Nim : 170204068
Sebuah keluarga sedang mengalami perasaan duka cita. Sang ibu yang telah mengandung
2 bulan mengalami pendarahan dan mengharuskan untuk dilakukan aborsi untuk
menyelamatkan jiwa ibunya. Perasaan duka cita dari pasangan tersebut memiliki
karakteristik yang kompleks. Sang ibu berduka karena calon bayinya tidak bisa
dipertahankan (kehilangan interpersonal), atau barangkali merasa bersalah kepada
anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai harapan mereka (kehilangan
ekstrapersonal).
Menurut aplikasi teori Betty Neuman dalam menangani kasus ini adalah dengan
cara pencegahan tersier (Preventif Tersier) untuk pertahanan resistensi, dimana intervensi
yang bersifat kuratif dikarenakan dalam kasus ini telah terjadi keguguran pada ibu muda
primigravida yang menyebabkan ibu muda tersebut merasa stress. Untuk mengatasinya
adalah dengan cara diberikan terapi perilaku kognitif yaitu perubahan pola pikir pasien
yang negatif menjadi positif sehingga dapat mengubah perilaku pasien menjadi lebih baik
lagi dan permanen. Dengan melakukan terapi ini pasien dapat termotifasi untuk
mempunyai anak lagi tanpa adanya trauma. Selain menghilangkan rasa stres dan trauma
yang dialami dengan melakukan sebuah terapi pasien juga dapat menghilangkannya
dengan adanya dukungan dari keluarga khususnya orang terdekat seperti keluarga, suami
dan sahabat. Dengan adanya dukungan dari keluarga pasien akan lebih termotifasi dan
akan menghilangkan kesedihan akibat keguguran yang dialami sertajugadilakukannya
pengurangan penderitaan akibat penyakit dengan melakukan terapi biologis, terapi ini
juga terdapat faktor besar dengan keluarga maupu orang orang terdekat pasien pasien
dapat menghilangkan rsa stres dan depresinya dengan menlakukan hal hal yang
bermanfaat, namun semua itu akan sia-sia jika tidak adanya kemauan untuk berinteraksi
dan berkomunikasi dari pasien itu sendiri.
Pengaruh dukungan suami pasien dapat berupa adanya komunikasi yang bersifat
menghibur dan memecahkan masalah yang mengganggu pikiran sang ibu. Sikap suami
yang dilakukan selain menghibur adalah dapat dilakukan dengan cara memahami kondisi
atau perasaan dari sang ibu dengan tetap memberikan motivasi dan yang paling penting
adalah dengan meluangkan waktu untuk selalu berada dsamping istrinya agar dapat
mengurangi stres dan gangguan mental yang dialami. Selain suami peran keluarga juga
sangat dibutuhkan sebagai kerabat dari sang pasien terutama adalah sang ibu dari pasien
tersebut yaitu dengan cara membiarkannya untuk meluapkan segala kesedihan yang
dirasakan setelah itu mengajaknya untuk melakukan kegiatan bersama dan memberikan
motivasi agar dapat melupakan masalah yang sedang dihadapinya. Tidak hanya peran
suami dan juga keluarga, sahabat juga berpengaruh dalam proses mengurangi stres yang
dialami karena sahabat adalah orang terdekat dari pasien yaitu dengan cara memulai
pembicaraan secara perlahan dan mengajaknya untuk membagi beban dan kesedihan
yang dirasakan. memerlihatkan kekhawatiran dan kasih sayang kepadanya, mendampingi
untuk mendengarkan, membantu tugas-tugas kecil, menjaga anak yang lain atau apapun
yang diperlukan saat itu.Seringkali teman bersedia membantu, namun sama sekali tidak
tahu harus bagaimana. Padahal mereka bisa saja membantu dengan cara yang praktis,
dengan menyiapkan makanan, mencuci atau berbelanja. Mereka juga dapat membantu
secara emosional yakni dengan membicarakan kejadian itu. Dibutuhkan teman sejati dan
berani untuk melakukannya.
Peran perawat, bidan atau dokter juga berpengaruh. Salah satu realita
menyakitkan yang harus diketahui oleh setiap wanita yang mengalami keguguran adalah
bahwa seringkali bila terancam keguguran, sangat sedikit hal yang bisa dilakukan
perawat atau penolong medis lainnya untuk mencegahnya. Ini merupakan situasi yang
sulit karena wanita yang bersangkutan cenderung merasa bahwa bidan, perawat atau
dokternya telah mengecewakan mereka dengan tidak melakukan apa-apa. Bidan, perawat
atau dokter yang bersangkutan cenderung merasa bahwa wanita itu tidak realistis karena
mengharapkan sesuatu yang tidak dapat terwujud. Dokter, bidan atau perawat dilatih
untuk aktif melakukan sesuatu dan keguguran seringkali menghadapkan mereka pada
situasi dimana tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Keadaan ini dapat membuat frustasi
dan menghancurkan hati. Jika ada tindakan yang bisa menyelamatkan kehamilan, tenaga
medis tentu dengan senang hati megambil tindakan. Keguguran tidak hanya membuat
stress wanita yang bersangkutan tetapi juga dokter, bidan dan petugas kesehatan lainnya.
Dapat dipahami bahwa sebagian bidan, perawat dan dokter merasa perlu membuat jarak,
tidak hanya untuk mempertahankan efisiensi, tetapi juga sebagai pelindung diri melawan
keterlibatan sakit hati dan stress. Namun seperti halnya orang yang telah mengalami
keguguran, mereka perlu menyeimbangkan kepedulian dan perhatian. Sebagian besar
dokter, perawat dan bidan peduli tetapi yang dibutuhkan adalah agar pasien melihat
bahwa mereka peduli.