Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PRINSIP - PRINSIP EKONOMI DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

1. Nuryani
2. Anis Cahayasih
3. Fahri Fahrudin
4. Dzikri Maulana Yunus

PROGRAM KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN

KELAS XII ADMINISTRASI PERKANTORAN 1

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AT-TAAJIR

TAJURHALANG, KABUPATEN BOGOR

Februari 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul prinsip-Prinsip Ekonomi
Islam ini dengan tepat waktu.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang wajib dikerjakan untuk persyaratan UNBK dan
USBN. Makalah ini disusun bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tambahan bagi para
pembaca khususnya dalam bidang ekonomi.

Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Firman Setiawan SHi.,.Mei. selaku Dosen mata kuliah Teori Ekonomi Mikro dan terima
kasih kepada teman – teman yang membantu penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................

Daftar Isi...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Dasar –Dasar dan Prinsip Ekonomi Islam.......................................................

2.2 Perbandingan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Kapitalis dan Sosialis.........

2.3 Masalah Pokok Dalam Ekonomi Antara Islam Dan Konvemnsional..............

2.4 Nilai Dasar Kepemilikan dan Harta Dalam Islam...........................................

2.5 Unsur penting Aktivitas Dalam Islam.............................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Walaupun pemikiran para pakar tentang ekonomi islam terbagi-bagi ke dalam beberapa
madzhab, namun pada dasarnya mereka setuju dengan prinsip-prinsip umum yang mendasari
ekonomi Islam. Karena prinsip-prinsip ini membentuk keseluruhan kerangka ekonomi islami,
yang jika diibaratkan sebagai sebuah bangunan dapat divisualisasikan sebagai bangunan
ekonomi islami didasarkan atas lima nilai universal, yakni: Tauhid (Keimanan), ’Adl (Keadilan),
Nubuwwah (Kenabian), Khilafah (Pemerintahan), dan Ma’ad (Hasil). Kelima ini menjadi dasar
inspirasi untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi islam.

Namun teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan menjadi sistem, akan menjadikan ekonomi
islami hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa memberi dampak pada kehidupan ekonomi. Oleh
karena itu, dari kelima nilai-nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang
menjadi ciri-ciri dan cikal bakal sistem ekonomi islam. Dari semua prinsip maka diterapkan
konsep akhlak. Akhlak menempati posisi puncak karena inilah yang menjadi tujuan islami dan
dakwah para Nabi, yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang menjadi
panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dasar dan prinsip ekonomi Islam ?

2. Bagaimana perbandingan antara ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalisme dan
sosialisme ?

3. Bagaimana permasalahan pokok yang ada di ekonomi islam maupun konvensional ?

4. Bagaimana kedudukan kepemilikan dan harta menurut Islam ?

5. Bagaimana unsur penting aktivitas ekonomi Islam?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dasar dan prinsip ekonomi Islam.

2. Untuk mengetahui perbandingan antara ekonomi Islam dengan sistem ekonomi


kapitalisme dan sosialisme.

3. Untuk mengetahui permasalahan pokok yang ada di ekonomi islam maupun


konvensional.

4. Untuk mengetahui kedudukan kepemilikan dan harta menurut Islam.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar –Dasar dan Prinsip Ekonomi Islam

Nilai merupakan sisi normatif dari ekonomi Islam yang berfungsi mewarnai atau
menjamin kualitas perilaku ekonomi setiap individu.[1] Nilai-nilai dasar ini tidak dapat berjalan
sendiri melainkan harus berjalan berdampingan dengan prinsip-prinsip ekonomi lebih khususnya
ekonomi Islam. Prinsip inilah yang akan menjadikan bangunan ekonomi Islam kokoh dan
dinamis, dan nilailah yang berfungsi untuk mewarnai kualitas bangunan tersebut.[2]

Dapat disimpulkan inti dari nilai dalam Islam adalah ketauhidaan. Segala aktivitas yang
dilakukan ditujukan untuk melakukan hukum Allah termasuk di dalamnya adalah nilai dalam
ekonomi.

Dalam pelaksanaannya, nilai tauhid ini diterjemahkan dalam banyak nilai dan terdapat tiga nilai
dasar yang menjadi pembeda ekonomi Islam dengan lainnya, yakni[3]:

1. Keadilan (adl)

Menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman adalah tujuan utama dari risalah para
Rasul-Nya. Hal tersebut sesuai dengan dengan Q.S Al- Haddid: 25.
ْ ْ ‫ ِوأَ ْنزَ ْلن‬.‫َب َو ْال ِميْزَ انَ لِيَقُوْ َم النَّاسُ بِ ْالقِ ْس ِط‬
َ ‫ت َوأَ ْن َز ْلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ِ َ‫لَقَ ْدأَرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَابِ ْالبَ ْين‬
ِ َّ‫َاال َح ِد ْي ِدفِ ْي ِه بَأسٌ َش ِد ْي ٌد َو َمنَفِ ُع لِلن‬
‫اس َولِيَ ْعلَ َم هللاُ َم ْن‬
‫َز ْي ٌز‬
ِ ‫ب إِ َّن هللاَ قَ ِوىٌّ ع‬ِ ‫ص ُرهُ َو ُر ُسلَهُ بِ ْال َغ ْي‬ ُ ‫يَ ْن‬.

Artinya: “sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah kami turunkan bersma mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan kami ciptakan besi (yang padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, supaya mereka mempergunakan besi itu) dan
supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Bahkan seorang Muslim terkemuka Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa keadilan merupakan
unsur paling utama dalam maqashid syari’ah. Secara garis besar keadilan dapat didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana terdapat kesamaan perlakuan di mata hukum, kesamaan hak
kompensasi, hak hidup secara layak, hak menikmati pembangunan dan tidak adanya pihak yang
dirugikan serta adanya keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan.[4]

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keadilan merupakan salah satu dasar yang
penting yang harus ada dalam perekonomian Islam. Setiap individu memiliki kesamaan di dalam
hukum dan sebagainya.
2. Khilafah

Kata khilafah secara umum berarti tanggung jawab sebagai pengganti utusan Allah. Secara
umum, khilafah berarti tanggung jawab yang telah dikuasakan kepada manusia atas apa yang ia
miliki atas segala sesuatunya.

Sementara secara khusus dalam bidang ekonomi khilafah berarti, tanggung jawab untuk
mengelola sumber daya yang telah diberikan Allah kepada manusia untuk dikelola semaksimal
mungkin dengan menghiraukan akibat yang akan ditimbulkan jika melakukannya secara besar-
besaran. Manusia dituntut untuk memaksimalkan sumber daya yang ada tanpa harus
merusaknya.

Secara garis besar tanggung jawab tersebut dibagi menjadi tiga yakni:

a) Tanggung jawab berperilaku ekonomi dengan cara yang benar.

b) Tanggung jawab untuk mewujudkan maslahah maksimum.

c) Tanggung jawab perbaikan kesejahteraan setiap individu.

d) Takaful

Secara bahasa takaful artinya jaminan masyarakat (social insurance). Jaminan sosial ini bukan
hanya berbentuk material namun juga dapat berbentuk non materi. Konsep takaful ini bisa
dijabarkan lebih lanjut menjai sebagai berikut:[5]

a) Jaminan terhadap pemilikan dan pengelolaan sumber daya oleh individu.

b) Jaminan setiap individu untuk menikmati hasil pembangunan atau output.

c) Jaminan stiap individu untuk membangun keluarga sakinah.

d) Jaminan untuk amar ma’ruf nahi munkar.

Dalam buku lain ditambahkan tiga poin dasar lain yakni:

1. Tauhid (Keesaan Tuhan)

Konsep tauhid berisikan kepasrahan (taslim) manusia kepada Tuhannya, dalam perspektif yang
lebih luas, konsep ini merefleksikan adanya kesatuan (unity/ al wihdat), yaitu kesatuan
kemanusiaan (unit of mankind), kesatuan penciptaan (unit of creation), dan kesatuan tuntunan
hidup (unit of guidance) serta kesatuan tujuan hidup (unit of purpose of life).[6]

Nubuwwah (kenabian)

Sifat yang ada dalam diri nabi yang patut kita teladani dan contoh dalam bermuamalah yakni
siddiq (jujur), amanah (bertanggung jawab), fathonah (kemampuan),
Setelah pembahasan akan dasar nilai ekonomi Islam, berikut akan dijabarkan tentang prinsip
ekonomi Islam. Prinsip ekonomi dalam Islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang membangun
struktur atau kerangka ekonomi Islam yang digali dari al-Qur’an dan Sunnah.[7] Berikut adalah
prinsip-prinsip yang menjadi kaedah dalam ekonomi islam:

1. Kerja (resource utilization)

Dalam prinsip ekonomi Islam, manusia bukan hanya diajarkan untuk beribadah saja, namun juga
untuk bekerja. Setiap manusia dianjurkan untuk bekerja demi dapat melakukan kegiatan ibadah
kepada Tuhan. Denagn bekerja dan dapat mencukupi kebutuhan maka kita akan senantiasa
bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita.

2. Kompensasi (compentation)

Setiap pekerjaan pastia akan ada kompensasi atas apa yang telah dikerjakan. Dalam prinsip
ekonomi hal tersebut diterapkan dalam bentuk gaji. Begitu pun dalam ekonomi Islam yang
dimana terdapat hadist bahwa “Rasulullah SAW bersabda: bayarlah upah sebelum kering
keringatnya.”

3. Efisiensi (efficiency)

Suatu kegiatan pengelolaan sumber daya melibatkan lima unsur pokok, yaitu kehalian, tenaga,
bahan, ruang, dan waktu, sedangkan hasil terdiri dari aspek jumlah (kuantitas) dan mutu
(kualitas). Efisiensi dalam arti umum berarti kegiatan yang menghasilkan output yang
memberilan maslahah paling tinggi atau yang disebut efisiensi alokasi (allocation effiency).
Dalam arti sempit, efisiensi berarti kegiatan yang menghasilkan output paling banyak dan
berkualitas atau disebut efisiensi teknis (x-effiency).[8]

4. Profesionalitas (profesionalism)

Profesional artinya dapat membedakan antara urusan pribadi dengan pekerjaan yang wajib kita
lakukan. Dengan adanya profesionalisme ini efisiensi produksi dapat tercapai.

5. Kecukupan (suffenciency)

Kecukupan bukan hanya berarti segala kebutuhan yang mendesak dapat dipenuhi saja.
Kecukupan juga mencakup kenyamanan akan apa ia miliki pada saat itu gunan membangun
keluarga yang sejahtera secara finansial.

6. Pemerataan kesempatan (equal opprtunity)

Setiap individu baik berbeda gender, suku, ras, maupun agama memiliki kesempatan yang sama
hal pengelolaan sumber daya maupun dalam hal menikmatinya. Kesempatan yang ada harus
merata kepada seluruh kalangan tanpa terkecuali.
7. Kebebasan (freedom)

Setiap manusia juga diberikan kebebasan dalam menempuh kehidupannya di dunia. Mereka
memiliki kebebasan memilih baik buruk, benar salah, baik yang merusak maupun yang
bermanfaat. Namun, dalam Islam dianjurkan untuk memilih pilihan yang lebih banyak
mengandung maslahah dibanding mudharatnya.

8. Kerja sama (cooperation)

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari individu yang saling. Semua saling
ketergantungan satu sama lain. Ketergantungan tersebut membuat setiap individu harus saling
bekerja sama agar pekerjaan yang ia inginkan dapat selesai seusai dengan harapannya.

9. Persaingan (competition)

Islam mendorong umatnya untuk berlomba dalam hal kebaikan. Hal tersebbut juga termasuk
dalam hal bermuamalah. Setiap individu memiliki hak untuk berusaha dan bekerja. Namun, yang
perlu digaris bawahi adalah dalam bermuamalah tidak boleh merugikan pihak yang lain. Seorang
pedagang berhak melakukan jual beli dengan pelanggannya tanpa harus merugikan pihak yang
lain.

10. Keseimbangan (equilibrium)

Keseimbangan yang dimaksud adalah manusia harus seimbang dalam berbagai aspek. Kita boleh
memikirkan kehidupan akhirat namun tanpa melupakan kehidupan duniawi guna kesejahteraan
di dunia akhirat kelak.

11. Solidaritas (solidarity)

Solidaritas mengandung arti persaudaraan dan tolong menolong.[9] Sesama anggota yang ada di
dalam suatu komunitas haruslah menjunjung prinsip persaudaraan sehingga kehidupan
bermasyarakat dapat lebih nyaman dan tentram.

2.2 Perbandingan Ekonomi Islam Dengan Ekonomi Kapitalis dan Sosialis

Kapitalisme merupakan suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh berkuasanya
“kapital”.[10] Ciri dari sistem ekonomi adalah bukan ekonomi yang tersentral dan setiap
individu memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan ekonomi tanpa dibatasi oleh
pemerintah. Secara lebih detail berikut adalah ciri dari ekonomi kapitalisme:

a. Ia menganggap ekspansi kekayaan yang dipercepat, produksi maksimum dan


pemuasan “keinginan” sesuai dengan preferensi individu sebagai sesuatu yang
sangat penting untuk kesejahteraan manusia.
b. Ia menganggap kebebasan individu tanpa batas untuk mencari kekayaan pribadi
dan untuk memiliki dan mengatur kepemilikan pribadi (private property) sebagai
sebuah keharusan bagi inisiatif individu.

c. Ia mengansumsikan inisiatif individu bersama dengan pengambilan keputusan


yang terdesentralisasi dalamm operasi pasar bebas sebagai syarat yang mencukupi
untuk mewujudkan efisiensi optimum pengalokasian sumber daya.

d. Ia tidak mengakui perlunya peranan penting pemerintah atau pertimbangan-


pertimbangan nilai kolektif baik dalam efisiensi alokasi maupun keadilan
distribusi

Sosialisme adalah ‘alianse’ atau keterasingan yang timbul dalam suatu masyarakat kapitalis
sebagi akibat dari eksploitasi kaum proletar oleh kaum borjulis.[11] Setiap individu tidak
memiliki kuasa atas kepemilikan dan segala sistem bersifat terpusat. Berikut ini adalah ciri dari
sistem ekonomi sosialis:

a. Penghapusan milik pribadi atas alat produksi.

b. Sifat dan luasnya industri dan produksi mengabdi kepada kebutuhan sosial dan
bukan kepada motif laba.

c. Dalam kapitalisme daya penggerak adalah laba pribadi. Hal ini akan digantikan
oleh motif pelayanan sosial.[12]

Sementara itu sistem ekonomi Islam menganut keduanya dan hanya mengambil sisi positif dari
kedua sistem ekonomi yang telah dijelaskan di atas. Berikut adalah perbandingan antara sistem
ekonomi Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam:

a. Paham ekonomi

b. Insentif

c. Kepemilikan

d. Mekanisme informasi dan koordinasi

e. Pengambilan keputusan

f. Kapitalisme (pure capitalism)

g. Material

h. Mutlak individual

i. Mekanisme pasar
j. Desentralistik

k. Kapitalisme negara (state capitalism)

l. Material dan norma sosial

m. Individual atas pengawasan negara

n. Mekanisme pasar dan negara

o. Sentralistik dan desentralistik

p. Kapitalisme campuran (mixed capitalism)

q. Material dan norma sosial

r. Mutlak individual

s. Mekanisme pasar dan negara

t. Sentralistik dan desentralistik

u. Sosialisme (pure socialism)

v. Norma sosial

w. Mutlak negara

x. Negara

y. Sentralistik

z. Pasar sosialisme (market socialism)

 Selain itu terdapat beberapa lagi yaitu :

1. Material dan norma sosial

2. Mutlak negara atau komunitas

3. Mekanisme pasar dan negara

4. Sentralistik

5. Islam

6. Maslahah (dunia dan akhirat)

7. Individual, sosial dan negara atas dasar maslahah


8. Mekanisme pasar yang adil

9. Musyawarah berbasis masalah

Apabila dijabarkan lebih detail tentang kepemilikan maka akan terlihat seperti tabel berikut ini:

Indikator

Kapitalisme

Sosialisme

Islam

Sifat kepemilikan

Kepemilikan mutlak oleh manusia

Kepemilikan mutlak oleh manusia

Allah adalah pemilik mutlak, sementara manusia memiliki hak kepemilikan terbatas.

Hak pemanfaatan

Manusia bebas memanfaatkannya

Manusia bebas memanfaatkannya

Pemanfaatan oleh manusia mengikuti ketentuan Allah

Prioritas kepemilikan

Hak milik individu dijunjung tinggi

Hak milik kolektif/sosial dijunjung tinggi

Hak milik individu dan kolektif dijunjung tinggi

Peran individu dan negara

Individu bebas memanfaatkan sumber daya

Negara mengatur pemanfaatan sumber daya

Terdapat kewajiban individu-masyarakat-negara secara proporsional

Distribusi kepemilikan

Bertumpu pada mekanisme pasar


Bertumpu pada peran pemerintah

Bertumpu pada pasar, pemerintah, dan langsung oleh al-Quran

Tanggung jawab pemanfaatan

Pertanggung jawaban kepada diri sendiri secara ekonomis-teknis belaka

Pertanggung jawaban kepada publik secara ekonomis-teknis belaka

Pertanggung jawaban kepada diri, publik dan Allah di dunia dan akhirat

2.3 Masalah Pokok Dalam Ekonomi Islam dan Konvensional

2.3.1 Kovensional

Permasalahan utama dalam perekonomian konvensional adalah tentang bagaimana


mengalokasikan sumber daya ekonomi yang terbatas jumlahnya dalam memnuhi kebutuhan yang
tidak terbatas yang disebut dengan kelangkaan (scarcity). Keinginan manusia yang tidak ada
batasnya menyebabkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi. Sementara itu tidak disertai
dengan kemampuan dalam memenuhinya.

Dalam pandangan ekonomi konvensional “ilmu ekonomi adalah studi tentang pemanfaatan
sumber daya yang langka atau terbatas (scarcity) untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak
terbatas (unlimited).

Sumber daya terdiri atas sumber daya alami dan sumber daya buatan. Sumber daya alami terdiri
atas sumber daya alam dan sumber daya manusia. Adapun sumber daya buatan adalah modal dan
pengusaha. Para ahli ekonomi menamakan seluruh sumber daya ini sebagai faktor-faktor
produksi, sebab mereka ini digunakan untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan
orang. Barang-barang yang dihasilkan atau diproduksi dinamakan komoditas.

Banyaknya permintaan akan suatu barang menyebabkan produsen harus dapat berinovasi dalam
memproduksi suatu barang. Hal tersebut menyebabkan keterbatasan konsumen dalam
menentukan pilihan tersebut. Keterbatasan dalam menetukan pilahan tersebut tidak langsung
menunjukkan akan timbulnya suatu biaya, hal ini dikenal dengan biaya peluang (opportunity
cost). Dari permasalahan yang telah dijabarkan tadi, maka setiap masyarakat menghadapi dan
harus memecahkan tiga permasalahan pokok ekonomi :

1. Apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa barang tersebut diproduksi
(WHAT).

2. Bagaimana sumber-sumber ekonomi (faktor-faktor produksi) yang tersedia harus


digunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut secara optimal (HOW).
3. Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksikan atau bagaimana barang-barang
tersebut dibagikan di antara warga masyarakat (FOR WHOM).

Untuk mengatasi permasalahan yang ada masyarakat meodern kini lebih menekankan pada
mekanisme harga yang ada di pasar. Mekanisme harga dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut dengan cara:

a. Dalam permasalahan (WHAT), apabila tingkat permintaan atas suatu barang naik
maka harga juga akan naik, dengan begitu produsen akan memeproduksi lebih
bnayak untuk mendapatkan keuntungan lebih, kemudian apabila telah mencapai
batas maksimum efisiensi produksi dimana tingkat penawaran lebih tinggi
dibanding permintaan maka harga akan kemlabali turun. Jadi gerak harga barang
menentukan barang apa dan seberapa banyak barang diproduksi.

b. Suatu barang diproduksi dengan berbagai faktor produksi, apabila suatu faktor
produksi harganya naik maka akan mengurangi keuntungan yang diperoleh oleh
produsen. Dengan begitu produsen akan mencari jalan keluar dengan
menggunkan barang subtitusi untuk mengurangi kerugian. Dalam hal ini masalah
kombinasi akan faktor produksi dapat teratasi (HOW).

c. Gerak barang dan faktor produksi menentukan distribusi barang-barang yang


dihasilkan di dalam masyarakat antar warga masyarakat (WHOM).[17]

Setiap masyarakat harus memcahkan masalah ini. Mereka harus memikirkan cara untuk
mendistribusikan pendapatan secara adil tanpa mengurangi kegairahan individu-individu bekerja
sehingga ke puncak kesanggupannya. Apabila tujuan ini dapat dipacai maka perataan pendapatan
dapat diwujudkan tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi. Campur tangan pemerintah
diperlukan untuk mencapai tujuan ini.[18]

2.3.2 Islam

Ekonomi konvensional memiliki paradigma yang berbeda dengan Islam. Islam memasukkan
faktor X (kehendak Tuhan) di dalamnya. Sehingga ekonomi Islam dibengun dengan berbagai
prinsip syariah yang telah dibahas di awal. Dalam membahas permasalahan yang ada di
ekonomi, ekonomi Islam terbagi atas tiga pemikiran mahzab, berikut adalah penjabarannya:

a. Mazhab Iqtishaduna

Dalam mahzab ini ekonomi dan Islam tidak dapat disatukan karena keduanya berada pada
filosofi yang berbeda diaman ekonomi (anti Tuhan) sementara Islam (Tuhan). Dalam ekonomi
konvensional dikenal permasalahan kelangkaan. Mahzab ini tidak menerima pendapat tersebut
karena berpendapat bahwa sumber daya tidak ada batasnya sesuai dengan dalil yang mereka
gunakan yakni QS. al-Qamar:49.

‫اِنَّا كُاَّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَهُ بِقَ ْد ٍر‬

Artinya: “sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukurannya.”

Mereka berpendapat bahwa keinginan manusia ada batasnya dan sumber daya tidak ada batas.
Permasalahannya utama ekonomi menurut mahzab ini adalah distribusi yang tidak merata dan
adil sehingga harta hanya tepusat pada orang-orang kuat saja sementara yang lain tidak
memilikinya. Sehingga permasalahan muncul bukan karena sumber daya yang terbatas
melainkan karena keserakahan manusia yang tiada batasnya.

b. Mahzab Mainstream

Mahzab yang kedua ini berbeda dengan ajaran mahzab yang pertama. Dimana mahzab ini
menyetujui bahwa masalah ekonomi muncul karena keterbatasan sumber daya sementtara
keinginan manusia tidak ada batasnya. Sementara itu keinginan manusia tersebut dianggap
sebagai fitrah dan alamiah. Mereka berteguh pada dalil QS. at-Takaatsur: 1-5.

ّ ْ‫ثُ َّم َكاَّل سّو‬. َ‫ َكاَّل َسوْ فَتَ ْعلَ ُموْ ن‬.ُ‫ َحتَّى ُزرْ تُ ُم ْال َمقَابِر‬.ُ‫الهَ ُك ُم تَ َكثُر‬.
َ‫ َكاَّل لَوْ تَ ْعلَ ُموْ نَ ِع ْل َم ْاليَقِ ْين‬. َ‫ف تّعْلّ ُموْ ن‬

Artinya: “bermegah-megahan telah memelaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Sekali-kali tidak kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Kemudian sekali-kali
tidak kelak kamu akan mengetahui sekali-kali tidak sekiranya kamu mengetahui dengan pasti.”

Perbedaan antara pemikiran ekonomi konvensionalnnya adalah cara mengatasi masalah tersebut.
Apabila di ekonomi konvensional masalah diatasi dengan cara memilih sesuai dengan keinginan
individu tidak peduli hal tersebut baik atau tidak, dalam Islam diatur cara memnetukan pilihan
agar sesuai dengan ajaran agama Islam beserta syariatnya.

c. Mahzab Alternatif-Kritis

Mahzab yang terakhir ini tidak menerima seluruh pemikiran dariu mahzab-mahzab
terdahulu. Mahzab ini lebih menekankan pada kritisi terhadap kedua mahzab tersebut. Mereka
berpendapat bahwa analisis kritis bukan hanya dilakukan pada pemikiran ekonomi konvensional
saja namun juga terhadap ekonomi Islam. Hal tersebut disebabkan karna ekonomi Islam muncul
akibat dari tafsiran akan al-Qur’an maupun hadist dimana setiap individu dapat menafsirkannya
dan banyak menimbulkan perbedaan pendapat atas hal tersebut. Setiap teori yang muncul harus
terus dikaji agar mendapatkan analisis yang paling sempurna sehingga dapat menjadi rahmatan
lil-alamin.

2.4 Nilai Dasar Kepemilikan dan Kedudukan Harta Dalam Islam


Dalam agama Islam, pemilik mutlak dari alam semesta ini adalah Tuhan Yang Maha Esa. Allah
menciptakan alam semesta ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup yang ada di
dalamnya. Setiap manusia memiliki hak untuk memanfaatkan apa yang telah disediakan oleh
Tuhan. Manusia hanya mendapat mandat untuk memanfaatkan dan mengembangkannya untuk
kepentingan kemaslahan manusia (li hifdz al maslahat al ibad).Namun, hal tersebut harus
dilakukan dengan baik karena kan dipertanggungn jawabkan di akhirat kelak. Dalam ajaran
Islam, hak miliki dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a) Hak miliki individual (milkiyah fardhiah/ private ownership)

b) Hak miliki umum atau publik (milkiyah ‘ammah/ public ownership)

c) Hak miliki negara (milkiyah daulah/ state ownership)

Setiap individu diperbolehkan untuk memiliki dan mengelola umber daya yang ada selagi sesuai
dengan syariat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Tidak lupa pula juga harus menjaganya
agar tidak menimbulkan kerusakan yang mengandung mudharat lebih besar dibanding dengan
manfaatnya.

Sementara dalam kepemilikan umum barangnya harus dapat dimanfaatakan oleh seluruh
masyarakata yang aad di komunitas tersebut. Hak milik umum terdapat pada benda dengan
karakterisktik berikut:

a. Merupakan fasilitas umum, dimana kalau benda ini tidak ada di dalam suatu negeri atau
komunitas, maka akan menyebabkan suatu sengketa dalam mencarinya, seperti jalan
raya, air minum, dan sebagainya.

b. Bahan tambang yang relatif tidak terbatas jumlahnya.

c. Sumber daya alam yang sifat pembentukannya yang menghalangi untuk dimiliki hanya
oleh orang secara individual.

d. Harta benda waqaf, yaitu harta seseorang yang dihibahkan untuk kepentingan umum.

Membahas tentang kepemilikan pastinya tidak akan lepas dari yang namanya harta. Seorang
muslim hendaknya memndang harta dalam perspektif yang luas dan luhur seperti halnya Islam
memndang harta sebagai amanat yang dapat dijasikan media oleh manusia untuk mencapai falah
semaksimal mungkin (Siddiiqi, 1985 dan Naqvi, 1981).Atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan
maka kita diharuskan untuk mengelolanya dengan baik. Baik digunakan untuk kebutuhan
konsumsi atau dibelanjakan maupun dikembangkan. Dalam hal ni maksud dari membelanjakan
harta adalah bagaimana kita menyalurkan harat tersebut untuk dimanfaatkan pada hal yang baik
seperti nafkah keluarga, membayar zakat, dan sebagainya. Pengembangan harta dilakukan sesuai
dengan syariat Islam dengan cara usaha produktif dan lain sebagainya.

2.5 Unsur Penting Aktivitas Ekonomi Dalam Islam


Aktivitas dalam ekonomi umumnya terdiri dari 3 aktivitas yakni, produksi, distribusi dan
konsumsi. Dalam ekonomi Islam aktivitas pentingnya juga sama seperti ekonomi konvensional.

1. Produktif

Produksi merupakan kegiatan mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi maupun
bahan jadi. Produksi adalah kegiatan yang dilakukan manusia dalam menghasilkan suatu produk
baik barang, maupun jasa ynag kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Dalam ekonomi Islam
tujuan dari prosesnya adalah memberikan maslahah bagi umat. Untuk memproduksi sebuah
barang atau jasa dibutuhkan yang namanya faktor produsksi. Faktor produksi sendiri trediri dari
faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input). Pembagian
tersebut dikelompokkan sesuai dengan jangka waktu penggunaannya.

Selain mengubah barang mentah menjadi barang jadi, proses produksi juga merupakan
menambah niali guna suatu barang atau jasa. Dikenal lima jenis kegunaan barang maupun jasa
yakni:

a. Guna bentuk

b. Guna jasa

c. Guna tempat

d. Guna waktu

e. Guna milik

2. Konsumsi

Dalam mengkonsumsi suatu barang haruslah sesuai dengan maqhasid syariah. Tujuan pertama
mencari kepuasan tertinggi. Batasan dari suatu konsumsi adalah kemampuan anggaran.
Konsumsi dalam Islam harus memperhatikan aspek ajaran agama Islam.

3. Distribusi

Distribusi haruslah merata baik untuk kalangan bawah maupun kalangan atas. Hal tersebut
dilakukan agar seluruh masyarakat sejahtera tanpa terkecuali. Hal tersebut merupakan salah satu
maqhasid syariah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dasar ekonomi Islam ada 5, yakni Adl, Takaful, Tauhid, Kenabian, Khilafah. Kapitalisme
merupakan suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh berkuasanya “kapital”. Ciri dari
sistem ekonomi adalah bukan ekonomi yang tersentral dan setiap individu memiliki kesempatan
untuk melakukan kegiatan ekonomi tanpa dibatasi oleh pemerintah. Sosialisme adalah ‘alianse’
atau keterasingan yang timbul dalam suatu masyarakat kapitalis sebagi akibat dari eksploitasi
kaum proletar oleh kaum borjulis. Setiap individu tidak memiliki kuasa atas kepemilikan dan
segala sistem bersifat terpusat. Sementara itu sistem ekonomi Islam menganut keduanya dan
hanya mengambil sisi positif dari kedua sistem ekonomi yang telah dijelaskan di atas.

Permasalahan utama dalam perekonomian konvensional adalah tentang bagaimana


mengalokasikan sumber daya ekonomi yang terbatas jumlahnya dalam memnuhi kebutuhan yang
tidak terbatas yang disebut dengan kelangkaan (scarcity). Ekonomi konvensional memiliki
paradigma yang berbeda dengan Islam. Islam memasukkan faktor X (kehendak Tuhan) di
dalamnya. Sehingga ekonomi Islam dibangun dengan berbagai prinsip syariah yang telah dibahas
di awal. Dalam membahas permasalahan yang ada di ekonomi, ekonomi Islam terbagi atas tiga
pemikiran mahzab.

Dalam agama Islam, pemilik mutlak dari alam semesta ini adalah Tuhan Yang Maha Esa. Allah
menciptakan alam semesta ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup yang ada di
dalamnya. Setiap manusia memiliki hak untuk memanfaatkan apa yang telah disediakan oleh
Tuhan. Manusia hanya mendapat mandat untuk memanfaatkan dan mengembangkannya untuk
kepentingan kemaslahan manusia (li hifdz al maslahat al ibad).

Aktivitas dalam ekonomi umumnya terdiri dari 3 aktivitas yakni, produksi, distribusi dan
konsumsi. Dalam ekonomi Islam aktivitas pentingnya juga sama seperti ekonomi konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: Gramata.


Aziz, Abdul Dan Ulfah, Mariyah. 2010. Kapita Selekta Ekonomi Islam Kontemporer. Bandung:
Alfabeta

Karim, Adiwarman. 2015. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kementrian Agama Indonesia.2010. Mushaf Aisyah. Bandung: Jabal Raudhatul Jannah.

Muhammad. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nur Rianto Al Arif, M. 2010. Teori Mikroekonomi; Suatu Perbandingan Ekonomi Islam Dan
Ekonomi Konvensional. Jakarta: Kencana.

Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Ekonomi Islam.2012. Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali
Press.

Sukirno, Sadono. 2013. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai