Oleh:
Alifuddin Kemal Ahmad (170810101210)
Nurul Fitriyani (180810101032)
Mujammilatul Mukaromah (180810101042)
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada akhirnya bisa
menyelesaikan Makalah Perdagangan Luar Negeri ini tepat pada waktunya. Rasa terima kasih juga
kami ucapkan kepada Dosen Pengampu yang selalu memberikan dukungan serta bimbingannya
sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga
menyadari bahwa Makalah Perdagangan Luar Negeri ini juga masih memiliki banyak kekurangan.
Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan
makalah dapat lebih baik lagi.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubugan perdagangan luar negeri dan kesejahteraan manusia
2. Untuk mengetahui kebijakan dan masalah yang terkait dalam perdagangan luar negeri
3. Untuk mengetahui kecenderungan perdagangan luar negeri
4. Untuk mengetahui neraca pembyaran Indonesia
2.1 Analisis Perdagangan Luar Negeri dan Kesejahteraan
Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara
yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar suka rela dan saling
menguntungkan. Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Di banyak negara,perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun,
dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik, tetapi baru dirasakan beberapa abad
belakangan.
Perdagangan Internasional pun turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi,
globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan
perdagangan didalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan
tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat
menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang
impor.
Selain itu kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang,
taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. Model Ricardian memfokuskan pada
kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori perdagangan
internasional.
Adam Smith dengan Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage) di mana sebuah
keunggulan mutlak atau absolut adalah jika suatu negara mutlak dapat menghasilkan sesuatu yang
lebih baik. Teori ini dilatarbelakangi oleh perbedaan sumber daya alam, perbedaan kualitas tenaga
kerja, perbedaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), perbedaan jumlah penduduk,
perbedaan iklim, perbedaan pendapatan dan perbedaan modal yang dimiliki oleh berbagai negara di
dunia.
Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu
negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi
barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang
dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan untuk
melakukan perdagangan internasional.Adam Smith menganjurkan perdagangan bebas sebagai
kebijakan yang mampu mendorong kemakmuran suatu negara.
Perbedaan iklim dan cuaca menyebabkan negara negara di dunia memiliki sumber daya yang
berbeda beda. Dengan perdagangan intersasional, Masyarakat dalam suatu negara dapat
mengkonsumsi barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Misalnya saja: Indonesia belum
dapat memproduksi mobil balap. Melalui perdagangan internasional,masyarakat bisa memperoleh
mobil balap dari negara yang memproduksinya, dengan cara mengimpornya dari negara pem-
produksi.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik produksi
yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern.
5. Kebutuhan Devisa
Perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan devisa suatu negara.
Dalam memenuhi segala kebutuhannya setiap negara harus memiliki cadangan devisa yang digunakan
dalam melakukan pembangunan, salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan
internasional.
Pemberlakuan ACFTA atauASEAN-China Free Trade Area pada 1 Januari 2013 lalu
menimbulkan pro-kontra. Sebagian masyarakat menganggap ACFTA sebagai tantangan bagi
Indonesia untuk maju, namun sebagian lainnya menganggap ACFTA sebagai kado pahit di awal
tahun.
Bagi pendukung ACFTA, kesepakatan ini akan bermakna besar bagi kepentingan geostrategis
dan ekonomis Indonesia dan Asia Tenggara secara keseluruhan (Kompas, Senin, 18 Januari 2010).
Namun bagi penentangnya, penerapan ACFTA dikhawatirkan bakal menghancurkan industri nasional.
Sebab, tarif bea masuk barang-barang dari China ke ASEAN, khususnya Indonesia menjadi nol
persen. Hal ini tentu akan mengancam industri dalam negeri dikarenakan produk China terkenal
dengan harga murah. Penerapan ACFTA memang membawa konsekuensi yang besar. Tanpa
kebijakan yang sistematis dan terarah, kesepakatan ACFTA hanya akan menjadi bumerang bagi
Indonesia.
Siap atau tidak, Indonesia harus membuka pasar dalam negeri secara luas kepada negara-
negara ASEAN dan Cina. Pendirian ACFTA akan mempunyai dampak kepada Indonesia, baik
dampak positif maupun negatif. Positifnya, Indonesia dengan mudahnya mendapatkan barang impor
hasil olahan China, dimana masyarakat Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya yang tidak bisa
diproduksi dalam negeri. Namun, adanya ACFTA juga akan berdampak negatif terhadap
perekonomian dan masyarakat Indonesia. Salah satunya sifat ketergantungan terhadap barang impor
khususnya buatan China. Sebelum adanya perjanjian perdagangan bebas dengan Cina saja, kita sudah
mendapatkan hampir segala lini produk yang dipergunakan di rumah dan perkantoran bertuliskan
Made in China. Oleh karena itu, pemberlakuan pasar bebas ASEAN-China sudah pasti menimbulkan
dampak sangat negatif, diantaranya:
1. Serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektor-sektor
ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah mengalami proses
deindustrialisasi (penurunan industri). Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) Indonesia, peran industri pengolahan mengalami penurunan dari 28,1% pada 2004
menjadi 27,9% pada 2008. Diproyeksikan 5 tahun ke depan penanaman modal di sektor
industri pengolahan mengalami penurunan US$ 5 miliar yang sebagian besar dipicu oleh
penutupan sentra-sentra usaha strategis IKM (industri kecil menegah). Jumlah IKM yang
terdaftar pada Kementrian Perindustrian tahun 2008 mencapai 16.806 dengan skala modal Rp
1 miliar hingga Rp 5 miliar. Dari jumlah tersebut, 85% di antaranya akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan produk dari Cina.
2. Pasar dalam negeri yang diserbu produk asing dengan kualitas dan harga yang sangat bersaing
akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari produsen di berbagai sektor
ekonomi menjadi importir atau pedagang saja.
3. Karakter perekonomian dalam negeri akan semakin tidak mandiri dan lemah. Segalanya
bergantung pada asing. Bahkan produk “sepele” seperti jarum dan peniti saja harus diimpor.
Jika banyak sektor ekonomi bergantung pada impor, sedangkan sektor-sektor vital ekonomi
dalam negeri juga sudah dirambah dan dikuasai asing.
4. Data menunjukkan bahwa tren pertumbuhan ekspor non-migas Indonesia ke Cina sejak 2004
hingga 2008 hanya 24,95%, sedangkan tren pertumbuhan ekspor Cina ke Indonesia mencapai
35,09%. Kalaupun ekspor Indonesia bisa digenjot, yang sangat mungkin berkembang adalah
ekspor bahan mentah, bukannya hasil olahan yang memiliki nilai tambah seperti ekspor hasil
industri. Pola ini malah sangat digemari oleh Cina yang memang sedang “haus” bahan
mentah dan sumber energi untuk menggerakkan ekonominya.
5. ACFTA akan membuat Indonesia mengalami deindustrialisasi, karena produk hasil industri
Indonesia kalah bersaing dengan produk China. Dampaknya, ketersediaan lapangan kerja
semakin menurun. Padahal setiap tahun angkatan kerja baru bertambah lebih dari 2 juta
orang, sementara pada periode Agustus 2009 saja jumlah pengangguran terbuka di Indonesia
mencapai 8,96 juta orang. Pengangguran besar-besaran pasti akan terjadi. Padahal salah satu
cara untuk menyerap tenaga kerja adalah melalui industri. Walhasil, perdagangan bebas yang
dijalani Pemerintah Indonesia pada hakikatnya adalah ‘bunuh diri’ secara ekonomi.
Dalam menghadapi masalah di atas beberapa kebijakan yang dapat dilakukan adalah:
Biaya produksi rendah bagi industri dalam negeri dapat diciptakan denganpertama,
menurunkan suku bunga pinjaman bank. Suku bunga pinjaman yang diterapkan di Indonesia
adalah sebesar 13,6 persen. Suku bunga tersebut dianggap terlalu tinggi dan membebani para
pengusaha, terutama pengusaha UKM. Bunga yang relatif tinggi memberikan keengganan bagi
perusahaan maupun perorangan untuk meminjam uang karena biayanya dianggap masih mahal.
Implikasi bunga pinjaman yang tinggi lainnya adalah akan menyebabkan sektor manufaktur sulit
bersaiang. Bunga pinjaman tersebut akan membebani ongkos kapital sehingga menaikkan biaya
produksi. Dan selanjutnya seperti yang telah disebutkan di atas yakni membuat biaya produksi
tinggi dan memaksa harga produk pun menjadi lebih mahal. Dengan demikian diperlukan
penurunan suku bunga pinjaman agar meringankan beban biaya produksi dan juga mendorong
pembukaan usaha-usaha baru agar terbuka kesempatan kerja yang lebih luas.
2. Memperbaiki infrastruktur
4. Pengembangan industri harus diarahkan pada basis kemampuan sumber daya manusia
termasuk penguasaan teknologi, inovasi dan kreativitas.
5. Ekspor bahan mentahseharusnya dibatasi.
Sebaliknya, ekspor barang-barang hasil pengolahan yang lebih memiliki nilai tambah harus
terus ditingkatkan selama telah memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebaliknya, impor barang-
barang yang bisa mengancam industri dalam negeri harus dibatasi. Impor seharusnya hanya
terbatas pada barang-barang yang bisa memperkuat industri di dalam negeri. Kewajiban negara
adalah memastikan tersedianya bahan baku, energi, modal dan pembinaan terhadap pelaku
ekonomi rakyatnya.Negara juga wajib mengatur ekspor dan impor barang sehingga betul-betul
bisa mendatangkan kemaslahatan bagi masyarakat.
Sering dijumpai bahwa suatu negara yang efisien dalam memproduksikan suatu barang, juga efisien
dalam memproduksikan barang-barang lain. Ini disebabkan, misalnya oleh penggunaan teknologi
dan mesin-mesin yang lebih efisien atau tenaga kerja yang trampil. Negara tersebut mempunyai
keunggulan mutlak dalam produksi semua barang. Dalam hal ini, menurut David Ricardo, yang
berlaku adalah teori keunggulan komparatif. Suatu negara hanya akan mengekspor barang yang
mempunyai keunggulan komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif rendah.
Factor penyebab meningkat atau menurunnya utang Luar negeri Indonesia secara umum yaitu:
1. Defisit Transaksi Berjalan (TB)
TB merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran yang diterima dari luar negeri dan jumlah
pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, menunjukkan operasi total perdagangan luar negeri,
neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran transfer. Transaksi
berjalan yang menurun tiap tahunnya, sebenarnya masih surplus, artinya seharusnya tidak perlu
melakukan pinjaman utang. Tetapi ada peramalan-peramalan yang mengatakan triwulan kedepan
defisit sehingga dibutuhkan utang pinjaman luar negeri, akhirnya indonesia kembali berhutang dan
semakin menambah hutang Indonesia terhadap luarg negeri. Dalam hal ini, peran pemerintah sangat
dibutuhkan sekali. Kebijaksanaa dalam menyelesaikan masalah juga sangat dibutuhkan. Dimana
pemerintah seharusnya memaksimalkan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia agar
menimimalisir import dari luar negeri dan juga mengurangi pinjaman laur negeri.
2. Meningkatnya kebutuhan investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka
waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Di samping
kelangkaan dana, meningkatnya utang LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga. Hal
yang paling tidak dapat dihindari disini adalah perbedaan tingkat suku bunga, hal ini sangat
berpengaruh sekali dimana rupiah sebagai mata uang Indonesia nilai mata uangnya jauh di banding
negara-negara asing. Sehingga cukup sulit untuk mengendalikan hutang luar negeri. Karena
meningkatnyasemakin meningkatnya investasi yang terjadi, hal itu yang mendorong Indonesia untuk
berhutang karena tingkat suku bunga yang berbeda tersebut.
3. Meningkatnya Inflasi
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Laju inflasi
mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan komponen suku bunga
nominal. Dengan rendahnya suku bunga maka minat orang untuk berinvestasi rendah, maka
pemerintah untuk memenuhi belanja negaranya melalui pinjaman luar negeri. Karena minat orang
Indonesia rendah pemerintah terpaksa melakukan utang luar negeri, kenaikan harga-harga barang
yang terus-menerus inilah yang menyebabkan orang enggan untuk berinvestasi.
4. Struktur perekonomian tidak efisien - dengan alat ukur ICOR
Incremental capital output ratio (ICOR) adalah rasio antara investasi di tahun yang lalu dengan
pertumbuhan output (PDRB). ICOR mencapai 4,9 (1984 – 2011) yang seharusnya antara 3 – 3.5. Jadi
ada pemborosan sekitar 30%, karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan
invetasi besar. Hal ini akan mendorong utang luar negeri.
Komponen Neraca Pembayaran
Berdasarkan neraca pembayaran kita dapat mengetahui bahwa neracadibagi ke dalam beberapa transa
ksi ekonomi internasional. Secara garis besartransaksi ekonomi internasional (luar negeri) atau pos-
pos dasar suatu negaradapat dibedakan sebagai berikut :
a. Transaksi Dagang (Trade Account)
Transaksi dagang adalah semua transaksi ekspor dan impor barang-barang (merchandise) dan jasa-
jasa. Transaksi dagang dibedakan menjaditransaksi barang (visible trade)
yang merupakan transaksi ekspor danimpor barang dagangan, dan transaksi jasa
(invisible trade)yangmerupakan transaksi eskpor dan impor jasa. Untuk transaksi ekspor dicatat
di sisi kredit, sedangkan transaksi impor dicatat di sisi debit.
