Anda di halaman 1dari 8

BPUPKI dan PPKI ; Pengertian, Sejarah, Tujuan

Sejarah BPUPKI

A. PENGERTIAN BPUPKI

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah sebuah


badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal 1 Maret 1945 dengan tujuan untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya, hal ini tidak lain merupakan usaha Jepang
untuk mendapatkan hati rakyat Indonesia.

BPUPKI beranggotakan sebanyak 62 orang, dengan dipimpin oleh seorang ketua yaitu Radjiman
Widoyoningrat dengan dibantu oleh dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (orang Jepang)
dan Raden Pandji Soeroso.

BPUPKI dan PPKI

BPUPKI DAN PPKI

B. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA BPUPKI

Berawal tidak mampunya Jepang dalam menghadapi perang Asia Timur Raya membuat
kekalahan Jepang semakin tampak. Pada tanggal 7 September 1944, Jenderal Kuniaki Koiso,
seorang Perdana Menteri Jepang mengumumkan bahwa Indonesia akan dimerdekakan setelah
Jepang menang dalam perang Asia Timur Raya tersebut. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Maret
1945, pimpinan pemerintah kedudukan militer Jepang di Jawa, Jenderal Kumakichi Harada
mengumukan dibentuknya suatu badan khusus dengan tujuan untuk mempersiapkan hal-hal yang
dianggap perlu untuk kemerdekaan Indonesia. Badan khusus ini dinamakan dengan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa
Jepang disebut dengan Dokuritsu Junbii Chosakai.

BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945 bertepatan pada hari ulang tahun
Kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. BPUPKI diketuai oleh Dr.Radjiman Widoyoningrat dengan
dibantu oleh dua ketua, yaitu Ichibangase Yosio dari pihak Jepang, dan Raden Oandji Soeroso
dari pihak pribumi. Raden Pandji Soeroso juga ditunjuk menjadi kepala kantor tata usaha
BPUPKI dengan dibantu oleh wakilnya yaitu Masuda Toyohiko dan Abdoel Ghaffar
Pringgodigdo. BPUPKI beranggotakan 69 orang, dengan rincian 62 orang adalah anggota aktif
(terdiri dari tokoh-tokoh pergerakan nasional yang memiliki hak suara), dan 7 orang anggota
istimewa/pasif, yang terdiri dari tokoh-tokoh pihak Jepang (anggota istomewa tidak memiliki
hak suara) dan berfungsi sebagai pengamat pada sidang-sidang BPUPKI.

C. SIDANG-SIDANG BPUPKI

1. Sidang Pertama

Mulai tanggal 28 Mei 1945, BPUPKI mengadakan acara pelantikan sekaligus pembukaan masa
sidangnya yang pertama di gedung Chuo Sangi In (gedung Volksraad saat masa Belanda).
Sidang resminya baru dimulai keesokan harinya pada tanggal 29 Mei 1945 dengan agenda yaitu:

 Membahas bentuk negara Indonesia merdeka


 Membahas filsafat negara Indonesia merdeka
 Merumuskan dasar negara Indonesia

Sidang ini awalnya diikuti oleh seluruh anggota BPUPKI ditambah dengan dua orang pihak
Jepang, yaitu Panglima tentara Wilayah 7, Jenderal Izagaki, dan Panglima Tentara Wilayah 16,
jenderal Yuichiro Nagano. Namun, di hari selanjutnya, sidang BPUPKI hanya dihadiri oleh
anggota BPUPKI aktif saja.

Agenda sidang yang pertama ialah merumuskan bentuk negara Indonesia merdeka.
Akhirnya disepakati bahwa bentuk negara Indonesia merdeka ialah negara kesatuan berbentuk
republik (NKRI). Kemudian, agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi negara
Indonesia. Namun, sebelum menentukan konstitusi, maka terlebih dahulu harus ditentukan dasar
negara, yang dengan dasar tersebutlah dapat menjiwai konstitusi nantinya.

Guna mendapatkan dasar negara yang benar-benar sesuai dengan falsafah hidup bangsa
Indonesia, maka didengarkanlah pidato dari 3 orang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia,
yaitu :

- Pada tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin berpidato mengenai usulan dasar negara
Indonesia yang terdiri dari 5 poin, yaitu peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri
ketuhanan, peri kerakyatan, dan peri kesejahteraan rakyat.
- Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945, berpidato mengenai usulan 5 dasar negara Indonesia
merdeka yang dinamakan dengan Dasar Negara Indonesia Merdeka. Adapun ke-5 usulan
tersebut ialah persatuan, kekeluargaan, mufakat dan demokrasi, musyawarah, dan
keadilan sosial.
- Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 berpidato dengan mengusulkan juga 5 poin dasar
negara Indonesia yang dinamakan dengan Pancasila. Yaitu kebangsaan Indonesia,
internasionalisme dan peri kemanusiaan, mufakat dan demokrasi, kesejahteraan sosial,
dan ketuhanan yang maha esa.

