Pengalihan Hak Cipta
Pengalihan Hak Cipta
Hak cipta atas suatu ciptaan pada umumnya dipegang secara eksklusif oleh
pencipta seketika ciptaan diwujudkan dan diumumkan. Kontrol eksklusif dari
hak cipta memastikan setiap manfaat ciptaan dapat dirasakan oleh pencipta.
Namun, pencipta memiliki hak untuk membagi kontrol ekskulsif tersebut pada
pihak lain. Pihak yang mendapatkan sebagaian dari kontrol eksklusif tersebut
adalah pemegang hak cipta.
Pada praktiknya, akibat hukum dari pengalihan hak cipta antara penulis
kepada penerbit, biasanya membatasi perbuatan yang dapat dilaksanakan
oleh pihak penulis terhadap karya tulisnya. Misalnya, penulis tidak dapat
melaksanakan publikasi secara mandiri terhadap karya tulisnya sama sekali.
Atau, apabila disepakati, penulis hanya dapat memublikasikan secara mandiri
karya tulis versi awal, yaitu versi yang belum melalui proses editorial atau
peninjauan oleh penerbit. Risiko sengketa pelanggaran hak cipta amat rentan
dalam praktik ini. Karena penulis yang tidak memahami hak dan
kewajibannya setelah ada kesepakatan tertulis dengan pihak penerbit, dapat
dianggap melakukan pelanggaran hak cipta, yang anehnya, terhadap karya
tulis yang ia buat sendiri, yang sebetulnya memang sudah menjadi haknya
untuk memublikasikannya melalui kanal apapun dan untuk kepentingan
apapun.
Pelisensian Ciptaan
Mekanisme pelisensian ciptaan diatur pada Angka 20 Ketentuan Umum dan
Pasal 80-83 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (UUHC
2014). Pada umumnya, lisensi hak cipta adalah sebuah izin tertulis yang
berfungsi sebagai pemberitahuan oleh pencipta atau pemegang hak cipta
kepada pengguna ciptaan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban dari
aktivitas penggunaan suatu ciptaan. Intinya, izin tersebut menyatakan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pengguna ciptaan terhadap suatu
ciptaan. Pemegang hak cipta, dapat melisensikan ciptaan secara mandiri
dan/atau melalui perwakilan, artinya berperan sebagai pemberi lisensi,
kepada pihak ketiga, atau dalam hal ini pengguna ciptaan sebagai penerima
lisensi, untuk melaksanakan beberapa perbuatan berdasarkan ketentuan
lisensi yang diterapkan. Ketentuan lisensi yang diterapkan dapat
diberlakukan hingga masa berlaku perlindungan hak cipta ciptaan yang
dilisensikan habis.
Lisensi hak cipta tidak harus selalu memuat ketentuan tentang besaran
royalti yang harus dibayar. Karena, pada intinya ketentuan lisensi memuat
apa yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan oleh penerima lisensi. Jika
ketentuan lisensi menyatakan bahwa penggunaan ciptaan dalam kepentingan
komersial dilarang, artinya penerima lisensi wajib meminta izin dan/atau
membayar sejumlah royalti kepada pemberi lisensi. Namun, apabila ketentuan
lisensi menyatakan bahwa penggunaan ciptaan dalam kepentingan komersial
diizinkan, artinya penerima lisensi secara langsung diizinkan untuk
menggunakan ciptaan dalam kepentingan komersial.
Perbedaan mendasar antara konsep ini dengan pengalihan hak cipta terletak
pada bunyi ayat (3) Pasal 82 UUHC 2014. Penerapan lisensi hak cipta tidak
dapat dijadikan sarana untuk menghilangkan atau mengambil alih seluruh hak
pencipta atas ciptaannya. Dalam hal ini, pencipta juga berperan sebagai
pemegang hak cipta. Ketika ia melaksanakan pelisensian ciptaan secara
mandiri, ia sama sekali tidak mengalihkan, dalam hal ini, kontrol eksklusif
atas hak ekonominya kepada penerima lisensi. Ia hanya memberikan izin
kepada penerima lisensi untuk sama-sama melaksanakan hak ekonomi atas
ciptaan tersebut. Untuk sama-sama menerima manfaat ekonomis dari
ciptaan. Pemberi lisensi tetap mempertahankan hak ciptanya secara
eksklusif sambil membagikan hak penggunaan ciptaan kepada penerima
lisensi.
Pelisensian ciptaan yang dilaksanakan dalam hubungan hukum antara penulis
dan penerbit merupakan pemberian izin kepada penerbit (lisensi ke dalam
atau lisensi privat) untuk menggandakan, mengumumkan, menyebarluaskan
karya tulis, dan melisensikannya kembali kepada pihak ketiga, dalam hal ini
pembaca atau pengutip (lisensi keluar atau lisensi publik), sambil tetap dapat
memublikasikan karya tulis tersebut di mana pun dan untuk kepentingan
apapun.
Lisensi hak cipta dapat menjadi alat penyederhana bahasa hukum dari UUHC.
Dengan begitu dialog antara pencipta atau pemegang hak cipta akan menjadi
semakin mudah. Karena tidak semua pihak-pihak terkait dalam hubungan
hukum di ranah perlindungan hak cipta memiliki pengetahuan atau dapat
langsung memahami mekanisme perlindungan hak cipta dengan membaca
peraturannya. Selain itu dengan mengetahui perbedaan jenis lisensi dan isi
ketentuannya, pengguna ciptaan dapat membedakan mana ciptaan yang
dapat diakses secara gratis saja dan mana ciptaan yang dapat diakses secara
gratis dan terbuka. Maksud terbuka dalam hal ini adalah ciptaan-ciptaan
tersebut selain dapat diunduh dan disebarluaskan secara gratis, juga
mengandung izin langsung yang memungkinkan pengguna ciptaan untuk
menggubah atau menggunakan ciptaan dalam kepentingan komersial.
Hal ini dapat dipahami dengan mengetahui sifat lisensi hak cipta: