1
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat
larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :
• Molar (M), yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
1000
Untuk volume dalam mL M =n
v
• Molal (m), yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
1000
Untuk massa dalam gram m=n
p
• Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat
terlarut
nterlarut
X terlarut =
nterlarut + n pelarut
2
i = sifat koligatif larutan eklektrolit dengan kosentrasi m / sifat koligatif larutan
nonelektrolit dengan kosentrasi m
i=1+ ( n−1 ) ∝
3
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan
antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan
bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan
uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap
salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan
tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut
murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan
uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
Keterangan:
P = tekanan uap larutan
Xpelarut = fraksi mol
P° = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut.
Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap
penurunan tekanan uap dapat dituliskan:
P = Po – P
Untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat ditulis:
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah
diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.
Karena zat terlarut non volatile maka : Pt = P = Po x N1 N1 < 1
Pt < Po
Jadi disini terjadi penurunan tekanan uap dari pelarut, besarnya penurunan tekanan uap
∆ P.
∆ P=Po−Pt =Po−P
¿ Po−Po . N 1
¿ Po(1−N 1 )
∆ P=Po× N 2
N 1 + N 2=1
4
Jadi penurunan tekanan uap pelarut hanya tergantung pada jenis pelarut dan
banyaknya zat terlarut tidak bergantung banyaknya pelarut.
Penurunan tekanan uap relatif :
∆ P Po−P
= =N 2
P0 Po
Kesukaran praktek ialah pengukuran dari perbedaan tekanan uap yang kecil
antara pelarut dan larutan. Tabel 3.1. menunjukkan hasil percobaan untuk larutan
Manitol pada 20 ℃.
Tabel 3.1. ∆ P untuk manitol pada 20 ℃ (Po = 17,51 mmHg)
Mole Manitol/100gr air ∆ P Percobaan (mmHg) ∆ PPerhitungan (mmHg)
0,0984 0,0307 0,0311
0,1927 0,0614 0,0622
0,2962 0,0922 0,0931
0,4938 0,1536 0,1547
0,6934 0,2126 0,2164
0,8922 0,2792 0,2775
0,9908 0,3096 0,3076
Dengan hukum Roult di atas, dapat ditentukan ∆ P Pelarut bila BM zat terlarut
diketahui, seebaliknya BM zat terlarut dapat ditentukan bila ∆ P dapat diukur :
W 2/ M 2
∆ P=Po−P=Po . N 2
W 1/ ¿ M +W
1 2
/ M2 ¿
= Po
Untuk larutan yang sangat encer : W 1 /¿ M 1 ≫>W 2 / M 2 ¿
W 2/ M 2
∆ P=Po
W 1/ M 1
Ket :
∆ P = Penurunan tekanan uap
N 2 = Fraksimol terlarut
N 1 = Fraksimol pelarut
P = Tekanan uap di atas larutan
Po = Tekanan uap pelarut murni
W 1= Berat pelarut
M 1=¿ Berat molekul pelarut
5
W 2 = Berat zat terlarut
M 2 = Berat molekul zat terlarut
Contoh soal :
Tekanan uap air pada 1000C adalah 760 mmHg. Berapakah tekanan uap larutan glukosa
18% pada 1000C ( Ar H = 1, C = 12, O = 16 )
Penyelesaian :
Dalam 100 gram larutan glukosa 18% terdapat :
Glukosa 18% = 18/100 x 100 gram = 18 g
Air = 100 – 18 gr = 82 gram
Jumlah mol glukosa = 18 g/ 180 g mol-1 = 0,1 mol
Jumlah mol air = 82 g/ 18 gmol-1 = 4,55 mol
Xpel = 4,55/(4,55 + 0,1)
P = Xpel x P0
= ( 4,55 x 760 mmHg) /(4,55 + 0,1)
= 743,66 mmHg
2. Kenaikan Titik Didih Larutan
Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal
sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut.
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang
menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan
tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair
diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut
mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan
uap luar disebut titik didih.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
kenaikan titik didih dari larutan tersebut. Titik didih air murni pada tekanan 1 atm
adalah 100°C. Hal itu berarti tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm (sama dengan
tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan sampai 100°C. Dengan demikian bila
tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air
kurang dari 100°C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada
suhu 100°C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih.
6
Untuk dapat mendidih (tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang
lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih. Jadi,
kenaikan titik didih adalah selisih suatu larutan mendidih pada temperatur lebih tinggi
dari pelarutnya.
Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalamdiagram PT.
7
Untuk larutan encer N2 kecil sekali, hingga N22, N33 dapat diabaikan :
Ln(1- N 2) = - N 2
Ln(1- N 2) = - N 2 = ∆Hv/R.∆Tb/To 2
∆Tb = RTo2/∆Hv.N2 = konstant
Bila n1 = jumlah mol pelarut/1000 gr dan m = molalitas zat terlarut, maka :
N2 = m / m + n1 ---------------- m <<<n1
= m/n1
∆Tb = [RTo2/∆Hv.n1]m
∆Tb = Kb.m
Kb = R. Tb2 / ∆Hv.n1
Kb = kenaikan titik didih molal
Tabel 3.4 Kb untuk beberapa pelarut
Pelarut Titik didih ℃ Kb Percobaan Kb (hitungan)
Aseton 56,5 1,72 1,73
CCl 4 76,8 5,0 5,02
Benzena 80,1 2,57 2,61
CHCl 3 61,2 3,88 3,85
C 2 H 3 OH 78,4 1,20 1,19
8
1000
Jika, m=n x
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
( n x 1000)
∆ T b=K b
p
Keterangan :
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
M = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan
mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya,
mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya). Titik didih larutan
merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya.
Bila ∆Tb dapat diukur, maka M 2dapat dihitung, demikian pula sebaliknya.
Banyak alat-alat telah dibuat untuk menetapkan ∆Tb, seperti alat dari Beckman.
Berikut adalah alat dari Contrell untuk menetapkan ∆Tb. Mula-mula pelarut sebanyak
W 1gram dipanaskan sampai mendidih, temperatur dicatat. Setelah itu dimasukkan W 2
gram zat terlarut, dipanaskan lagi sampai mendidih. ∆Tb dapat dicari selisih kedua titik
didih pelarut dan larutan.
Contoh soal :
Sebanyak 12,2 gram asam benzoat (Mr = 122) dilarutkan dalam 244 gram etanol.
Tentukan kenaikan titik didih etanol jika tetapan kenaikan titik didih etanol adalah 1,22
°C/m!
Penyelesaian :
Diketahui : gram asam benzoat= 12,2 gram
gr 12,2
Mr asam benzoat= 122, makan= = =0,1 mol
Mr 122
p = 244 gram
Kb = 1,22 °C/m
Ditanya : ∆ T b....?
Jawab :
9
( n x 1000 )
∆ T b=K b
p
0,1 x 1000
∆ T b=1,22
2,44
∆ T b=0,5° C
Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah dari pada pelarut murni.
To titikbeku pelarut murni, Ttitik beku larutan, Ps tekanan uap pelarut padat dancair
pada To, tekananuap pelarut murni yang membekuterlambat, P = tekanan uap larutan
pada temperatur T. Untuk titik G dan B berlaku :
∆ Hv .(¿−T )
Ln Ps/Po = T¿
R¿
Untun titik E dan B berlaku :
10
∆ Hv .(¿−T )
Ln Ps/Po = T¿
R¿
(¿−T )
Ln Ps/Po – ln Ps/P = (∆ Hv-∆ Hs) T¿
R¿
(−∆ Hf ) (∆ Tf )
Ln Ps/Po = T¿ ∆ Hs = ∆ Hv + ∆ Hf
R¿
Ln P/Po = ln N1 =ln (1- N 2)
(−∆ Hf ) (∆ Tf )
= T¿
R¿
ln 1 −N 2=−N 2
(−∆ Hf ) (∆ Tf )
- N 2= T¿
R¿
Rto 2 . N 2
∆ Tf =
∆ Hf
Bila n1 jumlah mol pelarut tiap 1000gr dan molalitas zat terlarut.
N 2=¿ m/n1+m
Untuk larutan encer : m<<<n1--------------- N 2 m/ml
∆ Tf = R¿2/∆ Hf x m/ml
∆ Tf = R¿2/∆ Hf .n 1 xm
∆ Tf =Kf . m
Rto 2
Kf =
∆ Hf . n 1
Kf = turun titik beku molal
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan
titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita
hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan
adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya
akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan
tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan
demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut.
11
Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus
memiliki tekanan uap yang sama.
Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva
tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut
ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu
ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian
bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati.
Rumus di atas dipakai untuk menetapkan BM zat terlarut bila W 2gr zat terlarut dengan
BM = M 2 dilarutkan dalam W 1gr pelarut :
M = W 2 /¿ M 2 x 1000¿ W 1
∆ Tf = Kf.m
= Kf x W 2 /¿ M 2 x 1000¿ W 1
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf)
dinyatakan dengan persamaan:
12
1000
Jika, m=n x
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
(n x 1000)
∆ T f =K f
p
Keterangan:
Tf = penurunan titik beku 0C
Kf = tetapan titik beku molal (f=freeze)
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Alat yang biasa dipakai untuk menetapkan ∆ Tf ialah alat dari Beckman. Alat ini terdiri
dari tabung A yang dikelilingi oleh tabung C untuk mencegah pendinginan yang terlalu
cepat. C dimasukkan dalam campuran pendingin yang temperaturnya +5 ℃ lebih
rendah daripada titik beku pelarut.
Seberat tertentu pelarut dimasukkan ke dalam A dan temperatur diturunkan +5 ℃
dibawah titik bekunya. Cairan diaduk hingga terjadi pembekuan dan temperatur yang
terbaca dicatat. Tabung A diambil dan dipanaskan, hingga zat padat mencair, kemudian
ditambah zat yang ditentukan BM nya melalui B hingga terlarut sempurna. Sekarang
titik beku ditentukan lagi seperti diatas ∆ Tf dicari.
13
Pemisahan Larutan Padat pada Pembekuan
Rumus-rumus untuk penurunan titik beku hanya berlaku pada pembekuan yang
memisah pelarut padat. Dalam beberapa hal, misalnya larutan 12 atau tiofene dalam
benzena, pada waktu pembekuan zat padatnya berisi zat terlarut dalam bentuk larutan
padat. Dalam hal ini rumusnya dirubah menjadi :
∆ Tf = Kf(1-k)m
fraksi mol zat terlarutdalam zat padat
k=
fraksi mol zat terlarut dalamlarutan
Bila zat padatnya murni, berarti k = 0 sehingga :
∆ Tf = Kf.m
Bila zat padatnya tak murni, ada dua kemungkinan :
Kalau zat padatnya lebih mudah larut dalam pelarut cair, k < 1, jadi 1 – k positif
disini terjadi penurunan titik beku.
Kalau zat padatnya lebih mudah larut dalam pelarut pada t, k > 1, jadi 1 – k
negatif disini terjadi kenaikan titik beku.
14
Hal terakhir ini jarang terjadi dalam keadaan biasa tetapi umum terjadi pada logam-
logam dan garam-garam yang membentuk larutan padat.
Contoh soal :
Glukosa (Mr = 180) sebanyak 36 gram dilarutkan ke dalam air 500 gram air. Jika
tetapan penurunan titik beku molal air (Kf) adalah 1,86° C/molal, tentukan penurunan
titik beku larutan!
Penyelesaian :
Diketahui : gram glukosa= 36 gram
gr 36
Mr glukosa = 180 : makan= = =0,2mol
Mr 180
p = 500 gram
Kf air = 1,86° C/molal
Ditanya : ∆ T f ....?
Jawab :
( n x 1000 )
∆ T F =K F
p
( 0,2 x 1000 )
∆ T F =1,86
500
∆ T F =0,744 ℃
15
bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless
steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam cairan pendingin, sambil terus-
menerus diaduk sehingga campuran membeku.
16
Penaburan garam tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam
yang ditaburkan, akan semakin banyak pula salju yang mencair.
17
Tekanan Osmose Larutan Sukrose pada 14 ℃
C (mol/liter) π (atm) π/T
0,0588 1,34 22,8
0,0809 2,00 24,7
0,1189 2,75 25,2
0,1794 4,04 22,5
Jadi : π :: C.T
π = k. C. T C = n/V
π = k . n/V. T
π = n k. T (Vant Hoff)
n = Jumlah mol zat terlarut
V = Volume larutan
Dari hitungan-hitungan ternyata bahwa tetapan k mempunyai harga identik dengan
harga R untuk gas ideal. Misalnya untuk larutan 45,0 gr sucrose/liter larutan pada 0 ℃,
π = 2,97 atm.
π = 2,97 atm
V = 1 liter
πv 2,97 × 1
N = 45/342,2 k= =
n T 455 /342,2 ×273,2
T = 273,2 k = 0,0827 liter atm/mol oK
18
Rumus dapat ditulis :
πV=nRT
Ini berarti tekanan osmose hanya tergantung jumlah mol zat terlarut, tidak tergantung
jenisnya. Namun demikian rumus Van’t Hoff hanya berlaku untuk larutann encer, untuk
larutan pekat π lebih besar daripada yang diperoleh dari rumus.
n
Karena tekanan osmosis = π, maka : π=M RT atau π= R T
v
19
disebut osmosis balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk
memperoleh air tawar dari air laut.
Tekanan osmosis
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut
larutan Hipotonis.
Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan
Hipertonis.
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam
pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan
elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit
pada konsentrasi yang sama.
Contoh soal :
Tentukan tekanan osmotik larutan glukosa (Mr = 180) yang dibuat dengan melarutkan
10,8 gram glukosa dalam air hingga volumenya 400 mL pada suhu 27°C. Gunakan R =
0,082 L atm / mol K!
Penyelesaian :
Diketahui: V = 400 mL
g = 10,8 gram
T = 27°C = 300 K
gr 10,8
Mr = 180, makan= = =0,1mol
Mr 180
Ditanyakan : π … ?
Jawab :
1000
π= n RT
v
20
1000
π= x 0,1 x 0,082 x 300
400
π=6,15 atm
3. Pengawetan Makanan
Sebelum teknik pendinginan
untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam dapur digunakan untuk mengawetkan
21
makanan. Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busuk yang berada di
permukaan makanan.
4. Membasmi Lintah
Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam
yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam
tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.
5. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman
Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh tanaman
melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih
tinggi daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh
tanaman.
PERTANYAAN :
1. Apa rumus untuk menentukan jumlah kuantitas sifat koligatif larutan?
Jawaban :
Penurunan Teknanan Uap
ΔP = P0 – P atau ΔP = Xterlarut . P0
22
Kenaikan Titik Didih
ΔTb = Kb x m
Penurunan Titik Beku
ΔTf = Kf x m
Tekanan Osmotik
π=M RT
2. Mengapa sifat koligatif larutan hanya bergantung pada kuantitasnya?
Jawaban :
Sifat koligatif larutan hanya bergantung pada kuantitasnya karena dapat dilihat
bahwa ada istilah koligatif didalam sifat koligatif larutan, dimana arti kata koligatif
adalah ‘menggambarkan sesuatu yang hanya bergantung pada jumlah’ yang berarti
bahwa pada sifat koligatif, suatu larutan itu akan dihitung atau akan dicari
kuantitasnya.
3. Apa yang dimaksud dengan sifat campuran yaitu dapat dipisahkan secara fisika?
Jawaban :
Maksud dari sifat campuran dapat dipisahkan secara fisika ialah pada suatu
campuran dapat dipisahkan melalui beberapa jenis pemisahan campuran, antara lain
pemisahan campuran dengan sifat fisika seperti Filtrasi atau Penyaringan yang
digunakan untuk memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut berdasarkan pada
perbedaan ukuran partikel zat-zat yang bercampur atau lebih ringkasnya adalah
pemisahan zat dari suatu campuran. Contohnya saat akan mencuci sayuran, kamu
akan menempatkan sayuran tersebut dalam wadah yang berlubang-lubang atau
wadah penyaring dari bahan berpori yang dapat dilewati partikel-partikel kecil,
tetapi menahan partikel yang lebih besar.
4. Berikan contoh dan apa maksud dari sifat campuran yang memiliki perbandingan
sembarang?
Jawaban :
Maksud dari sifat campuran memimiliki perbandingan sembarang ialah dalam
pembuatan campuran perbandingan antara Zat Terlarut dam Zat Pelarut tidak
ditentukan ataupun tidak ada ketentuan khusus, perbandingannya sembarang
ataupun sesuai dengan apa yang kita inginkan. Contohnya dalam pembuatan
23
campuran larutan gula, banyaknya Zat Terlarut (gula) dan banyaknya Zat Pelarut
(air) tidak ditentukan.
5. Zat terlarut dalam bentuk apa yang dapat dihitung pada sifat koligatif larutan?
Jawaban :
Zat terlarut dalam bentuk padatan dan cairan yang biasanya dapat dihitung pada
sifat koligatif larutan, karena padatan memiliki masaa dan cairan memiliki volume.
24