Gagasan Soekarno mengenai 5 poin dasar negara Indonesia menurutnya dapat diperas lagi
menjadi 3 poin (trisula), yaitu sosionasionalisme, sosiodemokrasi, dan ketuahanan yang
berkebudayaan. Lebih lanjut, Soekarno mengatakan bahwa jika ingin diperas lagi, maka dapat
dibuat menjadi 1 poin saja (ekasila), yaitu gotong royong. Gagasan Soekarno ini sebenarnya
menunjukkan bahwasanya rumusan dasar negara yang dikemukakannya berada dalam satu
kesatuan.

Pidato dari Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan pertama BPUPKI.
Setelah itu, BPUPKI mengumumkan masa reses/istirahatnya selama sebulan lebih. Namun,
sebelum berakhir, sidang pertama ini membentuk sebuah panitia kecil yang bernama Panitia
Sembilan yang beranggotakan 9 orang dengan diketuai oleh Soekarno dengan tugas untuk
membahas dan mengolah ketiga usulan yang telah dikemukakan sebelumnya oleh anggota
BPUPKI. Sidang pertama selesai pada tanggal 1 Juni 1945.

2. Masa Reses

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, sidang pertama BPUPKI membentuk panitia Sembilan
dengan tugas untuk membahas usulan-usulan dasar negara yang telah dikemukakan sebelumnya
saat sidang. Adapun ke-sembilan anggota Panitia Sembilan tersebut ialah :

Para anggota ini diwakili oleh 4 orang golongan Nasionalis, 4 orang golongan Islam, dan 1 orang
golongan Kristen. Pada tanggal 22 Juni 1945, para panitia Sembilan kembali melakukan
pertemuan dan akhirnya menghasilkan suatu rumusan dasar negara Republik Indonesia yang
dinamakan dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter/Gentlement Aggrement). Kemudian,
Soekarno selaku ketua melaporkan hasil pertemuan panitia Sembilan kepada BPUPKI, dengan
isi :

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi para pemeluknya

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rancangan Panitia Sembilan ini diterima oleh BPUPKI dan kemudian akan dirampungkan pada
sidang kedua nantinya. Selain melaksanakan sidang resmi pada masa reses, Panitia Sembilan
juga mengadakan sidang tak resmi yang dihadiri oleh 38 orang anggota BPUPKI dengan agenda
untuk membicarakan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sidang tak
resmi ini dipimpin langsung oleh Ir. Soekarno. Agenda sidang tak resmi ini kemudian
dilanjutkan kembali pada sidang kedua BPUPKI.

3. Sidang Kedua

Sidang kedua BPUPKI mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 1945. Agenda sidang kedua ini
ialah untuk membahas luas wilayah NKRI, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-
Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran.
Untuk mengefektifkan waktu, maka BPUPKI membentuk panitia-panitia kecil untuk membahas
masing-masing agenda, panitia itu terdiri atas panitia perancang Undang-Undang Dasar yang
diketuai oleh Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Raden Abikusno
Tjokroesoejoso, dan panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Mohammad Hatta.
Pada tanggal 14 Juli 1945, forum BPUPKI mulai mendengarkan presentasi dari masing-masing
panitia kecil dalam sidang rapat pleno BPUPKI. Ir. Soekarno sebagai ketua panitia perancang
Undang-Undang Dasar memberikan laporan yang di dalamnya tercantum sebagai berikut :

Pernyataan tentang Indonesia merdeka

Pembukaan Undang-Undang Dasar

Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan dengan Undang-Undang Dasar
1945, yang isinya adalah :

Wilayah NKRI meliputi bekas wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya,
Borneo Utara (sekarang adalah Sabah dan Serawak, serta wilayah Brunei Darussalam), Papua,
Timor-Portugis, dan pulau-pulau di sekitarnya

Bentuk negara Indonesia adalah Kesatuan

Bentuk pemerintahan adalah Republik

Bendera nasional adalah Sang Saka Merah Putih

Bahasa nasional adalah Bahasa Indonesia

Pada tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI menuntaskan sidang keduanya dengan menghasilkan hasil-
hasil daripada agenda sidang yang telah disebutkan di atas. Lalu, pada tanggal 7 Agustus 1945,
BPUPKI akhirnya dibubarkan karena dianggap telah menyelesaikan tugas-tugas yang telah
dibebankan dengan baik.

