Anda di halaman 1dari 6

Bab 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila kita ingin memperbandingkan tekanan penduduk di dua negara,


tidaklah dapat hanya memperbandingkan jumlah mutlak (absolut) penduduk dari
kedua negara tersebut. Misalnya, pada tahun 1980 penduduk DKI Jakarta
berjumlah 5.503.449 orang, sedangkan provinsi Jawa Barat pada tahun yang
sama berpenduduk 27.453.525 jiwa. Kalau hanya memperhatikan angka mutlak
saja didapat kesan bahwa provinsi Jawa Barat mempunyai tekanan penduduk
yang lebih tinggi dibandingkan dengan DKI Jakarta, tetapi keadaan yang
sebenarnya adalah berbalikan. Luas antara dua provinsi di atas sangat berbeda.
DKI Jakarta luasnya 590 km², sedangkan Jawa Barat luasnya 46.300 km². Jadi
kepadatan penduduk per km² untuk DKI Jakarta 11.023 orang sedangkan provinsi
Jawa Barat 593 orang (Biro Pusat Statistik, 1982, 15-16).

Memperhatikan contoh di atas, dapatlah disimpulkan bahwa untuk keperluan


perbandingan diperlukan angka relatif, misalnya memperbandingkan peristiwa-
peristiwa demografis (kelahiran, kematian, mobilitas penduduk, perkawinan) dari
daerah-daerah dengan jumlah penduduk berbeda-beda.

Beberapa peristiwa demografis dapat diukur dengan berbagai cara, di


antaranya: rasio, proporsi, dan tingkat (rates). Di dalam mengukur peristiwa-
peristiwa demografis tersebut, perlulah diketahui dengan pasti:
1. Pada periode waktu mana peristiwa itu terjadi.

2. Kelompok penduduk mana yang mengalami peristiwa tersebut.

3. Peristiwa apa yang diukur.

Perbedaan-perbedaan dari ketiga faktor di atas berpengaruh kepada


pemilihan macam pengukuran yang dipergunakan.

B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui cara menghitung Rasio
2. Untuk mengetahui cara menghitung Proporsi
3. Untuk mengetahui cara menghitung Rates (tingkat)
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah tentang beberapa ukuran dasar teknik analisa
demografi ini adalah untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan beberapa
ukuran dasar teknik analisa demografi sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknik Demografi.
Bab 2
PEMBAHASAN

1.1 RASIO DAN PROPORSI

1. Rasio
Rasio adalah bilangan yang menyatakan nilai relati f antara dua
bilangan. R a s i o j u g a b i s a d i a r ti k a n s e b a g a i p e r b a n d i n g a n a n t a r a
d u a b i l a n g a n y a n g ti d a k s a l i n g tergantung yang digunakan untuk
menyatakan besarnya suatu kejadian. Artinya, rasio menyatakan suatu jumlah dalam
suatu perbandingan terhadap jumlahyang lainnya. besarnya rasio ini dapat
dinyatakan dalam bentuk persepuluh, perseratus, atau perseribu.
Sebagai contoh, rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dan penduduk perempuan yang berada di suatu wilayah pada
suatu waktu tertentu.

2. Proporsi
Proporsi adalah bilangan yang menyatakan nilai relatif hasil perbandingan dari
dua bilangan (pembilang dan penyebut), dengan pembilang merupakan bagian dari
penyebut........... Biasanya dinyatakan dalam per seratus (persen) atau per seribu.

3. Penerapan dalam soal


Kelas IA, SMP 1 Negeri Denpasar mempunyai 20 orang murid, yang terdiri
dari 12 orang murid laki-laki, dan 8 orang murid perempuan. Perbandingan jenis
kelamin (sex ratio) murid laki-laki terhadap murid perempuan adalah:

12
=1,5
8

atau 1,5 murid laki-laki dibanding dengan seorang murid perempuan. Agar
tidak terjadi pecahan desimal, angka ini dapat dikalikan dengan 100, sehingga
dapat dikatakan bahwa kelas tersebut mempunyai perbandingan jenis kelamin
150 laki-laki dibanding dengan 100 perempuan.

