Anda di halaman 1dari 6

RESUME JURNAL

“YOGURT CONSUMPTION IN INFANCY IS INVERSELY


ASSOCIATED WITH ATOPIC DERMATITISAND FOO
SENSITIZATION AT 5 YEARS OF AGE: A HOSPITAL
BASED BIRTH COHORT STUDY”

LARYNGOTRACHEOBRONCHITIS
MICROBIOLOGY
22

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
RESUME JURNAL
Judul Yogurt Consumption in infancy is inversely associated
with atopic dermatitis and food sensitization at 5 years of
age: A Hospital-based birth cohort study
Nama Jurnal Journal of Dermatological Science

Volume & Halaman Vol. 86 & Hal. 90-96

Tahun 2017

Author Tetsuo Shoda

Co-Author Masaki Futamura, Limin Yanga, Masami Narita, Hirohisa


Saito, Yukihiro Ohya
DOI 10.1016/j.jdermsci.2017.01.006

Abstrak Jurnal yang berjudul “Yogurt Consumption in infancy is


inversely associated with atopic dermatitis and food
sensitization at 5 years of age: A Hospital-based birth
cohort study” adalah sebuah penelitian yang dilakukan
untuk menemukan hubungan antara kebiasaan
mengonsumsi yogurt dalam mencegah terjadinya
penyakit alergi dan sensitisasi pada anak-anak.
Bagian abstrak yang ditampilkan di dalam jurnal ini
bersifat ringkas dan sudah dapat merangkum keseluruhan
isi jurnal mulai dari bagian pendahuluan hingga hasil,
sehingga kita dapat memahami isi jurnal hanya dengan
membaca abstrak tersebut.
Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi
yogurt sebagai makanan probiotik pada masa bayi
terhadap pencegahan terjadinya penyakit alergi dan
sensitisasi.
Pendahuluan Pada pendahuluan dijelaskan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi penyakit alergi terutama di negara-negara

1
barat, sehingga menjadi beban kesehatan masyarakat.
Kenaikan prevalensi penyakit alergi yang nyata ini
diduga karena penurunan keanekaragaman mikrobiota
usus terutama lactobacilli selama masa kanak-kanak,
yang pada perkembangan anak selanjutnya ternyata
berkaitan dengan terjadinya penyakit alergi. Dalam
penelitian ini dilakukan manipulasi mikrobiota usus
dengan pemberian suplementasi probiotik yang dianggap
memberi manfaat dalam pencegahan penyakit alergi.
Suplemen probiotik yang diberikan pada penelitian ini
adalah yogurt yang diproduksi dengan cara membiakkan
bakteri asam laktat dari bahan susu. Terdapat penelitian
terdahulu yang meneliti hubungan antara pemberian
yogurt pada tahun pertama kehidupan dan efek
perlindungan terhadap kejadian dermatitis atopik.
Namun, penelitian ini hanya meneliti efek pemberian
yogurt pada terjadinya dermatitis atopik, bukan pada
penyakit alergi lain atau sensitisasi alergi. Berdasarkan
hal tersebut peneliti ingin menyelidiki hubungan antara
kebiasaan konsumsi yogurt pada masa bayi terhadap
pencegahan terjadinya penyakit alergi dan sensitisasi.
Metode Pada bagian metode dijelaskan bahwa peneliti
menggunakan desain penelitian dari Studi Kesehatan
Penyakit dan Perkembangan Anak Tokyo (T-CHILD)
yang juga dikenal sebagai "Studi Kohort Seiiku". Sampel
yang digunakan sejumlah 1701 wanita hamil di bawah
usia kehamilan 16 minggu yang mendaftarkan diri di T-
CHILD pada Oktober 2003 hingga Desember 2005.
Sebanyak 1.550 anak dilahirkan oleh wanita yang
direkrut antara Maret 2004 dan Agustus 2006.
Diagnosis penyakit alergi ditetapkan menggunakan

2
kuesioner International Study of Asthma and Allergies in
Childhood (ISAAC), yang diisi oleh orang tua ketika
anak-anak mereka berusia 5 tahun (Tabel E1). Kuesioner
ISAAC diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang dan
divalidasi. Melalui kuesioner dapat diketahui frekuensi
konsumsi yogurt selama masa bayi. Selain itu, dilakukan
pengumpulan data tentang dermatitis atopik, yang
didiagnosis menggunakan kriteria United Kingdom
Working Party (UKWP) pada pemeriksaan kesehatan
saat anak berusia 5 tahun.
Selanjutnya sampel serum yang diperoleh dari partisipan
usia 5 tahun dibekukan dan disimpan pada suhu −30 ° C
hingga pengujian. Konsentrasi IgE spesifik dalam sampel
serum ditentukan menggunakan uji multipleks molekul
ImmunoCAP® ISAC (Thermo Fisher Scientific,
Uppsala, Swedia). Sensitisasi didefinisikan sebagai hasil
positif untuk setiap alergen tunggal jika tingkat IgE
spesifik mencapai ≥0,3 unit standar ISAC.
Selanjutnya perbedaan karakteristik anak-anak yang
dikelompokkan berdasarkan kebiasaan konsumsi yogurt
pada masa bayi diuji menggunakan uji chi-square.
Kemudian dibuat model logistik untuk memperkirakan
hubungan antara kebiasaan mengonsumsi yogurt pada
masa bayi dengan kejadian penyakit alergi pada anak-
anak usia 5 tahun. Penelitian ini telah disetujui oleh
Ethics Committee of the National Center for Child
Health and Development.
Hasil Pada bagian hasil, didapatkan data 1156 anak-anak yang
orang tuanya merespons kuesioner. Para ibu dari 38%
anak-anak menjawab bahwa anak mereka makan yogurt
secara rutin memiliki prevalensi dermatitis atopik

3
sebanyak 22% berdasarkan ISAAC dan 30,8%
berdasarkan kriteria UKWP. Lalu konsentrasi IgE
spesifik dari 975 anak menunjukkan 57,7% peka
terhadap salah satu dari total alergen, 56,7% terhadap
alergen inhalan dan 8,8% terhadap alergen makanan.
Lalu didapatkan hubungan yang bermakna antara
kebiasaan mengonsumsi yogurt pada masa bayi dengan
dermatitis atopik saat anak berusia 5 tahun, tetapi tidak
pada hasil alergi lainnya. Anak-anak dengan kebiasaan
mengonsumsi yogurt pada masa bayi secara signifikan
lebih kecil kemungkinannya memiliki kepekaan positif
terhadap makanan tetapi tidak terhadap salah satu dari
total alergen atau alergen inhalan.
Pembahasan Pada bagian pembahasan, hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan kebiasaan mengkonsumsi yogurt pada
masa bayi memberikan efek perlindungan terhadap
dermatitis atopik dan kepekaan terhadap makanan tetapi
tidak terhadap penyakit alergi atau kepekaan lainnya.
Selain itu, data mengungkapkan bahwa dalam kelompok
yang "sehari-hari" mengkonsumsi yogurt menunjukkan
kecenderungan lebih rendah mengalami dermatitis atopik
daripada kelompok yang "kadang-kadang"
mengkonsumsi yogurt.
Yogurt mengandung Lactobacillus sp merupakan
makanan probiotik paling representatif dan bermanfaat
tidak hanya untuk suplementasi mikroba tertentu, tetapi
juga untuk memanipulasi komunitas mikroba usus,
imunomodulasi dan fortifikasi dari penghalang usus.
Bukti terbaru telah mulai menyoroti peran penting
keanekaragaman mikrobioma usus dalam patogenesis
alergi pada anak usia dini.
Kekuatan Penelitian Penelitian ini menggunakan standar kuesioner ISAAC
4
dan kriteria diagnostik UKWP untuk dermatitis atopik,
yang dapat memberikan data sampel yang cukup.
Selanjutnya, pengumpulan data secara prospektif
memungkinkan untuk menghilangkan terjadinya reverse
causality bias dan pengumpulan data tentang konsumsi
yogurt pada usia 12 bulan dapat mencegah terjadinya
recall bias.
Kelemahan Penelitian Kekurangan utama pada penelitian ini adalah tidak
terdapatnya informasi tentang jumlah asupan yoghurt.
Selain itu, penelitian ini hanya dilakukan pada populasi
di Jepang, yang mungkin saja memberikan hasil yang
berbeda untuk di daerah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai