Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

JENIS ETIKA UNTUK PERAWAT

Jenis etika itu bermacam macam dan hal ini penting diketahui oleh sejawat perawat
karena perawat dalam pekerjaannya sehari hari selalu berhadapan dengan manusia baik dalam
tahap wellness, illness dan dease.

Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas ada 3 jenis etika bermanfaat bagi perawat
kendatipun ada jenis etika yang lain.

Adapun 3 jenis etika tersebut adalah etika deskriptif, etika normative dan etika plurlisme.

1. Etika Deskriptif.
Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap
dan perilaku manusia dan apa yang dikerjar oleh manusia dalam hidup ini sebagais
sesuatu yang bernilai. Etika deskritif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil. Pendapat lain etika deskritif
adalah etika yang digunakan dalam menelaah secara kritis dan rasional terhadap sikap
dan perilaku manusia, apa yang menjadi tujuan oleh setiap manusia dalam hidupnya
sebagai suatu yang memiliki nilai tertentu. Oleh karena itu etika deskritif dapat dikatakan
sebagai ketiga yang digunakan dalam mengkritis atau menilai seseorang dalam
kehidupannya. Aliran deskritif ini memberikan gambaran dan penjelasan bagaimana
manusia harus berperilaku dalam lingkungannya atau dalam masyarakat untuk
memperoleh tujuan.
2. Etika Normatif
Pengertian etika normatif adalah etika yang menetapkan berbagai nilai sikap perilaku
yang cocok ideal dan sudah seharusnya harus dimiliki oleh setiap individu masyarakat
atau apa yang harus dilakukan oleh individu masyarakat tersebut dan tentunya memiliki
nilai dalam kehidupan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa etika normatif
merupakan etika yang menuntun perilaku manusia agar bertindak secara baik, sesuai
dengan kaidah atau norma yang telah berlaku atau disepakati dalam masyarakat tersebut.
Pendapat lain etika normatif yaitu etika yang mengajarkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Etika
normatif juga memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan dilakukan.
Aliran etika normatif, aliran ini meberi gambaran tentang perilaku yang baik dan
benar. Ukuran ini didasari oleh sesuatu yang diajukan oleh agama dan didasari oleh
kepercayaan pelaku masing-masing. Kepercayaan pelaku akan dipengaruhi oleh
lingkungan social budaya, social ekonomi, dan status tempat perilaku berada. Frankena
(1973) membagi etika normative menjadi:
a. Deontology ialah etika sebagai tolak ukur perilaku yang berfokus pada formalitas,
misalnya tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh manusia.
b. Teleogis ialah etika sebagai pedoman perilaku yang berfokus pada
penggunaannya, bagaimana manusia menggunakan kode perilaku tersebut.
3. Etika Pluralisme
Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa
kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama
lain. Mereka hidup bersama (konksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik
asimilasi. Pluralisme dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern dan
kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama
kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi. Dalam
sebuah masyarakat otoriter atau oligarkis, ada konsentrasi kekuasaan politik dan
keputusan hanya dibuat oleh sedikit anggota. Sebaliknya, dalam masyarakat pluralistis,
kekuasaan dan penentuan keputusan (dan kemilikan kekuasaan) lebih tersebar.
Dipercayai bahwa hal ini menghasilkan partisipasi yang lebih tersebar luas dan
menghasilkan partisipasi yang lebih luas dan komitmen dari anggota masyarakat, dan
oleh karena itu hasil yang lebih baik. Contoh kelompok-kelompok dan situasi-situasi di
mana pluralisme adalah penting ialah: perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi,
perhimpunan ilmiah.
Dari segi Pluralisme Ilmu Pengetahuan bisa diargumentasikan bahwa sifat
pluralisme proses ilmiah adalah faktor utama dalam pertumbuhan pesat ilmu
pengetahuan. Pada gilirannya, pertumbuhan pengetahuan dapat dikatakan menyebabkan
kesejahteraan manusiawi bertambah, karena misalnya, lebih besar kinerja dan
pertumbuhan ekonomi dan lebih baiklah teknologi kedokteran.
Dalam aliran Etika Pluralisme, etika sebagai pedoman perilaku yang
mengumpulkan banyak informasi untuk mengukur kompeksitas situasi tertentu dan
mempertimbangkan tindakan etika. Untuk dapat memberi bantuan yang sesuai dengan
kebutuhan klien/masyarakat. perawat perlu memperhatikan nilai social yang terkait erat
dalam ciri profesi, yaitu:
a. Penguasaan pengetahuan yang mendalam.
