Anda di halaman 1dari 6

Pengalihan Hak Cipta

Hak cipta atas suatu ciptaan pada umumnya dipegang secara eksklusif oleh
pencipta seketika ciptaan diwujudkan dan diumumkan. Kontrol eksklusif dari
hak cipta memastikan setiap manfaat ciptaan dapat dirasakan oleh pencipta.
Namun, pencipta memiliki hak untuk membagi kontrol ekskulsif tersebut pada
pihak lain. Pihak yang mendapatkan sebagaian dari kontrol eksklusif tersebut
adalah pemegang hak cipta.

Peran sebagai pemegang hak cipta dapat dilaksanakan oleh perseorangan


maupun kelompok. Posisi ini biasanya mereka dapatkan saat pencipta
membutuhkan jasa dari pihak lain yang sama sekali tidak ikut serta
menciptakan suatu ciptaan. Karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki
pencipta, ketika pencipta telah sepakat untuk menggunakan bantuan pihak
lain tersebut, maka pencipta membayar sejumlah kompensasi dengan
besaran sesuai kesepakatan antara dua pihak tersebut. Misalnya, pencipta
adalah seorang penulis buku yang ingin menerbitkan buku ciptaannya. Proses
penerbitan buku tersebut biasanya melibatkan pihak penerbit sebagai
pemegang hak cipta yang nantinya membantu proses penggandaan,
pendistribusian, dan penjualan buku. Hasil penjualan buku kemudian dibagi
sesuai dengan kesepakatan, atau, bisa juga penerbit ‘membeli’ hak eksklusif
pencipta selama beberapa tahun dengan membayar di depan (jual putus),
guna mendapatkan keuntungan penjualan buku tersebut untuk dirinya sendiri.

Mekanisme ini diatur dalam Pasal 16-19, pasal 29-30, Pasal 76-77, Pasal 98,


dan Pasal 122 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (UUHC
2014). Pada umunya, pengalihan hak cipta hanya menyangkut persoalan
pengalihan hak ekonomi saja. Untuk mengatur distribusi manfaat ekonomis
yang lahir dari estetika ekspresif suatu ciptaan. Bahasa yang digunakan oleh
UU dalam hal ini ialah “jual putus”, di mana pihak ketiga, dalam hal ini
kemudian berperan sebagai pemegang hak cipta setelah mereka membeli hak
ekonomi melalui kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis
dengan pihak pencipta. Perjanjian tersebut diatur pula masa perikatannya
oleh UUHC 2014 yaitu paling lama 25 tahun. Setelah 25 tahun berlalu, apabila
dalam perjanjian tidak tertera batas waktu berakhir perjanjian, maka kontrol
atas hak ekonomi kembali lagi secara eksklusif dipegang hanya oleh pihak
pencipta.

Pada praktiknya, akibat hukum dari pengalihan hak cipta antara penulis
kepada penerbit, biasanya membatasi perbuatan yang dapat dilaksanakan
oleh pihak penulis terhadap karya tulisnya. Misalnya, penulis tidak dapat
melaksanakan publikasi secara mandiri terhadap karya tulisnya sama sekali.
Atau, apabila disepakati, penulis hanya dapat memublikasikan secara mandiri
karya tulis versi awal, yaitu versi yang belum melalui proses editorial atau
peninjauan oleh penerbit. Risiko sengketa pelanggaran hak cipta amat rentan
dalam praktik ini. Karena penulis yang tidak memahami hak dan
kewajibannya setelah ada kesepakatan tertulis dengan pihak penerbit, dapat
dianggap melakukan pelanggaran hak cipta, yang anehnya, terhadap karya
tulis yang ia buat sendiri, yang sebetulnya memang sudah menjadi haknya
untuk memublikasikannya melalui kanal apapun dan untuk kepentingan
apapun.

Pelisensian Ciptaan
Mekanisme pelisensian ciptaan diatur pada Angka 20 Ketentuan Umum dan
Pasal 80-83 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (UUHC
2014). Pada umumnya, lisensi hak cipta adalah sebuah izin tertulis yang
berfungsi sebagai pemberitahuan oleh pencipta atau pemegang hak cipta
kepada pengguna ciptaan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban dari
aktivitas penggunaan suatu ciptaan. Intinya, izin tersebut menyatakan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pengguna ciptaan terhadap suatu
ciptaan. Pemegang hak cipta, dapat melisensikan ciptaan secara mandiri
dan/atau melalui perwakilan, artinya berperan sebagai pemberi lisensi,
kepada pihak ketiga, atau dalam hal ini pengguna ciptaan sebagai penerima
lisensi, untuk melaksanakan beberapa perbuatan berdasarkan ketentuan
lisensi yang diterapkan. Ketentuan lisensi yang diterapkan dapat
diberlakukan hingga masa berlaku perlindungan hak cipta ciptaan yang
dilisensikan habis.

Lisensi hak cipta tidak harus selalu memuat ketentuan tentang besaran
royalti yang harus dibayar. Karena, pada intinya ketentuan lisensi memuat
apa yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan oleh penerima lisensi. Jika
ketentuan lisensi menyatakan bahwa penggunaan ciptaan dalam kepentingan
komersial dilarang, artinya penerima lisensi wajib meminta izin dan/atau
membayar sejumlah royalti kepada pemberi lisensi. Namun, apabila ketentuan
lisensi menyatakan bahwa penggunaan ciptaan dalam kepentingan komersial
diizinkan, artinya penerima lisensi secara langsung diizinkan untuk
menggunakan ciptaan dalam kepentingan komersial.

Perbedaan mendasar antara konsep ini dengan pengalihan hak cipta terletak
pada bunyi ayat (3) Pasal 82 UUHC 2014. Penerapan lisensi hak cipta tidak
dapat dijadikan sarana untuk menghilangkan atau mengambil alih seluruh hak
pencipta atas ciptaannya. Dalam hal ini, pencipta juga berperan sebagai
pemegang hak cipta. Ketika ia melaksanakan pelisensian ciptaan secara
mandiri, ia sama sekali tidak mengalihkan, dalam hal ini, kontrol eksklusif
atas hak ekonominya kepada penerima lisensi. Ia hanya memberikan izin
kepada penerima lisensi untuk sama-sama melaksanakan hak ekonomi atas
ciptaan tersebut. Untuk sama-sama menerima manfaat ekonomis dari
ciptaan. Pemberi lisensi tetap mempertahankan hak ciptanya secara
eksklusif sambil membagikan hak penggunaan ciptaan kepada penerima
lisensi.
Pelisensian ciptaan yang dilaksanakan dalam hubungan hukum antara penulis
dan penerbit merupakan pemberian izin kepada penerbit (lisensi ke dalam
atau lisensi privat) untuk menggandakan, mengumumkan, menyebarluaskan
karya tulis, dan melisensikannya kembali kepada pihak ketiga, dalam hal ini
pembaca atau pengutip (lisensi keluar atau lisensi publik), sambil tetap dapat
memublikasikan karya tulis tersebut di mana pun dan untuk kepentingan
apapun.

Mengenal Bentuk-Bentuk Lisensi

Lisensi hak cipta paling tidak dibagi dalam dua bentuk:

 Lisensi ke Dalam memiliki bentuk yang kurang lebih sama dengan


perjanjian-perjanjian pada umumnya. Biasanya lisensi dengan bentuk ini
sifatnya rahasia. Lisensi ini hanya dapat dibaca oleh pihak-pihak yang
dengan terang disebutkan di dalam perjanjian lisensi sebagai pihak
yang terikat dengan ketentuan lisensi. Karena sifatnya yang privat,
lisensi dengan bentuk ini biasanya hanya mengikat beberapa pihak
saja.

 Lisensi ke Luar dapat disebut sebagai lisensi publik. Akses untuk


melihat ketentuan lisensi ini terbuka bagi pihak-pihak yang hendak
mengikatkan diri dalam suatu hubungan hukum, dalam hal ini aktivitas
penggunaan ciptaan. Lisensi dengan bentuk ini dapat mengikat banyak
pihak sekaligus karena sifatnya yang terbuka. Pada intinya ketentuan
lisensi ini mengikat pencipta atau pemegang hak cipta dengan semua
pengguna ciptaan yang menggunakan ciptaan yang diumumkan dengan
ketentuan lisensi ini.

Lisensi hak cipta dapat menjadi alat penyederhana bahasa hukum dari UUHC.
Dengan begitu dialog antara pencipta atau pemegang hak cipta akan menjadi
semakin mudah. Karena tidak semua pihak-pihak terkait dalam hubungan
hukum di ranah perlindungan hak cipta memiliki pengetahuan atau dapat
langsung memahami mekanisme perlindungan hak cipta dengan membaca
peraturannya. Selain itu dengan mengetahui perbedaan jenis lisensi dan isi
ketentuannya, pengguna ciptaan dapat membedakan mana ciptaan yang
dapat diakses secara gratis saja dan mana ciptaan yang dapat diakses secara
gratis dan terbuka. Maksud terbuka dalam hal ini adalah ciptaan-ciptaan
tersebut selain dapat diunduh dan disebarluaskan secara gratis, juga
mengandung izin langsung yang memungkinkan pengguna ciptaan untuk
menggubah atau menggunakan ciptaan dalam kepentingan komersial.

Hal ini dapat dipahami dengan mengetahui sifat lisensi hak cipta:

 Lisensi Tertutup biasanya dinyatakan dengan ungkapan “all rights


reserved” (seluruh hak dipertahankan). Artinya, pihak pencipta atau
pemegang hak cipta sepakat dengan mekanisme perlindungan hak
cipta tradisional. Di mana seluruh pengguna ciptaan yang dapat
mengakses ciptaannya harus mendapatkan izin langsung atau
melakukan interaksi secara langsung dengan pencipta atau pemegang
hak cipta untuk kemudian menggunakan ciptaan sesuai dengan
kebutuhannya. Lisensi ini ada seketika setelah ciptaan diciptakan dan
diumumkan.

 Lisensi Terbuka biasanya, meskipun tidak selalu, dinyatakan dengan


ungkapan “some rights reserved” (beberapa hak dipertahankan). Sifat
terbuka dari lisensi ini biasanya dinyatakan dengan ketentuan yang
langsung mengizinkan penggandaan dan penyebarluasan ciptaan oleh
pengguna ciptaan. Lisensi ini biasanya dilengkapi dengan ketentuan
pilihan yang nantinya ditentukan oleh pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mengatur hak penggunaan ciptaan pengguna ciptaan. Jenis
lisensi ini diterapkan oleh pencipta atau pemegang hak cipta yang ingin
memberikan akses terbuka dan legal kepada pengguna ciptaan dalam
aktivitas penggunaan ciptaannya. Penentuan ketentuan lisensi hak
cipta oleh pihak pencipta atau pemegang hak cipta sesuai dengan
bunyi Pasal 81 UUHC 2014. Sifat pembuatanya yang mandiri
menyebabkan terciptanya produk lisensi terbuka yang beragam,
seperti GNU General Public License, Open Governmet License, dan
termasuk Lisensi Creative Commons.

Manajemen Hak Cipta


Penulis Dalam Publikasi
Karya Ilmiah Terbuka
Daring
Dalam penerapan prinsip keterbukaan akses diyakini bahwa kontrol penuh
ciptaan yang dipegang oleh penulis, jauh lebih memberdayakan daripada
kontrol tersebut dipegang oleh penerbit.

