyak 293 balita, sedangkan yang mempunyai balita dan
pada tahun 2009 sebanyak 328 pernah menderita diare di wilayah
balita. kerja Puskesmas Padang Bulan
Berdasarkan uraian di atas 2016. Jenis data dalam penelitian
maka peneliti tertarik untuk ini berupa data kuantitatif, yang
melakukan penelitian mengenai diperoleh dari wawancara
hubungan antara sanitasi menggunakan kuesioner dan
lingkungan dengan kejadian diare observasi secara langsung
pada balita di Wilayah Kerja mengenai sumber air minum,
Puskesmas Padang Bulan Tahun kualitas fisik air bersih,
2016 kepemilikkan jamban dan jenis
lantai rumah. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara
METODE PENELITIAN menggunakan kuesioner dan
Penelitian ini merupakan observasi oleh peneliti secara
penelitian dalam bentuk survey langsung kepada responden pada
yang bersifat observasional sumber air minum, kualitas fisik
dengan metode pendekatan cross- air bersih, kepemilikan jamban
sectional, yaitu suatu penelitian dan jenis lantai rumah. Instrumen

3
yang digunakan dalam penelitian Tabel 2. Distribusi Frekuensi
ini adalah: Kuesioner Checklist, Responden
alat tulis, kamera digital. Berdasarkan Jenis
Kuesioner diuji dengan uji Pekerjaan di Wilayah
validitas dan reliabilitas. Sifat Kerja Puskesmas
valid memberikan pengertian Padang Bulan tahun
bahwa alat ukur yang digunakan 2016
mampu memberikan nilai yang
sesungguhnya dari nilai yang No. Responden
diinginkan. Uji validitas Pekerjaan F (%)
instrumen menggunakan uji 1. PNS 1 1,7
korelasi product moment person. 2. Wiraswasta 7 11,7
Uji realiabilitas dengan rumus
3. Swasta 12 18,3
Alfa Cronbac. Standar
4. Petani 4 6,7
reliabilitasnya adalah jika nilai
5. Ibu Rumah Tangga 34 56,7
hitung r lebih besar (>) dari nilai
6. Buruh 2 3,3
tabel r (0,444), maka instrumen
dinyatakan reliabel (Sambas dan Total 60 100
Maman, 2007).
Berdasarkan Tabel 2,
diketahui bahwa jenis pekerjaan
HASIL PENELITIAN
responden paling banyak adalah
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
ibu rumah tangga, yaitu
Responden
sebanyak 34 responden (56,7%)
Berdasarkan
dan paling sedikit bekerja sebagai
Kelompok Umur di
PNS, yaitu sebanyak satu
Wilayah Kerja
responden (1,7%).
Puskesmas Padang
Bulan tahun 2016
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Responden
Responden
Umur Berdasarkan
f (%) pendidikan responden
< 20 tahun 1 1,7 di Wilayah Kerja
20-35 tahun 54 90,0 Puskesmas Padang
> 35 tahun 5 8,3 Bulan tahun 2016
Total 60 100 ditampilkan pada
Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 1,
diketahui bahwa umur responden No. Pendidi Responden
paling banyak berumur antara 20- kan f (%)
35 tahun, yaitu sebanyak 54 1. SD 8 13,3
responden (90%), dan paling 2. SMP 16 26,7
sedikit berumur kurang dari 20 3. SMA 34 56,7
tahun, yaitu sebanyak satu 4. Sarjana 2 3,3
responden (1,7%). Total 60 100

4
Berdasarkan Tabel 4, 1. Laki-laki 28 46,7
diketahui bahwa tingkat 2. Perempuan 32 53,3
pendidikan responden paling Total 60 100
banyak adalah SMA, yaitu
sebanyak 34 responden (56,7%) Berdasarkan Tabel 5.
dan paling sedikit diketahui bahwa responden
berpendidikan sarjana, yaitu paling banyak mempunyai
sebanyak dua responden balita berjenis kelamin
(3,3%). perempuan, yaitu sebanyak 32
responden (53,3%) dan paling
Tabel 4. Distribusi Frekuensi sedikit berjenis kelamin laki-
Responden laki, yaitu sebanyak 28
Berdasarkan Umur responden (46,7%).
Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Tabel 7. Distribusi Frekuensi
Padang Bulan tahun Sumber Air Minum
2016 Responden di
Wilayah Kerja
Puskesmas Padang
Bulan tahun 2016
Sumber Responden
Umur balita Responden Air minum f (%)
f 1. Terlindung 16 26,7
0,5-1,5 tahun 30 2. Tidak terlindung 44 73,3
1,6-3,5 tahun 24 Total 60 100
> 3,5 tahun 6
Total 60 Berdasarkan Tabel 7
diketahui bahwa sumber air
Berdasarkan Tabel 5, minum responden paling
diketahui bahwa responden banyak diperoleh dari mata air
paling banyak mempunyai anak yang tidak terlindung, yaitu
umur 0,5-1,5 tahun, yaitu sebanyak 73,3% dan paling
sebanyak 30 responden (50%), sedikit diperoleh dari mata air
dan paling sedikit umur balita terlindung, yaitu sebanyak
di atas 3,5 tahun, yaitu 26,7%.
sebanyak enam responden
(10%). Tabel 8. Distribusi Frekuensi
Kualitas Fisik Air
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Bersih Responden
Responden di Wilayah Kerja
Berdasarkan Jenis Puskesmas Padang
Kelamin Balita di Bulan tahun 2016
Wilayah Kerja
Puskesmas Padang
Bulan tahun 2016
Jenis Responden
kelamin F (%)

5
Kualitas fisik air Respondena. Memiliki 35 58,3
bersih f b. Tidak memiliki 25 41,7
1. Memenuhi syarat 29 Total 60 100
2. Tidak memenuhi 31
syarat Berdasarkan Tabel 10.
Total 60 diketahui bahwa kepemilikan
jamban responden paling
Berdasarkan Tabel 8. banyak sudah memiliki jamban,
diketahui bahwa kualitas fisik yaitu sebanyak 58,3% dan
air bersih pada responden paling sedikit belum memiliki
paling banyak belum memenuhi jamban, yaitu sebanyak 41,7%.
syarat, yaitu sebanyak 51,7% Tabel 11. Distribusi Frekuensi
dan paling sedikit sudah Jenis Lantai
memenuhi syarat baru, yaitu Rumah pada
sebanyak 48,3%. Responden di
Wilayah Kerja
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Puskesmas
Fisik Air Bersih Padang Bulan
Responden di tahun 2016
Wilayah Kerja Jenis lantai Responden
Puskesmas Padang rumah f (%)
Bulan tahun 2016 a. Kedap air 33 55
Fisik air bersih Respondenb. Tidak kedap air 27 45
f Total 60 100
1. Air berbau 5
2. Air berasa 5 Berdasarkan Tabel 11.
3. Air berwarna 6 diketahui bahwa jenis lantai
4. Air keruh 30 rumah responden paling banyak
Total 46 76.6%
telah memiliki lantai yang
kedap air, yaitu sebanyak 55%
Berdasarkan Tabel 9. dan paling sedikit memiliki
diketahui bahwa fisik air bersih lantai yang tidak kedap air,
pada responden paling banyak yaitu sebanyak 45%.
air keruh, yaitu sebanyak 50%
dan paling sedikit air berbau Tabel 12. Distribusi Frekuensi
dan berasa, yaitu sebanyak Kejadian Diare pada
8,3%. Balita Responden di
Wilayah Kerja
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Puskesmas Padang
Kepemilikan Jamban Bulan tahun 2016
Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Bulan Kejadian diare Responden
tahun 2016 F (%)
1. Diare 43 71,7
2. Tidak diare 17 28,3
Kepemilikan Responden Total 60 100
jamban f

6
Berdasarkan Tabel 12.
diketahui bahwa kejadian diare
pada responden, yaitu sebanyak
43 balita (71,7%) dan yang
tidak mengalami diare, yaitu
sebanyak 28,3%.

7
Tabel 13. Hasil Hubungan Memenu
hi
19 31,7 10 16,6 29 48,3
antara Sumber Air Tidak
24 40 7 11,7 31 51,7 0,307
Minum dengan memenuhi

Kejadian Diare pada Total 43 71,7 17 28,3 60 100


Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas
Berdasarkan Tabel 14
Padang Bulan tahun
diketahui bahwa kualitas fisik air
2016
bersih yang memenuhi syarat
pada responden dengan kejadian
Kejadiaan diare Total
diare Tidak diare sebanyak 29 orang (48,3 %)
diare dan yang tidak memenuhi syarat
Sumber
air
f % f % f sebanyak 31 orang 51,7%). Hasil
minum statistik menunjukkan nilai p-
terlindun 6 10 10 16,6 16 value = 0,307 ≥ 0,05 berarti
g
Tidak 37 61,7 7 11,7 44 kesimpulan yang diambil adalah
terlindung
Total 4 71,7 17 28,3 60 tidak ada hubungan antara
3 kualitas fisik air bersih dengan
kejadian diare pada balita di
Berdasarkan Tabel 13. Wilayah Kerja Puskesmas Padang
diketahui bahwa sumber air Bulan Tahun 2016.
minum yang tidak terlindung
pada responden dengan kejadian
diare pada balita sebanyak 44 Tabel 15. Hasil Hubungan
responden (73,3%). Hasil analisis antara
statistik menunjukkan nilai p- Kepemilikan
value = 0,001 ≤ 0,05 berarti Jamban dengan
disimpulkan ada hubungan antara Kejadian Diare
sumber air minum yang pada Balita di
dikonsumsi dengan kejadian diare Wilayah Kerja
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Puskesmas Padang Bulan Tahun Padang Bulan
2016. tahun 2016
Kepemilikan Kejadiaan diare ttotal p
jamban diare Tidak
Tabel 14. Hasil Hubungan diare

antara Kualitas Fisik f % F % f %


Memiliki 21 35 14 23,3 35 58,3 0,018
Air Bersih dengan Tidak memiliki 22 36,7 3 5 25 41,7
Kejadian Diare pa da Total 43 71,7 17 28,3 60 100

Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Berdasarkan Tabel 15
Padang Bulan tahun diketahui bahwa responden yang
2016. mempunyai jamban pada kejadian
diare pada balita sebanyak 35
Kejadiaan diare Ttotal orang (58,3%) lebih banyak
Diare Tidak
diare dibandingkan yang tidak
Kualitas
Fisik air F % f % f %
memiliki jamban 25 orang
bersih (41,7%). Hasil pengujian dengan

