Anda di halaman 1dari 10

Nama : I GUSTI DIRGA YUSA

NIM : 171101157
Kelas : PAH / VI (enam) / B (siang)

TUGAS 1.
Diunduh pada : Rabu, 1 April 2020.
Waktu mengunduh : 14 : 51 wita.
Terbitan : Rabu, 1 April 2020, Pukul 11:13 wita.
Sumber : Tribun Bali.

Akses Panjer Denpasar Ditutup, Disebut Masuk Zona Merah


Penyebaran Virus Corona

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Warga Panjer, Denpasar Selatan selama


seminggu kedepan menutup akses masuk wilayahnya, Rabu (1/4/2020). Berdasarkan
informasi yang Tribun Bali terima, per tanggal 31 Maret 2020 sampai dengan tanggal 7 April
2020.
Dari pukul 19.00 - 24.00 wita, warga yang tidak tinggal di Panjer dilarang masuk hal
itu karena wilayah Panjer masuk dalam zona merah penyebaran Virus Corona.
Adapun bagi warga yang tidak berkepentingan diminta untuk tidak masuk ke wilayah
Panjer. Beberapa akses masuk ke wilayah Panjer juga rencana akan ditutup dalam waktu
tersebut.
Mengenai hal tersebut, Kapolsek Denpasar Selatan Kompol I Nyoman Wirajaya
membenarkan hal tersebut kepada Tribun Bali. Ia mengatakan untuk saat ini wilayah tersebut
akan diterapkan uji coba dalam menekan penyebaran virus Corona. "Iya, uji coba dalam
rangka menekan penyebaran virus Corona. Akses ditutup dari jam 7 malam sampai jam 12
malam. Pagi sampai sore normal," ujarnya, Rabu (1/4/2020) melalui sambungan telepon.
Dalam hal ini, pihaknya dari Polsek Denpasar Selatan bersama Pecalang Desa
setempat juga sudah bersiap untuk menjaga disana.Keamanan setiap akses akan dijaga
bersama Pecalang Desa setempat," tambah Kompol Nyoman Wirajaya.
Diantara akses yang ditutup seperti di Jalan Watu Renggong ke Timur ditutup dari
selatan SMAN 2 Denpasar, Jalan Tukad Yeh Aya ditutup di pertigaan hingga Jalan Tukad
Citarum.
Jalan Tukad Barito ditutup hingga ke barat di pertigaan Citarum, Jalan Tukad
Pakerisan juga ditutup dan dialihkan ke Jalan Tukad Petanu.
Kemudian Jalan Tukad Pancoran - Petanu ditutup. Kapolsek Denpasar Selatan pun
menghimbau agar masyarakat bisa mematahui aturan yang berlaku dan bisa mencari
alternatif jalan lainnya.
Sementara itu, Kasat Lantas Polresta Denpasar AKP Adi Sulistyo Utomo mengatakan
pihaknya sudah menerima laporan tersebut.
"Sudah dibenarkan Kapolsek Densel dan kita antisipasi juga terkait hal tersebut,"
ujarnya.
Dikonfirmasi Lurah Panjer, Made Suryanata, Rabu (1/4/2020) mengatakan isolasi wilayah ini
dilakukan dengan melakukan sinergi dengan desa adat.
“Kami punya SOP Satgas Covid Kelurahan Panjer dan melakukan sinergi dengan
desa adat. Kami baru tahu hari Minggu 29 Maret 2020 sekitar jam 2 baru tahu kalau di Panjer
ada satu positif corona,” katanya.
Walaupun pihaknya tahu ada satu warganya yang positif corona, namun pihaknya tak
tahu di wilayah mana. Sehingga pihaknya pun melakukan antisipasi dengan melakukan
penyemprotan disinfektan secara rutin di wilayahnya yang ditangani langsung oleh masing-
masing kepala lingkungan.
“Disinfektan itu rutin kami lakukan dengan ditangani kepala lingkungan langsung,”
katanya. Dan sejalan dengan Surat Edaran walikota tentang pembatasan jam operasional toko
dan warung yang harus tutup pukul 21.00 Wita, pihaknya pun menimpalinya dengan
melakukan penutupan arus lalulintas menuju ke Panjer.
Untuk penutupan arus ini baru dimulai sejak Selasa (31/3/2020) kemarin malam.
Kami barengi dengan penutupan selektif arus lalu-lintas di Kelurahan Panjer. Kami lakukan
selama empat hari ke depan sampai hari Sabtu,” katanya.
Setelah dilaksanakan selama 4 hari, pihaknya pun akan melakukan evaluasi. “Yang
kemarin uji coba kami tutup tiga akses jalan,” katanya. Adapun alasan penerapan isolasi
wilayah saat malam hari dikarenakan pihaknya tak mau meresahkan dan menghambat
aktivitas masyarakat di sing hari.
“Dalam artian kami tidak mau meresahkan masyarakat karena aktivitas masyarakat
sebagian besar di siang hari. Siang hari logikanya kan ada sinar, jadi penyebarannya minimal,
kalau malam hari itu kan banyak karena istirahat ada kumpul-kumpul itu yang kami jaga,”
katanya. Hingga saat ini, di Kelurahan Panjer tercatat ada 8 Orang Dalam Pengawasan
(ODP), 1 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan satu orang positif Covid-19.

Tanggapan Pembaca :
Berdasarkan informasi Yang saya pantau dan saya dapatkan dari media sosial seperti
Facebook dan instagram dari akun InfoDenpasar, Denpasar Now, dan Punapibali
bahwasannya memang benar untuk daerah Kelurahan Panjer-Denpasar selatan telah
melakukan penutupan sementara daerahnya oleh pecalang dan kelian dari desa adat Panjer
dengan dibantu oleh anggota Kapolsek Denpasar Selatan.
Dimana Hal ini sudah sudah mendapatkan koordinasi dari beberapa pihak yakni
terutama dari kepala kelurahan Panjer, dan Kapolsek Denpasar selatan. Pengisolasian
kelurahan panjer ini sudah sesuai dengan SOP SATGAS kelurahan panjer untuk pencegahan
penyebaran virus covid-19.
Penutupan daeran ini dioprasikan mulai pada tanggal 31 Maret 2020 sampai dengan
tanggal 7 April 2020, setelah 4 hari berjalan pihaknya akan melakukan evaluasi.
Penutupan ini dilaksanakan mulai pukul 19.00 wita – 24.00 wita. Sedangkan Dari
Pukul 00.00 samapi dengan pukul 18.59 masyarakat masih bisa melalui jalur yang ada di
kelurahan panjer dengan normal.
Alasan penutupan si daerah Panjer pada malam hari adalah agar tidak menghambat
aktivitas warga pada siang hari.
Diantara akses yang ditutup yaitu di Jalan Watu Renggong, Jalan Tukad Yeh Aya,
Jalan Tukad Citarum, Jalan Tukad Barito, dan Jalan Tukad Pancoran. Kapolsek Denpasar
Selatan pun menghimbau agar masyarakat bisa mematahui aturan yang berlaku dan bisa
mencari alternatif jalan lainnya.
Pengisolasian untuk kelurahan Panjer ini dilakukan untuk menyusul karena adanya
catatan kelurahan Panjer masuk kedalam zona merah karena tercatat adanya 8 orang dalam
pengawasan (ODP), dan satu pasien dalam pengawasan (PDP), dan satu orang telah
dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Walaupun pihak dari kelurahan panjer mengetahui bahwa ada warganya yang sudah
terinfeksi firus corona, akan tetapi, pihaknya belum tahu di daerah mana warganya tersebut.
Karena berita ini baru diterima pata tanggal 29 Maret 2020.
Maka dari itu Pihak dari kelurahan panjer dibantu petugas secara rutin melakukan
penyemprotan desinfektan di daerahnya demi mencegah penyebaran dari virus corona
didaerahnya.
Karenanya, Dihimbau bagi masyarakat agar tidak panik dan selalu tenang serta dapat
mematuhi Peraturan yang ada sehingga Pemerintah dapat secara maksimal mencegah
penyebaran covid-19 Khususnya didaerah Panjer-Denpasar Selatan.

Nama : I GUSTI DIRGA YUSA


NIM : 171101157
Kelas : PAH / VI (enam) / B (siang)

TUGAS 2.
Eksistensi Upacara Ngaben di Desa Rama Murti, Kec. Seputih Raman,
Kab. Lampung Tengah

Dalam ajaran agama hindu, kita mengenal adanya ajaran Panca Yadnya, yaitu lima
pengorbanan atau persembahan suci yang tulus iklas dengan tanpa mengharapkan imbalan.
Salah satu upacara yang termasuk dalam panca yadnya yaitu adalah upacara ngaben. Upacara
ngaben termasuk kedalam Pitra Yadnya yaitu Yadnya yang dipersembahkan kepada leluhur
karena adanya keterikatan manusia dengan Rna atau Hutang. Maka dari itu setiap ada
anggota keluarga yang meninggal maka umat hindu wajib melaksanakan upacara ngaben
sebagai sarana sujud bakti kepada ida sang hyang widhi wasa guna membayar hutang kepada
leluhur agar roh dari anggota keluarga yang meninggal dapat menemukan jalan yang lapang
dan agar bisa menyatu dengan sang pencipta.
Pada kali ini saya ingin membahas upacara ngaben yang terdapat di kampung Rama
Murti, Kec. Seputih Raman, Kab. Lampung Tengah. Di daerah ini masyarakat sangat
heterogen berbaur dengan berbagai macam suku dan agama, di kampung ini terdapat kira-
kira 50 kepala keluarga yang memeluk agama Hindu yang merupakan suku Bali tranmigrasi.
Dalam Pelaksanaan upacara Keagaman di kampung ini, Masyarakat sangat aktif dalam
melaksanakan ngayah, baik yang bersifat sakral, sampai yang bersifat seremonial, Yah
maklum saja, karena jumlah etnis kami yang sedikit mengharuskan untuk hidup menyama
braya yang kuat dengan saling asah, asih, dan asuh.
Umat Hindu sudah lumrah dengan adanya ajaran Tri rna atau tiga hutang budhi yang
dimiliki oleh umat Hindu, salah satunya adalah Pitra Rna yaitu adalah hutang budhi manusia
kepada leluhur, karena leluhur yang berjasa sebagai tonggak kawitan untuk meneruskan
keturunan sehingga kita bisa ada atau terlahir ke dunia. Jasa dari leluhur-pun tidak sampai
disitu, melaikan atas berkat beliaulah kita diasuh dan dibimbing sampai kita dewasa, maka
dari itulah leluhur sangatlah berjasa dalam kehidupan kita. Salah satu cara membayar
Hutang/Rna kepada leluhur adalah salah satunya dengan menggelar upacara ngaben. Upacara
ngaben ini digelar apabila ada Kakek, nenek, ayah, ibu, atau anggota keluarga lain-nya
meninggal dunia.
Upacara ngaben merupakan upacara kremasi atau pembakaran jenazah bagi umat
Hindu Bali. Upacara adat Ngaben merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk mengirim
jenazah pada kehidupan mendatang. Dalam upacara ini, jenazah diletakkan dengan posisi
seperti orang tidur. Keluarga yang ditinggalkan pun akan beranggapan bahwa orang yang
meninggal tersebut sedang tertidur. Dalam upacara ini, tidak boleh ada air mata karena
mereka menganggap bahwa upacara ngaben haruslah dilaksanakan dengan suka cita, karena
Upacara ngaben ini merupakan simbol untuk menyucikan roh orang yang telah meninggal,
sehingga roh orang yang telah meninggal dapat mencapai Moksha yaitu suatu keadaan
dimana jiwa telah bebas dari reinkarnasiatau kelahiran kembali.
Ngaben berasal dari bahasa bali , yaitu dari kata “Ngabuin” (menjadikan abu). Jadi
Upacara ngaben merupakan proses pengembalian unsur Panca Maha Butha kepada Sang
Pencipta. Dalam ajaran agama Hindu, jasad manusia terdiri dari badan halus yang disebut
dengan suksma sarira (roh atau atma) dan badan kasar atau yang biasa disebut raga sarira
(fisik). Badan kasar dibentuk oleh lima unsur yang dikenal dengan Panca Maha Bhuta ( lima
zat kasar dari alam ), yang terdiri dari pertiwi (tanah), teja (api), apah (air), bayu (angin), dan
akasa (ruang hampa). Dari kelima unsur ini menyatu membentuk fisik atau badan kasar
manusia dan kemudian digerakkan oleh atman sebagai nahkodanya. Jika seseorang
meninggal, maka yang mati hanyalah jasad atau badan-nya saja sedangkan rohnya dan
atmannya tidak. Oleh karena itu, untuk melepaskan belenggu roh dan atma yang masih terikat
dengan badan kasarnya, maka perlu dilakukan upacara ngaben untuk memisahkan keterikatan
roh dan atmanya dengan badan kasarnya.
Secara garis besarnya Ngaben adalah untuk memproses kembalinya Panca Mahabhuta
di alam besar ini dan mendampingi Atma (Roh) ke alam Pitra dengan memutuskan
keterikatannya dengan badan duniawi itu. Dengan memutuskan kecintaan Atma (Roh)
dengan dunianya, Ia bakal bisa kembali pada alamnya, yakni alam Pitra. Kemudian yang
menjadi tujuan upacara ngaben adalah supaya ragha sarira (badan / Tubuh) cepat bisa
kembali kepada asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta di alam ini dan Atma bisa selamat bisa
berangkat ke alam pitra.
Dalam upacara ngaben, pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit, akan tetapi umat
hindu di kampung Rama Murti, Kec. Seputih Raman, Kab. Lampung Tengah
menyelenggarakan upacara ngaben dengan tingkat madya atau menengah agar semua umat
dan semua kalangan bisa melaksanakan upacara ngaben tanpa harus terbebani dengan
masalah vinansial. Proses dari upacara ngaben disini pun bersifat ngelanus artinya ngaben
secara langsung atau upacara ngaben dilaksanakan hanya satu hari sehingga tidak
mebebankan waktu dari masyarakat. Penentuan padewasaan atau hari baik dalam upacara
ngaben di desa ini pun tidak ada karena bersifat insidental sehingga apabila ada warga yang
memiliki anggota keluarga yang meninggal, maka salah seorang kerabat nangkil kegriya
untuk memohon hari baik dalam mekakukan upacara ngaben. Hari baik yang bisanya
dicarikan dalam upacara ngaben disini adalah hari yang tidak terkena tri wara atau biasa yang
kita sebut “pasah”, kemudian hari dimana tidak bertemunya dengan rahinan seperti punama,
tilem, anggara kasih, budha keliwon, perwani dll.
Secara umum rangkaian pelaksanaan ritual upacara ngaben yang ada di kampung Rama Murti
ini adalah sebagai berikut :

