Kimia Medisinal
Kimia Medisinal
Interaksi obat – reseptor ditentukan oleh parameter fisikokimia obat yaitu : kepolaran,
pengionan, dan kerapatan elektron . Semua sifat elektronik obat ditentukan oleh susunan
atom, bentuk, dan ukuran molekul obat dengan perkataan lain, oleh struktur kimianya. Karena
parameter fisikokimia ini dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif, maka gaya ikatan
antarmolekul sebagai fungsi struktur mestinya juga mempunyai nilai dengan angka. Maka, jika
kerja hayati obat yang termasuk dalam satu seri dapat diukur dan cara kerjanya dalam seri itu
serupa, maka hubungan kuantitatif struktur - aktivitas (HKSA) harus dapat pula dihitung. Tetapi,
walaupun dengan segala upaya dan aksal HKSA tetap merupakan tantangan yang belum
sepenuhnya terlaksana. Hal ini dapat dipahami jika kita sadari bahwa ada kerumitan besar yang
berhubungan dengan molekul obat yang kecil sekalipun, apalagi reseptor makromolekul yang
belum banyak kita kenal, atau bahkan seluk-beluk seluruh system kehidupan yang sangat
rumit.Pemilihan sejumlah parameter-kunci kimia dan biologi yang dapat dipakai pada
penentuan HKSA, beserta kutak-katik statistiknya yang tepat, merupakan proses spontan
tersendiri dengan segi epistemologi yang agak kuat. Ganellin (1977) dan Barlow (1979)
mengungkapkan analisis mendalam tentang harapan, prestasi, kesulitan dan jebakan HKSA.
Hubungan kuantitatif struktur kimia dan aktivitas biologis obat (HKSA) merupakan
bagian penting rancangan obat, dalam usaha untuk mendapatkan suatu obat baru dengan
aktivitas yang lebih besar, keselektifan yang lebih tinggi, toksisitas atau efek samping sekecil
mungkin dan kenyamanan yang lebih besar. Selain itu dengan menggunakan model HKSA, akan
lebih banyak menghemat biaya atau lebih ekonomis, karena untuk mendapatkan obat baru
dengan aktivitas yang dikehendaki, faktor coba-coba ditekan sekecil mungkin sehingga jalur
sintesis menjadi lebih pendek.
Ada beberapa model pendekatan hubungan kuantitatif struktur-aktivitas, antara lain
adalah pendekatan HKSA Free-Wilson, pendekatan HKSA Hansch, pendekatan mekanika
kuantum dan pendekatan konektivitas molekul.
Desain Obat
Tujuan utama upaya merancang/desain suatu obat dalam ilmu kimia medisinal adalah
supaya dapat ditemukan suatu molekul yang akan menghasilkan efek biologis yang bermanfaat
tanpa berakibat efek biologis yang merugikan. Sebagai contoh, suatu senyawa yang dapat
menurunkan tekanan darah dapat juga memiliki efek samping pada sistem syaraf pusat.
Dengan demikian merupakan suatu kesalahan apabila tujuan utama akan dapat tercapai
dengan sempurna, tetapi efek negatif obat tersebut juga cukup merugikan.Taylor dan Kennewal
memberi batasan kimia medisinal yang lebih spesifik sebagai yaitu studi kimiawi senyawa atau
obat yang dapat memberikan efek menguntungkan dalam sistem kehidupan, yang melibatkan
studi hubungan kimia senyawa dengan aktivitas biologis dan model kerja senyawa pada sistem
biologis, dalam usaha mendapatkan efek terapetik obat yang maksimal dan memperkecil efek
samping yang tidak diinginkan.
Desain obat dapat dibagi menjadi 2 kategori, langsung dan tidak langsung. Pendekatan
langsung (Direct Approach) menguntungkan dari segi pengetahuan tentang struktur atom dari
reseptor obat dan memegang peranan penting dalam penelitian di bidang farmasi. Pendekatan
tidak langsung (Indirect Approach) merupakan pendekatan yang diterapkan program penelitian
kimia medicinal pada umumnya, dimana tidak ada informasi secara terstrukur tentang reseptor
target. Kedua pendekatan tersebut meliputi optimalisasi suatu senyawa penuntun atau
senyawa-senyawa hasil sintesis dari molekul baru
Metode komputasi memberikan dukungan yang sangat penting terhadap kedua
pendekatan tersebut. Beberapa perangkat spesifik untuk desain obat secara langsung mencoba
menghasilkan desain de novo untuk molekul-molekul dengan terhadap reseptor tertentu
berdasarkan struktur reseptor tersebut. Perkembangan sekarang termasuk mencoba untuk
membentuk molekul dengan suatu bagian yang aktif dan keberhasilan metode penelusuran
data base 3D dari Desjarlanis dkk. Pendekatan-pendekatan yang paling berarti dalam lingkup
desain obat secara tidak langsung didasarkan penggunaan metode statistic terhadap desain seri
molekul-molekul untuk sintesis dan analisis HKSA dalam hal data yang berkaitan dengan obat.