8
Chi Square menunjukkan nilai p- Padang Bulan tahun
value = 0,018 ≤ 0,05 berarti 2016
kesimpulannya adalah ada Hasil analisis data secara statistik
hubungan antara kepemilikan menunjukkan bahwa sumber air
jamban dengan kejadian diare minum yang dikonsumsi ada
pada balita di wilayah Kerja hubungan dengan kejadian diare
Puskesmas Padang Bulan Tahun pada balita di wilayah Kerja
2016. Puskesmas Padang Bulan Tahun
2016 dimana nilai p=0,001. Data
sumber air minum yang
Tabel 16. Hasil Hubungan dikonsumsi reponden masih
antara Jenis Lantai Rumah tergolong sumber air minum
dengan Kejadian Diare pada yang tidak terlindung sebanyak
Balita di Wilayah Kerja 73,3%. Dari 60 responden
Puskesmas Padang Bulan penelitian, dengan adanya
tahun 2016. sumber air yang tidak terlindung
ini menyebabkan terjadinya diare
Jenis Lantai Kejadiaan diare Total
rumah diare Tidak terhadap 37 balita responden.
diare Hasil penelitian ini diperkuat
f % F % f
dengan penelitian Irianto et, al
Kedap air 20 33,3 13 21,7 33
(1994) yang menyimpulkan
Tidak kedap air 23 38,4 4 6,6 27
Total 43 71,7 17 28,3 60 bahwa penyediaan air minum
berhubungan dengan kejadian
diare pada balita dan merupakan
Berdasarkan Tabel 16 faktor risiko kejadian diare dan
diketahui bahwa jenis lantai sebanyak 87,5% menggunakan
rumah pada responden yang sumber air minum yang tidak
kedap air sebanyak 55% dan terlindung.
yang tidak kedap air Sumber air minum utama
sebanyak 45%. Hasil statistik merupakan salah satu sarana
menunjukkan nilai p-value = sanitasi yang tidak kalah
0,036 ≤ 0,05 berarti pentingnya berkaitan dengan
kesimpulannya adalah ada kejadian diare. Sebagian kuman
hubungan antara jenis lantai infeksius penyebab diare
rumah dengan kejadian diare ditularkan melalui jalur fekal oral.
pada balita di Wilayah Kerja Mereka dapat ditularkan dengan
Puskesmas Padang Bulan memasukkan ke dalam mulut,
tahun 2016. cairan atau benda yang tercemar
dengan tinja, misalnya air minum,
PEMBAHASAN jari-jari tangan, dan makanan
yang disiapkan dalam panci yang
1. Hubungan antara dicuci dengan air tercemar
Sumber Air Minum (Depkes RI, 2000).
dengan Kejadian Diare Berdasarkan hasil penelitian
pada Balita di Wilayah Sutomo (1987) disimpulkan
Kerja Puskesmas bahwa ada hubungan antara
sumber air minum yang

9
dikonsumsi di rumah-rumah pada Puskesmas Padang Bulan
daerah pedesaan dan responden tahun 2016
yang menggunakan air bersih
memiliki kecenderungan lebih Hasil uji statistik
kecil menderita penyakit diare. menunjukkan bahwa kualitas fisik
Sebaliknya responden yang tidak air bersih tidak berhubungan
menggunakan air bersih memiliki dengan kejadian diare pada balita
kecenderungan menderita (p= 0,307). Berdasarkan hasil
penyakit diare. pengamatan di lapangan dapat
Hasil penelitian lain yang dijelaskan bahwa kondisi air yang
serupa adalah Zubir (2006) tidak memenuhi syarat kesehatan
penelitian mengenai faktor-faktor tidak langsung dikonsumsi oleh
risiko kejadian diare akut pada responden. Hal ini dikarenakan
anak 0-35 bulan (Batita) di air yang akan digunakan terlebih
Kabupaten Bantul. Hasil dahulu diendapkan dalam tempat
penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan hingga terpisah dari
sumber air minum yang kotoran yang berupa tanah atau
digunakan berhubungan dengan lumpur. Setelah itu baru air
terjadinya diare akut dengan nilai direbus hingga mendidih.
p<0,05 dan besarnya Rasio Kualitas fisik air bersih pada
Prevalensi sebesar 3,10. responden sebagian besar belum
Dari hasil penelitian ini memenuhi syarat sebanyak
ternyata sebanyak 26,7% telah 51,7%. Berdasarkan hasil
menggunakan sarana PAM dan penelitian ini diketahui bahwa
sumber air yang terlindung dari 48,3% responden yang
sebagai sumber air utama kulaitas fisik air bersihnya
keluarga. Dari analisis ini memenuhi syarat, yaitu sebanyak
diketahui bahwa sebanyak 73,3% 31,7% mengalami diare dan
anak balita dan keluarganya 16,6% tidak mengalami diare.
menggunakan sumber air yang Dari 51,7% responden yang
tidak terlindung, namun kualitas fisik air bersihnya tidak
persentase diare anak balita dari memenuhi syarat, yaitu sebanyak
keluarga yang menggunakan air 40% mengalami diare dan 11,7%
dari sumber air yang tidak tidak mengalami diare.
terlindung cukup besar yaitu
61,7%. Hasil penelitian lain yang 3. Hubungan antara
sejalan adalah penelitian Wibowo Kepemilikan Jamban
et. al (2004) menyimpulkan dengan Kejadian Diare
bahwa ada hubungan yang pada Balita di Wilayah
bermakna antara kejadian diare Kerja Puskesmas Padang
dengan jenis sumber air minum. Bulan Tahun 2016

2. Hubungan antara Kualitas Hasil uji stastistik


Fisik Air Bersih dengan menunjukkan adanya hubungan
Kejadian Diare pada Balita antara kepemilikan jamban
di Wilayah Kerja keluarga dengan kejadian diare
pada balita di wilayah kerja

10
Puskesmas Padang Bulan Tahun dibuang di kebun atau
2016 dimana nilai p = 0,018. Data pekarangan rumah.
penelitian menunjukkan
responden yang telah memiliki Penelitian lain yaitu Zubir
jamban keluarga sebanyak 58,3%, et, al (2006) menyimpulkan
artinya masih 41,7% keluarga bahwa selain sumber air minum
responden belum memiliki tempat pembuangan tinja juga
jamban dan sebanyak 46,7% merupakan sarana sanitasi yang
responden buang air besar di penting dalam mempengaruhi
kebun atau pekarangan rumah. kejadian diare. Membuang tinja
Oleh karena itu dari 60 responden yang tidak memenuhi syarat
penelitian terdapat 22 balita sanitasi dapat mencemari
responden yang mengalami diare. lingkungan pemukiman, tanah
Dengan belum memiliki jamban dan sumber air. Dari lingkungan
sendiri, dapat menyebabkan yang tercemar tinja berakumulasi
timbulnya kejadian diare pada dengan perilaku manusia yang
balita respodnen yang tidak sehat, tidak mencuci tangan
dikarenakan kotoran tinja yang dengan sempurna setelah bekerja
tidak terkubur rapat akan atau bermain di tanah (anak-
mengundang lalat maupun tikus anak), melalui makanan dan
yang akan berdampak terhadap minuman maka dapat
kesehatan lingkungan. menimbulkan kejadian diare.
Hasil penelitian ini juga
Menurut Notoatmodjo (2003), sejalan dengan penelitian
syarat pembuangan kotoran yang Wibowo et.al (2004) disimpulkan
memenuhi aturan kesehatan ada hubungan yang bermakna
adalah tidak mengotori antara kejadian diare dengan
permukaan tanah di sekitarnya, tempat pembuangan tinja.
tidak mengotori air permukaan di
sekitarnya, tidak mengotori air 4. Hubungan antara Jenis
dalam tanah di sekitarnya, Lantai dengan Kejadian
kotoran tidak boleh terbuka Diare pada Balita di Wilayah
sehingga dapat dipakai sebagai Kerja Puskesmas Padang
tempat vektor bertelur dan Bulan tahun 2016
berkembangbiak.
Hasil penelitian ini sejalan Hasil uji stastistik
dengan hasil penelitian Rahadi menunjukkan adanya hubungan
(2005) yang menyimpulkan antara jenis lantai dengan
bahwa ada hubungan antara kejadian diare pada balita di
kepemilikan jamban dengan wilayah kerja Padang Bulan
kejadian diare di Desa tahun 2016 dimana nilai p =
Panganjaran Kabupaten 0,036.
Kudus,yaitu sebanyak 68,7% Terdapat 45% responden
penduduk telah memiliki jamban penelitian yang jenis lantai
keluarga. Kejadian diare pada rumahnya tidak kedap air.
balita ini disebabkan karena Kondisi semacam ini sangat
sebanyak 22,1% tinja manusia rentan terhadap kesehatan balita.