b. Keterampilan teknis/motoris yang matang, yang diperolen melalui proses belajar
mengajar dilahan praktek, dalam situasi nyata.
c. Sikap pribadi dan profesional dalam memberikan pelayanan.
Penerapan jenis etika sehari hari
a. Etika Berbicara
Berbicara adalah mengeluarkan, menyususn kata-kata secara teratur melalui lisan
sehinga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Oleh karena itu berbicara yang dapat
diterima secara etika antara lain:
1) Berbicara harus menatap lawan bicara. Dalam berbicara harus konsentrasi
kepada lawan bicara, jangan melihat kearah lain sehingga lawan bicara tidak
tersinggung. Begitu juga jangan pindah hati, seluruh gerak tubuh mengarah
pada lawan bicara. Mimik dan mata harus menampakkan wajah yang
bersahabat dan bersungguh-sungguh.
2) Suara harus terdengar jelas. Disamping kita harus menatap lawan bicara, yang
tak kalah pentingrya adalah menata suara kita agar lawan bicara dapat
menangkap dengan jelas apa yang sedang kita bicarakan. Tidak boleh terlalu
terburu-buru dan jangan terlalu pelan. Usahakan suara yang keluar bisa
terdengar jelas agar lawan bicara dapat terdengar apa yang kita ucapkan.
Lawan bicara merasa perlu menegaskan kembali dengan bertanya balik.
3) Berbicara dengan pelan tapi jelas terdengar. Tidak perlu terlalu keras tidak
perlu terlalu lemah. Yang perlu kita perhatikan pula adalah tingkat emosional
kita. Bicaralah ketika emosi kita sedang tidak konsentrasi. misalnya kalau kita
sedang marah atau sedih, usahakan agar kemarahan atau kesedihan tersebut
tidak terlihat oleh lawan bicara. Oleh karena itu hindarilah berbicara terburu-
buru atau terlalu pelan. Sebab dalam kondisi berbicara seperti itu sulit untuk
meninta respon yang obyektif dari lawan bicara. Di samping tidak efektif,
pembicaraan yang kurang terdengar jelas di telinga lawan bicara kadang-
kadang menimbulkan kejengkelan bagi lawan bicara.
4) Gunakanlah tata bahasa yang baik dan benar. Bahasa dapat menunjukan
kualitas kepribadian dan latar belakang scseorang. Bahasa pegawai kantor,
jelas berbeda dengan orang berjualan di pasar. Salah satu unsur terdapat
dalam pemakaian tata bahasa yang digunakan. Bahasa pegawai kantor jelas
lebih punya etika dari pada orang pasar. Bahasa anak gaul berbeda dengan
bahasa ningrat keraton. Sebelum berbicara sebaiknya kata-kata diatur terlebih
dahulu. Jangan sampai di tengah kalimat tiba-tiba putus karena kita tidak tahu
apa yang akan kita bicarakan. Dan tentunya tidak boleh menggunakan kata-
kata yang kasar, apalagi yang menyinggung hati lawan bicara. Kita harus
mengetahui mana subyek, mana predikat obyek dan keterangan dalam sebuah
kalimat.
5) Jangan menggunakan nada suara yang tinggi. Citra pegawai kantor adalah
citra kesopanan artinya orang lain melihat pegawai kantor sebagai orang yang
tahu etika, punya tata-krama dan santun dalam segala tindak- tanduknya.
Sikap dan perilakunya mencerminkan orang berpendidikan.. Dari
pembicaraan itu orang lain akan dapat menilai, apakah kita seorang pegawai
kantor atau bukan. Gaya bicara, intonasi yang dipakai, dan tata bahasa, jelas
berpengaruh besar di telinga pendengar. Tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu
rendah. Pakailah nada suara yang saja, sehingga setiap datar-datar dapat
orang. Kalau terlalu tinggi mendengarnya dengan baik pendengarnya dapat
tidak dikhawatirkan semua mendengar dengan baik. Apalagi jika kita
ditunjuk sebagai pembicara, nada suara harus benar-benar dijaga. Dalam
situasi yang biasa, aman dan tidak darurat, Sebaiknya nada suara kita tidak
terlalu tinggi.
6) Pembicaraan mudah dimengerti. Tujuan utama berbicara adalah untuk
membuat lawan bicara mengerti apa yang sedang kita bicarakan. Oleh sebab
itu, sebaiknya kita cukup toleran dengan para pendengar kita. Kita harus
pandai-pandai memilih lawan bicara, sebab hal ini berkaitan dengan bahasa
yang kita pakai..Pakailah bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Tidak penting anggapan orang lain terhadap diri kita, yang penting adalah
orang lain mengerti terhadap apa yang sedang kita bicarakan. Kalau memang
lawan bicara lebih mudah mengerti dengan bahasa daerah, maka kita harus
menyesuaikan diri.
b. Etika Bertelepon
Bertelpon sangatlah penting bagi perawat karena itu perhatikanlah:
1) Pegang gagang telepon dengan baik. Hal ini penting untuk menghindarkan
suara yang kita keluarkan tidak jelas. Perhatikan juga jarak telepon, jangan
terlalu dekat ataupun terlalu jauh dengan mulut kita.
2) Usahakan nafas kita pada saat berbicara tidak terdengar seperti mendengus di
telepon. Kasihan lawan bicara kita, mbrebek (kata orang Jawa/ bali).
3) Ucapkan salam baik pada saat kita menelpon atau menerima telepon .Seperti
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore dsb. Bila menerima telepon di
kantor biasanya kita sebutkan dan kalimat bisa identitas perusahaan, salam
nama, dan kalimat bisa dibantu. Missal: Yayasan kasih keluarga,
pagi/siang/sore, dengan Dian bisa dibantu..?
4) Jangan lupa tanyakan identitas penelpon dengan kalimat Misal. boleh tahu
dengan Bapak/Ibu/Mas/Mbak siapa saya berbicara..?
5) Gunakan "Smiling Voice" selama pembicaraan berlangsung, bahkan sejak
pertama mengucapakan salam. Bagaimana sih membuat suara kita enak &
empuk didengar dan selalu seperti us tersenyum..?ya kuncinya tersenyumlah
selama berbicara dan buat nada suara kita berada pada posisi suara rendah
(jangan melengking) dan menggunakan suara perut.
6) Selama pembicaraan jaga kecepatan bicara kita (pitch control) agar tidak
terlalu cepat dan terlalu lambat.
7) Simak baik-baik pesan atau kalimat yang diucapkan lawan bicara. Jangan
memotong pembicaraan. Bila perlu mencatat, siapkan selalu alat tulis di dekat
kita.
8) Apabila tidak mengerti, tidak ada salahnya kita melontarkan pertanyaan.
9) Simpulkan hal-hal penting sepanjang pembicaraan sebelum mengakhiri
pembicaraan.
10) Akhiri pembicaraan dengan pertanyaan , Seperti, "apakah ada lagi yang bisa
kita hantu?" atau ada hal-hal penting yang terlewat untuk disampaikan. Bila
tidak maka ucapkan terima kasih dan jangan lupa ucapkan kembali salam.
11) Yang menghubungi atau menelpon adalah yang meletakkan / menutup
gagang telepon terlebih dahulu. Hal ini untuk menghindarkan adanya hal
penting yang mungkin belum disampaikan sepanjang pembicaraan dan
telepon keburuditutup atau berkesan kita mentup/membanting telepon
padahal lawan biacara belum selesai berbicara.
c. Etika berjalan.
Berjalan juga perlu mendapat perhatian khusus agar kita tahu bagaimana
seharusnya etika berjalan di tempat umum. Saat berjalan hendaknya kita
memperhatikan kesekeliling kita, mungkin saja ada orang yang sedang terburu-buru
namun jalannya terhambat oleh kita, atau saat kita sedang terburu-buru, di depan kita
berjalan seseorang maka sebaiknya kita mengucapkan kata permisi untuk
mendahuluinya. Saat kita berjalan juga tidak boleh sampai memicu kecelakaan,
contohnya berjalan harus pada trotoar bagi pejalan kaki jangan sampai kita berjalan
dijalan khusus untuk kendaraan. Agar aman, nyaman serta tentram saat berjalan
perhatikanlah etika berjalan, toh tidak ada ruginya untuk kita apabila kita mengikuti
aturan atau etika tersebut. Beberapa etika yang dianjurkan dalam berjalan
diantaranya :
1) Tidak membusungkan dada sehingga terlihat angkuh.
2) Tidak membungkuk.
3) Langkah tidak diseret.
4) Langkah tidak panjang dan juga tidak pendek tak-hentak.
5) Mata tidak jelalatan.
6) Saat melangkah kaki tidak seperti mantul.
7) Tidak menendang barang saat berjalan.
8) Tidak mengobrol keras sambil berjalan.
9) Tidak berjalan sambil menutup muka.
10) Tidak menggerak-gerakan badan/pinggul.
11) Tidak berjalan dengan bermesraan.
12) Tidak berjalan dengan bergandengan.
13) Tidak menghalangi jalan.
14) Tidak jalan bergerombol.
15) Tidak makan/minum.
16) Tidak berjalan sambil merokok.
17) Tidak berjalan sambil main HP.
18) Tidak berjalan sambil tolak pinggang.
19) Tidak berjalan dengan menginjak kaki orang lain.
20) Tidak berjalan menyenggol orang.
d. Etika Duduk
Sikap duduk mempengaruhi penilaian orang lain terhadap diri kita. Oleh karcena
itu cara duduk yang baik sebagai herikut:
1) Duduklah tegak dan tidak merosot di kursi, dalam posisi miring atau
segaris dengan kedua kaki merapat. Kalau Anda mengenakan rok mini
atau dengan belahan di tengah atau di samping, cara ini menutupi kaki
Anda (Ingat, jangan pernah meletakkan benda-benda di atas rok mini
untuk menutupi kaki yang terbuka).
2) Saat duduk, letakan tas di samping kiri kursi atau di belakang sandaran
kursi. Letakan saja di kaki kursi. Dilarang keras meletakkannya di atas
meja.
3) Tamu persilakan duduk disebelah kanan kita. Ini artinya kita
menghormatinya.
4) Duduklah sejajar dengan tamu. Ini menunjukan bahwa kita tidak
menganggap rendah tanmu itu.
5) Duduk mengangkat atau menumpang kaki tidak dilarang. tapi, jangan
sampai kaki atau alas sepatunya terlihat, karena terkesan tidak sopan.
6) Berdirilah bila berjabat tangan dan bila ada seorang wanita yang masuk
ke ruangan kerja atau berjalan menghampiri.
7) Duduklah dengan sikap tegak, rentang paha tidak melehihi lebar pinggul.

ETKA DAN HUKUM BAGI PERAWAT


A. Hukum
1. Pengertian Hukum

Pengertian hukum menurut Plato.

Hukum ialah seperangkat peraturan-peraturan yang tersusun secara baik serta teratur yang
sifatnya mengikat hakim dan masyarakat

Pengertian hukum menurut Borst

Hukum yaitu keseluruhan tentang peraturan bagi setiap perbuatan manusia dalam
kehidupan masyarakat. Dimana pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan tujuan untuk
memperoleh keadilan.

Pengertian hukum menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja

Hukum merupakan keseluruhan kaidah dan seluruh asas yang mengatur pergaulan hidup
bermasyarakat dan mempunyai tujuan untuk memelihara ketertiban dan meliputi berbagai
lembaga dan proses untuk dapat mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suau kenyataan
dalam masyarakat.

Pengertian Hukum Menurut Achmad Ali.

Hukum adalah seperangkat norma tentang sesuatu yang benar dan salah, yang dibuat
serta diakui eksistensinya oleh pemerintah, baik dalam bentuk aturan tertulis ataupun
tidak, terikat serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh, dan dengan
sanksi bagi yang melanggar norma tersebut

2. Tujuan Hukum

Hukum mempunyai tujuan yang sifatnya universal seperti ketertiban, kedamaian


ketenteraman, kebahagiaan dan kesejahteraaan dalam tata kehidupan bermasyarakat.
Dengan adanya hukum. maka setiap perkara bisa diselesaikan melalui proses pengadilan
dengan perantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Hukum juga
bertujuan untuk mencegah dan menjaga supaya setiap orang tidak menjadi hakim atas
dirinya sendiri. Secara garis besar tujuan Hukum adalah sebagai berikut ini:

a. Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.


b. Mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat.
c. Menjamin adanya kebahagian sebanyak-banyaknya pada semua orang.
d. Menjadi sarana dalam mewujudkan keadilan sosial secara lahir dan batin.
e. Menjadi sarana penegak dalam pembanguanan.
f. Memberikan petunjuk bagi orang-crang dalam pergaulan masyarakat

3. Macam Macam Hukum

Macam-macam hukum dapat dikelompokkan dalam jenis-jenis hukum sebagai


berikut:

a. Hukum berdasarkan Bentuknya: Hukum tertulis dan Hukum tidak tertulis.