Paling tidak, penerbit seharusnya dapat memberikan pilihan kepada penulis


untuk mengatur status hak cipta atas beberapa versi karya tulis yang akan
diterbitkannya. Atau, malah mengarahkan penulis untuk menerapkan konsep
pemberian lisensi dan izin pelisensian kembali terhadap karya tulis yang
akan diterbitkan dalam suatu surat perjanjian penerbitan. Status
kepemegangan atau kontrol hak cipta atas suatu karya tulis harus jelas
terlebih dahulu sebelum karya tulis diterbitkan. Hal ini merupakan inti dari
aktivitas penggunaan ciptaan, dalam hal ini aktivitas penerbitan, agar tidak
terjadi sengketa akibat kesalahan memahami ketentuan penggunaan ciptaan
dari pihak-pihak yang terkait.

Berikut adalah beberapa contoh upaya penyediaan informasi tentang


pengaturan status hak cipta dari penerbit untuk penulis:

 Kebijakan pengarsipan mandiri oleh penulis

Sebagai penerbit, hendaknya kebijakan pengarsipan mandiri ( self archiving)


diterapkan dan dijelaskan pada laman article submission atau dengan
membuat laman resources untuk penulis yang memuat penjelasan tersebut.
Hal ini diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman jika penulis hendak
mengumumkan karya tulis tersebut di tempat lain, misalnya di situs webnya
sendiri atau layanan media sosial misalnya. Atau misalnya untuk
menetapkan ketentuan embargo yang melarang pencipta untuk melakukan
pengarsipan mandiri dalam kurun waktu tertentu. Namun, untuk
menghadirkan pelayanan yang baik dan mendukung visibilitas serta dampak
karya tulis para penulis tanpa mengurangi kesempatan akses dari pembaca,
hendaknya penerbit membebaskan penulis untuk melaksanakan pengarsipan
mandiri dan tidak menerapkan kebijakan embargo. Apabila penerapan
kebijakan embargo tak terhindarkan, penerbit sebaiknya membuat
pengecualian dengan penjabaran bahwa artikel yang dapat diarsipkan secara
mandiri, misalnya hanya teks versi pracetak saja (pre-print), bukan teks
dalam format yang sudah dipublikasikan oleh penerbit (post-print).

 Informasi perbedaan antara pengalihan hak cipta dan pelisensian


ciptaan

Sebagai penerbit, ada baiknya juga untuk memberikan penjelasan, atau


bahkan kesempatan, kepada penulis tentang perbedaan antara pengalihan
hak cipta (Copyright transfer) dengan pelisensian ciptaan (Copyright
licensing). Lihat Contoh dokumen perjanjian hak cipta & Contoh dokumen
pernyataan pelisensian kembali karya oleh penerbit (Wiley) berikut ini. Wiley
berusaha menjelaskan hal tersebut dalam laman resources yang dibuat
khusus untuk para penulis, sambil memberikan contoh format dokumen
pengalihan hak cipta dari penulis kepada penerbit. Pengalihan hak cipta
adalah pembagian peran sebagai pemegang hak cipta atas karya tulis kepada
penerbit. Artinya penerbit sama-sama memiliki hak eksklusif untuk
mengontrol di mana saja artikel dapat diumumkan dan digunakan dalam
model penggunaan apa saja. Pelisensian karya yang dituangkan dalam
sebuah surat pernyataan pemberian izin pelisensian kembali kepada
penerbit memiliki makna yang berbeda. Melisensikan karya berarti hanya
memberikan izin kepada penerbit untuk mengumumkan karya dengan
ketentuan lisensi yang disepakati, tanpa membagikan peran sebagai
pemegang hak cipta kepada penerbit. Mekanisme ini secara otomatis
mempertahankan seluruh kontrol eksklusif hak cipta atas karya tulis pada
pihak penulis. Lisensi CC setidaknya sudah diterapkan pada lebih dari 3 juta
karya ilmiah yang didiseminasikan secara daring. Petunjuk pemilihan lisensi
atau isi ketentuan lisensi sangat direkomendasikan untuk ditampilkan oleh
pihak penerbit agar penulis dapat mengerti akibat hukum dari lisensi yang
akan diterapkan pada karya ilmiahnya.

Anda mungkin juga menyukai