PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah adanya
sistem keuangan yang berjalan dengan baik, oleh karena itu peranan lembaga keuangan seperti
perbankan menjadi sangat penting dalam sebuah perekonomian. Berdasarkan pengaruh dari
krisis keuangan global yang terjadi, bank syariah adalah lembaga keuangan yang mampu
bertahan dibandingkan dengan bank konvensional yang mengalami dampak buruk dari krisis
global tersebut, sehingga banyak lembaga keuangan yang melirik untuk menggunakan sistem
ekonomi syariah yang diterapkan pada bank syariah. Salah satu pembiayaan yang ada di bank
syariah adalah pembiayaan murabahah, yaitu prinsip jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang telah disepakati bersama.
Untuk memudahkan pihak yang melakukan perekonomian maka dibutuhkan sistem
keuangan yang dapat memudahkan pihak pihak yang akan memakainya, maka keberadaan ilmu
akutansi sangat membantu, akuntansi secara umum mempunyai fungsi untuk memberikan
informasi khususnya yang bersifat keuangan sebagai bahan dasar dalam pengambilan keputusan
oleh pihak-pihak tertentu yang membutuhkannya. Oleh karena itu laporan keuangan yang akan
dijadikan sebagai alat informasi tersebut harus sesuai dengan standar laporan keuangan yang
tidak terlepas dari cara pandang masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian akutansi murabahah ?
2. Kententuan dalam akutansi murabahah ?
3. Standar akutansi murabahah dalam PSAK No. 102 ?
4. Perlakuan akutansi murabahah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
tersebut kepada pembeli.
Dengan kata lain murabahah merupakan akad jual beli atas suatu barang, dengan harga
yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan
sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang
diperolehnya. Aset Murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual kembali
dengan menggunakan akad murabahah.
Dasar syariah akutansi murabahah :
1. Al – Quran
“Hai orang orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan sukarela diantaramu...” (QS 4:29)
2. Al Hadis
Rasulullah SAW bersabda, “ada tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (Mudharabah) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah tangga bukan untuk dijual”.(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai komitmen pembelian aset
murabahah sebelum akad disepakati. Uang muka akan menjadi bagian pelunasan piutang
murabahah, jika akad disepakati. Jika akad batal, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah dikurangi riil yang ditanggung oleh penjual. Jika uang muka lebih kecil dari kerugian,
maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah, maka penjual dapat
mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan pembeli tidak atau belum mampu melunasi
disebabkan oleh force mejeur.
Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli :
1. Melakukan pelunasan pembelian tepat waktu, atau
2. Melakukan pelunasan pembelian lebih cepat dari waktu yang telah disepakati
Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi jika
pembeli :
1. Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu
2. Mengalami penurunan kemampuan pembayaran, atau
3. Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual
Murabahah (al-bai’ bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah
yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut
jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Dalam produk
ini terjadi jual beli antara pembeli (nasabah) dan penjual (bank). Bank dalam hal ini membelikan
barang yang dibutuhkan nasabah (nasabah yang menentukan spesifikasinya) dan menjualnya
kepada nasabah dengan harga plus keuntungan. Jadi dari produk ini bank menerima laba atas jual
beli. Harga pokoknya sama sama diketahui oleh dua belah pihak.
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan
(bi tsaman ajil atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad,
sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh atau cicilan.
Jual beli murabahah walaupun memiliki fleksibelitas dalam hal waktu pembayaran,
dalam praktik perbankan di Indonesia adalah tidak umum menggunakan skema pembayaran
langsung setelah barang diterima oleh pembeli (nasabah). Praktik yang paling banyak digunakan
adalah skema pembayaran dengan mencicil setelah menerima barang. Adapun praktik dengan
pembayaran sekaligus setelah ditangguhkan beberapa lama, diterapkan secara selektif pada
nasabah pembiayaan dengan karakteristik penerimaan pendapatan musiman, seperti nasabah
yang memiliki usaha pemasok barang dengan pembeli yang membayar secara periodik.
Dalam pelaksanaannya hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa
kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok barang
tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual dapat melakukan
tawar menawar atas besaran marjin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat nasabah untuk membeli barang yang
dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesananya.
Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah
pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka
penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai
akad.
Pada proses pembayarannya dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, dalam
murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk cara pembayaran yang
berbeda bank dapat memberikan potongan apabila nasabah :
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual beli sedangkan harga beli harus
diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok maka potongan itu merupakan hak
nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potogan tersebut
dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.
a. Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara lain dalam
bentuk barang yang telah dibeli dari bank.
b. Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada saat akad
apabila kedua belah pihak bersepakat.
Pada 7 Februari 2016, terjadi penurunan nilai atas mobil tersebut karena adanya penurunan harga
atas mobil yang sejenis sebesar Rp 20 juta, sebelum diserahkan kepada pembeli pada 14 Februari
2016.
Jurnal 1.b
Beban penurunan nilai persediaan Rp. 20.000.000
Persediaan Rp. 20.000.000
Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai :
1. Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad
2. Liabilitas kepada pembeli, jika terjadi setelah akad dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
pembeli
3. Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad dan sesuai akad yang disepakati
menjadi hak penjual, atau
4. Pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad dan tidak diperjanjikan dalam akad.
b) Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang
c) Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang
2. Pengakuan keuntungan murabahah diakui :
a) Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan keuangan yang sama
b) Selain periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui satu periode laporan keuangan.
c) Pengakuan potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu metode :
Pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah
Setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu meminta pelunasan murabahah dari nasabah,
kemudian bank membayar pengakuan potongan kepada nasabah dengan mengurangi
keuntungan murabahah
d) Pengakuan denda diakui sebagai dana kebajikan pada saat diterima
e) Pada akhir periode, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan.
f) Pada akhir periode, margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pos lawan
piutang murabahah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli
dapat dilakukan secara tunai atau tangguh (ba’i muajjal). Hal yang membedakan murabahah
dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli
berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya.
Pertukaran barang dengan barang, terlebih dahulu harus memperhatikan apakah barang tersebut
merupakan barang ribawi atau bukan.
Harga tidak boleh berubah sepanjang akad, kalau terjadi kesulitan barang dapat dilakukan
restrukturisasi dan kalau tidak membayar karena suatu hal yang telah ditentukan maka tidak akan
dikenakan denda. Sedangkan denda yang diperoleh tersebut akan dianggap sebagai dana
kebajikan. Pembayaran uang muaka juga diperbolehkan.
Ada beberapa jenis akad murabahah seluruhnya halal asalkan memenuhi rukun dan
ketentuan syariah. Untuk biaya yang terkait dengan aset murabahah boleh diperhitungkan
sebagai beban asalkan itu adalah biaya langsung, atau biaya tidak langsung yang memberi nilai
tambah pada aset murabahah. Pelaksanaan akuntansi untuk murabahah diatur dalam PSAK 102.
DAFTAR PUSTAKA