Kalau jumlah murid laki-laki kita nyatakan simbul a, dan jumlah murid perempuan
dengan simbul b, maka perbandingan jenis kelamin dapat ditulis dengan rumus:

a
Rasio Jenis Kelamin = × 100
b
Apabila jumlah murid laki-laki dibagi oleh seluruh murid di kelas tersebut,

maka hasilnya adalah proporsi murid laki-laki di kelas tersebut. Dari contoh di atas

didapat bahwa proporsi murid laki-laki pada kelas tersebut adalah:

12
=0,6
20

Ini berarti bahwa murid laki-laki jumlahnya 0,6 dari seluruh murid di kelas

tersebut. Apabila pecahan desimal itu dihilangkan dengan mengalikannya dengan

bilangan 100, maka proporsi tersebut menjadi persentase. Dalam contoh di atas

dapat dikatakan bahwa 60 persen dari seluruh murid di kelas tersebut adalah laki-

laki, atau dengan rumus ditulis:

a
Persentase murid laki-laki = ×100
a+b

Banyak perhitungan-perhitungan rasio dan proporsi yang dipergunakan

dalam pengukuran-pengukuran demografi. Sebagai contoh perhitungan rasio

yang terdapat dalam Tabel 5.1. Dalam masing-masing rasio tersebut perlu

disebutkan dengan jelas peristiwa-peristiwa demografis yang mau dihitung atau

diukur, karena rasio jenis kelamin (sex ratio), ini dapat berarti bermacam-macam:

1. Perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan di Indonesia.

2. Perbandingan jumlah anak-anak laki-laki umur 0-4 tahun dengan jumlah

anak-anak perempuan dalam kelompok umur yang sama.

3. Perbandingan jenis kelamin kelahiran bayi laki-laki dengan bayi perempuan.

Beberapa Contoh Rasio Jenis Kelamin Yang Digunakan Dalam Demografi


Rasio Rumus Definisi
Rasio Beban PO-14  P65  k Jumlah penduduk di bawah
Tanggungan umur 15 tahun dan di atas 65
P15 - 64
tahun
–––––––––––––––––––––––– x
100
Jumlah penduduk umur 15 – 64
tahun
Rasio Jenis
Kelamin mi k Jumlah laki-laki dalam kelompok
umur i
fi
–––––––––––––––––––––––– x
100
Jumlah perempuan dalam
kelompok umur i
Kepadatan
Penduduk Pi Jumlah penduduk wilayah i
–––––––––––––––––––––––– x
ai
100
Jumlah luas dalam km² (mil²)
wilayah i
Rasio Anak-
anak dan PO- 4 Jumlah anak-anak yang
Wanita berumur dibawah 5 tahun
Pf 15 - 49
–––––––––––––––––––––––– x
100
Jumlah wanita berumur 15 – 49
tahun
Sumber: Palmore (1971:2)

1.2 TINGKAT (RATES)

Pada umumnya rasio dan proporsi digunakan untuk menganalisa komposisi

demografis dari ikpk penduduk, sedangkan tingkat (rates) digunakan untuk

menganalisa peristiwa-peristiwa demografis dalam jenjang waktu tertentu

(Palmore, 1971:3).
2
Secara umum, tingkat (rates) tersebut didefinisikan sebagai berikut:

Tingkat peristiwa demografis tertentu =

jumlah peristiwa yg terjadi


dalam jenjang waktu tertentu
×100
jumlah kelompok pendu duk yang mempunyai resiko
( population exposed torisk ) dalam
peristiwa tersebut dalan jenjang waktu yang sama

Yang perlu diperhatikan di sini ialah penduduk yang mempunyai resiko

(exposed to risk) dalam peristiwa tersebut yang digunakan sebagai pembagi di

atas. Sebagai misal, kita menghitung tingkat kematian (mortality) untuk periode

satu tahun. semua penduduk yang hidup dalam seluruh tahun tersebut
mempunyai resiko meninggal. Kelompok penduduk ini digunakan sebagai

pembagi dalam perhitungan tingkat mortalitas di atas. Bagi penduduk yang

meninggal sebelum akhir tahun, tidak mempunyai resiko kematian untuk seluruh

tahun, begitu juga bayi-bayi yang lahir pada pertengahan tahun atau sebelumnya.

Bagi penduduk yang pindah ke wilayah tersebut beberapa tahun sebelum akhir

tahun, tidak mempunyai resiko kematian untuk seluruh tahun.

Anda mungkin juga menyukai