PPKI

A. PENGERTIAN PPKI

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang disebut dengan
Dokuritsu Junbi Inkai adalah suatu badan yang dibentuk dengan tujuan untuk melanjutkan tugas-
tugas dari BPUPKI dalam mempersiapkan negara Indonesia merdeka. PPKI dibentuk pada
tanggal 7 Agustus 1945 dengan diketuai oleh Ir.Soekarno.
PPKI beranggotakan sebanyak 21 orang yang terdiri atas tokoh-tokoh pergerakan nasional dari
berbagai etnis. 21 orang tersebut terdiri atas 12 orang asal Jawa, 3 orang asal Sumatera, 2 orang
asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal
Maluku, dan 1 orang etnis Tionghoa. Mohammad Hatta menjadi wakil ketua membantu
Ir.Soekarno sebagai ketua. Dalam perjalanannya, anggota PPKI ditambah lagi sebanyak 6 orang,
yaitu Ki Hajar Dewantara, Wiranatakoesoma, Kasman Singodimedjo, Sayuti Melik, Iwa
Koesoemasoemantri, Raden Ahmad Soebardjo.

BPUPKI dan PPKI

BPUPKI DAN PPKI

PPKI dilantik pada tanggal 9 Agustus 1945 oleh Jenderal Terauchi di sebuah kota yang bernama
Ho Chi Minh atau Saigon yang terletak di dekat sungai Mekong.

B. TUGAS-TUGAS PPKI

Tugas PPKI meliputi :

Meresmikan pembukaan (preambule) serta batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945

Melanjutkan hasil kerja BPUPKI

Mempersiapkan pemindahan kekuasaan dari pemerintah Jepang kepada bangsa Indonesia

Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan ketatanegaraan Indonesia

Keinginan rakyat Indonesia untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia saat it


uterus memuncak. Puncaknya, golongan muda yang tidak percaya akan badan PPKI ini berusaha
menekan golongan tua untuk segera melaksanakan kemerdekaan tanpa menunggu hasil sidang
PPKI, karena PPKI tidak lain hanyalah pemberian pemerintah militer Jepang.

Jenderal Teruauci kemudian mengumumkan keputusan pemerintah kedudukan militer Jepang


bahwasanya kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh
persiapan kemerdekaan Indonesia diatur seluruhnya oleh PPKI. Dalam keadaan demikian, maka
desakan-desakan untuk segera memproklamirkan kemerdekaan semakin memanas.

Rencana awal PPKI untuk melaksanakan sidang pada tanggal 16 Agustus 1945 terpaksa ditunda
dikarenakan terjadinya peristiwa Rengasdengklok, dimana terjadi penculikan kaum tua oleh
kaum muda untuk mendesak Soekarno agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia
tanpa embel-embel PPKI. Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan kesepakatan dari
kedua belah pihak, baik golongan tua dan golongan muda, maka diproklamirkan kemerdekaan
Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, selama kurang lebih 15 menit, terjadi lobi-lobi politik yang
awalnya bersumber dari kaum agamis dari kalangan Non-Muslim untuk menghapuskan “tujuh
kata” dalam Piagam Jakarta. Lobi ini kemudian didukung oleh kaum agamis yang menganut
paham kebatinan dan oleh kaum nasionalis. Akhirnya kaum agamis dari kalangan Islam
menyetujui untuk menghapuskan “tujuh kata” tersebut.

Setelah itu, Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang PPKI dan membacakan empat poin
perubahan yang telah disepakati dalam proses kompromi dan lobi politik yang terjadi
sebelumnya. Ke-empat poin tersebut adalah :

Kata Mukaddimah yang berasal dari bahasa Arab “Muqaddimah” diganti menjadi “Pembukaan”

Anak kalimat dalam Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 diganti dengan Negara Berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa.

Kalimat yang menyebutkan “Presiden adalah orang Indonesia asli dan beragama Islam dalam
pasal 6 ayat 1 diganti dengan mencoret kata-kata “dan beragama Islam”

Pasal 29 ayat 1 yang semula berbunyi “Negara berdasarkan atas Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi para pemeluknya” diganti menjadi “Negara berdasarkan atas
Ketuhanan yang Maha Esa.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI kemudian mengadakan rapat lanjutan yang kemudian
menghasilkan beberapa poin, yaitu :

Penetapan 12 menteri yang membantu tugas presiden

Membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi

Kemudian, pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI melaksanakan sidang lanjutan yang kemudian
menghasilkan keputusan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian diubah
menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945. BKR inilah yang
menjadi asal-usul dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai