Anda di halaman 1dari 8

Konferensi Nasional Teknik Sipil 12

Batam, 18-19 September 2018

PEMANFAATAN KERAK BOILER CANGKANG SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI


AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Lissa Opirina1, Inseun Yuri Salena2 dan Abdul Rahim3

1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Teuku Umar, Jl.Kampus Alue Peunyareng Meulaboh
Email: lissaopirina@gmail.com
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Teuku Umar, Jl.Kampus Alue Peunyareng Meulaboh
Email: inseunsalena@gmail.com
3
Mahasiswa Universitas Teuku Umar, Meulaboh
Email: abdulrahim9414@gmail.com

ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan kemajuan dalam pembangunan infrastruktur menuntut kita untuk terus
mencari cara mendapatkan material yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
besarnya pengaruh penggunaan kerak boiler cangkang sawit sebagai substitusi agregat halus.
Substitusi kerak boiler dibuat bervariasi, yaitu 10%, 20% dan 30% terhadap volume agregat halus
dalam campuran beton. Faktor Air Semen (FAS) yang digunakan adalah 0,3 dengan material
campuran penyusun beton Semen Portland tipe I, batu pecah (split) ukuran maksimum 12 mm, pasir,
air, bahan tambahan superplasticizer dengan dengan penggunaan 1,5% dari berat semen serta kerak
boiler cangkang sawit ukuran maksimum 4,76 mm. Sebagai pembanding akan dibuat benda uji beton
normal tanpa substitusi agregat halus (0% kerak boiler cangkang sawit). Pengujian kuat tekan
dilakukan pada umur 28 hari, benda uji yang digunakan adalah silinder beton dengan diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm. Hasil pengujian diperoleh nilai kuat tekan rata-rata umur 28 hari adalah pada
penggunaan 10% kerak boiler sebesar 42,463 MPa, penggunaan 20% kerak boiler sebesar 41,047
MPa, penggunaan kerak boiler 30% sebesar 36,801 MPa dan nilai kuat tekan rata-rata beton normal
sebesar 46,426 MPa. Nilai kuat tekan benda uji dengan substitusi agregat halus lebih rendah dari nilai
kuat tekan beton normal, akan tetapi hasil ini sudah diatas nilai kuat tekan rencana yaitu 30 MPa.
Maka dapat disimpulkan bahwa substitusi optimum kerak boiler cangkang sawit pada beton normal
pada persentase 10%.
Kata kunci: Material, Kerak boiler, Cangkang Sawit, Kuat tekan

1. PENDAHULUAN
Beton merupakan salah satu bahan kontruksi yang banyak digunakan dalam Pelaksanaan struktur bangunan,
jembatan, jalan raya, dan lain sebagainya. Pengunaan beton pada dasarnya memiliki keunggulan-keunggulan
diantaranya memiliki kuat tekan yang tinggi, perawatan dan pembentukan yang mudah, serta mudah didapat
bahan penyusunnya.
Perkembangan dunia Teknik Sipil kedepan tidak hanya memandang pada struktur yang kuat saja, akan tetapi saat ini
aspek-aspek lainnya seperti aspek arsitektural, ekonomis, efektif dan efisien mulai lebih di perhatikan. Berdasarkan
data didunia, Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang terbesar di dunia yang memiliki kekayaan alam
dari struktur perkebunan diantaranya adalah perkebunan kelapa sawit. Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki
lahan kelapa sawit yang luas dan tidak menutup kemungkinan limbah kelapa sawit akan melimpah pula.
Melihat fakta di atas, tidak sedikit para peneliti memamfaatkan limbah industri untuk digunakan dalam campuran
beton. Salah satunya adalah kerak boiler dari hasil pembakaran limbah kelapa sawit yang berbentuk seperti batu
karang yang rapuh, alternatif ini dicoba untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu beton dengan berat yang
relatif ringan dan kuat tekan yang tinggi.
Pada penelitian ini terdapat penambahan zat admixturesuperplasticizer. Penambahan admixturesuperplasticizer
bertujuan untuk menjaga workability dari campuran beton,karena didalam penelitian ini direncanakan FAS yang
relatif kecil yaitu 0,3 superplasticizer inidi gunakan pada saat pengadukan dengan persentase 1,5% dari jumlah
semen.
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya terutama dalam
penggunaan kerak boiler cangkang sawit dalam variasi komposisinya, agar kerak boiler tidak terbuang begitu saja,

ISBN: 978-602-60286-1-7 MT - 83
MT - 84

melainkan dapat dipakai untuk pengaplikasian pada konstruksi-konstruksi khususnya beton serta untuk mengetahui
kuat tekan beton dengan menggunakan limbah industri (kerak boiler cangkang sawit) sebagai pengganti agregat
halus.

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kerak boiler
Kerak/slag boiler yang disebabkan adanya endapan-endapan mineral yang mengeras. Fenomena ini sangat
merugikan bagi pembakaran pada boiler, karena akan mengurangi efesiensi pertukaran panas. Penyebab fenomena
ini adalah tekanan gas yang berbeda pada setiap bahan bakar yang mengakibatkan percikan pijar api dan partikel
yang relatif ringan, namun tidak mampu keluar daripada mesin pengedap siklon dan akan melekat pada dinding
boiler. Slag/ kerak boiler kelapa sawit ini adalah memiliki massa yang lebih berat dari pada fly ash (abu terbang)
yang keluar dari cerobong asap,dan kerak boiler ini relatif memiliki pori-pori yang banyak. Pada umumnya kerak ini
digunakan oleh pabrik kelapa sawit sebagai pengeras jalan di sekitar pabrik..
Kerak boiler kerak pada proses pembakaran cangkang dan serat buah pada suhu 700 – 800 oC pada dapur tungku
boiler. Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit merupakan biomass dengan kandungan silika (SiO2 ) yang potensial
dimanfaatkan. Pembakaran cangkang dan serat buah menghasilkan kerak yang keras berwarna putih – keabuan
akibat pembakaran dengan suhu yang tinggi dengan kandungan silika 61 %. Tingginya kandungan silika ini
membuat abu kerak boiler ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pozzolan dalam campuran beton. (Ma.et.al, 2004)

Bahan tambahan (superplasticizer)


Superplasticizer adalah bahan tambah kimia (chemical admixture) yang akan melarutkan gumpalan-gumpalan
dengan cara melapisi pasta semen sehingga semen dapat tersebar secara merata pada adukan beton dan akan
berpengaruh dalam meningkatkan workability beton sampai pada tingkat yang cukup besar. Superplasticizer
pertama sekali diperkenalkan di Jepang dan kemudian di Jerman pada awal 1960-an (Mulyono, 2005). Garam
sodium dari formaldehyde high condensates naphtalene sulfate superplasticizer dikembangkan di Jepang dan
melamine sulfonate formaldehyde condensates dikembangkan di Jerman. Bahan ini digunakan dalam jumlah yang
relatif sedikit karena sangat mudah mengakibatkan terjadinya bleeding.Superplasticizer dapat mereduksi air sampai
40% dari campuran awal. Beton berkekuatan tinggi dapat dihasilkan dengan pengurangan kadar air, akibat
pengurangan kadar air akan membuat campuran lebih padat sehingga pemakaian superplasticizer sangat diperlukan
untuk mempertahankan nilai slump yang tinggi. Semua jenis superplasticizer memiliki kelemahan terutama pada
flowability yang tinggi pada campuran beton yang umumnya hanya bertahan sekitar 30 sampai 60 menit dan setelah
itu akan berkurang dengan cepat (slump loss). Oleh karena itu pada awal tahun 1990-an di negara Jepang
dikembangkan jenis superplasticizer berbahan dasar polycarboxylates ether, yang diharapkan akan mengurangi
slump loss dan sedikit memperlambat hidrasi semen (Nugraha dan Antoni, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu beton


Menurut Pujianto, et al. (2005), ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi mutu beton, di antaranya adalah :1.
Faktor air semen (FAS, w/c) yang rendah, 2. Kualitas agregat halus (pasir) dan Kualitas agregat kasar (batu pecah).
3.Penggunaan admixture dan additive dengan kadar yang tepat. 4. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan
proses produksi beton. 5. Pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur dan mutu
pelaksanaan yang didukung oleh koordinasi operasional yang optimal.

Pengujian kuat tekan beton


Pengujian kuat tekan beton mengacu standar ASTM dengan menggunakan alat compression test machine kuat tekan
beton dapat dihitung sesuai dengan persamaan berikut:
Pmaks
fc '  (1)
A
dengan f’c = kuat tekan beton (MPa), Pmax = besar beban maximum yang bekerja (KN), dan A = luas permukaan
benda uji (mm2)

ISBN: 978-602-60286-1-7
MT - 85

3. METODE PENELITIAN

Persiapan material
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen portland, agregat bahan tambahan abu kerak boiler dan
superplasticizer. Semen yang digunakan adalah semen portland Tipe I. Pemeriksaan laboratorium terhadap semen
ini tidak dilakukan karena telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 15-2049-1994. Pemeriksaan hanya
dilakukan secara visual terhadap kantong yang tidak robek dan keadaan butiran (tidak terdapat gumpalan-gumpalan
yang keras) pada semen tersebut. Pada penelitian ini material agregat yang digunakan diambil dari sungai Kueng
Meurubo Aceh Barat. Kerak boiler diambil dari salah satu pabrik CPO di wilayah Aceh Barat, kemudian dilakukan
pemilihan dengan cara manual, sehingga di dapat kerak boiler yang kualitasnya baik (tidak bercampur dengan
limbah lain seperti ampas dan lain-lain). Pekerjaan persiapan meliputi pengadaan material, Pemeriksaan sifat-sifat
fisis agregat, Perencanaan mutu beton, persiapan cetakan.

Mix design
Perencanaan komposisi campuran (mix design) direncanakan berdasarkan meode ACI (American Concrete
Institute). Untuk maksud penelitian ini dibuat benda uji seluruhnya berjumlah 30 buah dengan bentuk silinder (Ø 15
cm, T = 30 cm), benda uji dilakukan dengan membedakan jumlah persentase cangkang sawit sebagai pengganti
agregat kasar, yaitu 10%, 20% dan 30%. Untuk kontrol maka dibuatlah campuran beton dengan 0% cangkang
kelapa sawit .

Pembuatan benda uji


Perencanaan komposisi campuran beton (concrete mix design) direncanakan berdasarkan metode ACI (American
Concrete Institute). Untuk rancangan campuran beton ringan ini diperkirakan kekuatan tekan rencana 30 MPa untuk
benda uji silinder 15 cm x 30 cm, faktor air semen 0,30, persentase abu kerak boiler yang digunakan 10%, 20% dan
30% dari berat agregat kasar. Superplasticizer yang digunakan 1% dari berat semen. Agregat kasar yang digunakan
adalah kerikil dengan diameter agregat maksimum 25 mm. Perbandingan campuran material dihitung atas dasar
berat dan disesuaikan dengan berat jenis masing-masing material.
Peralatan yang digunakan untuk pengecoran dan pemeriksaan adukan beton adalah Mesin pengaduk beton (concrete
mixer) berkapasitas 90 liter,Peralatan pengukuran slump (kerucut Abram’s), Cetakan benda uji silinder beton.

Perawatan benda uji


Setelah pengecoran benda uji silinder dan pembukaan bekisting dilaksanakan, maka akan dilakukan perawatan
beton selama 28 hari dengan merendamkan benda uji tersebut kedalam air yang ada di lokasi.

Pengujian benda uji


Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan pada umur 28 hari. Pengujian dilakukan dengan mesin penguji kuat
tekan yang rencana menggunakan mesin milik Laboratorium Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten
Aceh Barat. Sebelum pengujian, benda uji ditimbang beratnya dan diukur dimensinya. Pembebanan kuat tekan
dilakukan perlahan-perlahan dengan beban 2 sampai 4 N/mm2/detik sampai benda uji hancur sesuai dengan ASTM
2007. Besar beban yang menyebabkan benda uji hancur merupakan data yang akan digunakan untuk memperoleh
nilai kuat tekan beton.
Pengujian kuat tekan silinder dilakukan dengan menggunakan mesin Compressive Machine Test yang ada di
Laboratorium Dinas PUPR Aceh Barat, yaitu dengan memberikan beban arah vertikal atau sejajar dengan silinder
secara perlahan hingga benda uji hancur.

4. HASIL

Pengujian beton segar


Hasil pengujian terhadap beton segar berupa pengujian nilai slump dan suhu didapat dilihat pada Gambar 5.2 dan
Tabel 5.5 berikut ini.
1. Slump

ISBN: 978-602-60286-1-7
MT - 86

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan nilai slump pada setiap pengecoran diperlihatkan pada Gambar 1. Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa nilai slump adukan beton berkisar antara 5,7 cm sampai dengan 8,5 cm.

Gambar 1. Grafik Hubungan Persentase Kerak Boiler dengan Nilai Slump


Dari hasil pengujian nilai slump yang dihasilkan terlihat bahwa nilai slump dipengaruhi oleh persentase penggunaan
kerak boiler yang dicampurkan ke dalam adukan beton.Pada adukan 0% didapat nilai slump sebesar 57 mm, 10% -
60 mm, 20% - 72 mm, dan 30% - 85 mm. Grafik di atas menunjukkan bahwa nilai slump terendah berada pada
persentase 0% kerak boiler yaitu 57 mm, sedangkan pada persentase 30% kerak boiler menghasilkan nilai slump
tertinggi yaitu 85 mm. Itu artinya,semakin besar persentase kerak boiler, semakin besar pula nilai slump yang
diperoleh.
2. Suhu
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan adukan pada setiap pengecoran diperlihatkan pada Tabel 1. Dari data
hasil pemeriksaan temperatur pada tiap-tiap adukan yang tertera pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa temperatur
adukan beton telah memenuhi ketentuan yang disyaratkan yaitu lebih kecil dari 32°C.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Suhu Beton.
Bahan Tambahan Dosis % Suhu
0 28 0C
10 28 0C
Kerak Boiler
20 27 0C
30 27 0C
Rata-rata 27,50C
Kategori Sangat Baik
Kuat tekan beton silinder
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat benda uji berumur 28 hari. Data hasil pengujian kuat tekan beton
pada umur 28 hari diperlihatkan pada Tabel 2. dan data hasil peningkatan terhadap persentase substitusi kerak boiler
28 hari diperlihatkan pada Tabel 3. Dari Tabel 2 terlihat kuat tekan rata-rata benda uji silinder pada umur 28 hari
yang optimum adalah pada persentase 10% kerak boiler yaitu sebesar 42,463 MPa. Jika dibandingkan dengan 0%
kerak boiler, kuat tekan beton 10% kerak boiler lebih rendah, tetapi jika di bandingkan dengan f'c rencana (30 MPa)
10% kerak boiler lebih tinggi. Nilai dari Tabel 2 di bawah dapat digambarkan ke dalam grafik hubungan kuat tekan
beton rata-rata seperti pada Gambar 2 di bawah ini.
Tabel 2 Hasil pengujian kuat tekan untuk benda uji beton (Ø 15 & H 30) cm.
Kuat Tekan rata-rata (MPa), Umur
No Presentase Kerak Boiler
beton 28 Hari
0% KBO 46,426
10% KBO 42,463
20% KBO 41,047
4 30% KBO 36,801

ISBN: 978-602-60286-1-7
MT - 87

Gambar 2. Grafik Hubungan Persentase Kerak Boiler dengan Kuat Tekan Beton
Tabel 3. Penurunan terhadap persentase substitusi KBO umur 28 hari
Persentase Kerak boiler 0% 10% 20% 30%
fc' rata-rata 28 hari 46,426 42,463 41,047 36,801
% Penurunan 28 hari 0 -8,536 -11,586 -20,732

Pola kehancuran
Dari pengamatan pengujian kuat tekan beton dapat dilihat juga beberapa jenis pola kehancuran dari benda uji. Pola
kehancuran yang terjadiyaitucone and shear, columnar dan shear. Pola kehancuran pada umur 28 hari berdasarkan
variasi penggunaan substitusi kerak boiler dapat dilihat pada Gambar 3, 4, 5, dan 6.

Gambar 3. Persentase 0% KBO tidak terjadi keretakan padaumur28 hari

Gambar 4. Persentase 10% KBO tidak terjadi keretakan padaumur28 hari

ISBN: 978-602-60286-1-7
MT - 88

Gambar 5. Persentase 20% KBO tidak terjadi keretakan padaumur28 hari

Gambar 6. Persentase 30% KBO tidak terjadi keretakan pada umur28 hari
Jenis pola retak yang terjadi pada beton mempunyai kesamaan dengan jenis pola retak yang terdapa pada ASTM
Standard 2002. Pola retak dapat terbentuk, karena adanya gaya tekan dari atas dan bawah pada benda uji silinder.
Karena kelangsingan silinder, maka menyebabkan pola retak pada beton membentuk garis diagonal dan
cenderungakan hancur kearah samping kiri dan kanan.

5. KESIMPULAN
1. Penggunaan Kerak Boiler pada campuran beton dapat memberikan penurunan kuat tekan beton, namun
demikian substitusi Kerak Boiler mampu menghasilkn kuat tekan beton di atas kuat tekan rencana. Kuat tekan
rencana yaitu f'c = 30 MPa sedangkan kuat tekan rata-rata dariPersentaseKerak Boiler 10%20%dan 30%Yaitu
42,426 MPa, 41,047 MPa, dan 36,801 MPa.
2. Seluruh campuran beton yang diteliti nilai slump-nya memasuki batasan slump rencana, hubungan antara sifat fisis
kerak boiler terhadap nilai slump pada saat pengujian slump dilakukan. Hasil yang didapat ialah semakin besar
substitusi kerak boiler, semakin besar pula nilai slump yang didapat
3. hubungan antara sifat fisis kerak boiler terhadap nilai slump pada saat pengujian slump dilakukan. Hasil yang
didapat ialah semakin besar substitusi kerak boiler, semakin besar pula nilai slumpyang didapat.
4. Hubungan persentase dengan berat volume beton pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan beton normal,
halter sebut di karenakan berat kerak boiler yang disubstitusikan sama dengan berat pasir halus.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Annual Book of American Society for Testing and Materials Standard (ASTM Standard), New York,
USA.
Dobrowolski, A. J., 1988, Concrete Construction Hand Book New York, The McGraw-Hill Companies, Inc..
Muhardi, Sitompul, I.R., & Rinaldi, 2004, Pengaruh Penambahan Abu Sawit terhadap Kuat Tekan Mortar, Seminar
Hasil Penelitian Dosen, Program Studi S1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau.

ISBN: 978-602-60286-1-7
MT - 89

Mulyono, Tri., 2005, Teknologi Beton, Penerbit Andi Yogyakarta.


Neville, A.M., dan Brooks, J.J., 1987, Concrete Technology, Longman Scientific & Technical, London.
Nugraha P., dan Antoni., 2007, Teknologi Beton , Universitas Kristen Petra, Surabaya.
SK SNI 03-6825-2002, 2002, Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland Untuk Pekerjaan Sipil,
BSN
SNI 03-1972-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Subakti, A., 1995, Teknologi Beton Dalam Praktek, Jurusan Teknik Sipil FTSP – ITS, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya, Tidak dipublikasikan, Surabaya.
Timoshenko, S., 1958, Dasar-Dasar Perhitungan Kekuatan Bahan, Terjemahan Gulo, D.H., Penerbit Restu Agung,
Jakarta.
Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton. PT Naviri, Yokyakarta.
Tjokrodimulyo, K.., 2007. Teknologi Beton. Yokyakarta:Biro Penerbit Teknik Sipil UGM.
Yusra A., 2015, Pengaruh Variasi Zat Tambahan Terhadap Sifat Mekanis Beton Mutu Tinggi, Fakultas Teknik,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Yulina, M., 2016, Pengaruh Pengguanaan Bongkahan Cangkang Sawit Sebagai Substitusi Agregat Kasar Terhadap
Sifat Mekanis Beton Mutu Tinggi, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,Universitas Syiah Kuala

ISBN: 978-602-60286-1-7
MT - 90

KONFERENSI NASIONAL TEKNIK SIPIL 12


(KoNTekS 12)
Batam, 18 – 19 September 2018

ISBN: 978-602-60286-1-7

Anda mungkin juga menyukai