Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IZIN-IZIN PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH

DOSEN PEMBIMBING

PUNGKY DHARMA SAPUTRA, S.T., M.Si.

PRODI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


KONSENTRASI JALAN TOL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

DEPOK, 2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-
Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelasaikan makalah
“Izin-izin Pembangunan” ini sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Konsturksi.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari
berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini terutama kepada orangtua penulis yang selalu mensupport, Pak Pungky selaku dosen mata
kuliah manajemen konstruksi yang telah berkenan memberikan ilmu nya kepada penulis,
segenap keluarga jalan tol, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
khususnya dalam bidang teknik sipil.

Depok, November 2019

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................1

BAB 2 ISI................................................................................................................................2

2.1 Pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)..............................................................2


2.2 Persyaratan untuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB)..................................................3
2.3 Pengertian Izin Penggunaan Bangunan (IPB)..............................................................5
2.4 Persyaratan untuk Izin Penggunaan Bangunan (IPB)...................................................6
2.5 Pengertian Izin Perencanaan Bangunan........................................................................7
2.6 Pengertian Izin Pelaksanaan Bangunan........................................................................7

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................9
3.2 Saran.............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman modern ini, perkembangan dunia konstruksi semakin pesat, baik dalam segi
teknologi, kapasitas proyek, maupun dana yang diperlukan dan diserap untuk proyek-proyek
tersebut. Perkembangan jasa konstruksi di Indonesia ditandai dengan banyaknya proyek
berskala besar yang dibangun oleh pemerintah maupun swasta. Pembangunan tersebut berupa
proyek konstruksi seperti pembangunan prasarana gedung, jalan, jembatan, dan lain-lain.

Hal yang akan kita bahas disini adalah bangunan gedung. Pada prinsipnya, setiap orang
atau badan hukum dapat memiliki gedung ataupun bagian dari bangunan gedung. Setiap
bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai
dengan fungsinya. Bagi mereka yang akan mendirikan bangunan gedung tersebut wajib
memiliki Izin Mendirikan Bangunan. Salah satu dasar pertimbangan penetapan peraturan
Izin Mendirikan Bangunan adalah agar setiap bangunan memenuhi teknik konstruksi,
estetika serta persyaratan lainnya sehingga tercipta suatu rangkaian bangunan yang
layak dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, keindahan dan interaksi sosial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)?
2. Apa saja yang menjadi persyaratan untuk IMB?
3. Apa yang dimaksud dengan Izin Penggunaan Bangunan (IPB)?
4. Apa saja yang menjadi persyaratan untuk IPB??
5. Apa yang dimaksud dengan Izin Perencanan Bangunan?
6. Apa yang dimaksud dengan Izin Pelaksanaan Bangunan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
beserta persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapat IMB.
2. Mengetahui dan memahami pengertian Izin Penggunaan Bangunan beserta
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapat IPB.
3. Mengetahui dan memahami pengertian Izin Perencanaan Bangunan.
4. Mengetahui dan memahami pengertian Izin Pelaksanaan Bangunan.

1
BAB 2
ISI

2.1 Pengertian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Menurut UU No.28 Tahun 2002 Pasal 7, setiap bangunan gedung harus
memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi
bangunan gedung.
Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud meliputi
persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan Izin
Mendirikan Bangunan. Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud
meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung
Menurut UU No.28 Tahun 2002 Pasal 3, Pengaturan bangunan gedung
bertujuan untuk:
1. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata
bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;
2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin
keandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan;
3. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
Menurut Peraturan Menteri PUPR No. 5 Tahun 2016 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung Pasal 1 menyebutkan bahwa Izin Mendirikan Bangunan Gedung
yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah
daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik
bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi,
dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan
teknis yang berlaku.
Dimana klasifikasi bangunan gedung menurut Peraturan Menteri PUPR No. 5
Tahun 2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung Pasal 6 ditentukan
berdasarkan:
a. tingkat kompleksitas;
b. tingkat permanensi;
c. tingkat risiko kebakaran;
d. zonasi gempa;

2
e. lokasi;
f. ketinggian; dan
g. kepemilikan.

2.2 Persyaratan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Menurut Peraturan Menteri PUPR No. 5 Tahun 2016 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung Pasal 8 Persyaratan permohonan penerbitan IMB meliputi:
a. persyaratan administratif; dan
b. persyaratan teknis.

Dalam Pasal 10 dijelaskan bahwa persyaratan administratif meliputi:

1. data pemohon;
2. data tanah; dan
3. dokumen dan surat terkait.
Data pemohon dan data tanah berlaku sama untuk bangunan gedung
sederhana, tidak sederhana, dan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Data Pemohon
Data pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 terdiri dari:
a. formulir data pemohon; dan
b. dokumen identitas pemohon.
 Formulir data pemohon memuat informasi paling sedikit:
a. nama pemohon;
b. alamat pemohon; dan
c. status hak atas tanah.
 Dokumen identitas pemohon berupa:
a. fotokopi KTP pemohon atau identitas lainnya; dan
b. surat kuasa dari pemilik bangunan dalam hal pemohon bukan pemilik
bangunan.

Data Tanah
Data tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 paling sedikit memuat:
a. surat bukti status hak atas tanah yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
dan/atau pejabat lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;

3
b. data kondisi atau situasi tanah yang merupakan data teknis tanah; dan
c. surat pernyataan bahwa tanah tidak dalam status sengketa.

Dalam hal pemilik bangunan gedung bukan pemegang hak atas tanah, harus
disertakan surat perjanjian pemanfaatan atau penggunaan tanah yang merupakan
perjanjian tertulis antara pemilik bangunan gedung dengan pemegang hak atas tanah.
(Pasal 12 ayat 2)

Dokumen dan Surat Terkait

Dokumen dan surat terkait untuk bangunan gedung sederhana 1 (satu) lantai
terdiri dari:

a. fotokopi KRK; dan

b. formulir terkait.

 Formulir terkait antara lain:

a. surat pernyataan untuk mengikuti ketentuan dalam KRK;

b. surat pernyataan menggunakan persyaratan pokok tahan gempa; dan

c. surat pernyataan menggunakan desain prototipe.

Dokumen dan surat terkait untuk bangunan gedung sederhana 2 (dua) lantai
terdiri dari:

a. dokumen pendukung; dan

b. formulir terkait.

 Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. fotokopi KRK; dan

b. data perencana konstruksi jika menggunakan perencana konstruksi.

 Formulir terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa:

a. surat pernyataan untuk mengikuti ketentuan dalam KRK; dan

b. surat pernyataan menggunakan desain prototipe.

4
Dokumen dan surat terkait untuk bangunan gedung tidak sederhana dan
bangunan gedung khusus terdiri dari:

a. dokumen pendukung; dan

b. formulir terkait.

 Dokumen pendukung meliputi:

a. fotokopi KRK; dan

b. data perencana konstruksi.

 Formulir terkait antara lain:

a. surat pernyataan untuk mengikuti ketentuan dalam KRK;

b. surat pernyataan menggunakan perencana konstruksi bersertifikat;

c. surat pernyataan menggunakan pelaksana konstruksi bersertifikat; dan

d. surat pernyataan menggunakan pengawas/manajemen konstruksi yang


bertanggung jawab kepada pemohon.

2.3 Pengertian Izin Penggunaan Bangunan (IPB)


Izin penggunaan Bangunan (IPB) adalah izin yang diterbitkan untuk
menggunakan bangunan, setelah bangunan dimaksud selesai dilaksanakan dan telah
dinilai layak dari segi teknis dan sesuai ketentuan dalam klausul-klausul IMB.
Menurut UU No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Pasal 7 ayat 4
izin penggunaan atau pemanfaatan ruang diberikan oleh instansi yang berwenang dan
bertanggung jawab atas penyelenggaraan prasarana dan sarana umum atau fasilitas
lainnya tempat bangunan gedung tersebut akan dibangun di atasnya atau di bawahnya.
Misalnya pembangunan bangunan gedung seperti mal, terminal, dan perkantoran yang
dibangun di atas atau di bawah jalan atau sungai, termasuk yang berada di atas atau
dibawah ruang publik.
IPB diterbitkan dengan masa berlaku 5 Tahun untuk bangunan umum dan 10
Tahun untuk bangunan rumah tinggal. Untuk bangunan yang pelaksanaannya belum
selesai secara keseluruhan dan akan digunakan sebagian bangunan (yang telah selesai
dilaksanakan), apabila bagian bangunan dimaksud dinilai dari segi teknis bangunan

5
dapat memenuhi persyaratan penggunaan dan tidak menyimpang dari ketentuan IMB,
maka dapat diberikan izin pendahuluan penggunaan bangunan dengan masa berlaku
paling lama 6 bulan.

2.4 Persyaratan Izin Penggunaan Bangunan (IPB)

Untuk bangunan rumah tinggal


1) Hasil Pemeriksaan Pengawasan Lapangan dari Kepala Seksi PPK Kecamatan
yang menyatakan bahwa bangunan telah selesai dilaksanakan dan sesuai IMB
2) Tembusan IMB atau foto copy IMB (1 set) yang terdiri dari :
a. Surat keputusan IMB
b. Keterangan dan Peta Rencana kota lampiran IMB
c. Gambar arsitektur lampiran IMB.

Untuk bangunan bukan rumah tinggal


1) Berita acara telah selesainya pelaksanaan bangunan dan sesuai IMB (1 set)
2) Laporan Direksi Pengawas lengkap (1 set) yang terdiri dari :
a. Fotokopi Surat Penunjukan Pemborong dan Direksi Pengawas berikut
Koordinator Direksi Pengawasnya
b. Fotokopi TDR Pemborong dan surat izin bekerja Direksi Pengawas
c. Laporan Direksi Pengawas sesuai tahapan kegiatan
d. Surat Pernyataan dari Koordinator Direksi Pengawas bahwa bangunan
telah selesai dilaksanakan dan sesuai IMB.
3) Tembusan IMB atau fotokopi IMB (1 set) yang terdiri dari :
a. Surat Keputusan IMB
b. Keterangan dan Peta Rencana Kota lampiran IMB
c. Gambar arsitektur lampiran IMB.
4) Gambar Hasil Pelaksanaan Bangunan (AS Built Drawing) yang telah disahkan
(3 set)
5) Berita Acara Uji Coba Instalasi dan perlengkapannya, yang diawasi petugas
dinas (Suku Dinas)

Berita Acara Uji Coba Instalasi ini khusus untuk bangunan dengan kriteria
ketinggian dan penggunaan tertentu, yaitu:

6
• Bangunan tinggi
• Bangunan sedang
• Bangunan rendah dengan penggunaan untuk fasilitas umum/ industri seperti : pasar
swalayan, pusat pertokoan, hotel, rumah sakit, bioskop, gedung pertemuan atau
sejenisnya, dengan instalasi dan perlengkapannya yang cukup kompleks.

2.5 Izin Perencanaan Bangunan


Untuk mendapatkan IMB bangunan, Perencanaan bangunan gedung harus
sesuai dengan RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) dan atau RTRW
(Rencana Tata Ruang Wilayah) kota. Untuk bangunan khusus harus dilengkapi
AMDAL (Ananlisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan Persetujuan Instansi Lain).
Izin Pelaku Teknis Bangunan yang selanjutnya disingkat IPTB adalah izin
yang harus dimiliki seorang ahli untuk dapat melakukan pekerjaan perencanaan,
pengawasan pelaksanaan, pemeliharaan dan pengkajian teknis bangunan.
Dalam hal ini PP 29/2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada
pasal 26 membagi menjadi beberapa Kriteria:
 Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko
tinggi harus dilakukan prastudi kelayakan, studi kelayakan,
perencanaan umum, dan perencanaan teknik.
 Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko
sedang harus dilakukan studi kelayakan, perencanaan umum, dan
perencanaan teknik.
 Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko kecil
harus dilakukan perencanaan teknik.

2.6 Izin Pelaksanaan Bangunan


Pembangunan yang dilakukan pemerintah biasanya dituangkan dalam
mekanisme proyek-proyek pembangunan. Proyek-proyek pembangunan harus
memuat dengan jelas tujuannya (objektive), sasaran yang akan dicapai (target), cara
mengukur keberhasilannya (performance evaluation), jangka waktu pelaksanaan,
tempat pelaksanaan, cara melaksanakan, kebijaksanaan untuk menjamin proyek itu
dapat dilaksanakan, biaya serta tenaga yang diperlukan, dan badan yang akan
melaksanakannya. Proyek dapat pula dilaksanakan oleh badan lain di luar pemerintah,
biasanya perusahaan swasta, baik asing maupun dalam negeri atau campuran.
7
Surat izin memulai pekerjaan proyek menjadi salah satu surat yang wajib
dibuat serta diajukan oleh pihak kontraktor kepada Dinas terkait atau kepada
Konsultan proyek. Surat ini bertujuan untuk memberitahukan atau memohon ijin
kepada pengguna anggaran dalam hal ini Dinas pemberi proyek atau juga pengawas
pekerjaan proyek agar mengetahui segala hal terkait item pekerjaan yang akan
dilakukan. Apakah sesuai jadwal dan spek yang diinginkan atau tidak sekaligu
sebagai control.
Surat ijin memulai pekerjaan biasanya dilampiri dengan desain mix atau Job
Design bahan dan material. Jadi kontraktor pelaksana harus melakukan kewajiban
surat-menyurat ini sebagai prosedur pelaksanaan pekerjaan yang baik dan benar
sesuai standar keadministrasian proyek.
Menurut PP RI No. 36 Tahun 2005 Tentang Pelaksanaan Konstruksi Pasal 68,
ayat 1 menyebutkan bahwa "Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dimulai setelah
pemilik bangunan gedung memperoleh izin mendirikan bangunan gedung.“
Pelaksanaan pembangunan pada hakikatnya melibatkan tiga faktor, yaitu:
 Manusia dengan meragam perilakunya,
 Faktor dana yang tergantung pada kemampuan keungan negara, dan
 Faktor alam yang sulit diramalkan

8
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Izin Mendirikan Bangunan Gedung yang selanjutnya disingkat IMB adalah
perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan gedung
fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun
baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung
sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis yang berlaku.
Menurut Peraturan Menteri PUPR No. 5 Tahun 2016 Tentang Izin Mendirikan
Bangunan Gedung Pasal 8 Persyaratan permohonan penerbitan IMB meliputi:
a. persyaratan administratif; dan
b. persyaratan teknis.
Izin penggunaan Bangunan (IPB) adalah izin yang diterbitkan untuk
menggunakan bangunan, setelah bangunan dimaksud selesai dilaksanakan dan telah
dinilai layak dari segi teknis dan sesuai ketentuan dalam klausul-klausul IMB.
Persyaratan Izin Penggunaan Bangunan (IPB) ada 2 macam, ada yang untuk
bangunan rumah tinggal dan bangunan bukan untuk rumah tinggal.
Untuk mendapatkan IMB bangunan, Perencanaan bangunan gedung harus
sesuai dengan RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) dan atau RTRW
(Rencana Tata Ruang Wilayah) kota. Untuk bangunan khusus harus dilengkapi
AMDAL (Ananlisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan Persetujuan Instansi Lain).
Menurut PP RI No. 36 Tahun 2005 Tentang Pelaksanaan Konstruksi Pasal 68,
ayat 1 menyebutkan bahwa "Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung dimulai setelah
pemilik bangunan gedung memperoleh izin mendirikan bangunan gedung.“

3.2 Saran
Adapun saran dari penulis adalah perlunya tambahan materi dan perbaikan
dari pembaca untuk melengkapi makalah ini diakarenakan keterbatasan pengalaman
dan pengetahuan yang penulis miliki.

9
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Indonesia. 2016. Peraturan Menteri PUPR No. 5 Tahun 2016 Tentang Izin
Mendirikan Bangunan Gedung. Lembaran Negara Tahun 2016. Jakarta:Sekretariat
Negara.
Pemerintah Indonesia. 2002. Undang- Undang (UU) No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung. Lembaran Negara Tahun 2002. Jakarta:Sekretariat Negara.
Pemerintah Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 36 Tahun 2005 Tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Lembaran
Negara Tahun 2005. Jakarta:Sekretariat Negara.
Pemerintah Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Lembaran Negara Tahun 2000. Jakarta:Sekretariat
Negara.

10

Anda mungkin juga menyukai