Anda di halaman 1dari 25

A.

Latar Belakang Masalah

Permainan bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di
seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat
yang ikut serta dalam setiap kegiatan olahraga bulutangkis yang diselenggarakan, baik dalam
bentuk pertandingan tingkat RT hingga tingkat dunia, seperti Thomas dan Uber Cup atau
Olimpiade. Olahraga bulutangkis dapat dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa
dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.
Olahraga bulutangkis di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini
merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Sebagaimana dikemukakan Sakir dan Genikarsa (1989 : 111) bahwa, “Bulutangkis dikenal di
Indonesia sejak pada zaman penjajahan Belanda.”Pada tanggal 5 Mei 1951 di Indonesia
didirikanlah organisasi induk cabang olahraga bulutangkis yang dikenal dengan nama Persatuan
Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal munculnya
pebulutangkis handal yang dapat mengharumkan nama bangsa, seperti yang dibuktikan
pebulutangkis tunggal yaitu Susi Susanti dan Alan Budikusumah yang meraih dua medali emas
pada Olimpiade Barcelona tahun 1992. Perlu diingat juga bahwa olahraga bulutangkis walk in
untuk pertama kalinya dipertandingkan di Olimpiade tersebut, bahkan dalam kejuaraan-
kejuaraan dunia seperti dalam Thomas dan Uber Cup sudah beberapa kali piala tersebut direbut
tim Indonesia. Pemain bulutangkis Indonesia seperti Rudi Hartono, Tjuntjun, Johan Wahyudi,
Christian Hadinata, Ii Soemirat, Verawati Fajrin, Ivana Lie, Susi Susanti, Liem Swe King, Icuk
Sugiarto, Joko Supriyanto, Alan Budikusumah, Haryanto Arbi, Ricky Subagja, Rexy Mainaki,
Taufik Hidayat, dan yang lainnya adalah sederetan pemain yang pernah menjadi juara dunia pada
zamannya dan tak pernah hilang dalam perjalanan sejarah bulutangkis Indonesia.
Dari waktu ke waktu perkembangan bulutangkis ini makin pesat, hal ini disebabkan
makin tingginya keterampilan penguasaan teknik dari para pemainnya. Dengan keterampilan
teknik bermain yang cukup tinggi yang dimiliki oleh rata-rata pemain, maka akan dapat
memberikan suatu permainan yang bermutu. Untuk mendapat suatu keterampilan penguasaan
yang baik, maka dari sejak dini para pemain harus sudah diberikan pelajaran teknik dasar,
sehingga dengan teknik dasar yang telah dikuasainya itu pemain akan dapat mengembangkan
keterampilannya di masa yang akan datang.
Untuk menjadi pebulutangkis yang handal perlu berbagai macam persyaratan, salah
satunya adalah penguasaan teknik dasar permainan bulutangkis. Dalam cabang olahraga
bulutangkis terdapat berbagai teknik dasar, diantaranya teknik service, smash, lob, drop, dan
gerak kaki. Sebagaimana dikemukakan Poole (1986 : 10) bahwa, “Keterampilan dasar olahraga
bulutangkis dapat dibagi dalam tujuh bagian : (1) serve, (2) smash, (3) overhead, (4) drive, dan
(5) drop.” Kelima teknik dasar permainan bulutangkis tersebut harus dikuasai pebulutangkis
untuk menunjang atau mencapai tujuan permainan.

Salah satu teknik dasar olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan
permainan lawan adalah smash. Menurut Poole (1986 : 143) smash adalah “pukulan overhead
yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam
bulutangkis.”

Sehubungan dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa sekolah dasar kelas V
dan VI dan teknik dasar bulutangkis yang akan dilatihkan adalah smash, maka bentuk latihan
yang dapat digunakan oleh pelatih atau guru Pendidikan Jasmani harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, agar siswa sekolah dasar dapat menguasai
teknik-teknik dasar permainan bulutangkis, khususnya teknik smash salah satunya adalah dengan
cara memodifikasi net yang direndahkan. Modifikasi di sini adalah mengubah net dari ketinggian
yang sebenarnya lalu direndahkan. Caranya adalah dengan memodifikasi ketinggian net yang
sebenarnya yaitu 1,55 m, dan setelah siswa dapat melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20
cm sampai mencapai ketinggian net 1,35 m. Dengan memodifikasi ketinggian net yang
direndahkan tersebut, diharapkan siswa dapat menguasai keterampilan smash dalam permainan
bulutangkis secara optimal.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai


masalah tersebut dengan judul : “Pengaruh Modifikasi Net yang Direndahkan terhadap
Keterampilan Smash dalam Permainan Bulutangkis Siswa SD Negeri 2 Sumberjaya.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut : “Apakah modifikasi net yang direndahkan berpengaruh
terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa SD Negeri 2 Sumberjaya
Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis ?”

C. Definisi Oprasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan


dalam penelitian ini, maka berikut ini penulis jelaskan maksud-maksud istilah tersebut.
1. Pengaruh, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/pengaruh.html pada tanggal 27 November 2019
pukul 21.41 adalah sebagai berikut: “Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda)
yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Maksud dari kata
pengaruh dalam penelitian ini adalah akibat yang timbul dari perlakuan yang di berikan
kepada sampel yaitu latihan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis dengan
modifikais net yang direndahkan.
2. Modifikasi net yang direndahkan artinya perubahan dari ketinggian net sebenarnta menjadi
rendah dalam permainan bulutangkis. Caranya dengan merendahkan ketinggian net yang
sebenarnya (1,55 m), dan setelah siswa dapat melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20
cm sampai mencapai ketinggian net 1,35 cm
3. Smash, menurut Poole (1986:143) smash adalah “pukulan overhead yang keras, diarahkan
ke bawah yang kuat merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis”.

D. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam
permainan bulutangkis siswa SD Negeri 2 Sumberjaya Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten
Ciamis.
E. Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi bahan masukan dan
tambahan informasi ilmiah bagi, pemain, pelatih, dan pembina olahraga bulutangkis, khususnya
berkenaan dengan penguasaan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.
Secara praktis, hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai tambahan informasi bagi siswa SD Negeri 2 Sumberjaya Kecamatan Cihaurbeuti


Kabupaten Ciamis tentang perlunya membina penguasaan keterampilan smash dalam
permainan bulutangkis.
2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan mengenai
bentuk latihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penguasaan keterampilan
smash yaitu dengan modifikasi net yang direndahkan bagi anak didiknya.
3. Memberikan informasi kepada pembaca bahwa keterampilan smash dalam permainan
bulutangkis dapat dilatih dengan berbagai bentuk latihan, salah satunya dengan
modifikasi net yang direndahkan.

F. LANDASAN TEORI

1. KAJIAN TEORI

a. Keterampilan Bermain Bulutangkis

Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang berkembang di Indonesia dan sangat


memasyarakat. Permainan bulutangkis sering pula disebut dengan istilah badminton. Bulutangkis
merupakan olahraga permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu
orang melawan satu orang (single) atau dua orang melawan dua orang (double). Permainan
bulutangkis menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai obyek yang
dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan
antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan.

Tujuan permainan bulutangkis yaitu berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah


permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan
menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing
pemain berusaha agar shuttlecock tidak menyentuh lantai di daerah permainannya sendiri.
Apabila shuttlecock jatuh di lantai atau menyangkut net, maka permainan berhenti dan dimulai
dengan melakukan servis.

a. bentuk Gerak Dasar Permainan Bulutangkis

Ditinjau dari gerakan permainan bulutangkis banyak gerakan yang dilakukan


seorang pemain bulutangkis. Subarjah (2001) menyatakan: Gerakan dalam permainan
bulutangkis terdri beberapa macam yaitu gerakan memukul dengan raket, gerakan berdiri,
gerakan melangkah, berlari, gerakan bergerser, gerakan meloncat, gerakan badan ke
berbagai arah dari posisi diam dan lain sebagainya. Kesemua gerakan itu terangkai dalam
suatu pola gerak yang menghasilkan suatu kesatuan gerak pemain bulutangkis untuk
menyelesaikan tugas gerak. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, seluruh gerakan yang
ada dalam permainan bulutangkis bersumber dari keterampilan dasar yaitu,
gerak , lokomotor, gerak non lokomotor dan gerak manipulatif. Gerakan lokomotor yang
sering dijumpai dalam permainan bulutangkis misalnya gerakan menggeser, melangkah,
berlari, memutar badan dan melompat. Gerakan non lokomotor misalnya terlihat dari
sikap berdiri (stance) saat servis atau menerima servis, gerak melenting, menjangkau atau
merubah berbagai posisi badan. Sedangkan gerak manipulatif misalnya gerakan memukul
shuttlecock dengan raket dari berbagai posisi. Dari kesemua bentuk gerakan dalam
permainan bulutangkis tersebut, terdapat beberapa gerak yang sifatnya sangat dominan,
sehingga menjadi ciri utama dari permainan bulutangkis.

Pola gerak yang dominan dalam permainan bulutangkis yaitu berbagai macam
cara berdiri, melangkah berbagai arah, misalnya melangkah ke depan, melangkah ke
belakang, melangkah ke samping kanan atau kiri, mundur, serong kiri dan serong kanan.
Kemudian ada juga melompat yang dilakukan ketika melakukan pukulan-pukulan atas.
Selanjutnya adalah gerakan memukul kok dengan menggunakan raket yang dilakukan
dari atas kepala (overhead strokes), dari samping atau mendatar (side arm strokes), dan
dari bawah (under hand strokes). Pola gerak yang terjadi dalam permainan bulutangkis
tersebut pada umumnya disebut Pola Gerak Dominan (PGD) (Subarjah, 2001: 6).
Pola gerak dasar dominan merupakan syarat dari terbentuknya keterampilan khas
dalam suatu cabang olahraga. Jika seseorang tidak memiliki pola gerak dasar dominan
yang diperlukan, tidak mungkin ia mampu menunjukkan kemampuannya yang baik
dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Sebaliknya, pola gerak dominan khas
olahraga tertentu akan dimiliki seseorang secara memadai, jika seseorang tersebut terlibat
melakukannya. Oleh karena itu, kemampuan mengenal dan menganalisa pola gerak
dominan sangat penting, sehingga dapat dikembangkan. Kemampuan seseorang
mengenal dan menganalisa pola gerak dominan memiliki keuntungan. Menurut Subarjah
(2001) pengembangan pola gerak dominan memiliki berbagai keuntungan yaitu:

Siswa akan berkembang potensi gerak dan kemampuannya, sehingga memiliki kesiapan
untuk mendalami olahraga yang bersangkutan. Bahkan bukan hanya commit untuk to
satu user cabang olahraga, karena biasanya beberapa cabang olahraga memiliki pola
gerak dominan yang hampir sama. Dikaitkan dengan kondisi sekolah di Indonesia yang
selalu kekurangan alat dan fasilitas pengembangan pola gerak dominan dari suatu cabang
olahraga merupakan pilihan yang tepat. Artinya, setiap guru penjas tetap bisa
mengajarkan semua pelajaran yang tercantum dalam kurikulum penjas tanpa tergantung
pada alat. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kemampuan mengenal pola gerak
dominan sangat penting, sehingga seseorang dapat diketahui apakah kemampuan yang
dimiliki sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajari. Adapun pola gerak dominan
yang perlu dikembangkan dalam permainan bulutangkis yaitu, pola gerak melangkah,
melompat dan berlari, dengan arah depan, belakang, serong kiri, serong kanan, kemudian
gerak memukul dari atas kepala, dari samping dan dari bawah. Pola gerak ini dapat
dikembangkan dengan membiasakan pemain kepada kemampuan memukul bola dengan
menggunakan raket. Berbagai macam gerak pukulan, meskipun tidak menggunakan raket
yang sebenarnya bisa dikembangkan sesuai dengan jenis pukulan yang ada dalam
permainan bulutangkis. Lebih lanjut Subarjah dalam permainan bulutangkis mencakup
dua aspek yaitu tuntutan kondisi fisik (2001: 9).

Tuntutan Kondisi Fisik Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang


membutuhkan daya tahan keseluruhan, di samping menunjukkan ciri sebagai aktivitas
jasmani yang memerlukan kemampuan anaerobik, jika disimak hanya dari aspek
pelaksanaan stroke satu persatu. Namun rangkaian kegiatan secara keseluruhan yang
dilaksanakan dalam satu permainan menunjukkan sifat sebagai cabang olahraga
anaerobik dan aerobik sangat dominan. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang olahraga
bulutangkis berdasarkan tuntutan kondisi fisik. Tidak dipungkiri bahwa permainan
bulutangkis memerlukan kecepatan dan mobilitas bergerak yang dikombinasikan dengan
agilitas yang biasanya dimanfaatkan untukk menutup lapangan atau untuk mengejar
shuttlecock ke segala arah. Pergerakannya cepat dan disusul dengan perubahan arah, baik
ke depan, ke belakang, ke samping kiri atau ke samping kanan. Power juga dibutuhkan,
terutama untuk melakukan pukulan terutama pukulan smash. Demikian pula flexibilitas
atau kelentukan dibutuhkan dalam permainan bulutangkis terutama untuk mengambil
bola yang jauh yang memerlukan langkah lebar, sehingga pemain harus mampu
melakukan gerakan split. Demikian juga untuk unsur kondisi fisik lainnya seperti
kekuatan, keseimbangan reaksi, koordinasi juga dibutuhkan dalam permainan
bulutangkis.

Keterampilan Dasar Menurut Subardjah (2001) tangkis berdasarkan pada


beberapa dominan yaitu keterampilan manipulatif, (hlm.4). Keterampilan manipulatif
hanya dapat dilaksanakan apabila seseorang mampu menggunakan anggota badannya
dengan koordinasi yang baik. Keterampilan manipulatif berupa gerakan memukul dengan
menggunakan raket yang merupakan keterampilan dominan dalam permainan
bulutangkis. Antisipasi dan koordinasi merupakan landasan kemampuan yang sangat
penting. Keterampilan lokomotor ditandai dengan pergerakan seluruh tubuh dan anggota
badan, dalam proses perpindahan atau titik berat badan dari suatu bidang tumpu ke
bidang tumpu lainnya. Gerakan lokomotor meliputi:

a) Langkah-langkah pengambilan bola atau penempatan posisi dalam pola tertentu


seperti gerakan dari belakang ke depan net, dari samping kiri menyilang ke kanan,
atau kombinasi dari pergerakan tersebut dengan titik sentral adalah lapangan
tengah.
b) Gerakan melompat sebagai kombinasi dari langkah untuk mengambil posisi
memukul shuttlecock, gerak dasar lokomotor juga berupa melompat yang
biasanya dilakukan pada waktu pemain memukul shuttlecock tinggi untuk
kepentingan penyerangan, misalnya smash silang. Gerakan dasar non lokomotor
merupakan gerakan yang dilakukan di tempat, dan hal ini merupakan sikap dasar
dalam permainan bulutangkis. Sikap dasar ini berupa kuda-kuda dalam posisi
kedua kaki sedikit dibengkokkan, namun kedua kaki dibuka dengan jarak yang
enak bagi pemain. Maksudnya, gerakan itu tetap labil, meskipun pada saat
memukul sangat dianjurkan agar pemain benar-benar bertumpu pada bidang
tumpu. Permainan di depan net tampak nyata memerlukan akurasi yang didukung
oleh sikap dasar yang baik karena ada kaitannya dengan posisi permukaan raket
yang diupayakan segera menyambut shuttlecock sebelum jatuh ke lantai.
Karakteristik gerak dasar permainan bulutangkis ini sangat penting untuk
dipahami dan dimengerti oleh seorang pelatih. Hal ini karena tugas pelatih adalah
merencanakan tugas-tugas ajar (tugas latihan) dengan memperhatikan struktur
gerak dan jenis keterampilan dasar. Tata urut tugas gerak perlu diperhatikan,
karena makin kuat dasar kemampuan gerak (ability) seseorang, maka ia akan
terampil untuk melaksanakan tugas-tugas gerak dalam suatu cabang olahraga
termasuk permainan bulutangkis.

a. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis

Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang di dalam pelaksanaan


permainannya dibutuhkan keterampilan yang baik. Menguasai teknik dasar bulutangkis
merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung keterampilan bermain bulutangkis.
Berkaitan dengan teknik dasar bulutangkis Tohar pokok yang harus dipahami dan
dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan menyatakan: (1992: 95). Menurut
Purnama (2010) Untuk menjadi pemain bulutangkis yang baik, maka seorang atlet harus
menguasai teknik dasar bermain bulutangkis dengan benar. Teknik dasar yang dimaksud
bukan hanya pada penguasaan teknik memukul, tetapi juga melibatkan teknik-teknik
yang berkaitan dengan permainan bulutangkis. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa, teknik dasar bulutangkis merupakan suatu proses gerakan secara
terkoordinasi yang meliputi cara memukul bola dan gerakan-gerakan khusus yang
mendukung gerakan memukul bola.
Sumarno & Muhtar (2010) mengklasifikasikan teknik dasar bulutangkis menjadi
empat macam yaitu: "(1) Teknik memegang raket (grips), (2) Teknik mengatur kerja
kaki (footwork), (3) Teknik menguasai pukulan (strokes), dan (4) Teknik menguasai
pola-pola pukulan"(hlm.2.2). Menurut Subardjah bulutangkis yang perlu dipelajari
secara umum dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu (1) cara memegang
raket (grips), (2) stance (sikap berdiri), (3) Footwork (gerakan kaki) dan, (4) pukulan
(strokes (2001: 25). Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, teknik dasar
permainan bulutangkis terdiri empat macam yaitu: teknik memegang raket (grips),
teknik mengatur kerja kaki (footwork), teknik menguasai pukulan (strokes), dan teknik
pola-pola pukulan. Kualitas permainan atau penampilan pemain bergantung pada
penguasaan macam-macam teknik dasar bulutangkis dengan didukung kemampuan fisik
yang memadai, taktik dan mental yang baik.

a) Teknik Memegang Raket Teknik pegangan

raket merupakan unsur yang penting dan harus dikenalkan bagi pemain pemula.
Hal ini karena, teknik pegangan raket ini akan membentuk tipe permainan seseorang.
Sumarno & Muhtar menyatakan -tama yang perlu diperhatikan bagi pemain yang baru
mulai bermain bulutangkis adalah cara memegang raket. Kesalahan di dalam cara
memegang raket ini sangat sulit untuk diperbaiki. Selain itu cara memegang (2010: 2.3).
Teknik memegang raket ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap pemain terutama
bagi pemain pemula. Ada beberapa macam cara memegang raket atau grips yang dapat
digunakan.

Menurut Sugiarto (2002) bahwa, macam tipe pegangan raket yaitu, pegangan
gebuk kasur, pegangan forehand (forehand grip), pegangan backhand (backhand grip)
dan pegangan campuran atau kombinasi (combination grip)"(hlm.32). Teknik pengangan
gebuk kasur merupakan istilah lain dari pegangan cara Amerika (American grip). Teknik
pelaksanaan pegangan gebuk kasur adalah letakkan raket di lantai. Ambil dan peganglah
pada bagian ujung pegangan raket dengan cara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada
bagian permukaan pegangan yang luas (sejajar permukaan kepala raket). Pegangan gebuk
kasur ini lebih efektif digunakan dalam melakukan semes dan untuk mengambil bola di
atas jaring (net) dengan menekan bola ke bawah secara tajam. Sebaliknya tipe pegangan
ini kurang efektif dalam permainan di depan net, karena kurang memiliki keleluasan
gerak.

Sumarno & Muhtar menyatakan, "Grip ini (American grip) kurang efektif untuk
melakukan pukulan backhand dan untuk permainan netting yang di samping net atau di
bawah net"(2010 : 2.4). Teknik pegangan forehand dilakukan dengan cara ibu jari dan
jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang sempit (sejajar dinding
kepala raket). Yang perlu diperhatikan dalam teknik pegangan ini adalah letak ujung ibu
jari tidak melebihi dan tidak kurang dari jari telunjuk. Menurut Sugiarto (2002 : 25)
teknik pegangan forehand memiliki beberapa lepas.

1) Memudahkan melakukan pukulan terhadap bola yang datangnya di sebelah kanan


badan (forehand).
2) Tidak perlu memutar pegangan yang disebabkan kesalahan menempatkan posisi
kepala raket. Tetapi pegangan forehand backhand,

Teknik pegangan backhand merupakan jenis pegangan lanjutan dari pegangan


forehand, yaitu dari pegangan forehand grip dapat beralih ke backhand grip dengan
memutar raket seperempat putaran ke kiri, namun posisi ibu jari tidak seperti pada
forehand grip, melainkan agak dekat dengan daun raket, atau dengan jalan menempelkan
penampang ibu jari pada permukaan tangkai raket yang terlebar. Menurut Sugiarto
keuntungan pegangan backhand bola yang datangnya di sebelah kiri badan. Sebaliknya
kelemahan dari teknik ini, pemain akan kesukaran dalam mengembalikan bola, terutama
semes (2002: 34).

Teknik pegangan campuran atau combination grip sering pula disebut pegangan
jabat tangan. Pegangan campuran atau combination grip adalah suatu cara memegang
raket dengan mengubah cara pegangan raket sesuai dengan datangnya bola dan jenis
pukulan. Pegangan campuran ini merupakan kombinasi antara pegangan gebuk kasur dan
teknik pegangan forehand. Teknik pegangan kombinasi hampir sama seperti pegangan
forehand, yaitu posisi raket dimiringkan, dipegang seperti pada saat berjabat tangan.
Teknik pegangan kombinasi ini merupakan salah satu cara pegangan yang paling efektif,
karena pegangan raket sesuai dengan berbagai jenis datangnya bola. Dengan teknik
pegangan kombinasi atlet akan memiliki pukulan yang lengkap dan sulit dianalisis
kelemahannya.

Kerja Kaki (Footwork) memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan
bulutangkis. Hal-hal yang harus commit diperhatikan to user dalam teknik melangkah
(footwork) dalam permainan bulutangkis yaitu: (1) menentukan saat yang tepat untuk
bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat 14 footwork yang baik
adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari (2011: 48).
Menurut Subardjah (2001 Footwork adalah gerakan-gerakan langkah kaki yang mengatur
badan untuk menempatkan posisi badan sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
melakukan (hlm.32). Untuk memperoleh footwork yang baik ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Sedangkan Aristanto (1990) menyatakan: kapan harus berbuat dan
memukul bola dengan tenang, (2) tetap memiliki keseimbangan badan pada saat
melakukan pukulan(hlm.26). 15 Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan
pegangan kanan (right hended) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/akhir atau setiap
melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak
memukul kok yang berada di lapangan bagian depan atau di samping badan, kaki kanan
selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul kok di belakang, posisi kaki
kanan berada di belakang.

b) Teknik Memukul Bola Memukul bola (shuttlecock)

merupakan ciri dalam permainan bulutangkis. Prinsip teknik memukul bola dalam
permainan bulutangkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan.
Tohar (1992) menyatakan "Teknik pukulan adalah cara-cara melakukan pukulan pada
permainan bulutangkis dengan tujuan untuk menerbangkan shuttlecock ke bidang
lapangan lawan"(hlm.67). Seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki
keterampilan melakukan pukulan yang baik. Menurut Sumarno & Muhtar (2010) bahwa,
"Macam-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah service, lob,
drive, smash, dropshot dan netting"(hlm.2.29). Menurut Tohar (1992) jenis-jenis pukulan
yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis service yiatu :

(1) Pukulan lob

(2) Pukulan dropshot,

(3) Pukulan smash,

(4) Pukulan drive,

(6) Pengembalian service

Menurut Sugiarto -macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah


servis, lob, smes, dropshot, drive dan netting (2002: 39) Teknik pukulan yang harus
dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi, servis, lob, drive, dropshot, smash,
netting dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand
maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan
backhand. Jenis-jenis pukulan commit tersebut to user diuraikan sebagai berikut: a)
Pukulan Servis Servis dalam permainan bulutangkis merupakan pukulan pembuka atau
sajian bola pertama untuk memulai permainan. Tohar (1992) menerbangkan shuttlecock
ke bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan dan
merupakan suatu pukulan yang penting dalam permainan bulutangk lapangan lawan agar
bola jatuh sedekat mungkin dengan garis batas belakang. Servis ini biasanya
menggunakan teknik pukulan forehand dari 16 (hlm.67). Servis merupakan pukulan yang
sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan
servis yang dapat memperoleh nilai. Agar servis berhasil dengan baik dan sah, maka
dalam pelaksanaannya harus sesuai peraturan yang berlaku. Sugiarto (2002) menyatakan
aturan-aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan servis pada saat perkenaan adalah:

1. Bola maksimum berada sebatas pinggang.


2. Mulai dari pegangan, kepala raket harus condong ke bawah.
3. Kaki tidak menyentuh garis.
4. Kedua kaki berhubungan dengan lantai.
5. Tidak ada gerakan pura-pura. Kecepatan raket dapat diperlambat atau dipercepat
tetapi gerakan harus berkelanjutan tanpa adanya istirahat(hlm.31).

Teknik servis dalam permainan bulutangkis dapat dilakukan dengan beberapa


macam. Sugiarto mengemukakan, "jenis-jenis pukulan servis yaitu :

1. servis pendek/short service

Servis pendek merupakan pukulan service dengan mangarahkan


shuttlecock dengan sasaran bidang yang sah yang sedekat mungkin dengan net.
Servis pendek hanya memerlukan sedikit tenaga, seolah-olah bola hanya didorong
saja menggunakan perpindahan berat badan dari belakang ke depan, sedangkan
gerak pergelangan lengan hanya dipakai untuk menentukan arah saja.

2. servis tinggi/ high service,

Servis lob atau servis tinggi merupakan servis yang dilakukan dengan arah
bola panjang dan tinggi ke belakang bawah.Servis datar atau servis drive ini
merupakan servis yang mengutamakan kecepatan laju bola, dan jalannya bola
mendatar. Tohar menyatakan, "Servis drive adalah pukulan servis dengan cara
menerbangkan shuttlecock secara keras, cepat mendatar dan setipis mungkin
melewati net serta sejajar dengan lantai"(1992: 73). b) Pukulan Lob Pukulan lob
merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus, tinggi dan
jauh ke belakang pertahanan lawan. Tohar (1992) lob adalah suatu pukulan dalam
permainan bulu tangkis yang dilakukan dengan tujuan untuk menerbangkan
shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis (hlm.78). Sasaran
pukulan lob adalah bidang lapangan lawan bagian belakang. Agar dapat mencapai
sasaran di daerah belakang lapangan lawan, maka pukulan ini dilakukan dengan
keras dan panjang. Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis.
Sugiarto (2002) menyatakan, "Pukulan lob merupakan pukulan yang sangat
penting bagi bola pertahanan maupun penyerangan"(hlm.54). Sedangkan
Sumarno & Muhtar (2010 akan dicapai lob dapat dibagi menjadi 2 yaitu: lob
serang (attack clear) dan lob tangkisan (high defensive clear (hlm.2.33). Hal
senada dikemukakan Dinata & Tarigan (2004) bahwa : Pukulan lob berbentuk lob
serang atau berupa lob bertahan. Lob serang ditandai dengan lambungan kok yang
tidak terlalu tinggi, tetapi jatuh digaris belakang. Sedangkan lob bertahan
dilakukan dengan cara melambungkan kok setinggi-tingginya, supaya pemain
bisa memperbaiki posisi badannya dan bersiap-siap untuk menerima serangan
lawan dalam permainan (hlm.15). c) Pukulan Drop (Dropshot) Pukulan dropshot
merupakan pukulan yang diarahkan di dekat net pada lapangan permainan
commit lawan. to user Tohar (1992 drop adalah pukulan yang dilakukan dengan
cara menyeberangkan 17 shuttlecock ke daerah pihak lawan dengan menjatuhkan
shuttlecock (hlm.83). Menurut Sugiarto bahwa, Dropshot adalah pukulan yang
dilakukan dengan tujuan menempatkan bola secepatnya dan sedekat-dekatnya
dengan jaring pada lapangan (2002 : 71). Dropshoot pada prinsipnya merupakan
teknik memukul shuttlecock agar jatuh secepat mungkin dekat net. Pukulan yang
cepat dan ditempatkan sedekat mungkin di depan net akan sulit dikembalikan oleh
lawan. Sugiarto (2002 Dropshot dibedakan menjadi dua yaitu: (1) dopshot dari
atas (Overhead dropshot) terdiri atas drop penuh dan drop potong, (2) dop dari
bawah (underhand dropshot (hlm.59-62).

3. servis drive/ drive service

Pukulan Drive Pukulan drive adalah pukulan yang biasa digunakan untuk
menekan lawan atau untuk memberikan kesempatan kepada lawan mendapatkan
bola-bola yang melambung sehingga lawan tidak memperoleh kesempatan
menyerang dengan pukulan atas. Pukulan drive merupakan jenis pukulan yang
dilakukan dengan keras dan mendatar yang arah lambungan bolanya sejajar
dengan lantai atau net. Tohar (1992) menyatakan, "Pukulan drive adalah pukulan
yang dilakukan dengan menerbangkan shuttlecock secara mendatar,
ketinggiannya menyusur di atas net dan penerbangannya sejajar dengan
lantai"(hlm.104). Pukulan drive merupakan pukulan yang laju bolanya cepat,
sehingga pukulan ini termasuk jenis pukulan serangan yang dapat digunakan
untuk mempercepat tempo permainan.
Sumarno & Muhtar (2010) menyatakan, "Manfaat drive adalah
mempercepat tempo permainan dengan meluncurkan bola datar di atas net ).
Pukulan drive rut Sugiarto (2002 drive adalah mempercepat tempo permainan
dengan meluncurkan bola serendah-rendahnya di depan jaring. Selain itu pukulan
drive berfungsi untuk mengacaukan posisi (hlm.64). Dilihat dari lintasan bola,
pukulan drive dapat dibedakan 18 menjadi dua macam yaitu (1) Drive lurus atau
silang ke belakang (arah pojok lapangan), (2) Drive ke muka jaring (drive
dropshot).

4. Pukulan Smash

Smash merupakan pukulan overhead yang keras dengan kecepatan tinggi


arahnya menukik ke bawah di bidang lapangan lawan. Menurut Sumarno &
Muhtar (2010 smash adalah pukulan yang dilakukan paling cepat dan sekeras-
kerasnya, ke arah bawah lapangan lawan ). Menurut Tohar smash adalah suatu
pukulan yang keras dan curam ke bawah mengarah ke bidang lapangan pihak
lawan"(1992: 92). Smash merupakan teknik serangan yang paling efektif dalam
permainan bulutangkis. Setiap pemain harus benar-benar menguasai teknik smash
dengan baik, karena smash merupakan bentuk serangan yang paling mematikan.
Menurut Sugiarto ada beberapa jenis pukulan smash yang dapat dilakukan, sesuai
dengan kemauan atlet dan situasi di full smash), (2) smes potong, (3) smes seputar
kepala (around the head smash), (4) backhand smash, (5) (2002: 61-67). f)
Netting Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup
sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak
memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Faktor tenaga dalam
perminan netting hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan dengan
tenang dan pasti. Prinsip-prinsip dalam melakukan permainan netting, menurut
Sumarno & Muhtar (2010) yaitu, "(1) shuttlecock harus diambil di atas atau
setinggi mungkin. (2) Lambungan shuttlecock harus serendah mungkin dengan
net, dan (3) Jatuhnya shuttlecock harus sedekat mungkin dengan net"(hlm.2.43).
Dalam permainan net bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola
diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi lambat dan hal
ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju. Bola harus serendah
mungkin dengan bibir jaring, hal ini untuk mempertinggi target kesulitan lawan
memukul kembali bola terutama untuk menerobosnya. Sugiarto bola yang jatuh
dekat net adalah agar lawan kesulitan untuk mengembalikan bola, karena jatuhnya
bola dekat dengan net, maka (2002: 68). 4) Pola Pola Pukulan Penguasaan pola-
pola pukulan penting untuk mengembangkan permainan dan memperoleh
kemenangan pada permainan bulutangkis. Pemain perlu mendapatkan pola latihan
teknik pukulan secara sistematis, berulangulang dan teratur. Sugiarto (2002
pukulan adalah pukulan yang dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan
yang dilakukan dengan cara berulang-ulang sehingga menjadi bentuk/pola teknik
pukulan yang dapat dimainkan secara harmonis (hlm.99)

Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan


yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan
lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan
baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula. Sugiarto
(2002) menyatakan bahwa pola pukulan yang dapat dikembangkan dalam
permainan diantaranya yaitu: (1) Pola pukulan panjang-tajam-lurus (lob-chop-
lurus) (2) Pola pukulan panjang-pendek (lob-dropshot) (3) Pola pukulan panjang-
smash (lob-smash) (4) Pola pukulan panjang-tajam-jaring (lob-chop-net) (5) Pola
pukulan panjang-smash-jaring (lob-smash-net) (6) Pola pukulan panjang-pendek-
jaring (lob-dropshot-net) (7) Pola pukulan panjang-tajam-smash (lob-chop-smash)
((hlm.82-97) Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak
sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan pola-pola tersebut, pemain dapat
pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang
dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan. d.
Aspek-Aspek yang Harus Dikembangkan dalam Bulutangkis

G. Anggapan Dasar
Anggapakan dasar merupakan titik tolak bagi penulis dari segala kegiatan penelitian
yang akan dilaksanakan dan anggapan dasar ini diperlukan sebagai pegangan pokok secara
umum. Menurut Arikunto (1998:97) anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik awal
pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh penyidik” bertitik tolak dari pengertian di
atas, maka yang menjadi anggapan dsar dalam penelitian ini adalah:

a. latihan yang dilakukan secara sistemastis dan teratur serta mengikuti prinsip-prinsip
latihan akan memberikan perubahan yang positif terhadap kemampuan penguasaan
berbagai keterampilan gerak siswa sekolah dasar
b. kelebihan latihan menggunakan modifikasi net yang direndahkan pada permainan
bulutangkis adalah dapat memotivikasi siswa/atlet untuk belajar teknik dasar smash,
memudahkan kesulitan belajar siswa melakukan teknik dasar smash dan dapat memukul
dan memasukan shuttlecock dengan mudah.
c. Kelemahan yaitu waktu untuk latihan terbuang hanya untuk melakukan teknik dasar
smash dan variasi latihan yang diberikan pelatih hanya sedikit.

H. Hipotesis
Menurut Arikunto, Suharsimi (2013:110) mengemukakan tentang hipotesis yaitu
sebagai berikut: “Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”. Adapun pendapat lain tentang hipotesis menurut Sugiono (2017:96) adalah:
Hipotesis merupakan jawaban terhadap sementara rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai
jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang
diempirik data.

Berdasarkan kutipan diatas, maka penulis menggunakan hipotesis kerja sebagai


berikut: keterampilan smash dengan modifikasi net yang direndahkan berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan smash pada siswa SD Negeri 2 Sumberjaya Kecamatan
Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis
I. Prosedur Penelitian
1. Meteode Penelitian
Untuk membuktikan hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini, penulis
melakukan percobaan memberikan latihan untuk meningkatkan keterampilan permainan
bulu tangkis kepada sampel. Hasil percobaan latihan tersebut diharapkan dapat
menentukan kedudukan perhubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang
penulis teliti.
Oleh karena itu, karakter penelitian yang penulis lakukan ini sesuai dengan
pendapat Arikunto, Suharsimi (2013:9) yaitu:
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan
kausal) anatar dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-fakor lain yang
mcngganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat
suatu perlakuan.
Sedangkan menurut Sugiyono (2017:107) mengemukakan hahwa: “Dengan
demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
yang terkendalikan”. Berdasarkan uraian diatas maka penulis menggunakan metode
penelitian eksperimen karena ada tes awal, perlakuan dan tes akhir.

J. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:61) mengemukakan tentang variabel penelitian sebagai


berikut: “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan”. Sedangkan menurut Arikunto, Suharsimi (2013:162)
menjelaskan bahwa: “Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel
bebas atau independent variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak
bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variable (Y)”.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel-variabel yang bersifat tidak
bebas dan sementara, variabel lainnya bersifat bebas. Modifikasi net yang direndahkan
merupakan variabel bebas dan keterampilan smash merupakan variabel terikat.

K. Populasi dan Sample


Menurut Sugiyono (2013:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Apabila seorang
peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada didalam wilayah tersebut maka penelitian
itu dinamakan penelitian populasi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus
menetapkan sampel terlebih dahulu. Menurut Sugiyono (2013:118), sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa populasi pada penelitian ini
yaitu siswa SDN 2 Sumberjaya sebanyak 30 orang, maka penulis mengambil sampel
sebanyak 20 orang. Penentuan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sample yaitu teknik penentuan sampel yang didasarkan tujuan tertentu. Pada
pelaksanaannya penulis mengambil sampel yang mempunyai kekurangan dalam
melakukan teknik smash.

L. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest control group
design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini:

R O1 X O2
R O3 O4
Gambar 2. Desain penelitian
(Sugiyono 2017:112)

Keterangan:
O1 = Tes awal sampel eksperimen
X = Perlakuan (treatment) modifikasi net yang direndahkan
O2 = Tes akhir sampel eksperimen
O3 = Tes awal sampel kontrol
O4 = Tes akhir sampel kontrol
M. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Arikunto, Suharsimi (2013:61) menyatakan pendapatnya tentang


langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
Sebenarnya masih dapat sebutkan langkah-langkah penelitian yang lain yang lebih
menitik beratkan pada kegiatan administratif yaitu:
1. Pembuatan rancangan penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
3. Pembuatan laporan penelitian

Pendapat diatas berkaitan dengan langkah-langkah yang penulis lakukan dengan


tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan
a. Observasi ketempat penelitian, yaitu pada siswa SDN 2 Sumberjaya untuk
meminta izin melakukan penelitian.
b. Menyusun proposal penelitian yang dibantu oleh dosen pebimbing.
c. Seminar proposal penelitian untuk memperoleh masukan-masukan dalam
melaksanakan penelitian.
d. Pengurusan surat-surat rekomendasi penelitian.
2. Tahapan Pelaksanaan

a. Melakukan pengambilan data yaitu tes awal kemampuan smash dengan


modifikasi net yang direndahkan
b. Melakukan program latihan
c. Melakukan tes akhir smash dengan modifikasi net yang direndahkan
3. Tahap Akhir
a. Melakukan pengolahan data hasil penelitian dengan menggunakan rumus-rumus
statistik.
b. Menyusun draf skripsi lengkap dengan hasil penelitian kemudian melakukan
bimbingan dosen pebimbing skripsi yang telah ditetapkan.
c. Ujian skripsi, tahap ini merupakan tahap akhir dari rangkaian kegiatan penelitian
yang penulis lakukan.

N. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan pola penelitian diatas, maka teknik pengumpulan data penelitan


sebagai berikut:
a. Memiliki sampel dari siswa SDN 2 Sumberjaya.
b. Melaksanakan tes awal dan hasil disusun peringkat skor dan setiap subjek mulai
dari skor tertinggi hingga terendah.
c. Memberikan perlakuan terhadap sampel permainan bulutangkis dengan
modifikasi net yang direndahkan.
d. Pada akhir eksperimen diberikan tes akhir sama seperti pada tes awal yaitu
keterampilan smash.
e. Menghitung rara-rata dan standar deviasinya, kemudian membandingkan rata-rata
T1-T2 sampel.
f. Menguji hipotesis dengan menggunakan uji t.
g. Menyimpulkan hasil pengolahan data tersebut dan menyusun laporannya.
O. Instrumen Penelitian

Untuk mendapat data yang diperlukan penulis menggunakan alat ukur sebagai
media pengumpul data. Menurut Nurhasan dan Abdul Narlan (2001:3) mengatakan
“dengan alat ukur ini kita akan memperoleh data dari suatu objek tertentu, sehingga kita
dapat mengungkapkan tentang keadaan suatu objek tersebut secara objektif”.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, diperlukan suatu
instrumen penelitian. Menurut Arikunto, Suharsimi (1998:121) “instrumen adalah alat
ukur pada saat peneliti menggunakan metode”. instrumen yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai keterampilan smash adalah tes smash dalam permainan
bulutangkis, karena menurut Nurhasan dan Abdul Narlan (2004: 149-154), “tes
keterampilan smash bertujuan mengukur jarak yang dicapai dalam setiap kali pukulan.
Selanjutnya Nurhasan dan Abdul Narlan (2004:149-154) tes ini dilakukan menggunakan
p rosedur sebagai berikut:
1. Tujuan: tes smash bertujuan mengukur jarak yang dicapai dalam setiap kali pukulan.
2. Alat yang digunakan:
a. cock 10 buah
b. Formulir hasil tes
3. Pelaksanaan tes
a. Petunjuk pelaksanaan
1) Testee berdiri di area.
2) Setelah diberi aba-aba, testee memukul shuttlecock dengan modifikasi net yang
direndahkan.
3) Testee diberi 3 (itga) kali kesempatan.
b. Gerakan tersebut dinyatakan gagal bila:
1) Testee melakukan service gagal memukul shuttlecock melewati net atau
shuttlecock mendarat di area yang tidak valid.
2) Shuttlecock tidak menyeberangi bagian atas net
4. Skor

Jumlah jarak yang diperoleh pada setiap kali service dalam tiga kali kesempatan.

P. Teknik Analisis Data

Langkah yang harus ditempuh untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis,
dalam pengolahan data penulis menggunakan rumus-rumus statistik. Munurut Narlan, Abdul
(2017:4-54) rumus-rumus tersebut adalahsebagai berikut:
a. Menghitung skor rata-rata (mean) dari masing-masing data, rumus yang digunakan adalah :

∑Χ
X = Ν
Keterangan : X = Nilai rata-rata yang dicari
X = Skor yang didapat
N = Jumlah orang/peristiwa/responden
∑ = Menyatakan jumlah
b. Menghitung standar deviasi atau simpangan baku, rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
2
Σ ( Χ− X )

Keterangan: S
S= √ n−1
= Simpangan baku yang dicari
X = Skor yang didapat
X = Nilai rata-rata yang dicari
n = jumlah sampel
∑ = Menyatakan jumlah
c. Menghitung varians dari masing-masing tes, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
2
Σ ( Χ− X )

Keterangan:
S2 =
S2
√ n−1
= Simpangan baku yang dicari
X = Skor yang didapat
X = Nilai rata-rata yang dicari
n = Jumlah sampel
∑ = Menyatakan jumlah
d. Menguji normalitas data dari setiap tes melalui uji normalitas lelliefors, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Lo = F(Z1) – S(Z1)
Keterangan:
Lo = Lelliefors adalah lambang yang menyatakan nilai normalitas
F(Z1) = Peluang untuk tiap angka Z1
S(Z1) = Proporsi yang lebih kecil atau sama dengan Z1
Kriteria pengujian dengan menggunakan uji normalitas Lelliefors dengan taraf nyata (∝¿
= 0,05 dan dk = n. Maka penerimaan/penolakan hipotesis, disebut:
- Hipotesa diterima apabila : Lo < L∝ tabel
- Hipotesa ditolak apabila : Lo >L∝ tabel
Besarnya nilai L, ditentukan berdasarkan distribusi nilai L pada tabel distribusinya.
e. Menguji homogenitas dari data setiap tes melalui penghitungan statistik F, rumus yang
digunakan adalah:
Variansterbesar
F = Variansterkecil
Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan dk
= n – 1 adalah apabila F hitung lebih kecil atau sama dengan F ½ α (V1, V2), maka data-data
dari kelompok itu homogen. F ½ α (V 1, V2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang
½ α, sedangkan derajat kebebasan V1, V2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan
dk penyebut = n.
f. Menguji diterima atau ditolaknya hipotesis melalui pendekatan uji kesamaan kedua rata-rata
uji satu pihak (uji-t’). Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X̄ 1 − X̄ 2
t '=
S21 S 22

Keterangan :
√ +
n1 n 2

t’ = nilai signifikansi yang dicari


X1 = skor rata-rata dari tes awal
X2 = skor rata-rata dari tes akhir
n = jumlah sampel

S 21 = varian sampel tes awal

S 22 = varian sampel tes akhir


Kriteria penerimaan hipotesis adalah terima hipotesis (Ho) jika t’ ≤

w1t1+w2t2 S 21 S 22
α¿
w 1+w 2 dan tolak dalam hal lainnya, dimana w1 = n1 , w2 = n2 , t = t (1- (n –
1 1

1), dan t2 = t (1-α ¿(n2 – 1)


A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitan ini dilakukan pada bulan Desember sampai dengan selesai. Menurut Bompa
(Mylsidayu, Apta dan Febi Kurniawan, 2015:50) menjelaskan bahwa : “terjadinya peningkatan
dalam latihan terjadi dalam waktu 2-6 minggu tetapi biasanya 4 minggu (1 bulan). Hal yang
perlu diperhatikan adalah terjadi peningkatan dalam latihan apabila latihan dilakukan minimal 3
kali seminggu dan maksimal 12-14 kali dalam seminggu (sehari 2 sesi).”
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis melakukan penelitian ini selama enam
minggu yaitu 16 kali pertemuan termasuk test awal dan test akhir, tiga kali seminggu, tepatnya
hari Selasa, Kamis dan Jumat. Seluruh rangkaian dan tempat pengambilan data dilakukan
dilapangan gor Sumberjaya, Kecamatan Cihaurbeuti.

Anda mungkin juga menyukai