b. Hukum berdasarkan Wilayah berlakunya: Hukum local, Hukum Nasional dan
Hukum Internasional.
c. Hukum berdasarkan Fungsinya: Hukum Materil dan Hukum Formal.
d. Hukum berdasarkan Waktunya: Ius Constitutum, ius Constituendum, Lex
naturalis/ Hukum Alam
e. Hukum Berdasarkan Isinya: Hukum Publik, Hukum Antar Waktu dan Hukum
Private. Hukum Publik sendiri dihagi menjadi Hukum Tata Negara, Hukum
Administrasi Negara, Hukum Pidana dan Hukum Acara. Sedangkan Hukum Privat
dibagi menjadi Hukum Pribadi, Hukum Keluarga, Hukum Kekayaan, dan Hukum
Waris.
f. Hukum Berdasarkan Pribadi: Hukum satu golongan. Hukum semua golongan
dan Hukum Antar golongan.
g. Hukum Berdasarkan Wujudnya: Hukum Obyektif dan Hukum Subyektif.
h. Hukum Berdasarkan Sifatnya: Hukum yang memaksa dan Hukum yang
mengatur

4. Sumber Hukum
Sumber hukum adalah segala yang menimbulkan aturan yang mempunyai
kekuatan memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang
tegas dan nyata. Sumber hukum dibedakan antara sumber hukum material dan sumber
hukum formal.
a. Sumber Hukum Material adalah keyakinan dan perasaan hukum individu dan
pendapat umum yang menentukan isi atau materi (Jiwa) hukum. Isi atau
materi hukum dapat bersumber dari nilai agama maupun kesusilaan, kehendak
Tuhan.
b. Sumber Hukum Formal adalah bentuk atau kenyataan yang oleh karenanya
kita dapat menemukan hukum yang berlaku.

B. Etika
1. Menurut soergarda poerbakawatja , etika adalah suatu ilmu yang memberikan arahan,
acuan, serta pijakan kepada suatu tindakan manusia.
2. Menurut K. Bertens, etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan
bagi umat manusia secara baik secara individual atau kelompok dalam mengatur
semua tingkah lakunya.
3. Menurut Poerwadarminto, etika adalah ilmu pengetahuan tentang suatu perilaku atau
perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang sejauh mana dapat
ditentukan oleh manusia.

Jadi etika adalah suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia
sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
C. Persamaan dan Perbedaan Antara Etika dan Hukum
Persamaan Etika dan Hukum terdapat dalam tujuan sosialnya. Sama-sama
menghendaki agar manusia melakukan perbuatan yang baik/benar. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa pelanggaran hukum merupakan perbuatan yang tidak etis. Perbedaannya
adalah bahwa etika itu ditujukan pada sikap batin marusia, dan sanksinya dari kelompok
masyarakat profesi itu sendiri. Sedangkan hukum ditujukan pada sikap lahir manusia,
membebani manusia dengan hak dan kewajiban, bersifat memaksa, sanksinya tegas dan
konkret yang dilaksanakan melalui wewenang penguasa/pemerintah.
D. Hubungan Etika Dengan Hukum
Antara etika dengan hukum terjalin hubungan erat, karena keduanya sama-sama
berkisar pada masalah perbuatan manusia. Tujuannya pun sama, yakni mengatur
perbuatan manusia demi terwujudnya keserasian, keselarasan, kebahagiaan mereka.
Bagaimana seharusnya bertindak, terdapat dalam kaidah-kaidah hukum dan kaidah-
kaidah etika. Bedanya ialah jika hukum memberikan putusan hukumnya perbuatan, maka
etika memberikan penilaian baik atau buruknya. Putusan hukum ialah menetapkan boleh
tidaknya perbuatan itu dilakukan dengan diiringi sangsi-sangsi apa yang bakal diterima
oleh pelaku. Penilaian etika apakah perbuatan itu baik dikerjakan yang bakal
mengantarkan manusia kepada kebahagiaan, dan menilai apakah itu buruk yang bakal
mengantarkan seseorang kepada kehinaan dan penderitaan Selain daripada itu terdapat
perbedaan dalam luasnya dalam bidang yang dicakup. Ada masalah yang diperkatakan
etika, tetapi tidak dicakup oleh hukum.. Misalnya etika yang memerintahkan berbuat apa
saja yang berguna dan melarang apa saja yang merusak, sedangkan hukum sekuler
kadang-kadang tidaklah sejauh itu. Misalnya menyantuni fakir miskin dinilai oleh etika
sebagai perbuatan yang baik dan terpuji, namun dalam hokum sekuler tiada hukum yang
mengharuskan perbuatan itu dan tiada sanksi manakala hal itu ditinggalkan.

Anda mungkin juga menyukai