Suatu pendekatan yang sempurna awalnya dikembangkan di Marshall’s Laboratory di St. Louis,
yakni membuat model-model tiga dimensi dari ikatan reseptor dengan obat dengan
membandingkan afinitas terhadap suatu reseptor yang sama dari beberapa molekul yang
berbeda berdasarkan struktur molekul-molekul tersebut. Model-model tersebut merupakan
dasar untuk kajian COMFA (Comparative molecular field analysis), yang mengijinkan para
desainer obat untuk memprediksi aktivitas molekul-molekul hipotesis berdasarkan data 3D
ligan-ligan terhadap suatu reseptor dengan struktur yang tidak diketahui dan penelusuran data
base 3D terhadap senyawa penuntun.
Untuk senyawa yang terionisasi, pengaruh derajat ionisasi (α) tidak boleh diabaikan.
P = Co / Cw (1-α)
Nilai P senyawa sangat bervariasi dengan jarak yang sangat besar, untuk memudahkan
perhitungan biasanya digunakan dalam bentuk logaritmanya (log P), sehingga :
log P = log Co – log Cw
Untuk senyawa yang terionisasi,
log P = log Co – log Cw (1-α)
Untuk menghitung nilai α, dapat dicari melalui persamaan Henderson-Hasselbach sebagai
berikut :
pH = pKa + log C1/Cu
Cu = 1-α, C1 = α
pKa = tetapan ionisasi
Cu = kadar bentuk molekul senyawa / bentuk yang tidak terionisasi
C1 = kadar senyawa yang terionisasi
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penentuan koefisien partisi adalah :
1. Senyawa, pelarut non polar dan dapar yang digunakan harus mempunyai kemurnian
yang tinggi.
2. Metode penetapan kadar senyawa harus mempunyai ketelitian yang tinggi, pada
umumnya adalah dengan metode spektrofotometri UV.
3. Pelarut polar, non polar dan dapar yang digunakan harus sudah saling dijenuhkan.
Penjenuhan dilakukan dengan mencampurkan kedua pelarut yang tidak saling bercampur
dan didiamkan semalam, kemudian dipisahkan.
4. Senyawa dilarutkan dalam pelarut yang lebih mudah melarutkan.
5. Senyawa dicampur dengan tangan, dalam botol kocok selama 5-15 menit. Pemisahan
pelarut polar dan non polar dilakukan dengan cara disentrifuge pada 2000 rpm selama 1
jam, atau didiamkan selama semalam.
6. Batas pengukuran log P antara -3 dan +3, diluar batas tersebut kemungkinan
terjadinya kesalahan pengukuran cukup besar.
Menurut Hansch, nilai π dari gugus-gugus dapat dihitung secara aditif dengan syarat
tidak ada interaksi antara gugus, sehingga hubungan nilai log P senyawa dengan nilai π
gugus-gugus dapat dinyatakan melaluli persamaan sebagai berikut :
Keuntungannya :
1. Dengan menguji HKSA turunan senyawa dengan bermacam-macam gugus substitusi pada
berbagai zona.
2. Digunakan bila tidak ada data tetapan kimia fisikadari senyawa dan uji aktivitas lebih lambat
dibanding sengan sintesis turunan senyawa.
Dalam HKSA, model Hansch lebih berkembang dan lebih banyak digunakan dibanding model de
novo Free-Wilson, oleh karena :
1. Lebih sederhana.
2. Konsepnya secara langsung berhubungan prinsip-prinsip kimia fisika organik yang sudah ada.
3. Dapat untuk hubungan linier dan non-linier.
4. Data parameter sifat kimia fisika substituen sudah banyak tersedia dalam tabel-tabel.
5. Model Hansch telah banyak digunakan untuk menjelaskan hubungan struktur aktivitas
turunan obat.
SOAL!