Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN CHAPTER 16

COMPLETING THE TESTS IN THE SALES AND COLLECTION CYCLE: ACCOUNT RECEIVABLE
Oleh: WISNU WIJAYANDARU (1911070256 – S1 Akuntansi Kelas Karyawan)

METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN ATAS RINCIAN SALDO BAGI


PIUTANG USAHA
Bukti yang tepat akan diperoleh dari pengujian atas rincian saldo berdasarkan tujuan per tujuan.
Auditor harus mempertimbangkan hasil pengujian substantive atas penjualan dan penerimaan kas.
Dalam merancang pengujian auditor harus memenuhi masing-masing dari delapan tujuan audit.
Jika diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal tersebut disebut sebagai tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo piutang usaha sebagai berikut:
1. Piutang usaha dalam neraca saldo harus sama dengan jumlah file induk terkait serta sama
dengan buku besar umum (detail tie-in);
2. Piutang usaha yang dicatat ada (keberadaan);
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (kelengkapan);
4. Piutang usaha sudah akurat (keakuratan);
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi);
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (pisah batas);
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (nilai realisasi);
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (hak).
Kolom dalam kertas kerja perencanaan harus mencantumkan tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo. Auditor menggunakan faktor-faktor tersebut untuk menilai risiko deteksi yang direncanakan
bagi piutang usaha menurut tujuannya.

TAHAP I: MENGIDENTIFIKASI RISIKO BISNIS KLIEN YANG MEMPENGARUHI


PIUTANG USAHA
Pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan
manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan, yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Maka, auditor harus melaksanakan
prosedur analitis untuk menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang usaha. Ketika
mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam piutang usaha, auditor
mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang usaha.

TAHAP I: MENETAPKAN SALAH SAJI YANG DAPAT DITOLERANSI DAN MENILAI


RISIKO INHEREN
Auditor harus memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan
secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap
akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus piutang usaha merupakan
salah satu akun yang paling material, bahkan untuk saldo piutang yang paling kecil sekalipun,
transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan yang mempengaruhi saldo piutang usaha hampir
pasti sangat signifikan. Auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu
menyangkut pengakuan pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian risiko inheren oleh
auditor untuk tujuan-tujuan berikut: keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah
batas retur dan pengurangan penjualan.

TAHAP I: MENILAI RISIKO PENGENDALIAN UNTUK SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha setidaknya harus
cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan
hubungan baik dengan pelanggan. Auditor harus memperhatikan tiga aspek pengendalian internal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan;
2. Pengendalian terhadap pisah batas;
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piuang tak tertagih.
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko deteksi yang
direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo.

TAHAP II: MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PENGUJIAN PENGENDALIAN


DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian untuk
penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Auditor menggunakan hasil pengujian untuk
menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.

TAHAP III: MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS


Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan, ketika melaksanakan
pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian audit. Auditor melaksanakan
prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang
usaha. Hal ini dikarenakan hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca. Jika
auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan
dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.
Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi yang tidak
biasa, auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen.

TAHAP III: MERANCANG DAN MELAKSANAKAN PENGUJIAN ATAS RINCIAN


SALDO PIUTANG USAHA
Pengujian rincian saldo yang tepat tercantum pada kertas kerja perencanaan. Risiko deteksi
ditunjukkkan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan keputusan subjektif auditor
setelah mngkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai setiap faktor yang tercantum. Tugas
menghubungkan faktor yang direncanakan sangatlah kompleks karena pengukuran faktor bersifat
tidak jelas. Bukti audit yang direncanakan adalah kebalikan dari risiko deteksi yang direncanakan.
Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan tertentu adalah tinggi, sedang, rendah,
kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai, ukuran sampel, item yang dipilih,
dan penetapan waktu.

KONFIRMASI PIUTANG USAHA


Tujuannya adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas. Tiga
pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi:
1. Piutang usaha tidak material. Hal ini sudah umum bagi perusahaan tertentu seperti toko
diskon yang terutama melakukan penjualan secara tunai atau dengan kartu kredit;
2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat responsnya
kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan;
3. Gabungan tingkat risiko inheren dan resiko pengendalian rendah dan bukti substantif lainnya
dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi.
Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi yang
akan digunakan, yaitu:
1. Konfirmasi positif, adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk
mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi
itu benar atau salah.
2. Formulir konfirmasi yang kosong adalah jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan
jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi
informasi lainnya.
3. Konfirmasi faktur adalah jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan
dikonfirmasi,dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.
4. Konfirmasi negatif juga ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika
debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.

UKURAN SAMPEL
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha berada
dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal berikut:
1. Salah saji yang ditoleransi;
2. Risiko inheren (ukuran relatif total piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelumnya, dan
salah saji yang diterapkan);
3. Risiko pengendalian;
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya (luas dan hasil pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian yang terinci lainnya);
5. Jenis konfirmasi negatif (biasanya memerlukan sampel).
Pemilihan item untuk pengujian akan diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada sebagian besar
konfirmasi. Dalam suatu pendekatan umum stratifikasi untuk memilih saldo yang akan
dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik nilai setiap piutang maupun lamanya piutang yang
beredar.

Anda mungkin juga menyukai