Anda di halaman 1dari 14

DASAR-DASAR AQUAKULTUR

“Budidaya sistem terpadu”.

Disusun Oleh :

Randi candra pratama

Nim :

2018512011p

Dosen Pengapuh :

Rahma Mulyani, S.Pi.,M.Si

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

FAKULTAS PERIKANAN

JURUSAN ILMU PERIKANAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang subur. Namun sayang, saat ini lahan
pertanian telah banyak dialih fungsikan menjadi perumahan, hotel, dan tempat
wisata. Sehingga menyebabkan luas lahan petanian berkurang. Dengan
berkurangnya luas lahan pertanian, hal tersebut berimbas pada turunnya
produtivitas lahan. Sementara kebutuhan dan permintaan akan bahan pangan terus
meningkat setiap harinya.
Menurunnya tingkat produktivitas bahan pangan tidak hanya disebabkan oleh
lahan yang sempit, melainkan juga kualitas air, serta kesuburan tanah. Akibat
penggunaan pupuk anorganik perlahan-lahan menyebabkan ketidak suburan tanah.
Disamping itu juga menyebabkan mutasi pada hama maupun mikroorganisme yang
ada di dalam tanah sehingga menyebabkan hama semakin resisten tetapi
menyebabkan kematian pada mikroba penyubur tanah. Untuk itu dibutuhkan suatu
teknologi yang memiliki efisiensi tinggi pada lahan sempit.
Salah satu cara menanggulangi permasalahan diatas ialah dengan menerapkan
suatu sistem budidaya terpadu yang disebut akuaponik. Akuaponik adalah sistem
pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam
lingkungan yang bersifat simbiotik. Sitem ini tidak hanya dapat diterapkan pada
lahan yang luas tetapi juga dapat digunakan pada lahan yang sempit. Dengan
menerapkan sistem akuaponik pada lahan yang sempit maka lahan dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan sistem akuaponik?
2. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem akuaponik?
3. Bahan apa saja yang dibutuhkan untuk pembuatan sitem akuaponik?
4. Bagaimana mekanisme sistem akuaponik?
5. Bahan pangan apa saja yang dapat ditanam pada sistem akuaponik?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka didapatkan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui sistem akuaponik
2. Kelebihan dan kekurangan penerapan sistem akuaponik
3. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan sitem akuaponik
4. Mekanisme sistem akuaponik
5. Bahan pangan yang dapat ditanam pada sistem akuaponik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perikanan Terpadu

Perikanan terpadu adalah pemanfaatan seluruh potensi energy yang terdapat di


alam maupun yang dibuat sehingga menghasilkan produk perikanan yang seimbang.
Perikanan yang pada hakekatnya melibatkan makhluk hidup dalam beberapa tahapnya
serta memerlukan ruang dalam jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Melalui
perikanan terpadu juga terdapat pengikatan bahan organik didalam tanah dan
meminimalisir penyerapan karbon sehingga dampak buruk terhadap lingkungan dapat
diturunkan.

B. Pengertian Perikanan Terpadu

Perikanan terpadu adalah serangkaian cara menjaga keseimbangan ekosistem


didalamnya sehingga aliran nutrisi atau oksigen dalam air terjadi secara seimbang.
Keseimbangan ini yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan
produksi yang terjaga secara efisien dan efektif. Produksi perikanan terpadu sebaiknya
berada pada satu kawasan agar proses pemanfaatan sumber daya yang ada dapat terjadi
secara efektif dan efisien misalkan pada satu kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor
produksi tanaman,peternakan dan pertanian.

Keberagaman sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut mempunyai


ekosistem yang lengkap dan akan sedikit menghasilkan limbah perikanan karena
seluruh komponen produksi saling dapat terjalin hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan.

C. Sistem Perikanan Terpadu

Sistem perikanan terpadu adalah sistem perikanan yang didalamnya terdapat


penggabungan kegiatan perikanan, peternakan, kehutanan, pertanian dan ilmu lainnya
yang berkaitan dengan perikanan dalam suatu lahan sehingga diharapkan dapat menjadi
salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan serta
konservasi lingkungan secara terpadu.

Dengan menerapkan sistem perikanan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan


pangan, sandang dan papan sebagai kebutuhan jangka pendek, menengah maupun
panjang.

D. Ruang Lingkup Pertanian Terpadu

Hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan sistem perikanan terpadu


berdasar pada konsep dan ruang lingkup dari sistem ini. Berikut ruang lingkup dari
perikanan terpadu;

1) Sistem Produksi

Sistem produksi pada perikanan terpadu mencakup kegiatan budidaya perikanan


serta kegiatan bidang pertanian. Sistem produksi saling terkait satu sama lainnya
sehingga tidak banyak menyisakan limbah karena sisa produksi dapat
termanfaatkan dibidang lainnya. Sistem produksi dalam pertanian terpadu
merupakan sistem yang cukup efektif dan efisien.

2) Ekonomi

Perikanan terpadu dalam ruang lingkup ekonomi berkaitan dengan anggaran yang
dikeluarkan pembudidaya selama proses produksi sampai menghasilkan output.
Melalui sistem terpadu biaya input lebih rendah dibandingkan sistem lainnya
sehingga lebih menguntungkan pembudidaya karena dalam dalam sistem terpadu
juga diterapkan pertanian organik yang meminimalkan penggunaan bahan kimia
yang dapat menambah daftar anggaran pembudidaya. Selain itu hasil dari
budidaya secara terpadu pastinya lebih menguntungkan karena tidak hanya
diperoleh dari satu bidang saja misalkan hasil perikanan melainkan juga dari sayur
yang dari bidang pertanian. Hal ini membuat pendapatan pembudidaya bertambah
dan lebih menguntungkan.
3) Pertanian Terpadu Dapat Dimonitoring dengan Mudah

Pertanian terpadu juga termasuk sistem pertanian yang mudah dimonitoring


karena dapat diukur dan dievaluasi pada setiap tahapannya sehingga
memudahkan petani dalam menjalankan sistem ini dan dapat dengan cepat
menemukan solusi ketika terjadi permasalahan dalam sistem ini.

E. Contoh penerapan budidaya terpadu yaitu salah satunya dengan budidaya


penerapan sistem aquaponik

a. Pengertian Akuaponik
Akuaponik merupakan suatu sistem kombinasi antara akuakultur dengan
budidaya tanaman hidroponik. Ikan dan tanaman tumbuh pada satu sistem yang
sama dan saling terintegrasi sehingga menciptakan suatu simbiotik keduanya
(Zulkifli dalam Ratna dan Rifai, 2011).
Prinsip dasar akuaponik adalah mengkombinasikan sistem akuakultur dan
budidaya tanaman, dimana ikan dan tanaman budidaya tumbuh dalam satu sistem
yang terintegrasi, dan saling bersimbiosis. Fokus dalam Akuakultur adalah
memaksimalkan pertumbuhan ikan di dalam tangki atau kolam pemeliharaan yang
disituasikan dalam kepadatan yang tinggi. Tingkat penebaran yang tinggi ini berarti
bahwa air untuk budidaya menjadi mudah tercemar oleh kotoran ikan. Kotoran ikan
ini berbentuk Amonia yang beracun bagi ikan. Sementara itu, Hidroponik
bergantung pada aplikasi nutrisi buatan manusia. Nutrisi ini dapat dibuat dari bahan
kimia, garam dan unsur-unsur mikro yang disusun dan dicampur dengan teliti untuk
membentuk keseimbangan optimal untuk pertumbuhan tanaman. Akuaponik
menggabungkan kedua sistem tersebut. Sederhananya, akuaponik menggunakan
kotoran ikan yang berisi hampir semua nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Akuaponik juga menggunakan tanaman dan medianya untuk
membersihkan dan memurnikan air. Jadi dalam akuaponik  terjadi simbiosis antara 
tanaman dan ikan.
Dengan teknologi akuaponik ini para petani dapat memanen hasilnya sekaligus
dengan memanfaatkan ruang dan fasilitas-fasilitas yang disajikan dalam teknologi
ini, terutama dalam penggunaan air bersih, yang mana dalam satu kali pengairan air
ke objek tanaman dan ikan tersebut berlangsung secara bersama-sama, sehingga
dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya (Siregar dkk, 2013). Dalam akuakultur
yang normal, ekskresi dari ikan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan
meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Namun pada sistem akuaponik,
ekskresi ikan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit
melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Selanjutnya
air kemudian mengalami sirkulasi kembali dan masuk ke sistem akuakultur.

1. Kelebihan dan Kekurangan Akuaponik


Manfaat yang diperoleh dari penerapan sistem akuaponik selain para petani
dapat memanen secara sekaligus, limbah dari hasil metabolisme ikan dapat
termanfaatkan. Menurut Dauhan, dkk (2014), amonia yang ada di perairan berasal
dari sisa metabolisme ikan yang terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan
ikan yang tidak termakan dan mengendap di dasar kolam budidaya. Ada beberapa
hal yang dapat menyebabkan konsentrasi amonia meningkat antara lain
membusuknya makanan ikan yang tidak termakan, menurunnya kadar oksigen
terlarut pada kolam yang apabila oksigen terlarut berkisar antara 1-5 ppm
mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat sedangkan oksigen terlarut yang
kurang dari 1 ppm dapat bersifat toksik bagi sebagian besar spesies ikan. Sistem
akuaponik memanfaatkan tumbuhan budidayanya untuk mereduksi amonia dengan
menyerap air buangan budidaya atau air limbah dengan menggunakan akar tanaman
sehingga amonia yang terserap mengalami proses oksidasi dengan bantuan oksigen
dan bakteri, amonia diubah menjadi nitrat. Pada kegiatan budidaya dengan sistem
tanpa pergantian air, bakteria memiliki peranan penting dalam menghilangkan
partikel amonia melalui proses nitrifikasi. Ada dua jenis bakteri yang berbeda yaitu
nitrosomonas dan nitrobacter. Nitrosomonas mengubah amoniak menjadi nitrit.
Nitrit ini kemudian diubah menjadi Nitrat oleh bakteri Nitrobacter. Tanaman
kemudian menyerap nitrat ini untuk pertumbuhannya.
Adapun kelebihan yang diperoleh dari akuaponik adalah dapat diterapkan pada
lahan sempit, dengan hasil yang efisien. Limbah yang dapat menjadi racun dapat
dijadikan pupuk bagi tanaman sehingga tidak tterbuang secara sia-sia. Selain itu
sistem ini juga efektif dan efisien dalam penggunaan air. Sedangkan kelemahan
yang terdapat pada sistem ini antara lain dengan lamanya proses penanaman dengan
persiapan penanaman berupa penyemaian tanaman sebelum ditanam pada media
akuaponik. Selain itu, ikan yang telah berukuran besar perlu dipindahkan ke dalam
kolam yang lebih dalam agar feses ikan yang telah dewasa tidak merusak nutrisi
tanaman.

2. Bahan yang Diperlukan untuk Sistem Akuaponik


Tentu saja pemilihan jenis ikan dan tanaman harus disesuaikan satu sama lain.
Ikan dan tanaman yang dipilih harus memiliki kebutuhan yang sama, baik suhu dan
pH. Akan selalu ada beberapa kompromi dengan kebutuhan ikan dan tanaman
tetapi, semakin dekat dengan kondisi baik suhu dan pH, maka mereka akan semain
cocok, dan lebih berhasil dalam teknik akuakultur. Sistem aquaponik yang akan
diterapkanpun disesuaikan juga dengan keadaan. Sebagai gambaran apabila
menggunakan air tawar, dapat dikombinasikan ikan dengan tanaman seperti selada,
dan tanaman herbal yang dalam keadaan demikian akan dapat tumbuh dengan baik.
Sedang sistem hidroponik yang dapat diterapkan dalam keadaan demikian adalah
Rafting dan NFT. Dalam sistem sangat penuh dengan ikan dapat dikombinasikan
dengan tanaman buah seperti tomat dan paprika, dengan sistem aquaponik yang
memerlukan tangki-tangki air untuk ikan.

Tanaman yang sesuai untuk di tanam pada sitem akuaponik ialah sayuran daun
hijau adalah selada, kemangi, tomat, okra, melon dan paprika. Selain itu, spesies
lain antara lain buncis, kacang polong, kol, selada air, talas, lobak, stroberi, melon,
bawang, lobak, lobak dan ubi jalar. Disamping itu rempah-rempah juga dapat
menjadi pilihan tanaman yang bisa ditanam secara akuaponik.
Ikan adalah kunci dalam sistem akuaponik. Ikan menyediakan hampir
semua nutrisi bagi tanaman. Ada berbagai jenis ikan yang dapat digunakan dalam
sistem akuaponik. Jenis ikan ini tergantung pada iklim lokal dan jenis yang tersedia
di pasaran. Sedangkan jenis ikan air tawar yang paling umum digunakan dalam
sistem aquaponik skala rumah tangga maupun komersial adalah nila, lele, patin, dan
belut. Sehingga teknologi akuaponik layak untuk dikembangkan di lahan
pekarangan terutama di perkotaan yang memiliki lahan pekarangan sempit hingga
sangat sempit. Teknologi akuaponik ini dapat menjadi langkah awal yang logis
menuju kamandirian pangan keluarga dan bahkan bangsa Indonesia.

3. Sistem Akuaponik Tekhnik Pasang Surut


Sebenarnya terdapat beberapa macam teknik dalam sistem akuaponik seperti
deep Water Culture yang merupakan sistem yang sering dipergunakan untuk
aquaponik  dengan skala  komersial. Cara kerja sistem ini adalah dengan memompa
air dari tangki ikan melalui sistem filtrasi. Kemudian air dipompa ke saluran
panjang di mana rakit terapung yang diisi dengan tanaman berada permukaan air.
Atau dengan Aquaponik bermedia, yang merupakan teknik paling sederhana dari
penanaman aquaponik dan yang paling cocok bagi para pemula. Sistem ini terdiri
dari dua macam. Yang pertama dengan aliran air terus menerus ke bedeng tanam
(grow bed) dengan permukaan air konstan dan yang kedua, air dalam bedeng tanam
(grow bed) dibuat  menyerupai siklus pasang surut.
Dari beberapa teknik atau metode tersebut, teknik yang akan diulas
selebihnya adalah akuaponik sistem pasang surut. Akuaponik sistem pasang surut
adalah sistem dimana air di media tanam akan mengalami pasang surut secara
otomatis dengan bantuan alat yang bernama bell siphon yang bisa dibuat sendiri.
Komponen utama dari sistem akuaponik pasang surut ini adalah:
 Kolam ikan.
Untuk kolam, kita bisa menggunakan berbagai macam kolam, bisa kolam beton,
kolam fiber, kolam terpal, kolam dari box ibc, dll. Mungkin bagi yang sudah
memiliki kolam, kita bisa memanfaatkan.
 Pompa air.
Dalam hal ini, pompa air yang dimaksud, adalah pompa air khusus kolam.
Dalam memilih pompa air, kita harus menyesuaikan dengan volume dari kolam
ikan, dalam arti pompa yang dipilih harus dapat menguras total air kolam ikan
dalam satu jam. Jadi jika volume kolam 1000 liter, minimal pompa yang dipilih
adalah pompa yang memiliki debit 1000 liter/jam. Tentu saja kita juga harus
mempertimbangkan ketinggian dari media tanam yang akan kita aliri air, jadi
perlu dilihat juga saat memilih pompa, berapa ketinggian yang dapat dijangkau
oleh pompa tersebut, sehingga sistem dapat bekerja dengan baik.
 Bak/wadah untuk menanam (grow bed)
Ada banyak wadah yang bisa kita gunakan, tapi yang terpenting, wadah tersebut
harus tahan air, tidak mudah pecah dan tidak bocor, karena wadah tersebut
nantinya akan di isi media tanam dan selalu digenangi air dari kolam. Untuk
ukuran, sebaiknya memilih wadah jangan terlalu kecil, karena nanti tidak bisa
berfungsi maksimal, dan hanya memuat sedikit tanaman, tapi juga jangan terlalu
luas, karena jika terlalu luas maka air di dalam kolam bisa habis. Mungkin
sebagai gambaran, jika luas kolam P x L = 1 m x 1 m dan tinggi 70 cm, kita bisa
menyediakan wadah atau grow bed dengan luas yang sama 1 m x 1 m dan tinggi
30 cm. Nantinya, ketinggian air kolam hanya akan berkurang kira-kira setinggi
15-20 cm, hal tersebut, karena di dalam media tanam ada bagian yang selalu
kering yaitu bagian permukaan, sekitar 5 cm, bagian yang mengalami pasang
surut yaitu bagian tengah setinggi 15 cm dan bagian yang akan selalu tergenang
air yaitu bagian bawah sekitar 5 cm.
 Media tanam.
Untuk beberapa model akuaponik seperti rakit apung, NFT tidak memerlukan
media, akan tetapi untuk pasang surut lebih sering memerlukan media tanam,
meskipun bisa tanpa media. Media tanam memiliki beberapa fungsi yaitu,
sebagai pijakan akar tanaman sehingga bisa berdiri dengan kuat, sebagai media
filter dan sebagai tempat menempel bakteri nitrifikasi, karena bakteri tersebut
bersifat nonmotil yaitu menempel pada suatu permukaan benda. Untuk media
tanam sendiri bisa bermacam-macam dan saya pernah mencoba beberapa seperti
batu kerakal, kerikil, arang kayu, pecahan genting, pecahan batu bata dan bisa
juga dilakukan kombinasi batu krakal arang kayu dan tanah dengan menerapkan
sistem pasang surut dikombinasikan dengan sistem sumbu.
 Bell Siphon
Bell shipon adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis sehingga air di wadah
atau grow bed bisa mengalami pasang surut. Alat tersebut dapat kita buat sendiri
dengan mudan.
4. Mekanisme Sistem Akuaponik
Prinsip yang digunakan pada sistem akuaponik ialah dengan memanfaatkan air
dari pemeliharaan ikan ke tanaman secara terus-menerus dan begitu pula sebaliknya
dari tanaman ke kolam ikan. Penyediaan air yang optimum untuk masing-masing
komoditas dengan memanfaatkan sistem sirkulasi merupakan inti dari sistem
akuaponik. Sistem teknologi akuaponik ini muncul sebagai jawaban atas adanya
permasalahan semakin sulitnya mendapatkan sumber air yang sesuai untuk
budidaya ikan, khususnya di lahan yang sempit, akuaponik yang merupakan salah
satu teknologi hemat lahan dan air yang dapat dikombinasikan dengan berbagai
tanaman sayuran.
Seperti yang ditunjukkan oleh gambar dibawah ini :

Gambar 1. Desain Sistem Akuaponik


Keterangan:
1. Kolam pemeliharaan ikan
2. Pompa air
3. Wadah pemeliharaan tanaman
4. Pipa saluran pemasukan dari kolam pemeliharaan
5. Penyangga wadah pemeliharaan tanaman
6. Pipa saluran pengeluaran dari pemeliharaan Tanaman
Air yang berasal dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan dengan
menggunakan pompa air ke tempat menanam tanaman, kemudian air yang sudah
difilter oleh tanaman tersebut dialirkan kembali kedalam kolam ikan dialirkan
secara terus menerus, sehingga amoniak yang berada di kolam akan tersaring
sampai 80 % oleh tanaman tersebut. Jenis tanaman yang sudah dicoba dan berhasil
cukup baik adalah kangkung, tomat, sawi dan fetchin atau pokchai. Karena media
filter tidak menggunakan tanah maka agar tanaman dapat tumbuh baik perlu
disemaikan dulu sampai bibit berumur 1-1,5 bulan baru siap dipindahkan pada
sistem akuaponik.
Dalam sistem irigasi perlu pula diperhatikan efisiensi dengan tidak terjadi
pemberian air. Kualitas air yang menjadi karakteristik kolam bisanya adalah
efisiensi saluran pembawa air tergantung pada kecepatan aliran air pada pipa, luas
penampang pipa, dan diameter lubang pengeluaran air pada pipa. Berdasarkan
ketiga faktor tersebut penyebaran nutrisi dapat diusahakan seragam, dan pada
budidaya akuaponik, kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah tepat dan
mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi tersebut diberikan dalam bentuk larutan yang
berasal dari sisa pakan serta hasil metabolisme budidaya ikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Akuaponik merupakan suatu sistem kombinasi antara akuakultur dengan
budidaya tanaman hidroponik. Ikan dan tanaman tumbuh pada satu sistem yang
sama dan saling terintegrasi sehingga menciptakan suatu simbiotik keduanya
2. Kelebihan yang diperoleh dari akuaponik adalah dapat diterapkan pada lahan
sempit, dengan hasil yang efisien. Limbah yang dapat menjadi racun dapat
dijadikan pupuk bagi tanaman sehingga tidak tterbuang secara sia-sia, sistem ini
juga efektif dan efisien dalam penggunaan air.
3. Kelemahan yang terdapat pada sistem ini antara lain dengan lamanya proses
penanaman dengan persiapan penanaman berupa penyemaian tanaman sebeum
sebelum ditanam pada media akuaponik, ikan yang telah berukuran besar perlu
dipindahkan ke dalam kolam yang lebih dalam agar feses ikan yang telah
dewasa tidak merusak nutrisi tanaman.
4. Bahan yang diperlukan untuk membuat sistem akuaponik adalah tanaman atau
sayuran, pipa, kolam pemeliharaan ikan, pompa air, wadah pemeliharaan
tanaman , pipa saluran pemasukan dari kolam pemeliharaan, penyangga wadah
pemeliharaan tanaman, pipa saluran pengeluaran dari pemeliharaan tanaman.
5. Bahan pangan yang dapat ditanam padasistem akuaponik adalah kangkung,
tomat, sawi dan fetchin atau pokchai, selada, kemangi, tomat, okra, melon dan
paprika. Selain itu, spesies lain antara lain buncis, kacang polong, kol, selada air,
talas, lobak, stroberi, melon, bawang, lobak, lobak dan ubi jalar.
DAFTAR PUSTAKA

Dauhan, Riska Emilia Sartika, Eko Efendi, dan Suparmono. 2014. Efektifitas Sistem Akuaponik
dalam Mereduksi Konsentrasi Amonia pada Sistem Budidaya Ikan. Jurnal Rekayasa Dan
Teknologi Budidaya Perairan Volume 3 No 1.

Ika P, Ratna dan M. Rifa’i. 2012. Pemanfaatan Photovoltaik pada Sistem Otomasi
Akuaponik Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535. Jurnal ELTEK Vol. 10 No. 2.

Siregar, Haryanto Rohman, Sumono, Saipul Bahri Daulay, dan Edi Susanto. 2013.
Efisiensi Saluran Pembawa Air dan Kualitas Penyaringan Air dengan Tanaman
Mentimun dan Kangkung pada Budidaya Ikan Gurami Berbasis Teknologi
Akuaponik. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian Vol 3 No 3.

Anda mungkin juga menyukai