11
Dari jenis lantai rumah responden KESIMPULAN
yang tidak kedap air terdapat 23 Berdasarkan hasil penelitian
balita yang mengalami diare, yang dilakukan di wilayah
sementara jenis lantai yang kedap puskesmas Padang Bulan tahun
air terdapat 20 balita yang 2016, dapat ditarik kesimpulan
mengalami diare. Kondisi ini yaitu:
mencerminkan bahwa jenis lantai 1. Ada hubungan antara sumber
dapat berpengaruh pada air minum dengan kejadian
kesehatan. diare pada balita
Notoatmodjo (2003) 2. Tidak ada hubungan antara
menyatakan bahwa syarat rumah kualitas fisik air bersih
yang sehat jenis lantai yang tidak dengan kejadian diare pada
berdebu pada musim kemarau balita.
dan tidak basah pada musim 3. Ada hubungan antara
penghujan. Dengan banyaknya kepemilikan jamban
responden yang memiliki lantai keluaraga dengan kejadian
rumah yang masih tidak kedap air diare pada balita.
sangat memungkinkan lantai 4. Ada hubungan antara jenis
menjadi sarang kuman, debu lantai rumah dengan kejadian
untuk dapat menjadi pencetus diare pada balita.
terjadinya diare pada balita.
Aktivitas balita responden yang SARAN
bermain di lantai rumah
menyebabkan terjadikan kontak 1. Bagi intansi kesehatan
antara lantai rumah yang tidak Diharapkan bagi instansi
kedap air dengan tubuh balita. kesehatan (Puskesmas) untuk
Keadaan ini memunculkan dapat melakukan
berbagai kuman penyakit yang peningkatan perbaikan sarana
menempel pada tubuh balita. air bersih, fasilitas jamban
Kondisi yang tidak baik dapat sehat serta mengupayakan
menyebabkan terjadinya diare peningkatan program
pada balita. penyehatan lingkungan
Hasil penelitian ini sejalan pemukiman dengan sasaran
dengan hasil penelitian Rahadi plesterisasi lantai rumah dan
(2005) yang menyimpulkan penanganan kualitas air
bahwa jenis lantai berhubungan bersih secara fisik.
dengan kejadian diare. Hal ini
disebabkan karena masih 2. Bagi respoden
banyak lantai yang terbuat dari Meningkatkan tindakan
tanah yang akan menyebabkan pencegahan terjadinya diare
ruang kotor dan menjadi sarang dengan menjaga kebersihan
mikroorganisme serta mudah lingkungan dan melakukan
menyerap air yang mungkin air pengolahan air sampai
tersebut mengandung mendidih sebelum air
mikroorganisme dikonsumsi.

3. Bagi peneliti lain

12
Mengadakan penelitian lebih
lanjut mengenai
permasalahan yang sama,
namun dengan variabel yang
lain dalam hubungannya
kejadian diare pada balita.
Variabel lain seperti tingkat
pendapatan responden dan
faktor budaya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Juariah S. 2000. Hubungan
Amiruddin R. 2007. Current Issue Sanitasi Lingkungan
Kematian Anak karena dengan Kejadian Diare
Penyakit Diare pada Anak Balita di
(Skripsi). Universitas Kelurahan Bandarharjo
Hasanuddin Makasar. Kecamatan Semarang
Diakses: 23 Mei 2009. Utara Kota Semarang.
http://ridwanamiruddin. (Skripsi) Universitas
wordpress. Diponegoro. Diakses: 18
com/2007/10/17/current- Mei 2009.
issue-matian-anak- http://www.fkm.undip.ac.i
karena-penyakit-diare/. d/data/index.php?
action=4&idx=1317..
Budiarto E. 2001. Biostatistik
untuk Kedokteran dan Machfoedz I. 2007. Metodologi
Kesehatan Masyarakat. Penelitian Bidang
Jakarta: EGC. Kesehatan, Keperawatan,
dan Kebidanan.
Depkes RI. 2000. Buku Pedoman Yogyakarta: Fitramaya.
Pelaksanaan Program P2
Diare. Jakarta: Depkes RI. Muhidin SA dan Abdurahman M.
2007. Analisis Kolerasi,
_________. 2005. Buku Pedoman Regresi, dan Jalur Dalam
Pelaksanaan Program P2 Penelitian. Bandung : CV.
Diare. Jakarta: Depkes RI. Pustaka Setia.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Murti, B. 2006. Desain dan