a. Ngulapin. Upacara ngulapin dilaksanakan apabila seseorang yang meninggal di luar


rumah yang bersangkutan (umpama di Rumah Sakit, dll). Upacara ini dilaksanakan
agar sang atma tidak kecapatan atau bingung saat jasadnya dibawa pulang kerumah.
b. Nyiramin. Nyiramin adalah upacara memandikan jenazah, upacara ini biasa
dilaksanakan dihalaman rumah (natah). Pada prosesi ini juga disertai dengan
pemberian simbol-simbol kepada jenazah, seperti semacam bunga melati (pusuh
menuh) diletakkan dirongga hidung, belahan kaca diletakkan diatas mata, daun
intaran diletakkan di alis, pemberian waja diletakkan di gigi, emas mirah sebagai
mommon diletakkan dimulut dan perlengkapan lainnya dengan tujuan
mengembalikan kembali manfaat-manfaat dari tahap tubuh yang tak dipakai ke
asalnya, dan apabila roh mendiang mengalami reinkarnasi kembali supaya dianugrahi
badan yang lengkap (tidak cacat).
c. Pakiriman/Ngutang. Selesai upacara nyiramin langsung dilanjutkan dengan
pakiriminan ke kuburan atau setra setempat, jenazah beserta kajangnya kemudian
dinaikan ke atas Jempan/Wadah, yaitu menara pengusung jenazah (hal ini tidak wajib,
bisa diganti dengan keranda/Pepaga). Dari rumah yang bersangkutan keluarga dan
masyarakat mengusung semua perlengkapan upacara beserta jenazah diiringi oleh
suara Baleganjur (gong khas Bali). Di perjalan menuju kuburan atau setra jenazah ini
bakal diarak berputar 3x berlawanan arah jarum jam yang bermakna sebagai symbol
agar sang atma atau roh mendiang bingung dan tidak dapat lagi menemukan jalan
untuk pulang.
d. Ngeseng. Ngeseng adalah upacara pembakaran jenazah tersebut, jenazah dibaringkan
di tempat pembakaran, disertai sesaji dan banten dengan makna filosofis sendiri,
kemudian jenazah diperciki oleh pendeta yang memimpin upacara dengan Tirta
Pangentas yang bertindak sebagai api abstrak sebagai pembakar atau pengeseng dan
juga dipercikan tirta penembak atau tirta pemanah, dengan diiringi dengan Puja
Mantra dari pendeta. Penggunaan tirta penembak ini diambil dari filosifi gugurnya Rsi
Bisma dalam perang Berathayudha ditengah kuru setra. Dalam upacara ngaben juga
dilaksanakan upacara untuk memohon toya pemanah (TIRTA PEMANAH) yaitu
diambil dari filosofi Air minum yang diminta oleh Rsi Bisma diberikan oleh Arjuna
mempergunakan sebuah Kundi Manik sebagai simbol indriya untuk mengembalikan 
Panca Maha. Setelah selesai, barulah kemudian jenazah dibakar hingga hangus,
kemudian sisa-sisa dari tulang-tulang hasil pembakaran kemudian digilas dan
dirangkai lagi dalam buah kelapa gading yang telah dikeluarkan airnya.
e. Nganyud, Nganyud merupakan proses pengembalian unsur panca maha butha dalam
unsur apah atau zat cair. Upacara Ngayud bermakna untuk menghanyutkan segala
kekotoran yang tetap tertinggal dalam roh mendiang dengan simbolisasi berupa
menghanyutkan abu jenazah. Upacara ini biasanya dilaksakan di laut, ataupun
disungai.

f. Mepegat, Setelah selesai upacara pengiriman di setra, keluarga akan kembali ke


rumah untuk melaksanakan upacara mepegat. Mepegat berasal dari kata pegat, yang
artinya putus, makna upacara ini adalah untuk memutuskan hubungan duniawi dan
cinta dari keluarga mendiang dengan sang mendiang, sebab kedua faktor tersebut
bakal menghalangi perjalan sang roh menuju Tuhan. Dengan upacara ini pihak
keluarga berarti telah dengan cara ikhlas melepas kepergian mendiang ke tempat yang
lebih baik. Sarana dari upacara ini adalah sesaji (banten) yang disusun pada suatu
lesung batu dan diatasnya diisi dua cabang pohon dadap yang dibentuk semacam
gawang dan dibentangkan benang putih pada kedua cabang pohon tersebut. Upacara
mepegat ini tak sama, dengan daerah yang lain, karena sesuai dengan tata tutorial dan
tradisi setempat, ada yang melaksanakan upacara mepegat sebelum berangkat ke setre
(pekiriman), dan ada juga yang melaksakan setelah upacara ngeseng dan nganyud.
Namun pada masyarakat hindu di kampung Rama Murti melaksanakan upacara
mepegat setelah upacara ngeseng (pekiriman) dan upacara nganyud. Pelaksanaan
upacara mepegat ini berbeda-beda pelaksanaan nya namun pada hakikatnya adalah
sama
g. Ngeroras, Ngeroras biasanya dilaksanakan 12 hari seusai upacara pembakaran
jenazah. Akan tetapi umat hindu di kampung Rama murti langsung menggelar
upacara ngeroras setelah upacara mepegat, karena dari sistem ngaben ngelanus.
Makna upacara Ngeroras ini adalah membersihkan dan menyucikan kembali
lingkungan keluarga dampak kekecewaan yang melanda keluarga yang ditinggalkan.
Filosofis 12 hari kekecewaan ini diambil dari Wiracarita Mahabharata, saat Sang
Pandawa mengalami masa hukuman 12 tahun di tengah hutan.

f. Ngelinggihan, Setelah upacara ngeroras maka akan dilanjutkan dengan upacara


ngelinggihan. Makna dari upacara ngelinggihan ini adalah untuk menstanakan
sang pitra agar dapat bersatu dengan sang pencipta, sehingga sang pitra akan
memperoleh kesempurnaan dengan bersatu kepada brahman (moksa).

Demikianlah rangkaian upacara ngaben yang ada di desa Rama Murti, Kec. Seputih Raman,
kab. Lampung tengah, dimana masyarakat Hindu Bali ditengah kebudayan yang beragam,
umat hindu di Lampung tetap bisa melaksanakan upacara yadnya. Semoga dengan hal ini
dapat meningkatkan rasa sradha dan bakti umat kepada Ida Sang hyang Widhi dan leluhur
serta meningkatkan rasa solidaritas antar sesama Pasemetonan warga Hindu Bali di
perantauan.

Anda mungkin juga menyukai