b. Transaksi Pendapatan Modal (Income on Investment)
Transaksi pendapatan modal
adalah semua transaksi penerimaan atau pendapatan yang berasal dari penanaman modal di luar neger
i serta penerimaan pendapatan modal asing di negeri kita. Pendapatan tersebutdapat berupa bunga, div
iden, dan keuntungan lain. Penerimaan bunga dan 10
dividen merupakan transaksi kredit, sedangkan pembayaran bunga dan
dividen kepada penduduk negara asing merupakan transaksi debit.
c. Transaksi Unilateral (Unilateral Transaction)
Transaksi unilateral
adalah transaksi sepihak atau transaksi satu arah,artinya transaksi tersebut tidak menimbulka
kewajiban untuk membayaratas barang atau bantuan yang diberikan. Berikut ini yang tergolong dalam
transaksi unilateral adalah hadiah(gift), bantuan(aid), dan transferunilateral. Apabila suatu negara me
mberi hadiah atau bantuan ke negaralain, maka transaksi ini termasuk transaksi debit. Sebaliknya, jika
suatunegara menerima hadiah atau bantuan dari negara lain, termasuk dalamtransaksi kredit.
d. Transaksi Penanaman Modal Langsung(Direct Investment)
Transaksi penanaman modal langsung
adalah semua transaksi yang berhubungan dengan jual beli saham dan jual beli perusahaan yangdilaku
kan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain.Apabila terjadi pembelian saham atau p
erusahaan dari tangan penduduknegara lain, maka posvdirect investment
didebit, dan bila terjadi penjualansaham atau penduduk asing yang mendirikan perusahaan di wilayah
kekuasaannya, maka pos ini dikredit.
e. Transaksi Utang Piutang Jangka Panjang (Long Term Loan)
Transaksi utang piutang jangka panjang
adalah semua transaksi kredit jangka panjang yang pembayarannya lebih dari satu tahun. Sebagai cont
ohtransaksi penjualan obligasi kepada penduduk negara lain, menerima pembayaran kembali pinjama
n-pinjaman jangka panjang yangdipinjamkan kepada penduduk negara lain, atau mendapatkan pinjam
an jangka panjang dari negara lain, maka pos ini dicatat di sebelah kredit, dan bila terjadi transaksi pe
mbelian obligasi atau lainnya yang berkaitandengan utang piutang jangka panjang, maka pos ini dicat
at di sebelahdebit.
Mekanisme Neraca Pembayaran
Terdapat tiga mekanisme atau proses penting yang menyangkut neraca pembayaran, yaitu sebagai beri
kut :
1. Penyesuaian melalui perubahan harga-harga atau mekanisme harga(price effects).
2. Penyesuaian melalui perubahan pendapatan nasional atau mekanismependapatan
(income effects).
3. Penyesuaian melalui perubahan stok uang atau mekanisme moneter ( realbalance effects).
Defisit dan Surplus Neraca Pembayaran
Dalam neraca pembayaran terdapat kemungkinan terjadinya surplus dandefisit. Adapun defisit terjadi
apabila jumlah ekspor lebih kecil daripada impor,sedangkan apabila jumlah ekspor lebih besar daripad
a impor posisi neraca pembayaran menunjukkan surplus. Neraca pembayaran suatu negara juga dapat
dikatakan seimbang apabila stok nasional (cadangan devisa) tidak berubah dantidak ada aliran modal/
pinjaman akomodatif.Defisit atau surplus neraca pembayaran yang terjadi pada suatu negaradikarenak
an oleh komponen berikut:
a. Stok Nasional
Jika terjadi penurunan stok nasional berarti defisit, dan jika terjadi
kenaikan stok nasional berarti surplus.
b. Pinjaman Akomodatif
Pinjaman yang masuk karena berkaitan dengan adanya kelebihan impor berarti merupakan bagian dan
defisit, sedangkan pinjaman yang masukatas kemauannya sendiri (pinjaman otonom) tidak memengar
uhi defisit.
c. Defisit total adalah besarnya penurunan stok nasional ditambah pinjaman akomodatif.
d. Surplus total adalah besarnya kenaikan stok nasional ditambah pinjamanakomodatif.
Faktor faktor yang menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran
internasional antara lain sebagai berikut :
Perubahan tingkat harga di dalam negeri.
Struktur produksi suatu negara.
Perubahan posisi utang piutang dengan luar negeri.
Pergeseran permintaan luar negeri terhadap produk dalam negeri.
Ketidakstabilan perekonomian dalam negeri, ditandai dengan menurunnyakegiatan ekspor da
n meningkatnya impor.
DAFTAR PUSTAKA
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Yogjakarta: BPFE-Yogjkarta.