2007. Profil Kesehatan Jawa Ukuran Sampel untuk Penelitian
Tengah. Boyolali. Dinas Kuantitatif dan
Kesehatan Kabupaten. 2007. Kualitatif. Jogjakarta:
Profil Kesehatan Kabupaten. Gajah Mada University
Boyolali. press.
Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Notoatmodjo S. 2003. Ilmu
Bakti. Kesehatan Masyarakat
Prinsip-prinsip Dasar.
Ihsan F. 2003. Dasar-Dasar Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kependidikan. Jakarta: Rineka
Cipta. Pitono. A.J, dkk. 2008.
Penatalaksanaan Diare di
Irianto J. 1994. Faktor-faktor Rumah pada Balita .
yang Mempengaruhi Berita Kedokteran
Kejadian Diare Pada Anak Masyarakat.Vol.22.No.1.
Balita. Buletin Penelitian Maret 2006:7-14.
Kesehatan. Vol. 24 No. 2
& 3. 1996: 77-96.

14
Puskesmas Padang Bulan. 2008. Sutomo S. 1987. Supply and
Data Kasus Baru Diarrheal Disease in Rural
Penyakit Diare Kurang Areas of Indonesia.
Dari Lima Tahun Buletin Penelitian
Puskesmas Padang Bulan Kesehatan. Vol. 15 No. 2.
1987: 9 – 14.
Rahadi E B. 2005. Hubungan
Sanitasi Rumah dengan Timmreck CT. 2004.
Kejadian Diare di Desa Epidemiologi suatu
Peganjaran Kecamatan Pengantar. Jakarta: Buku
Bae Kabupaten Kudus Kedokteran EGC.
Tahun 2005. (KTI) UMS.
Diakses: 18 Mei 2009. Wibowo T, Soenarto S &
http://etd.library.ums.ac.id Pramono D. 2004. Faktor-
/gdl.php? faktor Resiko Kejadian
mod=browse&op=read&i Diare Berdarah pada
d=jtptums-gdl-sl-2007- Balita di Kabupaten
ekobagusra-9071. Sleman. Berita
Kedokteran Masyarakat.
Ratnawati D, Trisno A W, Vol. 20. No.1. Maret
Solikhah. 2009. Faktor 2004: 41-48.
Risiko Kejadian Akut
pada Balita di Kabupaten Widjaja MC. 2002. Mengatasi
Kulonprogo. Diakses: 18 Diare dan Keracunan
Mei 2009. pada Balita. Jakarta:
http://www.kapanlagi.com Kawan Pustaka.
/h/0000153644.htm.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis
Sander MA. 2005. Hubungan Epidemiologi, Penularan,
Faktor Sosio Budaya Pencegahan dan
dengan Kejadian Diare di Pemberantasannya.
Desa Candinegoro Surabaya: Erlangga.
Kecamatan Wonoayu
Sidoarjo. Medika. Vol. 2. Zein T M. 2001. Faktor yang
No.2. Juli=Desember berhubungan dengan
2005:163-171 Pengetahuan Ibu dalam
Penanggulangan Dini
Slamet JS. 2002. Kesehatan Diare pada Balita di
Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Kecamatan Baiturrahman
Mada University Tahun 2000. Jurnal
Press. Kesehatan. Vol. 1. No. 1.
Agustus 2001: 11-17.
Suraatmaja S. 2007. Kapita
Selekta Gastroentrologi. Jakarta: Zubir, Juffrie M, Wibowo T.
CV. Sagung Seto. 2006. Faktor-faktor
Resiko Kejadian Diare
Akut pada Anak 0-35

15
Bulan (BATITA) di Juli 2006. ISSN 1411-
Kabupaten Bantul. Sains 6197 : 319-332.
Kesehatan. Vol 19. No 3.

16

Anda mungkin juga menyukai