Anda di halaman 1dari 5

Nama : Elisa Ameliana

Nim : 201710300511021

Kelas : DIII Keperawatan A

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

Kebijakan pemerintah bidang kesehatan dan sektor lain yang terkait dengan praktik
keperawatan komunitas dan kelompok khusus

1. MDGS (Millenium Development Goals)


Millenium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs,
adalah Deklarasi Millenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan 189
negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ditandatangi oleh 147 kepala
pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Millenium di New York pada bulan September 2000, (A/Ris/55/2 United nations
Millenium development Goals).
Saat ini pemerintah serius membberi perhatian terhadap pencapaian delapan
tujuan millenium development goals (MDGs). Tiga diantara tujuan MDGS terkait
dengan sektor kesehatan primer, yaitu :
1) Mengurangi 2/3 angka kematian bayi di bawah lima tahun
2) Mengurangi 3/4 rasio kematian ibu
3) Memerangi HIV/AIDS, malaria serta penyakit lainnya

Peran perawat komunitas dalam pencapaian target MDGs tahun 2015, yaitu
dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui
praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif)
dan pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of
prevention). Perawat dalam melaksanakan praktik kelapangan melaksanakan atau
memberikan asuhan keperawatan di komunitas atau masyarakat pertama, berbasis
institusi pendidikan ketika sedang menempuh program diploma, pada saat menempuh
program sarjana (tahap akademik dan profesi), pada tahap menempuh pascasarjana
baik aplikasi maupun spesialis, dan ketika berada di tatanan tempat kerja yaitu
didinkes dan puskesmas.
Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal pada hakikatnya
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
genetika. Kalangan ilmuwan umumnya berpendapat bahwa determinan utama dari
derajat kesehatan masyarakat tersebut, selain kondisi lingkungan, adalah perilaku
masyarakat. Peran perawat komunitas dalam pencapaian MDGs, baik secara langsung
maupun tdak langsung sangat berperan yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin.
2. SKN (Sistem Kesehatan Nasional)
Sistem kesehatan nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya seagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
-Peraturan Presiden N0. 72 tahun 2012 Pasal 1 angka 2
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
potensi bangsa baik masyarakat swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil
guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Kebijakan kesehatan Indonesia dirumuskan dalam Sistem Kesehatan Nasional
(SKN). Bagian pertama dari Sistem Kesehatan Nasional menggariskan arah, tujuan,
kebijaksanaan, dasar, serta landasan tentang bagaimana seharusnya
mengadministrasian segala upaya kesehatan di Indonesia. Pasal 167 Undang- undang
No.36 tahun 2012 menyatakan pengelolaan kesehatan diselenggarakan oleh
pemeritah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melalui pengelolaan administrasi
kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan, upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, peran serta dan pemberdayaan masyarakat, serta pengaturan
hukum kesehatan. Pelaku SKN adalah masyarakat, termasuk pihak swasta, dan
pemerintah (eksekutif) yang terdiri dari pemerintah pusat provinsi, dan kabupaten.
Dalam perpres No. 72 tahun 2012 mempunyai landasan sistem kesehatan
nasional, meliputi :
a. Landasan idil, yaitu pancasila
b. Landasan konstitusional, yaitu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, khususnya :
 Pasal 28A “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya“,
 Pasal 28B ayat (2) “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”,
 Pasal 28C ayat (1) “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”,
 Pasal 28H ayat (1) “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”,
 Pasal 28H ayat (3) “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat”,
 Pasal 34 ayat (2) “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan”,
 Pasal 34 ayat (3) “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.
c. Landasan operasional, meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.

Sistem Kesehatan Nasional di pergunakan sebagai dasar dan acuan dalam


penyusunan berbagai kebijakan, pedoman, dan arahan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan. Demi tercapainya SKN maka
diperlukan implementasi dari kebijakan-kebijakan nasional, yang mana implementasi
mengacu pada hasil akhir dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
dengan proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pembelahan
personil (stuffing), dan pengawasan ( controlling).
3. BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
BPJS merupakan badan hukum dengan tujuan yaitu mewujudkan
terselenggaranya pemberian jamina untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam penyelenggaraannya
BPJS ini terbagi menjadi dua yaitu BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan
(Tabrani, 2009).
Peraturan pemerintah tentang pelaksanaan UU No. 24 Th 2011 tentang BPJS :
a. Tata cara pengenaan sanksi administratif bagi pemberi kerja yang terlambat atau
tidak membayar iuran (pasal 17). Pengaturan ini harus sinkron dengan peraturan
iuran jaminan kesehatan yang diatur dalam Peraturan Presiden tentang Jaminan
Kesehatan.
b. Besaran dan tatacara pembayaran iuran untuk empat program selain program
jaminan kesehatan (Pasal 19 ayat (5) huruf (b) )
c. Sumber dan penggunaan asset BPJS (Pasal 41)
d. Sumber dan penggunaan asset dana Jaminan Sosial (Pasal 43)
e. Persentase dana operasional (Pasal 45) untuk jaminan kesehatan yang harus
ditetapkan oleh DJSN. Memperhatikan rasio biaya operasional terhadap total
iuran diterima di berbagai negara, maka BPJS dapat menggunakan dana
operasional maksimum 4 persen dari iuran di tahun-tahun pertama, dan dapat
lebih kecil dari 3 persen di masa stabil.
f. Tata cara hubungan antar lembaga (Pasal 51)
g. Tata cara pengenaan sanksi administratif bagi Dewan pengawas dan Direksi BPJS
(Pasal 53).
Daftar Pustaka

Adisasmito, W .(2012). Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajawali Press.


Kementrian Kesehatan (2014). Pusat Data dan Informasi Kesehatan.Jakarta:
Kementrian kesehatan.
Alramadona. Pemerintah Serius Capai Delapan Tujuan MDGs, Sumber: Padang Ekspress
Mar. 30, 2012.
Jaji & Nurharlina. Buku panduan praktik profesi keperawatan komunitas, PSIK-FK
Unsri tahun 2011.
Buchbinder, Sharon B. 2014. Manajemen Pelayanan Kesehatan. EGC:Jakarta
Dunn, William N. 1999. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa,
MA dkk. Edisi ke 2. Jakarta
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
Undang-Undang No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan
Nasional

Anda mungkin juga menyukai