Anda di halaman 1dari 2

NAMA : AMIRUDIN PRODI : HESY SEMESTER : 4A

AL-MUZARA’AH
1. Pengertian Muzara’ah
Secara etimologi (bahasa), muzara’ah berarti kerja sama di bidang pertanian antara pihak pemilik
tanah dan petani penggarap.Sedangkan secara terminologi (istilah), muzara’ah menurut Hanafiyah,
muzara’ah adalah Akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar dari bumi.
2. Dasar Hukum Muzara’ah
1. Dalam Al-Qur’an 2. Dalam Hadits
a. Q.S. Al-Zukhruf Ayat 32 “Barangsiapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia
b. Q.S. Al-Waqi’ah Ayat 63-64 menanaminya atau hendaklah ia menyuruh saudaranya
c. Q.S. Al-Muzammil Ayat 20 untuk menanaminya.” (HR. Bukhari)
3. Rukun Muzara’ah
1. Pemilik tanah.
2. Petani penggarap.
3. Objek al-muzara’ah, yaitu antara manfaat tanah dan hasil kerja petani.
4. Ijab dan kabul.
4. Syarat-Syarat Muzara’ah:
1. Syarat yang bertalian dengan ‘aqidain, yaitu harus berakal.
2. Syarat yang berkaitan dengan tanaman.
3. Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil dari tanaman.
4. Hal yang berhubungan dengan tanah akan ditanami.
5. Hal yang berkaitan dengan waktu.
6. Hal yang berkaitan dengan alat-alat muzara’ah.
5. Hal-Hal yang Membatalkan Muzara’ah
1. Habis Masa Muzara’ah
2. Salah Seorang yang Berakad Meninggal Dunia
3. Adanya Uzur
4. Pekerja Melarikan Diri
5. Pekerja Tidak Mampu Bekerja
6. Hikmah Muzara’ah
1. Menghindari praktik-praktik pemerasan/penipuan dari pemilik kebun.
2. Tidak adanya kemubadziran.
3. Menimbulkan rasa keadilan dan keseimbangan.
4. Saling tolong-menolong (ta’awun).
NAMA : AMIRUDIN PRODI : HESY SEMESTER : 4A
AL- MUSAQAH
A. Pengertian Musaqah

Musāqāh merupakan sebuah bentuk kerjasama petani pemilik kebun dengan petani penggarap,
kemudian segala sesuatu yang dihasilkan merupakan hak bersama antara pemilik dan penggarap sesuai
dengan kesepakatan yang mereka buat.

B. Hukum dan dasar hukum musāqāh

Menurut Imam Abu Hanifah dan Zufar ibn Huzail akad al-musāqāh adalah tidak sah, Akan tetapi
menurut kebanyakan ulama, hukum musāqāh itu boleh atau mubah.

C. Rukun dan syarat-syarat musāqāh


Menurut Ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah harus memenuhi lima rukun, yaitu Sighāt
(ungkapan) ijāb dan qābūl, Dua orang/pihak yang melakukan transaksi, Tanah yang dijadikan objek
musāqāh, Jenis usaha yang akan dilakukan petani penggarap dan Ketentuan mengenai pembagian hasil
musāqāh. Adapun syarat-syaratnya adalah Kedua belah pihak yang bertransaksi harus orang yang cakap
bertindak hukum, yakni dewasa dan berakal dan Objek musāqāh.

D. Macam-macam Musaqah
1) Musāqāh yang bertitik pada manfaatnya
2) Musāqāh yang bertitik tolak pada asalnya

E. Hukum-hukum yang terkait dengan Musāqāh


Hukum-hukum yang terkait dengan akad musāqāh yang şāhih adalah Akad musāqāh yang telah
disepakati mengikat kedua belah pihak, sehingga tidak boleh membatalkan akad itu, kecuali ada uzur
(halangan). Petani penggarap tidak boleh melakukan akad musāqāh lain dengan pihak ketiga, kecuali atas
keizinan dari pemilik perkebunan (pihak pertama). Adapun akad musāqāh yang bersifat fāsid apabila
Seluruh hasil panen disyaratkan menjadi milik salah satu pihak yang berakad, dan mensyaratkan jumlah
tertentu dari hasil panen bagi salah satu pihak.

F. Berakhirnya akad musāqāh


Tenggang waktu yang disepakati dalam akad telah habis, Salah satu pihak meninggal dunia daan uzur yang
membuat salah satu pihak tidak boleh melanjutkan akad.

Anda mungkin juga menyukai