Anda di halaman 1dari 3

3.5.

1 DEGENERASI

Dalam Bagian 3.3 kami menunjukkan bahwa dalam penerapan kondisi kelayakan metode
simpleks primal, dua rasio minimum yang sama dapat dipilih secara sembarang untuk
maksud menentukan variabel keluar. Tetapi, ketika hal ini terjadi, satu variabel dasar atau
lebih pasti akan sama dengan nol dalam iterasi berikutnya. Dalam kasus ini, kita mengatakan
bahwa pemecahan baru itu adalah degenerasi. (Dalam semua contolh LP yang telah kita
pecahkan sejauh ini, variabel dasar selalu memiliki nilai positif secara ketat.)

Tidak terdapat satu pun hal yang mengejutkan dalam menangani pemecahan degenerasi,
dengan kekecualian satu ketidaknyamanan teoritis kecil, yang akan segera kita bahas. Dari
sudut pandang praktis, kondisi ini menunjukkan bahwa model tersebut memiliki setidaknya
satu batasan yang berlebihan. Untuk mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang dampak praktis dan teoritis dari degenerasi, kita akan mempertimbangkan satu contoh
numerik. Ilustrasi grafik akan meningkatkan pemahaman kita tentang gagasan di balik situasi
khusus ini.

Contoh 3.5-1 (Pemecahan Optimal Degenerasi)

Maksimumkan z= 3x1 + 9x2

dengan batasan

X1 + 4x2 58 *1 + 2r2 54 X1, 220

Dengan menggunakan xy dan x4 sebagai variabel slack, kita mendaftarkan iterasi simpleks
untuk contoh ini dalam Tabel 3-2. Dalam iterasi awal, terdapat dua variabel yang dapat
menjadi variabel keluar, yaitu x3 dan x4. Ini adalah alasan mengapa variabel dasar x4
memiliki nilai nol dalam iterasi 1, sehingga menghasilkan pemecahan dasar degenerasi.
Pemecahan optimum dicapai seteiah iterasi tambahan dilakukan.

Apa implikasi praktis dari grafik untuk model ini. Tiga garis melalui titik optimum (x = 0, x2
= 2). Karena ini merupakan 1 degenerasi? Lihatlah Gambar 3-4, yang memberikan
pemecahan grafik untuk model ini. Tiga garis melalui titik optimum (x1=0,x2=2). Karena ini
merupakan masalah dua dimensi, titik tersebut dikatakan ditetapkan berlebihan
(overdetermined), kareng kita hanya memerlukan dua garis untuk mengidentifikasinya.
Karena alasan ini, kita menyimpulkan bahwa salah satu batasan tidak diperlukan. Dalam
praktek, pengetahuan bahwa beberapa sumber daya adalah tidak diperlukan dapat terbukti
bemilai selama implementasi pemecahan. Informasi seperti ini dapat juga mengarah pada
ditemukannya ketidakteraturan dalam pengembangan model. Sayangnya, tidak terdapat
teknik yang andal untuk mengidentifikasi batasan yang berlebihan secara langsung dari tabel.
Dengan tidak adanya reprosentasi grafik, kita harus bergantung pada cara-cara lain untuk
mengidentifikasi kelebihan batasan dalam model.

Tabel 3-2

Iterasi Dasar X1 X2 X3 X4 Pemecahan


0 Z -3 -9 0 0 0
(awal) X3 1 4 1 0 8
X2 masuk
X4 1 2 0 1 4
X3 keluar
1 Z -3/2 0 9/4 0 18
X2 1/4 0 1/4 0 2
X1 masuk
X4 1/2 2 -1/2 1 0
X4 keluar
2 Z 0 0 3/2 3/2 18
X2 0 1 1/2 -1/2 2
(optimum) X1 1 0 -1 2 0

Dan sudut pandang teoritis, degenerasi memiliki dua implikasi. Implikasi pertama tentang
fenomena perputaran (cycling atau circling). Jika Anda melihat iterasi 1 dan 2 dalam Tabel
3-2, anda akan menemukan bahwa nilai tujuan tidak membaik (z = 18). Jadi, secara umum
adalah mungkin bahwa prosedur simpleks akan mengulang urutan iterasi yang sama, tanpa
pernah memperbaiki nilai tujuan dan tidak pernah mengakhiri perhitungan. Walaupun
terdapat beberapa metode untuk menghindari terjadinya perputaran, metode-metode ini dapat
mengarah pada pelambatan yang drastis dalam perhitungan. Karena alasan ini, sebagian besar
kode LP tidak mencakup prosedur untuk perputaran, dengan bergantung pada fakta bahwa
presentasi masalah LP yang memiliki koniplikasi ini adalah begitu kecil sehingga tidak dapat
membenarkan implementasi prosedur penanganan perputaran seperti itu.

Masalah teoritis kedua timbul dalam memperhatikan iterasi 1 dan 2. Kedua iterasi ini,
walaupun berbeda mengklasifikasikan variabel sebagai variabel dasar dan nondasar,
memberikan nilai yang identik untuk semua variabel dan nilai tujuan, yaitu,

X1 = 0, x2 = 2, x3 = 0, x4 = 0, z = 18
Jadi, timbul argumen untuk kemungkinan menghentikan penghitungan pada iterasi 1
(kompilasi degenerasi timbul pertama kali), sekalipun pemecahan itu tidak optimal.
Argumen ini tidak absah,

Gambar 3-4

karena pada umumnya sebuah pemecahan dapat bersifat degenerasi secara temporer (lihat
Pertanyaan 3-33),

Latihan 3.5-1

(a) Jika, dalam sebuah masalah dua dimensi seperti dalam Contoh 34-1, kita memiliki tiga
variabel dasar yang nol dalam sebuah iterasi simpleks, berapa bainyak batasan yang
berlebihan terdapat di titik sudut ini? [Jawab. 3]

(b) Dalam sebuah masalah n-dimensi, berapa banyak bidang (batasan) harus melalui titik
sudut untuk menghasilkan situasi degenerasi? [Jawab. Setidaknya n + 1 bidang.]

(c) Menilai dari pembahasan di atas, apakah jumlah pemecahan dasar lebih besar daripada
jumlah titik sudut dalam kondisi degenerasi? [Jawab. Ya, pasti.]

(d) Dengan mengasumsikan bahwa perputaran tidak terjadi, apa akibat terakhir dari degenerai
teriadap perhitungar sebagaimana dibandirgkaa dengan kesus di mana batasan yang
berlebihan disingkirkan, yaitu, degenerasi disingkirkan? [Jawab. Jumlah iterasi sampai
pemecahan optimum dicapai dapat lebih besar dalam degenerasi, karena satu titik sudut
diwakili olch lebih dari satu pemecahan dasar.]

Anda mungkin juga menyukai