Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL OBSERVASI ANAK TUNARUNGU KELAS 1

DI SLB NEGERI KOTA BANJARBARU

MATA KULIAH PENDIDIKAN INKLUSI

Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Alpha Ariani, M.Pd

Di susun oleh

Nama : Retno Khanty Rahayu

NPM : 19862060002

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2019/


KATA PENGANTAR

               Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil observasi Anak Tunarungu. Laporan ini disusun
guna memenuhi tugas semester dua mata kuliah Pendidikan Inklusi. Penulis sangat berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.
               Laporan ini disusun berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, interview dan
data sekunder dengan pihak yang bersangkutan.
               Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, 16 Maret 2020

                                                                                                                                                             
       
                                                                                      

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

PEMBAHASAN.....................................................................................................................1
IDENTITAS SISWA..............................................................................................................1
PENGERTIAN TUNARUNGU.............................................................................................2
LAPORAN HASIL OBSERVASI..........................................................................................2
TAMPILAN DARI SEGI FISIK............................................................................................3
PERILAKU ANAK SECARA UMUM..................................................................................3
SIKAP AKADEMIK ANAK..................................................................................................4
SIKAP BERSOSIALISASI ANAK........................................................................................5
EMOSI....................................................................................................................................6
JENIS KEBUTUHAN YANG DIMILIKI ANAK.................................................................7
HASIL OBSERVASI.............................................................................................................7
DOKUMENTASI...................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................12
KESIMPULAN.....................................................................................................................12

ii
Observasi anak Tunarungu di SLB Kota Banjarbaru
Hari/Tanggal : Senin, 16 Maret 2020
Pukul : 09:00- selesai
Tempat : SLB Kota Banjarbaru

Identitas Anak
Nama : Ayang
TTL : Banjarmasin, 02 Mei 2013
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Alamat : Jl. Abadi 3, Guntung Manggis
Kelas :1
Sekolah : SLB Kota Banjarbaru
Hobby : Menari dan Menggambar
Status : Anak Kandung
Jenis ABK : Tunarungu
Identitas Orangtua :
Nama Ayah : Sumadi
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Abadi 3 Guntung Manggis
Status : Kawin
Nama Ibu : Sri Handayani
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Abadi 3 Guntung Manggis
Status : Kawin

1
Pengertian Tunarungu

Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya


sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar
sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak bisa mendengar sama
sekali. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) atau kurang dengar
(hard of hearing). Tuli adalah anakyang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam
taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah
anakyang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk
mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu
artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila tidak mampu mendengar atau kurang
mampu mendengar suara. Apabila dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak
dengar pada umumnya. Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa anak tersebut
mengalami tunarunguan. Murni Winarsih (2007: 22) mengemukakan bahwa tunarungu adalah
suatu istilah umum yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat,
digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah yangkehilangan kemampuan
mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai
ataupun tidak memakai alat bantu dengar dimana batas pendengaran yang dimilikinya cukup
memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran. Tin Suharmini
(2009: 35) mengemukakan tunarungu dapat diartikan sebagai keadaan dari seorang individu
yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa
menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui pendengaran.

Beberapa pengertian dan definisi tunarungu merupakan definisi yang termasuk kompleks,
sehingga dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan dalam
pendengarannya, baik secara keseluruhan ataupun masih memiliki sisa pendengaran. Meskipun
anak tunarungu sudah diberikan alat bantu dengar, tetap saja anak tunarungu masih memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.

2
Laporan Hasil Observasi :

A. Tampilan Fisik
Karakteristik anak tunarungu dari segi fisik tidak memiliki karakteristik yang khas,
karena secara fisik anak tunarungu tidak mengalami gangguan yang terlihat. Sebagai
dampak ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas dari segi
yang berbeda.
Ciri-ciri anak tunarungu dari segi fisik :
1) Pada sebagian tunarungu ada yang mengalami gangguan keseimbangan sehingga
cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Gangguan tersebut timbul jika
terjadi kerusakan pada organ keseimbangan (vestibule) yang ada di telinga bagian
dalam.
2) Gerakan mata anak tunarungu lebih cepat, hal ini menunjukkan bahwa ia ingin
menangkap atau mengetahui keadaan lingkungan di sekitarnya.
3) Gerakan tangannya sangat cepat/lincah, hal tersebut tampak ketika ia mengadakan
komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat dengan sesama tunarungu.
4) Pernafasannya pendek, karena tidak terlatih melalui kegiatan berbicara

Dalam aspek kesehatan, secara umum nampaknya sama dengan anak lain, karena pada
umumnya anak tunarungu mampu merawat diri sendiri. Artinya, kerentanan mereka
terhadap penyakit, bukan semata-mata karena faktor gangguan  pendengarannya. Namun,
bagi anak tunarungu penting untuk memeriksakan kesehatan telinganya secara periodik
agar terhindar dari hal-hal yang memperberat ketunarunguannya.

Berdasarkan hasil observasi yang didapat, dari segi tampilan fisiknya Ayang tidak ada
kekurangan suatu apapun, tidak jauh berbeda dengan anak normal. Namun, pada saat
berkomunikasi baru diketahui bahwa anak tersebut mengalani tunarungu.

B. Perilaku secara umum


Ketunarunguan dapat mengakibatkan terasingnya individu dari pergaulan sehari-hari,
yang berarti mereka terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam
masyarakat dimana ia hidup. Keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak
menuju kedewasaan.

3
Ciri-ciri anak tunarungu dari segi sosial :
1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga dan masyarakat.
2) Perasaan cemburu dan salah sangka jika diperlakukan tidak adil.
3) Kurang menguasai irama gaya bahasa.
Berdasarkan hasi observasi yang didapat, Ayang adalah anak yang baik, anak yang
mudah bergaul, dia berteman dengan siapapun. Jika melihat orang yang baru ditemuinya
dia pendiam. Namun setelahnya dia dengan cepat mudah berinteraksi dengan orang
tersebut atau bisa dibilang cepat akrab. Ayang juga tipe anak yang hyperaktif. Namun,
tidak semua anak tunarungu memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan. Semua itu
tergantung bagaimana orang tua dan orang-orang disekitarnya memperlakukan anak itu.

C. Sikap akademik

Secara umum karakteristik anak tunarungu berdasarkan akademik sama dengan anak lain
pada umumnya. Intelegensi pada anak tunarungu juga terbagi menjadi 3 bagian tinggi,
sedang dan rendah. Anak tunarungu sering mengalami hambatan pada mata pelajaran
verbal karena keterbatasannya dalam berbahasa. Namun demikian untuk mata pelajaran
non verbal pada umumnya mereka lebih mampu untuk mengatasi permasalahan
akademik. Anak tunarungu akan mempunyai prestasi lebih rendah jika dibandingkan
dengan anak mendengar untuk materi pelajaran yang diverbalisasikan. Tetapi untuk
materi yang tidak diverbalisasikan, prestasi anak tunarungu seimbang dengan anak
mendengar.

Berdasarkan hasil observasi yang didapat untuk ukuran anak tunarungu, Ayang
merupakan anak yang lumayan pintar meskipun memiliki keterbatasan. Sikap dan
perilaku Ayang selama pembelajaran cukup baik. Nilai-nilai pelajarannya di sekolah juga
bagus meskipun agak berbeda dengan anak normal pada umumnya. Jika guru
menyampaikan materi dia juga memperhatikan, dia slalu mengikuti apa yang di perintah
oleh gurunya, seperti guru menyuruh murid menulis, dia akan mengerjakan hal tersebut,
tugas-tugas yang diberikan guru slalu dikerjakan dengan baik.

4
D. Sikap bersosialisasi

Anak tunarungu memiliki kelainan dalam segi fisik biasanya akan menyebabkan suatu
kelainan dalam penyusuaian diri terhadap lingkungan. Anak tunarungu banyak di
hinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang beraneka ragam
komunikasinya, anak tunarungu sering mengalami berbagai konflik, kebingungan, dan
ketakutan karena ia sebenarnya hidup dalam lingkungan yang bermacam-
macam.kesulitan bahasa tidak dapat di hindari untuk anak tunarungu, namun tidaklah
demikian karena anak ini mengalami hambatan dalam bicara
Gangguan sosial bagi anak yang pendengarannya rusak akan menghadapai kesulitan
perkembangan dalam cara-cara bertingkah laku yang tepat terhadap orang lain. Mereka
tidak dapat mendengarkan nada suara yang menunjukan suatu emosi.
Hambatan Sosial Pada Anak Tunarungu
Kehilangan pendengaran berakibat langsung pada kemampuan penggunaan bahasa dan
kemampuan berkomunikasi. Oleh karena itu anak tunarungu memiliki kemampuan yang
sangat terbatas untuk mengadakan interaksi sosial dengan, orang lain yang ada di
lingkungannya.
Ciri-ciri kepribadian tersebut juga merupakan akibat dari perlakuan orang tua dan
masyarakat terhadap anak tunarungu.
Usaha membimbing anak tunarungu kearah penyesuaian psikologis (psychological
adjustment) yang sehat, akan sangat tergantung pada interaksi yang menyenangkan antara
anak dengan orang tua . Kesadaran dan pemahaman orangtua serta anggota keluarga yang
baik terhadap anak tunarungu akan sangat membantu dalam mengembangkan sikap sosial
dan kepribadian anak kearah yang positif.
Berdasarkan hasil observasi yang didapat, sikap Ayang dalam bersosialisasi juga baik.
Ayang anak yang mudah bergaul, meskipun dia juga agak kesulitan dalam berteman
karena keterbatasannya itu. Ayang juga termasuk anak yang hyperaktif, hampir tidak bisa
diam. Memang jika baru pertama kali melihat orang yang ditemuinya, dia nampak seperti
anak yang pendiam. Namun setelah melakukan pendekatan dia mampu berinteraksi
dengan baik (mudah bersosialisasi) walaupun dengan caranya, karena dia adalah anak
yang tunarungu.

5
E. Emosi

Ketunarunguan dapat mengakibatkan terasingnya individu dari pergaulan sehari-hari,


yang berarti mereka terasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam
masyarakat dimana ia hidup. Keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak
menuju kedewasaan.

Karena keterbatasannya dalam berkomunikasi, anak tunarungu juga mempunyai


lingkungan pergaulan yang terbatas. Hal ini menyebabkan tingginya sifat egosentris
mereka dan mempunyai kepribadian yang polos dan tidak banyak nuansa bahkan pada
kondisi perasaan yang ekstrim.

Berdasarkan hasil observasi yang didapat, Ayang memiliki tingkat emosional yang stabil
karena lingkungan disekitarnya yang mendukung. Orang tua Ayang tidak pernah
membeda-bedakan antara dia dengan kakaknya. Sehingga dukungan psikologis yang
didapat Ayang dalam keluarga terasa sudah cukup. Kakaknya Ayang (9tahun/normal)
selalu menemani Ayang bermain dirumah ataupun ketika bergabung dengan teman-teman
di lingkungan sekitar. Ayang juga merupakan anak yang hyperaktif, dia mudah bergaul,
dia juga senang bermain dan bercanda dengan caranya sendiri. Walaupun ia memiliki
keterbatasan, terkadang ia juga mampu mengimbangi dan mengerti apa yang dimaksud
oleh teman-temannya.

F. Jenis kebutuhan yang dimiliki anak


Anak tunarungu membutuhkan layanan untuk mengembangkan kemampuan
berbahasanya, melalui layanan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI).
1) Layanan bina komunikasi merupakan suatu upaya dalam mengembangkan
kemampuan berkomunikasi anak yang terhambat, sebagai dampak dari
kehilangan pendengarannya.
2) Layanan persepsi bunyi dan irama merupakan layanan untuk melatih
kepekaan/penghayatan anak tunarungu terhadap bunyi dan irama.
Kebutuhan pembelajaran anak tunarungu, secara umum tidak berbeda dengan anak pada
umumnya. Tetapi memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran antara lain :
1) Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya.

6
2) Anak hendaknya ditempatkan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk
mudah membaca bibir guru.
3) Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan.
4) Dorong anak untuk slalu memperhatikan wajah guru, dan berbicaralah dengan
anak dengan posisi berhadapan.
5) Berbicara dengan volume suara biasa/tidak terlalu cepat tetapi gerakan bibirnya
harus jelas.
6) Anak tunarungu dikenal sebagai anak yang miskin kosakata. Oleh karena itu,
harus sering menambahkan kosa kata. Guru harus memastikan bahwa anak
tunarungu memahami dengan benar kata-kata atau istilah yang digunakan.
7) Hindari menggunakan metode ceramah secara berlebihan, akan tetapi lebih
banyak menggunakan metode yang bersifat visual seperti demonstrasi,
bermainperan dan sebagainya.

Hasil Observasi
Observasi dilakukan pada hari Senin, 16 Maret 2020 Di SLB Negeri Kota Banjarbaru.
Pada kelas anak tunarungu ringan siswanya berjumlah 7 orang, satu laki-laki dan enam
perempuan. Penulis mengobservasi satu siswa yang bernama Ayang siswa kelas 1 di SLB Negri
Banjarbaru.
Berdasarkan hasil observasi yang didapat, penulis menyimpulkan bahwa jika dilihat dari
segi tampilan fisik, Ayang tidak jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya hanya saja
Ayang mengalami tunarungu. Perilaku Ayang secara umum juga baik. Ayang anak yang mudah
bergaul, dan berteman dengan siapapun. Jika baru melihat orang yang ditemuinya ia pendiam.
Namun setelah melakukan pendekatan, ia dengan cepat mudah berinteraksi dengan orang
tersebut atau bisa dibilang cepat akrab. Ayang juga anak yang hyperaktif. Dalam kegiatan
belajar, Ayang selalu memperhatikan guru pada saat menyampaikan materi, nilai-nilai
pelajarannya pun juga cukup baik meskipun berbeda dengan anak normal yang lain. Tugas-tugas
yang diberikan oleh guru slalu dikerjakan dengan baik. Sikap Ayang dalam bersosialisasi juga
baik, ia anak yang mudah bergaul.
Dengan keterbatasannya itu Ayang tetap berteman dengan siapapun meskipun ia
mengalami kesulitan dalam hal berkomunikasi. Tingkat emosional yang dimiliki Ayang juga

7
stabil karena faktor lingkungan disekitarnya juga mendukung. Orang tua Ayang tidak pernah
membeda-bedakan dia dengan kakaknya (normal). Dirumah dia juga slalu ditemani kakaknya
untuk bermain atau bergabung dengan teman-teman di lingkungan sekitar. Orang tuanya
mengatakan dia juga suka bermain dan bercanda dengan caranya sendiri. kebutuhan yang
dimiliki anak tunarungu adalah alat bantu dengar (hearning aid), metode berkomunikasi seperti
memahami percakapan dengan bunyi ujaran yang tertampak oleh bibir, belajar bahasa melalui
pendengaran, belajar memahami percakapan pada orang-orang normal disekitarnya. Komunikasi
guru dengan siswa menggunakan bahasa isyarat berupa gerakan-gerakan tangan yang memiliki
arti khusus dari tiap gerakannya. Kegiatan belajar mengajar di SLB Negri Kota Banjarbaru ini
pada umumnya sama seperti sekolah pada umumnya, namun yang membedakan adalah cara guru
dalam menyampaikan materi harus ekspresif dan pelafalan bibir guru harus jelas. Guru harus
sering menambahkan kosakata yang dapat dipahami oleh anak tunarungu. Guru juga tidak boleh
menggunakan metode ceramah secara berlebihan dikarenakan keterbatasan anak tersebut. Maka
guru sebaiknya menggunakan metode visual seperti : gambar, grafik, diagram, obyek nyata dan
sesuatu benda (mata uang) , metode audio seperti : program kaset untuk latihan pendengaran
(membedakan suara binatang), metode audio visual seperti : televise (bagi yang masih memiliki
sisa pendengaran atau yang menggunakan alat bantu dengar (hearinh aid). Dengan konfidi
demikian diharapkan guru harus kreatif dalam memberikan pelayanan pada siswa entah itu
dalam proses belajar maupun di luar jam pelajaran.

8
Dokumentasi Observasi di SLB Negeri Kota Banjarbaru

9
10
11
PENUTUP
Kesimpulan
Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya
secara kompleks.
Penyebab ketunarunguan ada dua faktor yaitu faktor dari dalam diri anak yakni : faktor
keturunan, penyakit rubella, dan keracunan darah. Sedangkan faktor dari luar diri anak yaitu :
faktor infeksi saat kelahiran, premature, meningitis, kecelakaan. Kemudian karakteristik anak
tunarungu kurang lebih atau hampir sama dengan anak normal, seperti aspek intelegensi, emosi,
sosial dan bahasa hanya mengalami hambatan pada pendengaram secara langsung juga
berpengaruh pada aspek bicaranya.

12

Anda mungkin juga menyukai