Anda di halaman 1dari 102

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur dan salam dilimpahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat,AKHIR
LAPORAN inayah,KAJIAN
taaufik dan hidayahnyaPEMBANGUNAN
RENCANA sehingga kami bisa menyelesaikan
penyusunan
INDUSTRI DIlaporan ini. Ucapan
KABUPATEN terimakasih pula kami sampaikan kepada
BANDUNG
berbagai pihak yang telah membantu proses pembuatan laporan ini.

Laporan ini berisi tentang rencana strategis pembangunan industri di


Kabupaten Bandung. Didalamnya berisi tentang sumber daya industri yang
dimiliki oleh Kabupaten Bandung, dimulai dari sumber daya alam dan sumber
daya manusia. Visi dan Misi pembangunan daerah Kabupaten Bandung, Strategi
pembangunan Industri dan Program pembangunan Industri yang meliputi
pengembangan wilayah, pembangunan sumber daya industri, sarana dan pra
sarana pendukung hingga ke pemberdayaan industri.

Dengan kerendahan hati, kami tentu menyadari bahwa penulisan laporan


ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan didalamnya. kamipun terbuka terhadap saran dan kritik yang bersifat
membangun yang dapat membuat laporan ini menjadi lebih baik dari sebelumnya

Semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman


serta menjadi acuan dalam pembuatan laporan di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG........................................................................................1

1.2. DASAR HUKUM.............................................................................................3

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN..................................................................................3

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN.............................................................................3

BAB II..........................................................................................................................7

2.1. KONDISI DAERAH....................................................................................7

2.1.1. Kondisi Geografis................................................................................7

2.1.2. Kondisi Ekonomi...............................................................................10

2.2. SUMBER DAYA INDUSTRI............................................................................11

2.2.1. Sumber Daya Alam............................................................................14

2.2.2. Sumber Daya Manusia.......................................................................23

2.2.3. Penyerapan Tenaga Kerja..................................................................26

2.3. SARANA DAN PRASARANA..........................................................................27

2.3.1. Jalan...................................................................................................27

2.3.2. Jaringan Listrik dan Air Minum.........................................................27

2.3.3. Kebijakan dan Regulasi.....................................................................29

2.4. PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH..................................33

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
2.4.1. Jumlah Industri Kecil dan Menengah................................................33

2.4.2. Sentra Industri Kecil dan Menengah..................................................33

2.4.3. Penyerapan Tenaga Kerja..................................................................35

BAB III......................................................................................................................37

3.1. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH....................................................37

3.1.1. Visi Pembangunan Daerah.................................................................37

3.1.2. Misi Pembangunan Daerah................................................................39

3.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN INDSTRI KABUPATEN..................46

BAB IV.......................................................................................................................50

4.1. STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI..........................................................50

4.2. PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI..........................................................50

4.2.1. Penetapan Dan Program Pengembangan Industri Unggulan.............51

4.2.2. Pengembangan Perwilayahan Industri..............................................56

4.2.3. Pembangunan Sumber Daya Industri.................................................58

4.2.4. Pembangunan Sarana Dan Prasarana Industri...................................60

4.2.5. Pemberdayaan Industri.......................................................................63

BAB V........................................................................................................................65

5.1. KESIMPULAN...........................................................................................65

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Kondisi geografis...............................................................9

Gambar 2.2 Peta Orientasi Wilayah Kab. Bandung..........................................11

Gambar 2.14 Luas Panen, Produksi dan produktivitas jagung........................32

Gambar 2.15 Luas Panen, Produksi dan produktivitas Ubi Kayu...................33

Gambar 2.16 Luas Panen, Produksi dan produktivitas Kedelai......................35

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 merumuskan

tujuan pembangunan daerah maupun nasional. Pembangunan daerah adalah

rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek

kehidupan masyarakat. Rangkaian upaya pembangunan yang berlangsung tanpa

henti, dengan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi ke

generasi.

Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya tercapainya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta

peningkaan daya saing daerah. Kaitannya dengan sektor industri adalah adanya

pembagian urusan pemerintah memberi banyak peluang yang dapat dimanfaatkan

oleh daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk mempercepat pertumbuhan dan

pengembangan industri di daerah serta meminimalkan kesenjangan penyebaran

industry di wilayah Indonesia.

Dalam Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

Pemerintah Daerah meiliki kewenangan untuk menyusun rencana pembangunan

daerah sebagai arah untuk mencapai tujuan pembangunan dengan

mempertimbangkan potensi yang dimiliki dan masalah yang dihadapi. Pemerintah

daerah pula memiliki kewenangan dalam melaksanakan penataan ruang wilayah.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Dengan penataan ruang, diharapkan terciptanya pemanfaatan ruang yang berhasil

guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup

yang sustainable, tidak terjadi keborosan sumber daya dan tidak meyebabkan

penurunan kualitas ruang. Perencanaan pembangunan yang disususn harus dapat

mengakomodir kepentingan masyarakat sehingga akan tercapai tujuan yang

diinginkan yaitu Growth (Pertumbuhan), Equity (Pemerataan) dan Sustainable

Development (Keberlanjutan Pembangunan).

Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Pasal 11

menyebutkan bahwa setiap Bupati/Walikota menyusun Rencana Pembangunan

Industri Kabupaten/Kota. Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota

disusun dengan mengacu pada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

(RIPIN) dan Kebijakan Industri Nasional (KIN). Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten/Kota disusun paling sedikit dengan memperhatikan:

a. Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional dan kebijakan Industri

Nasional

b. Rencana Pembangunan jangka panjang daerah dan rencana pembangunan

jangka menengah daerah

c. Potensi sumberdaya industri daerah;

d. Rencana Tata Ruang Wilayah Industri Provinsi dan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/Kota; dan

e. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan sosial ekonomi dan daya

dukung lingkungan.

f. Proyeksi penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan lahan untuk Industri

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Selanjutnya, Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota (RPIK)

ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota setelah dievaluasi

oleh Gubernur sesuai dengan kententuan peraturan perundang-undangan.

Rencana Pembangunan Industri Kabupaten diharapkan menambah

kemampuan bersaing dan kemampuan berkolaborasi sesuai dengan potensi

terbaik daerah. Dengan demikian, dalam jangka panjang diharapkan visi, misi,

tujuan dan sasaran pembangunan daerah dapat tercapai dan dapat menjamin

berjalannya pembangunan berkelanjutan serta tercapainya Visi Pembangunan

Industri Nasional Jangka Panjang Tahun 2035 yaitu Indonesia menjadi Negara

Industri Tangguh yang bercirikan:

a. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan

b. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global

c. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

I.2. Dasar Hukum

Dasar hukum penyusunan RPIK Kabupaten Bandung adalah sebagai

berikut.

1. Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Pasal 11 ayat (1)

bahwa setiap Bupati/Walikota menyusun Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten/Kota.

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 24

ayat (1).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk

Pembangunan Industri Nasional 2015-2035

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
4. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2015

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Industri Provinsi dan

Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota

I.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini ialah sebagai dasar bagi sebuah rencana

pembangunan industri di kabupaten bandung yang komprehensif serta menjadi

panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan

industri. Tujuannya adalah Menganalisis sektor dan komoditas serta

perkembangan kluster industri yang terdiri dari jenis usaha, penyerapan tenaga

kerja, dan nilai tambah serta menyusun konsep perencanaan industri, sinkronisasi

kebijakan pembangunan dan pokok-pokok kebijakan industri unggulan.

I.4. Sistematika Penulisan

Sistematika RPIK Kabupaten Bandung mengacu pada Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/12/2015 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Pembangunan Industri Provinsi dan Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten/Kota, dengan susunan sebagai berikut :

1. Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Menguraikan secara kualitatif mengenai aspek geografi, demografi,

ekonomi, industri, potensi dan permasalahan utama pembangunan

industri dan pentingnya rencana pembangunan industri kota.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
1.2. Dasar Hukum

Menguraikan dasar hukum dalam penyusunan RPIK Kabupaten

Bandung.

1.3. Sistematika Penulisan

Menguraikan sistematika dalam penyusunan RPIK Kabupaten

Bandung.

2. Bab 2 Gambaran Kondisi Daerah Terkait Pembangunan Industri

2.1. Kondisi Daerah

Menguraikan secara kuantitatif aspek geografi, aspek demografi, serta

aspek infrastruktur seperti jalan, pelabuhan bandar udara, air, dan

listrik, aspek pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan dan kontribusi

sektor industri, kontribusi masing-masing sektor industri, jumlah unit

usaha setiap sektor industri, ekspor dan impor produk industri

(minimum tiga tahun terakhir).

2.2. Sumber Daya Industri

Menguraikan sumber daya industri yang meliputi sumber daya alam,

sumber daya manusia, penerapan inovasi dan teknologi, serta sumber

pembiayaan industri.

2.3. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah

Menguraikan sentra IKM, perencanaan pembangunan unit pelayanan

teknis (UPT), jumlah tenaga penyuluh lapangan (TPL), konsultan

IKM, dan pusat-pusat promosi pengembangan IKM di Kabupaten

Bandung

2.4. Sarana dan Prasarana

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Menguraikan pengelolaan lingkungan, lahan Industri berupa

perencanaan Kawasan Industri dan/atau kawasan peruntukan Industri,

fasilitas jaringan energi dan kelistrikan, fasilitas jaringan

telekomunikasi, fasilitas jaringan sumber daya air, fasilitas sanitasi,

fasilitas jaringan transportasi dan infrastruktur penunjang, kawasan

berikat, kawasan pergudangan.

3. Bab 3 Visi dan Misi Pembangunan Daerah, serta Tujuan dan Sasaran

Pembangunan Industri Daerah

3.1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah

Uraian Visi dan Misi Pembangunan Industri Kabupaten Bandung

mengacu dan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung. RPIK Kabupaten Bandung ini

merupakan implementasi dari visi dan misi pembangunan daerah.

3.2. Tujuan Pembangunan Industri Daerah

Menguraikan tujuan Pembangunan Industri Kabupaten Bandung,

sebagai penjabaran lebih lanjut, visi dan misi pembangunan

Kepulauan Riau dalam bidang industri.

3.3. Sasaran Pembangunan Industri Daerah

Meliputi Pertumbuhan sektor industri, Kontribusi industri nonmigas

terhadap PDRB, Nilai ekspor produk industri, Jumlah tenaga kerja di

sektor industri, Nilai Investasi sektor industri

4. Bab 4 Strategi dan Program Pembangunan Industri Kabupaten

4.1. Kriteria Penetapan Industri Unggulan Kabupaten

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Menjelaskan tentang kriteria penentuan industri unggulan Kabupaten

berdasarkan pendekatan kompetensi inti industri daerah dan mengacu

kepada industri prioritas nasional

4.2. Penetapan Industri Unggulan Kabupaten

Menjelasakan tentang Industri Unggulan Kabupaten yang terdiri dari

Industri Prioritas Nasional yang Ada di Kabupaten dan Industri

Unggulan Daerah Pernyataan yang mengintegrasikan pendekatan dan

langkah-langkah untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan

industri melalui program-program indikatif

4.3. Program Pembangunan Industri

1. Sasaran dan Program Pengembangan Industri Unggulan Kabupaten

Penjelasan mengenai sasaran pengembangan Industri Unggulan dan

serta program-program yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran

tersebut.

2. Pengembangan Perwilayahan Industri

Pogram-program yang terkait dengan pengembangan Wilayah Pusat

Pertumbuhan Industri, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan

Industri, dan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah

3. Pembangunan Sumber Daya Industri.

Program-program yang terkait pengembangan sumber daya manusia

industri, pemanfaatan sumber daya alam untuk industri,

pengembangan teknologi industri, pengembangan inovasi dan

kreativitas industri, serta dukungan pembiayaan industri

4. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Program–program yang terkait pengembangan pengelolaan

lingkungan, lahan Industri berupa Kawasan Industri dan/atau kawasan

peruntukan Industri, fasilitas jaringan energi dan kelistrikan, fasilitas

jaringan telekomunikasi, fasilitas jaringan sumber daya air, fasilitas

sanitasi, fasilitas jaringan transportasi, sistem informasi industri, serta

infrastruktur penunjang standardisasi industri

5. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah.

Program–program yang terkait pengembangan IKM mencakup

perumusan kebijakan dan pengembangan kelembagaan, penumbuhan

wirausaha baru dan pemberian fasilitas bagi IKM.

5. Bab 5 Penutup

Bab ini menguraikan ringkasan keterkaitan Bab 1 s/d Bab 4 dan harapan-

harapan dalam mensukseskan implementasi rencana pembangunan industri

Kabupaten selama 20 tahun ke depan.

BAB II

GAMBARAN KONDISI DAERAH TERKAIT

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
PEMBANGUNAN INDUSTRI

II.1. KONDISI DAERAH

II.1.1. Kondisi Geografis

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bandung

Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2014/12/administrasi-bandung-a1-1.jpg

Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

berada pada 6°,41' - 7°,19' Lintang Selatan dan diantara 107°22' - 108°5' Bujur

Timur dengan luas wilayah 176.239 ha dengan batas-batas wilayah administratif

sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
1. Sebelah Utara: Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kabupaten

Sumedang

2. Sebelah Timur: Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut

3. Sebelah Selatan: Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur

4. Sebelah Barat: Kabupaten Bandung Barat

5. Di bagian Tengah: Kota Bandung dan Kota Cimahi.

Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-

puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200m),

Gunung Tangkubanperahu (2.076m) (Wilayah KBB) di perbatasan dengan

Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334m),

Gunung Malabar (2.321m), serta Gunung Papandayan (2.262m) dan Gunung

Guntur (2.249m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut. Kabupaten

Bandung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah

hujan rata-rata antara 1.500mm sampai dengan 4.000mm per tahun. Suhu udara

berkisar antara 12°C sampai 24°C.  dengan kelembaban antara 78% pada musim

hujan dan 70% pada musim kemarau. Jika dihitung luas lahan yang ada maka

volume air yang turun di wilayah Kabupaten Bandung dapat mencapai 2,643-7,05

milyar meter kubik.

Potensi air yang begitu besar tersebut apabila tidak dikelola dengan baik

dapat menimbulkan banyak genangan banjir di berbagai wilayah. Kabupaten

Bandung memiliki potensi hidrologi berupa sumber daya air yang cukup

melimpah, baik air bawah tanah maupun air permukaan. Air permukaan terdiri

dari 4 danau alam, 3 danau buatan serta 172 buah sungai dan anak-anak sungai.

Pemanfaatan sumber air permukaan pada umumnya untuk memenuhi kebutuhan

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
pertanian, industri, dan sosial lainnya. Pemanfaatan air tanah dalam (kedalaman

60-200m) dipergunakan untuk keperluan industri, non industri, dan sebagian kecil

untuk rumah tangga. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan air tanah bebas

(sumur gali) dan air tanah dangkal (kedalaman 24 sampai 60 meter) untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga serta sebagian kecil menggunakan fasilitas

dari PDAM terutama di wilayah perkotaan.

Kabupaten Bandung memiliki iklim tropis dan curah hujan rata-rata pada

tahun 2018 adalah 204,40mm/bulan. Kabupaten Bandung memiliki 31

Kecamatan, diantaranya adalah:

Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung

No Kecamatan Luas (km2) Persentase

1 Ciwidey 48.47 2.75


2 Rancabali 148.37 8.42
3 Pasirjambu 239.58 13.59
4 Cimaung 55.00 3.12
5 Pangalengan 195.41 11.09
6 Kertasari 152.07 8.63
7 Pacet 91.94 5.22
8 Lbun 54.57 3.10
9 Paseh 51.03 2.90
10 Cikancung 40.14 2.28
11 Cicalengka 35.99 2.04
12 Nagreg 49.30 2.80
13 Rancaekek 45.25 2.57
14 Majalaya 25.36 1.44
15 Solokanjeruk 24.01 1.36
16 Ciparay 46.18 2.62
17 Baleendah 41.56 2.36
18 Arjasari 64.98 3.69
19 Banjaran 42.92 2.44
20 Cangkuang 24.61 1.40
21 Pameungpeuk 14.62 0,83
22 Katapang 15.72 0.89
23 Soreang 25.51 1.45
24 Kutawaringin 47.30 2.68

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
25 Margaasih 18.35 1.04
26 Margahayu 10.54 0.60
27 Dayeuhkolot 11.03 0.63
28 Bojongsoang 27.81 1.58
29 Cileunyi 31.58 1.79
30 Cilengkrang 30.12 1.71
31 Cimenyan 53.08 3.01
Kabupaten Bandung 1.762.40 100.00
Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka 2019

II.1.2. Kondisi Ekonomi

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Bandung tahun

2019 dari hasil rekapitulasi data yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Bandung

atas dasar harga berlaku mencapai 103.362.818,6 juta rupiah, sementara itu di sisi

konstan yang tidak dipengaruhi oleh faktor inflasi. Laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Bandung pada tahun 2017 mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan tahun 2016. Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan

2014-2017, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung tahun 2017 mencapai

6,34 persen, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pencapaian tahun

sebelumnya sebesar 6,13 persen.

Tabel 2.2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015-2018 (Juta Rupiah)

N
Uraian 2015 2016 2017 2018
o
Pertanian, Kehutanan dan
1 6.809.055,30 7.552.522,50 5,356,849.97 5,431,870.55
Perikanan

2 Pertambangan dan Penggalian 1,513,034.90 1,649,759.73 1,638,146.71 1,730,320.62

3 Industri Pengolahan 32,992,837.76 34,952,831.77 36,963,264.57 39,538,734.83

4 Pengadaan Listrik dan Gas 89,298.58 93,493.38 95,645.04 94,024.00

5 Pengadaan air, pengelolaan 22,439.62 23,461.10 24,946.20 26,607.60

sampah, limbah dan daur

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
ulang

6 Konstruksi 4,129,003.39 4,439,967.50 4,912,750.33 5,344,089.80

Perdagangan Besar dan

7 Eceran, Reparasi Mobil dan 9,138,154.25 9,676,959.23 10,222,299.05 10,744,786.35

Sepeda Motor

8 Transportasi dan Pergudangan 2,405,114.97 2,567,209.96 2,705,210.54 2,820,290.09

Penyediaan Akomodasi dan


9 1,559,534.87 1,660,985.60 1,767,695.93 1,894,005.25
Makan Minum

10 Informasi dan Komunikasi 1,273,177.53 1,455,410.18 1,644,417.31 1,802,980.28

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 460,800.09 510,853.57 530,816.89 557,470.40

12 Real Estate 767,128.97 833,582.01 918,273.94 1,014,600.90

13 Jasa Perusahaan 291,563.45 317,112.90 343,401.56 372,635.00

Administrasi Pemerintah,

14 Pertahanan dan Jaminan 1,459,064.16 1,501,702.57 1,515,994.71 1,544,143.6

Sosial Wajib

15 Jasa Pendidikan 1,980,968.90 2,121,550.61 2,289,577.42 2,432,676.00

Jasa Kesehatan dan Kegiatan


16 478,769.94 537,487.72 599,943.79 648,824.81
Sosial

17 Jasa Lainnya 1,277,402.01 1,390,622.14 1,510,219.82 1,605,061.60

PRODUK DOMESTIK
64,701,521.59 68,804,850.82 73,039,453.78 77,603,121.75
REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Kabupaten Bandung

II.2. Sumber Daya Industri

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan

kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan

sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya

menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekatkepada

pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan

pekerjaan perakitan (assembling).

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain.

Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak

pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapat imbalan sejumlah

uang atau barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan

penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani dengan

balas jasa tertentu.

Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang

melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak

pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi

tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang

bertanggung jawab atas usaha tersebut.

Perusahaan Industri Pengolahan menurut Peraturan Kementrerian Perindustrian

Republik Indonesia nomor 64 tahun 2016 dibagi dalam 4 golongan yaitu :

1. Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih)

2. Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang)

3. Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang)

Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya

didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan

apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa

memperhatikan besarnya modal perusahaan itu.

Klasifikasi industri yang digunakan dalam survei industri pengolahan

adalah yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dengan nama

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2017.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten

Bandung. Sektor ini merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB

di Kabupaten Bandung. Pada Tahun 2018 jumlah perusahaan di Kabupaten

Bandung mencapai 2.293 perusahaan yang terdiri dari perusahaan industri besar

sebanyak 462 perusahaan sedangkan industri sedang sebanyak 1.851 perusahaan,

dengan jumlah tenaga kerja mencapai 317.558.

Tabel 2.3. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Menurut Klarifikasi
Industri di Kabupaten Bandung 2018
N Tenaga
Klasifikasi Industri Perusahaan Nilai Produksi
o Kerja

1 Industri Makanan 71 13.361 2.862.126.428


2 Industri Minuman 6 916 758.347.652
3 Industri Pengolahan Tembakau 1 27 8.901.841
4 Industri Tekstil 574 81.636 33.069.889.500
5 Industri Pakaian Jadi 216 43.356 8.476.501.350
Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas
5 43 15.563 2.496.385.878
Kaki
Industri Kayu, Barang dari Kayu (Tidak
6 5 373 88.845.554
Termasuk Furnitur)
Industri Kertas, Barang dari Kertas dan
7 10 2.325 2.494.924.598
Sejenisnya
Industri Percetakan dan Reproduksi Media
8 4 509 306.778.092
Rekaman
Industri Produk dari Batu Bara dan
9 0 0 0
Pengilangan Minyak Bumi
10 Industri Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 17 1.352 2.653.104.927
Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan
11 5 533 210.103.863
Obat Tradisional
12 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 41 5.046 4.359.016.880
13 Industri Barang Galian Bukan Logam 6 381 173.255.208
14 Industri Logam Dasar 2 119 158.202.591
Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan
15 11 841 204.964.939
Peralatannya
Industri Komputer, Barang Elektronik dan
16 4 450 416.616.148
Optik

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
17 Industri Peralatan Listrik 3 558 1.526.573.984
18 Industri Mesin dan Peralatannya 7 547 166.241.618
Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan
19 3 92 293.893.816
Semi-Trailer
20 Industri Alat Angkutan Lainnya 4 464 100.589.258
21 Industri Furnitur 11 555 133.559.271
22 Industri Pengolahan Lainnya 10 482 91.358.748
Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan
23 0 0 0
Peralatan

2018 1.054 169.486 61.050.182.144

Sumber: BPS Kabupaten Bandung

II.2.1. Sumber Daya Alam

II.2.1.1.Pertanian Tanaman Pangan

Pada tahun 2017 luas panen dan produksi padi sawah di Kabupaten

Bandung mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Padi pada tahun 2017 Luas panen mencapai 110.646 Ha, Produksi

mencapai 700.710,43 Ton dan Rata-rata produksi mencapai 10.451 Kw/Ha. Untuk

padi mengalami penurunan untuk luas tanam karena pada tahun 2016 luas tanam

mencapai 92.242 Ha tetapi mengalami peningkatan diluas panen, produksi dan

rata-rata produksi yang pada tahun 2016 mencapai 92.422 Ha, 594.533 Ton dan

64,45 Kw/Ha.

Tabel 2.4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi menurut Kecamatan (ha) di
Kabupaten Bandung 2018
No
Kecamatan Luas Panen Produksi Rata –Rata Produksi
.
1 Ciwidey 2.982 18.650,4 6.25
2 Rancabali 1.403 8.645,25 6.16
3 Pasirjambu 3.701 23.625,32 6.38
4 Cimaung 6.204 39.012.88 6.29
5 Pangalengan 1.207 7,516.69 6.23
6 Kertasari 620 3,873.82 6.25

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
7 Pacet 8.150 50,390.35 6.18
8 Lbun 3.033 19,281.01 6.36
9 Paseh 6.375 40,062.62 6.28
10 Cikancung 2.785 17,562.07 6.31
11 Cicalengka 3.086 19,884.69 6.44
12 Nagreg 1.452 8,463.92 5.83
13 Rancaekek 6.652 43,405.06 6.53
14 Majalaya 5.096 32,882.36 6.45
15 Solokanjeruk 4.630 30,134.86 6.51
16 Ciparay 7.316 46,775.55 6.39
17 Baleendah 4.463 28,767.73 6.45
18 Arjasari 4.638 29,028.04 6.26
19 Banjaran 5.525 35,589.14 6.44
20 Cangkuang 4.171 26,690.22 6.40
21 Pameungpeuk 2.374 15,160.74 6.39
22 Katapang 2.738 17,605.74 6.43
23 Soreang 3.107 19,905.13 6.41
24 Kutawaringin 6.309 39,654.03 6.29
25 Margaasih 2.006 12,695.07 6.33
26 Margahayu 183 1,153.43 6.30
27 Dayeuhkolot 417 2,649.09 6.35
28 Bojongsoang 5.446 35,348.90 6.49
29 Cileunyi 4.362 27,094.59 6.21
30 Cilengkrang 1.103 6,562.55 5.95
31 Cimenyan 1.310 7,212.04 5.51
2018 112.844 715,283.35 6.34
2017 110.646 700,710.43 6.33
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan BPS Kabupaten Bandung

Jagung pada tahun 2017 Luas tanam mencapai 20.196 Ha, Luas panen

mencapai 18.160 Ha, Produksi mencapai 120.63 Ton dan Rata-rata produksi

mencapai 66,43 Kw/Ha. Untuk jagung mengalami peningkatan untuk luas

tanam,luas panen, dan rata-rata produksi yang pada tahun 2016 mencapai 15.113

Ha, 11.078 Ha,dan 70,35 Kw/Ha, sedangkan untuk produksi mengalami

penururan karena pada tahun 2016 mencapai 77.933 Ton. Luas panen jagung

terbesar ada dibulan Februari mencapai 18.842,50 Ha dan yang terkecil pada

bulan Nopember mencapai 4 Ha. Kecamatan dengan luas panen terbesar adalah

kecamatan Nagreg mencapai 3.237 Ha.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Tabel 2.5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung menurut Kecamatan (ha) di
Kabupaten Bandung 2017
No Rata –Rata
Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi
. Produksi
1 Ciwidey 217 73 477,27 65,38
2 Rancabali 362 100 641,55 64,16
3 Pasirjambu 158 113 737,07 65,23
4 Cimaung 185 210 1.371,30 65,30
5 Pangalengan 961 380 2.460,57 64,75
6 Kertasari 375 181 1.179,07 65,14
7 Pacet 1190 1273 8.382,70 65,85
8 Lbun 458 395 2.589,89 65,57
9 Paseh 672 592 3.866,79 65,32
10 Cikancung 1900 1900 12.568,68 66,15
11 Cicalengka 1502 887 5.902,31 66,54
12 Nagreg 2410 2510 17.019,83 67,81
13 Rancaekek 0 0 0 -
14 Majalaya 2 2 12,84 64,20
15 Solokanjeruk 14 0 0 -
16 Ciparay 639 704 4.636,29 65,86
17 Baleendah 281 184 1.201,15 65,28
18 Arjasari 1413 2013 13.348,20 66,31
19 Banjaran 287 131 857,89 65,49
20 Cangkuang 200 0 0 -
21 Pameungpeuk 1 16 101,19 63,25
22 Katapang 24 38 240,01 63,16
23 Soreang 540 540 3.448,74 63,87
24 Kutawaringin 1439 1319 8.810,40 66,80
25 Margaasih 40 43 281,65 65,50
26 Margahayu 10 33 211,55 64,11
27 Dayeuhkolot 0 0 0 -
28 Bojongsoang 6 6 39,67 66,12
29 Cileunyi 910 912 5.999,70 65,79
30 Cilengkrang 738 368 2.411,85 65,54
31 Cimenyan 3262 3237 21.831,87 67,44
2017 20.196 18.160 120.630,02 66.43
2016 15.113 11.078 77.933 70.35
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan BPS Kabupaten Bandung

Ubi Kayu pada tahun 2017 Luas tanam mencapai 4.243 Ha, Luas panen

mencapai 5.013 Ha, Produksi mencapai 105.722,02 Ton dan Ratarata produksi

mencapai 21.100 Kw/Ha. Untuk Ubi Kayu mengalami penurunan untuk luas

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
tanam,luas panen, dan produksi yang pada tahun 2016 mencapai 4.360 Ha, 3.893

Ha, dan 82.286 Ton, sedangkan untuk rata-rata produksi mengalami penururan

karena pada tahun 2016 mencapai 211,37 Kw/Ha. Luas panen Ubi Kayu terbesar

ada dibulan Agustus mencapai 3.651,74 Ha dan yang terkecil pada bulan Juli

mencapai 380,60 Ha. Kecamatan dengan luas panen terbesar adalah

kecamatan Pangalengan mencapai 455 Ha.

Tabel 2.6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu menurut Kecamatan (ha) di
Kabupaten Bandung 2017
No Rata –Rata
Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi
. Produksi
1 Ciwidey 30,00 10,00 210,81 210,81
2 Rancabali 53,00 47,00 990,40 210,72
3 Pasirjambu 22,00 27,00 568,78 210,66
4 Cimaung 180,00 245,00 5.152,68 210,31
5 Pangalengan 366,00 322,00 6.794,21 211,00
6 Kertasari 25,00 30,00 633,04 21101
7 Pacet 435,00 490,00 10.297,72 210,16
8 Lbun 32,00 36,00 756,48 210,13
9 Paseh 48,00 24,00 504,40 210,17
10 Cikancung 80,00 80,00 1.682,80 210,35
11 Cicalengka 185,00 205,00 4.326,32 211,04
12 Nagreg 1.412,00 1412,00 29.951,34 212,12
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya 3,00 3,00 63,30 211,00
15 Solokanjeruk 13,00 12,00 252,15 210,12
16 Ciparay 125,00 - - -
17 Baleendah 98,00 100,00 2.105,70 210,57
18 Arjasari 467,00 612,00 12.885,11 210,54
19 Banjaran - 2,00 42,01 210,07
20 Cangkuang 130,00 110,00 2.314,59 210,42
21 Pameungpeuk 3,00 4,00 84,10 210,25
22 Katapang 2,00 4,00 83,90 209,75
23 Soreang - 100,00 2.100,90 210,09
24 Kutawaringin 37,00 152,00 3.200,33 210,55
25 Margaasih 9,00 7,00 147,25 210,35
26 Margahayu 1,00 1,00 20,98 209,77
27 Dayeuhkolot 1,00 2,00 42,09 210,45
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 242,00 261,00 5.506,23 210,97

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
30 Cilengkrang 63,00 161,00 3.389,32 210,52
31 Cimenyan 181,00 554,00 11.665,09 210,56
2017 4.243,00 5.013,00 105.772,02 211.00
2016 4.360,00 3.893,00 82.268,00 211.37
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan BPS Kabupaten Bandung

Luas tanam Kacang Kedelai pada tahun 2017 mencapai 850 Ha,

sedangkan luas panen mencapai 850 Ha. Produksi mencapai 1.237,26 ton dan

rata-rata produksi mencapai 103.146 Kw/Ha. Untuk Kacang Kedelai mengalami

penurunan untuk luas tanam, luas panen, produksi dan rata-rata produksi yang

pada tahun 2016 mencapai 820 Ha, 801 Ha, 112 Ton, dan 103,14 Kw/Ha. Luas

panen Kacang Kedele terbesar ada dibulan Maret mencapai 261 Ha dan pada

bulan Mei, Juni, Nopember dan Desember tidak ada nilai luas panen. Kecamatan

dengan luas panen terbesar adalah kecamatan Nagreg mencapai 298 Ha.

Tabel 2.7. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Kedelai Menurut Kecamatan
(ha) di Kabupaten Bandung 2017
No Rata –Rata
Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi
. Produksi
1 Ciwidey 0 0 0 0
2 Rancabali 135 0 0 0
3 Pasirjambu 18 0 0 0
4 Cimaung 219 311 457,94 14,72
5 Pangalengan 110 0 0 0
6 Kertasari 95 0 0 0
7 Pacet 253 3 456 15,21
8 lbun 0 0 0 0
9 Paseh 51 0 0 0
10 Cikancung 285 210 310,01 14,76
11 Cicalengka 275 95 140,42 14,78
12 Nagreg 434 179 248,84 13,90
13 Rancaekek 30 0 0 0
14 Majalaya 20 0 0 0
15 Solokanjeruk 0 0 0 0
16 Ciparay 69 0 0 0
17 Baleendah 0 0 0 0
18 Arjasari 78 0 0 0
19 Banjaran 78 0 0 0

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
20 Cangkuang 80 0 0 0
21 Pameungpeuk 0 0 0 0
22 Katapang 4 0 0 0
23 Soreang 75 0 0 0
24 Kutawaringin 137 50 72,43 14,39
25 Margaasih 15 0 0 0
26 Margahayu 5 0 0 0
27 Dayeuhkolot 2 0 0 0
28 Bojongsoang 20 0 0 0
29 Cileunyi 478 0 0 0
30 Cilengkrang 234 0 0 0
31 Cimenyan 544 2 3,06 15,28
2017 3.744 850 1.237,26 103,15
2016 820 801 1.122 14,01
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan BPS Kabupaten Bandung

II.2.1.2.Perkebunan

Sesuai dengan morfologi wilayah dimana sebagian besar wilayah di

Kabupaten Bandung merupakan pegunungan atau daerah perbukitan, maka

komoditas yang menjadi andalan di daerah Kabupaten Bandung diantaranya

adalah teh, kopi, tembakau dan cengkeh.

Teh memiliki 3 jenis perkebunan yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan

Besar dan Perkebunan Negara. Untuk Teh, Perkebunan Rakyat pada tahun 2016

mencapai 1.701 m2 sama seperti tahun 2015 sedangkan Produksi mencapai

3.551,22 Ton mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai

3.460,82 Ton. Untuk Teh Perkebunan Besar (PBS) memiliki Luas Tanam

11.155,04 Ha dan Produksi mencapai 19.032 ton terjadi peningkatan dari tahun

sebelumnya.

Tabel 2.8. Luas Tanam dan Produksi Teh Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan (ha) di
Kabupaten Bandung 2016
No
Kecamatan Luas Tanam Produksi Hasil Olahan
.
1 Ciwidey 244 514,84

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
2 Rancabali 42 86,27
3 Pasirjambu 445 983,45
4 Cimaung - -
5 Pangalengan 863 1.846,82
6 Kertasari 91 112,36
7 Pacet - -
8 lbun - -
9 Paseh - -
10 Cikancung 10 -
11 Cicalengka 5 7,49
12 Nagreg - -
13 Rancaekek - -
14 Majalaya - -
15 Solokanjeruk - -
16 Ciparay - -
17 Baleendah - -
18 Arjasari 1 -
19 Banjaran - -
20 Cangkuang - -
21 Pameungpeuk - -
22 Katapang - -
23 Soreang - -
24 Kutawaringin - -
25 Margaasih - -
26 Margahayu - -
27 Dayeuhkolot - -
28 Bojongsoang - -
29 Cileunyi - -
30 Cilengkrang - -
31 Cimenyan - -
2016 1.701 3.551,22
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan BPS Kabupaten Bandung

Untuk Teh Perkebunan Negara(PBN/PTPN VIII) memiliki Luas Tanam

6.147,87 Ha dan Produksi mencapai 8.912 Ton terjadi peunurunan dari tahun

sebelumnya. Luas Tanam dan Produksi Cengkeh mengalami peningkatan tahun

2016 Luas Tanam mencapai 1.024 Ha dan produksi mencapai 535.29 Ton untuk

bahan mentah dan 133.82 Ton untuk hasil olahan. Kecamatan dengan Luas Tanam

Cengkeh terbesar adalah kecamatan Arjasari mencapai 131 Ha. Luas Tanam dan

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Produksi Tembakau mengalami peningkatan tahun 2016 Luas Tanam mencapai

1.524 Ha dan produksi mencapai 6.810,65 Ton untuk bahan mentah dan 1.362,13

Ton untuk hasil olahan. Kecamatan dengan Luas Tanam Tembakau terbesar

adalah kecamatan Paseh mencapai 337 Ha. Luas Tanam dan Produksi Kopi

mengalami peningkatan tahun 2016 Luas Tanam mencapai 10.027 Ha dan

produksi mencapai 27.625,11 Ton untuk bahan mentah dan 6.906,28 Ton untuk

hasil olahan. Kecamatan dengan Luas Tanam Kopi terbesar adalah kecamatan

Pangalengan mencapai 2.071 Ha.

Tabel 2.9. Luas Tanam dan Produksi Teh Perkebunan Besar (PBS) dan Perkebunan Negara
(PBN/PTPN VIII) Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung 2016
PBS PBN/PTPN VIII
No
Kecamatan Luas Tanam Produksi Luas Tanam Produksi
.
(ha) (Ton) (ha) (Ton)
1 Ciwidey 244 514,84 244 514,84
2 Rancabali 42 86,27 42 86,27
3 Pasirjambu 445 983,45 445 983,45
4 Cimaung - - - -
5 Pangalengan 863 1.846,82 863 1.846,82
6 Kertasari 91 112,36 91 112,36
7 Pacet - - - -
8 lbun - - - -
9 Paseh - - - -
10 Cikancung 10 - - -
11 Cicalengka 5 7,49 5 7,49
12 Nagreg - - - -
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya -- - - -
15 Solokanjeruk - - - -
16 Ciparay - - - -
17 Baleendah - - - -
18 Arjasari 1 - 1 --
19 Banjaran - - - -
20 Cangkuang - - - -
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin - - - -

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
25 Margaasih - - - -
26 Margahayu - - - -
27 Dayeuhkolot - - - -
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi - - - -
30 Cilengkrang - - - -
31 Cimenyan - - - -
2016 11.155,04 19.032 6.147,87 8.912
2015 5.965,29 3.365 10.084,10 16.983
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan BPS Kabupaten Bandung

II.2.1.3.Peternakan

Peternakan merupakan sub sektor pertanian yang membantu dalam

pemenuhan kebutuhan protein hewani. Peran serta sektor peternakan

sebagai pemasok bahan baku bagi industri olahan pangan sangat besar. Dari

enam jenis ternak besar yaitu sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing dan

domba, Domba merupakan hewan ternak yang paling banyak populasinya yaitu

120.056 ekor, kemudian yang terkecil merupakan Hewan ternak Kuda sebanyak

1.265 ekor.

Dari jenis ternak unggas, terdapat ayam petelur, ayam buras, ayam daging

dan itik. Yang memiliki jumlah terbesar adalah ayam daging dengan jumlah

2.099.925 ekor. Sedangkan yang terkecil adalah ayam petelur dengan jumlah

129.328 ekor.

Tabel 2.10. Populasi Ternak Menurut Jenis di kabupaten Bandung tahun 2017
Jumlah
No Jenis Ternak
(ekor)

1 Sapi Perah 24.657

2 Sapi Potong 11.262

3 Kerbau 2.215

4 Kuda 1.265

5 Domba 120.056

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
6 Kambing 21.404

7 Ayam Buras 373.838

8 Ayam Petelur 129.328

9 Ayam Pedaging 2.099.925

10 Itik 163.825
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan BPS Kabupaten Bandung

II.2.1.4.Perhutanan

Dalam sektor perhutanan, Kabupaten Bandung memiliki Getah Pinus,

kopi dan rumput gajah sebagai komoditas utama hasil dari perhutanan. Kawasan

hutan yang terdapat di Kabupaten Bandung termasuk ke dalam kawasan hutan

Negara dan dikelola Perhutani dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa

Barat I.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
II.2.2. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2018 mencapai

3.717.291 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki berjumlah 1.882.917 jiwa

dan perempuan 1.834.374 jiwa. Kecamatan Baleendah memiliki jumlah penduduk

terbanyak mencapai 270.528 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki 137.472

jiwa dan perempuan 133.056 jiwa, sedangkan Kecamatan Rancabali memiliki

jumlah penduduk terendah dengan jumlah 52.921 jiwa dengan komposisi

penduduk laki-laki 26.465 jiwa dan penduduk perempuan 26.456 jiwa.

Gambar 2.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung, 2018

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Dengan luas wilayah sebesar 1762, 40 Km2 maka rata-rata kepadatan

penduduk Kabupaten Bandung sebanyak 2.109 jiwa per Km2, dimana Kecamatan

Margahayu memiliki kepadatan yang paling tinggi yaitu sebesar 12.840

jiwa/Km2, disusul oleh Kecamatan Dayeuhkolot sebesar 11.407 jiwa/Km2

sedangkan Kecamatan Rancabali merupakan kepadatan yang terendah yaitu

sebesar 356 jiwa/Km2.

Tabel 2.11. Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Jenis Kelamin Kabupaten Bandung
Luas Penduduk Kepadatan
No
Kecamatan Wilaya
. L P Jumlah
h
1 Ciwidey 48.47 41.063 40.214 81.277 1.676,85
2 Rancabali 148.37 26.465 26.456 52.921 356,68
3 Pasirjambu 239.58 45.537 43.827 89.364 373,00
4 Cimaung 55.00 41.725 40.780 82.505 1.500,09
5 Pangalengan 195.41 77.833 77.391 155.224 794,35
6 Kertasari 152.07 36.640 36.284 72.924 479,54
7 Pacet 91.94 58.208 55.816 114.024 1.240,20
8 lbun 54.57 43.419 42.285 85.704 1.570,53
9 Paseh 51.03 69.319 66.868 136.187 2.668,76
10 Cikancung 40.14 48.470 46.940 95.410 2.376,93
11 Cicalengka 35.99 62.789 61.580 124.369 3.455,65
12 Nagreg 49.30 27.959 26.957 54.916 1.113,91
13 Rancaekek 45.25 95.294 95.671 190.965 4.220,22
14 Majataya 25.36 87,313 84.132 171.445 6.760,45
15 Solokanjeruk 24.01 44.101 43.569 87.670 3.651,40
16 Ciparay 46.18 87.142 84.556 171.698 3.718,02
17 Baleendah 41.56 137.472 133.056 270.528 6.509,34
18 Arjasari 64.98 52.109 51.299 103.408 1.591,38
19 Banjaran 42.92 66.581 64.207 130.788 3.047,25
20 Cangkuang 24.61 39.637 38.374 78.011 3.169,89
21 Pameungpeuk 14.62 40.757 39.310 80.067 5.476,54
22 Katapang 15.72 66.823 65.307 132.130 8.405,22
23 Soreang 25.51 61.767 59.283 121.050 4.745,20
24 Kutawaringin 47.30 52.986 50.702 103.688 2.192,14
25 Margaasih 18.35 80.761 78.460 159.221 8.676,89
26 Margahayu 10.54 67.979 67.362 135.341 12.840,70
27 Dayeuhkolot 11.03 63.989 61.831 125.820 11.407,07
28 Bojongsoang 27.81 65.315 62.783 128.098 4.606,18

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
29 Cileunyi 31.58 104.045 102.232 206.277 6.531,89
30 Cilengkrang 30.12 27.801 27.156 54.957 1.824,60
31 Cimenyan 53.08 61.618 59.686 121.304 2.285,31
2018 1.762,4 1.882.917 1.834.374 3.717.291 2.109,22
2017 1.762,4 1.853.603 1.804.098 3.657.701 2.075,41
Sumber: BPS Kab. Bandung

Tabel 2.12. Kelompok Umur Penduduk Kabupaten Bandung


Kelompok Umur
No Kecamatan Total
0-14 15-64 65+
l Ciwidey 11.935 25.678 2.601 81.277
2 Rancabali 8.105 16.898 1,453 52.921
3 Pasirjambu 13.640 27.694 2.493 89.364
4 Cimaung 12.719 25.572 2.489 82.505
5 Pangalengan 23.886 48.994 4.511 155.224
6 Kertasari 11.466 22.963 1.855 72.924
7 Pacet 17.961 35.095 2.760 114.024
8 Ibun 13.497 26.468 2.320 85.704
9 Paseh 20.846 42.656 3.366 136.187
10 Cikancung 15.473 29.399 2.068 95.410
11 Cicalengka 19.343 39.954 2.283 124.369
12 Nagreg 8.575 17.090 1.292 54.916
13 Rancaekek 26.355 65.098 4.218 190.965
14 Majalaya 26.245 53.999 3.888 171.445
15 Solokanjeruk 12.907 28.539 2.123 87.670
16 Ciparay 26.456 53.991 4.109 171.698
17 Baleendah 37.325 90.503 5.228 270.528
18 Arjasari 16.270 32.236 2.793 103.408
19 Banjaran 19.867 41.290 3.050 130.788
20 Cangkuang 11.542 24.972 1.860 78.011
21 Pameungpeuk 11.949 25.634 1.727 80.067
22 Katapang 18.520 44.049 2.738 132.130
23 Soreang 17.861 38.662 2.760 121.050
24 Kutawaringin 15.042 33.118 2.542 103.688
25 Margaasjh 21.038 54.334 3.088 159.221
26 Margahayu 18.401 46.136 2.825 135.341
27 Dayeuhkolot 17.355 42.223 2.253 125.820
28 Bojongsoang 16.057 44.498 2.228 128.098
29 Cileunyi 26.289 71.993 3.950 206.277
30 Cilengkrang 7.278 18.635 1.243 54.957
31 Cimenyan 15.456 41.374 2.856 121.304
2018 1,082,831 2,419,439 155,431 3,657,701
2017 1.064.826 2.379.411 152.386 3.596.623
Sumber: BPS Kab. Bandung

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Tabel 2.13. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan di Kabupaten Bandung
Bukan
Angkatan Kerja Angkatan
Pendidikan Tertinggi yang Kerja
Ditamatkan Pengangguran
Bekerja Jumlah
Terbuka

Tidak/Belum Pernah Sekolah


Tidak/Belum Tamat SD 87,131 - 87,131 -

Sekolah Dasar (SD) 440,944 3,906 444,850 -

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 406,389 11,456 417,845 -

Sekolah Menengah Atas (SMA) 472,320 42,793 515,113 -

Diploma
177,607 6,518 184,125 -
I/II/III/Akademi/Universitas

Jumlah 1,584,391 64,673 1,649,064 -

Sumber: BPS Kab. Bandung

II.2.3. Penyerapan Tenaga Kerja

Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus tahun 2018,

Jumlah angkatan kerja di Kab. Bandung adalah sebesar 1.584.391 orang,

1.038.758 adalah laki-laki, dan 545.633 adalah perempuan. Dilihat dari lapangan

kerja utama, sebagian besar angkatan kerja terserap oleh Lapangan Usaha

Buruh/Karyawan/Pegawai, yaitu sebesar 799.160 orang. Tabel menunjukkan data

penyerapan tenaga kerja penduduk berusia 15 tahun ke atas berdasarkan status

pekerjaan utama dan jenis kelamin di Kabupaten Bandung

Tabel 2.14. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Status Pekerjaan Utama
dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung 2018
Jenis Kelamin
Status Pekerjaan Utama
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Berusaha Sendiri 161.471 81.703 243.174

Berusaha dibantu Buruh tidak tetap 93.373 67.566 160.939

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Berusaha dibantu Buruh tetap 49.667 7.956 57.623

Buruh/Karyawan/Pegawai 546.739 252.421 799.160

Pekerja Bebas di Pertanian 73.903 30.831 104.734

Pekerja Bebas di non Pertanian 89.247 16.438 105.685

Pekerja Keluarga/tak dibayar 24.358 88.718 113.076

2018 1.038.758 545.633 1.584.391

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus dalam BPS Kabupaten Bandung

II.3. Sarana dan Prasarana

Hadirnya infrastruktur strategis dapat menentukan kecepatan tumbuhnya

industri. Kehadiran infrastruktur akan memberikan aksesibilitas bagi industri, baik

aksesibilitas terhadap jalur perdagangan, sumber daya alam dan manusia, maupun

terhadap pembiayaan.

II.3.1. Jalan

Kabupaten Bandung memiliki 1.155.345 Km yang dibagi menjadi 448

ruas jalan dalam 31 Kecamatan. Ruas jalan tersebut terbagi dua jika digolongkan

pada statusnya, yaitu Jalan Kabupaten dan Jalan Desa.

II.3.2. Jaringan Listrik dan Air Minum

Ketersediaan energi listrik menjadi dasar pengembangan industri.

Semakin berkembangnya pembangunan terutama di sektor industri pengolahan

beberapa tahun terakhir sebanding dengan meningkatnya kebutuhan akan energi

listrik dewasa ini. Hampir seluruh rumah tangga teraliri listrik, namun dengan

pesatnya perkembangan disektor perumahan, maka demand terhadap listrik ini

terus meningkat, tetapi supplynya terbatas.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Sebagian besar kebutuhan listrik baik industri maupun untuk rumah tangga

di Kabupaten Bandung dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN)

dengan daya listrik terjual tahun 2015 sebesar 2.396.474.088 KWH dengan nilai

penjualan Rp. 2.377.083.741.159.

Tabel 2.15. Daya Listrik PLN Terjual Menurut Golongan dan Bulan Tarif di Kabupaten
Bandung 2018
No Bulan Produksi Nilai Penjualan
Triwulan I

1 Januari 200.338.003 201.530.348.397

2 Februari 185.616.230 184.078.971.329

3 Maret 250.011.348 199.108.453.772

Triwulan II

4 April 198.050.617 195.933.181.965

5 Mei 199.299.045 203.115.798.415

6 Juni 196.995.733 201.755.513.153

Triwulan III

7 Juli 153.845.130 150.645.523.127

8 Agustus 197.494.047 204.292.205.767

9 September 197.357.181 202.611.925.339

Triwulan IV

10 Oktober 208.601.788 212.849.845.740

11 November 204.229.979 211.348.776.359

12 Desember 204.634.987 209.813.197.796

2018 2.396.474.088 2.377.083.741.159

Sumber: : PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Majalaya dalam BPS Kab. Bandung

Sama halnya dengan kebutuhan energi listrik, kebutuhan akan air bersih

juga semakin meningkat, terutama oleh masyarakat perkotaan. Pelayanan air

bersih di Kabupaten Bandung pada saat ini sebagian disediakan oleh PDAM Tirta

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Raharja. Jumlah cakupan pelayanan air bersih ini terbatas hanya pada pusat bisnis

di Kabupaten Bandung. Cakupan pelayanan air bersih yang disediakan oleh

PDAM Tirta Raharja dari tahun 2006 sampai 2010 hampir tidak terjadi perubahan

yang signifikan. Sedangkan persentase cakupan pelayanan air bersih PDAM

relatif tidak berubah, dan cenderung turun tiap tahunnya dari 13% menjadi 8%

diperiode 2006 sampai 2010. Prosentase cakupan pelayanan air bersih ini jauh di

bawah angka rata-rata Nasional (2009) yaitu 12% untuk Indonesia. Trend

pertumbuhan banyaknya air yang disalurkan dan air yang dipakai cenderung

menurun untuk Kabupaten Bandung. Sementara itu, jumlah populasi terus

meningkat sehingga diperkirakan setelah tahun 2020, populasi menembus batas

2.2 juta orang di Kabupaten Bandung. Maka kebutuhan air bersih menjadi hall

yang vital dan kompetisi untuk mendapatkannya perlu untuk diregulasikan dengan

cermat.

Tercatat produksi air minum atau air bersih tahun 2018 sebesar 17.885.659

m3 , kelompok tarif yang terbesar adalah kelompok rumah tangga sebesar

14.589.401 m3 .

Tabel 2.16. Produksi Air Terjual Menurut Kelompok Tarif PDAM Kabupaten Bandung
2018
Kelompok Tarif
No Bulan
Rumah Tangga Niaga Badan Sosial Umum

Triwulan I

1 Januari 1.185.881 50.238 20.700 21.759

2 Februari 1.197.889 51.822 21.613 21.725

3 Maret 1.147.520 50.611 21.373 19.713

Triwulan II

4 April 1.218.620 55.947 22.048 19.796

5 Mei 1.177.076 54.726 22.296 19.427

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
6 Juni 1.219.374 53.550 22.626 19.529

Triwulan III

7 Juli 1.268.623 66.096 22.957 21.762

8 Agustus 1.164.670 52.834 22.325 19.616

9 September 1.299.667 58.377 25.404 22.421

Triwulan IV

10 Oktober 1.175.252 50.123 21.864 17.760

11 November 1.283.008 58.173 24.720 21.179

12 Desember 1.249.820 57.851 23.621 21.087

2018 14.589.401 660.438 271.547 245.744

Sumber: PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung dalam BPS Kab. Bandung

II.3.3. Kebijakan dan Regulasi

Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Bandung no. 27 Tahun 2016

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung tahun 2016 sampai

tahun 2036 bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Bandung

dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi,

selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) yang merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang

dilaksanakan Pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha. Maksud dari

disusunnya RTRW adalah sebagai pedoman operasional dalam pengelolaan

pembangunan yang mampu memadukan kepentingan sektor-sektor dan

keseimbangan perkembangan antar wilayah berdasarkan daya dukung

lingkungannya secara berkelanjutan melalui proses yang partisipatif.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Bandung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Kabupaten Bandung Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2027 Wilayah Kabupaten

Bandung meliputi daratan, perairan dan udara, terdiri dari wilayah Kecamatan

yang masing-masing merupakan suatu ekosistem. Masing-masing subsistem

meliputi aspek politik, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan kelembagaan

dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Penataan Ruang Kabupaten Bandung adalah proses perencanaan tata

ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang

diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten di wilayah yang menjadi

kewenangan Kabupaten, dalam rangka optimalisasi dan mensinergikan

pemanfaatan sumberdaya daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Bandung. Penataan ruang Kabupaten Bandung yang didasarkan pada

karakteristik dan daya dukungnya serta didukung oleh teknologi yang sesuai, akan

meningkatkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan subsistem yang satu

akan berpengaruh pada subsistem yang lainnya dan pada pengelolaan subsistem

yang satu akan berpengaruh pada subsistem yang lainnya, sehingga akhirnya akan

mempengaruhi sistem ruang secara keseluruhan serta dalam pengaturan ruang

yang dikembangkan perlu suatu kebijakan penataan ruang Kabupaten Bandung

yang memadukan berbagai kebijaksanaan pemanfaatan ruang.

Kawasan yang digunakan untuk industri adalah bentangan lahan yang

diperuntukan bagi kegiatan industri yang terdiri dari Kawasan Industri

dan Zona Industri. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan

industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang

dikembangkan dan dikelola secara terpadu oleh suatu lembaga atau institusi

tertentu. Zona Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
industri dimana prasarana dan sarana penunjangnya masih dikelola secara

individual.

Pada Bab III tentang Kedudukan, Lingkup Wilayah, Lingkup Materi dan

Jangka Waktu Perencanaan Pasal 5 tentang lingkup wilayah menyebutkan lingkup

wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung mencakup strategi

pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bandung sampai dengan

batas ruang daratan, ruang perairan, dan ruang udara menurut peraturan

perundangundanganyang berlaku, dengan luas wilayah Kabupaten Bandung

±176.238,67 Ha yang terdiri dari 31 Kecamatan yaitu : Cileunyi (±3.157,51 Ha),

Cimenyan (±5.308,33 Ha), Cilengkrang (±3.011,94 Ha), Bojongsoang (± 2.781,22

Ha), Margahayu (±1.054,33 Ha), Margaasih (±1.834,49 Ha), Katapang (±1.572,46

Ha), Dayeuhkolot (±1.102,91 Ha), Banjaran (±4.291,79 Ha), Pameungpeuk

(±1.462,32 Ha), Pangalengan (±19.540,93 Ha), Arjasari (±6.497,79 Ha), Cimaung

(±5.500,02 Ha), Cicalengka (±3.599,23 Ha), Nagreg (±4.930,29 Ha), Cikancung

(±4.013,63 Ha), Rancaekek (±4.524,83 Ha), Ciparay (±4.617,57 Ha), Pacet

(±9.193,96 Ha), Kertasari (±15.207,36 Ha), Baleendah (±4.155,54 Ha), Majalaya

(±2.536,46 Ha), Solokanjeruk (±2.400,66 Ha), Paseh (± 5.102,90 Ha), Ibun

(±5.456,51 Ha), Soreang (±2.550,68 Ha), Pasirjambu (±23.957,64 Ha), Ciwidey

(±4.846,92 Ha), Rancabali (±14.837 Ha), Cangkuang (±2.461,06 Ha).

Kutawaringin (±4.730,26 Ha)

Rencana luas kawasan peruntukan Industri adalah seluas ±5.543,03 ha

terdiri dari Kawasan Industri seluas ±3.950 ha dan Zona Industri seluas ±1.593,03

ha. Peruntukan industri seperti yang dimaksud dalam pasal 73 ayat (4) lebih

diperuntukkan bagi jenis industri yang tidak menghasilkan limbah cair dan atau

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
tidak menggunakan air banyak. Sedangkan untuk pengembangan industri polutif

dikendalikan secara ketat dengan persyaratan tidak banyak menggunakan air tanah

dalam untuk proses produksi dan memenuhi persyaratan lainnya sesuai hasil

kajian detail/teknis.

Program Pengembangan Sarana yang dirancang di dalam RTRW

Kabupaten Bandung diantaranya:

1. Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

 Pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sewa) di Kawasan perkotaan

 Pembangunan Rusunami (Rumah Susun Milik) di Kawasan perkotaan

 Pengembangan Perumahan berbasis kawasan (Kasiba dan Lisiba) di

Kawasan perkotaan dan kawasan strategis

 Penataan Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan perkotaan

 Pembentukan kelembagaan pengelola perumahan

 Penataan dan pembangunan Tempat Pemakaman Umum (TPU)

 Pengembangan kemitraan dengan pihak swasta atau masyarakat dalam

pembangunan TPU dan Tempat Pemakaman dan Bukan Umum (TPBU)

 Pengembangan dan pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

perkotaan

2. Pengembangan Fasilitas Pendidikan

 Pembangunan sarana pendidikan dengan diikuti oleh peningkatan kualitas

dan jumlah guru yang sesuai dengan kebutuhan

 Perbaikan gedung-gedung sekolah yang rusak.

3. Pengembangan Fasilitas Kesehatan

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Pembangunan sarana kesehatan dengan didukung tenaga medis

 Perbaikan sarana kesehatan.

4. Peningkatan Kualitas Sarana Peribadatan

5. Pengembangan Perdagangan

 Pengembangan sarana perdagangan dengan skala pelayanan regional di

kecamatan-kecamatan sebagai pusat pengembangan;

 Pengembangan sarana perdagangan dengan skala lokal dan lingkungan

 Pengembangan pusat-pusat perdagangan dan sentra-sentra unggulan

 Pengembangan kelembagaan usaha masyarakat

 Pengembangan sistem distribusi komoditas perdagangan daerah

 Pengembangan pusat perdagangan produk-produk pertanian.

6. Pengembangan Sarana Pemerintahan

 Peningkatan kualitas sarana pemerintahan

 Pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan.

7. Pengembangan Sarana Olahraga dan Rekreasi

 Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana penunjang objek

rekreasi alam dan budaya

 Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olah raga

8. Pengembangan Industri

 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

 Pengembangan cluster Industri di Kecamatan Majalaya, Soreang,

Kutawaringin, Dayeuhkolot, Pasirjambu

 Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Pengembangan sentra-sentra industri Potensial di Kecamatan Soreang,

Kutawaringin, Majalaya, Dayeuhkolot, Pangalengan, Ciwidey, Margaasih

9. Pengembangan Koperasi dan IKM

 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

 Pengembangan Cluster Industri di kecamayan Majalaya, Soreangm

Kutawaringin, Dayeuhkolot dan Pasirjambu

 Peningkatan Kemampuan Teknologo Industri

 Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial di Kecamatan Soreang,

Kutawaringin, Majalaya, Dayeuhkolot, Pangalengan, Ciwidey dan

Margaasih.

10. Pengembangan Investasi Daerah

 Pengembangan Kebijakan Investasi Daerah

 Pengembangan Kerjasama Investasi Daerah

 Peningkatan Investasi dalam pembangunan perekonomian Daerah.

II.4. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah

Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kabupaten

Bandung dapat dilakukan melalui penguatan sentra IKM, unit pelayanan teknis

(UPT), peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga penyuluh lapangan (TPL),

konsultan, dan penyediaan pusat-pusat promosi pengembangan IKM.

II.4.1. Jumlah Industri Kecil dan Menengah

Jumlah Industri Kecil dan menengah di Kabupaten Bandung bervariasi di

setiap kecamatannya. Terdapat 6075 IKM Agro yang tersebar di 31 Kecamatan.

Kecamatan Cileunyi menjadi kecamatan yang memiliki IKM Agro terbanyak

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
dengan 599 unit IKM Agro. Mayoritas IKM Agro yang berada di Kecamatan

Cileunyi merupakan IKM Olahan Makanan seperti Telor Asin, Kripik, makanan

ringan dan lainnya. Sedangkan untuk Kecamatan yang memiliki IKM Terendah

adalah Kecamatan Cangkuang dengan Jumlah IKM Agro sebesar 63 yang

mayoritas diisi oleh IKM Agro Makanan olahan seperti kerupuk, Pastry, olahan

susu.

II.4.2. Sentra Industri Kecil dan Menengah

Sentra IKM adalah kawasan yang di dalamnya terdapat kegiatan proses

produksi untuk suatu komoditi kegiatan ekonomi yang telah terbentuk secara

alami yang ditunjang oleh sarana untuk berkembangnya produk atau jasa yang

terdiri dari sekumpulan pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Di area sentra

tersebut terdapat kesatuan fungsional secara fisik: lahan, geografis, infrastruktur,

kelembagaan dan sumberdaya manusia, yang berpotensi untuk berkembangnya

kegiatan ekonomi di bawah pengaruh pasar dari suatu produk yang mempunyai

nilai jual dan daya saing tinggi.

Jumlah IKM Agro di Kabupaten Bandung adalah sebesar 6.075 unit IKM

yang menyerap 17.761 tenaga kerja yang diantaranya adalah 8.490 tenaga kerja

laki-laki dan 8.851 tenaga kerja wanita. Sedangkan dari sektor non agro,

Kabupaten Bandung memiliki 6930 unit IKM non agro yang menyerap 49.115

orang tenaga kerja yang meliputi 34.111 tenaga kerja laki-laki dan 14.827 tenaga

kerja wanita

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Tabel 2.17. Jumlah IKM Agro di Kabupaten Bandung per Tahun 2019
Jumlah Jumlah Tenaga Kerja
No Kecamatan Nilai Investasi
IKM Agro L P Total
1 Arjasari 294 301 293 594 Rp 984.000.000
2 Baleendah 204 225 194 419 Rp 705.500.000
3 Banjaran 383 338 377 715 Rp 1.148.300.000
4 Bojongsoang 120 146 131 277 Rp 455.000.000
5 Cangkuang 63 85 93 178 Rp 320.000.000
6 Cicalengka 113 142 116 258 Rp 463.500.000
7 Cikancung 66 63 89 152 Rp 255.000.000
8 Cilengkrang 163 233 210 443 Rp 801.500.000
9 Cileunyi 599 675 715 1390 Rp 2.408.500.000
10 Cimaung 172 195 248 443 Rp 801.500.000
11 Cimenyan 244 307 330 637 Rp 1.468.500.000
12 Ciparay 403 355 397 752 Rp 1.213.300.000
13 Dayeuhkolot 64 116 97 213 Rp 317.500.000
14 Ibun 306 321 273 594 Rp 922.500.000
15 Katapang 244 382 385 767 Rp 871.600.000
16 Kertasari 292 292 297 589 Rp 938.000.000
17 Kutawaringin 69 59 87 146 Rp 237.300.000
18 Majalaya 130 169 141 310 Rp 548.100.000
19 Margaasih 94 130 104 234 Rp 388.600.000
20 Margahayu 243 264 256 520 Rp 1.023.600.000
21 Nagreg 261 303 368 671 Rp 1.219.500.000
22 Pacet 141 153 145 298 Rp 597.000.000
23 Pemeungpeuk 207 232 235 467 Rp 852.100.000
24 Pangalengan 381 45 451 916 Rp 1.528.600.000
25 Paseh 139 176 131 307 Rp 591.800.000

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
26 Pasir Jambu 374 567 507 1074 Rp 1.602.400.000
27 Rancabali 194 215 208 423 Rp 821.300.000
28 Rancaekek 216 237 241 478 Rp 903.000.000
29 Solokanjeruk 115 265 257 522 Rp 484.000.000
30 Ciwidey 413 820 806 1626 Rp 1.855.900.000
31 Soreang 314 679 669 1348 Rp 1.350.000.000
Jumlah 6075 8490 8851 17761

Tabel 2.18. Jumlah IKM Non Agro di Kabupaten Bandung Tahun 2019
Jumlah Jumlah Tenaga Kerja
No Kecamatan Nilai Investasi
IKM Agro L P Total
1 Arjasari 42 229 90 319 Rp. 53.850.000.000
2 Baleendah 300 1457 466 1923 Rp. 1.012.660.000.000
3 Banjaran 211 1131 483 1614 Rp. 280.641.520.000
4 Bojongsoang 111 575 257 832 Rp. 9.964.150.000.000
5 Cangkuang 88 448 246 694 Rp. 540.000.000
6 Cicalengka 268 1395 588 1983 Rp. 217.840.000.000
7 Cikancung 447 2169 1310 3479 Rp. 1.483.000.000.000
8 Cilengkrang 38 188 95 283 Rp. 270.000.000
9 Cileunyi 209 1128 455 1583 Rp. 84.346.000.000
10 Cimaung 112 624 255 879 Rp. 1.245.000.000
11 Cimenyan 98 534 247 781 Rp. 292.000.000
12 Ciparay 215 1092 488 1580 Rp. 1.808.400.000
13 Dayeuhkolot 198 1019 400 1419 Rp. 1.471.658.277.679
14 Ibun 326 1921 867 2788 Rp. 23.271.912.000
15 Katapang 245 830 346 1176 Rp. 326.793.516.865
16 Kertasari 94 518 190 708 Rp. 1.415.000.000
17 Kutawaringin 1048 4904 1885 6789 Rp. 31.033.000.000
18 Majalaya 418 1611 718 2329 Rp. 1.471.060.000.000
19 Margaasih 551 2849 1195 4044 Rp. 1.610.010.000.000
20 Margahayu 430 2024 938 3142 Rp. 2.579.160.000.000

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
21 Nagreg 132 680 277 957 Rp. 615.000.000.
22 Pacet 78 401 187 585 Rp. 11.447.000.000
23 Pemeungpeuk 106 582 207 789 Rp. 144.511.732.000
24 Pangalengan 176 944 403 1347 Rp. 1.218.000.000
25 Paseh 178 719 338 1057 Rp. 12.898.320.000
26 Pasir Jambu 57 281 151 432 Rp. 4.055.000.00
27 Rancabali 32 183 72 255 Rp. 7.872.500.000
28 Rancaekek 151 727 392 1119 Rp. 427.852.000.000
29 Solokanjeruk 102 517 235 752 Rp. 21.134.619.456
30 Ciwidey 84 442 215 657 Rp. 205.000.000
31 Soreang 385 1989 831 2820 Rp. 18.916.000.000
Jumlah 6930 34111 14827 49115

II.4.3. Penyebaran IKM di Setiap Kecamatan

Dari data diatas, penyebaran IKM baik Agro dan Non Agro di setiap

kecamatannya sangatlah beragam, oleh karena itu berikut adalah review tiap IKM

per Kecamatan:

1. Kecamatan Arjasari
IKM Kecamatan Arjasari
42
13% IKM AGRO

IKM AGRO
Kecamatan Arjasari
IKM NON AGRO

berjumlah 294 unit


294
88% usaha dan masih

didominasi oleh

olahan makanan seperti olahan makanan yang terbuat dari Daging ayam,

ikan, singkong, kulit hewan dan susu. Sedangkan IKM NON AGRO

Kecamatan Arjasari berjumlah 42 unit IKM non Agro dengan produk

unggulan berupa pengrajin gitar.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
2. Kecamatan Baleendah

IKM AGRO
IKM Kecamatan Baleendah
Kecamatan
204
40%
Baleendah
IKM AGRO
IKM NON AGRO
berjumlah 204 unit
300
60%

usaha dan masih

didominasi oleh

olahan makanan

seperti olahan makanan yang terbuat dari Daging ayam, ikan, singkong, kulit

hewan dan susu. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan Baleendah

berjumlah 300 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri

Konveksi. Di Kecamatan ini terdapat kampung seni Jelekong yang sangat

terkenal dengan komoditas karya seninya.

3. Kecamatan
IKM Kecamatan Banjaran

211
Banjaran
36%

IKM AGRO IKM AGRO


IKM NON AGRO

Kecamatan
383
64%
Baleendah

berjumlah 383 unit

usaha dan masih

didominasi oleh olahan makanan seperti olahan makanan yang terbuat dari

Daging ayam, ikan, singkong, kulit hewan dan susu. Terdapat industri Kopi

yang bisa menjadi industri unggulan. Sedangkan IKM NON AGRO

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Kecamatan Baleendah berjumlah 211 unit IKM non Agro dengan produk

unggulan berupa Industri Konveksi dan Sepatu.

4. Kecamatan Bojongsoang

IKM AGRO
IKM Kecamatan Bojongsoang

Kecamatan

111
Bojongsoang
48% IKM AGRO
120
52% IKM NON AGRO
berjumlah 120 unit

usaha dan masih

didominasi oleh

olahan makanan

seperti olahan makanan yang terbuat dari Daging ayam, ikan, singkong, kulit

hewan dan susu, industri bakery dan industri kerupuk. Sedangkan IKM NON

AGRO Kecamatan Bojongsoang berjumlah 111 unit IKM non Agro dengan

produk unggulan berupa Industri Konstruksi.

5. Kecamatan Cangkuang

IKM AGRO
IKM Kecamatan Cangkuang

Kecamatan
63
42%
Cangkuang
IKM AGRO
IKM NON AGRO

88
berjumlah 63 unit
58%

usaha dan masih

didominasi oleh

olahan makanan

seperti industri bakery dan kue kering. Sedangkan IKM NON AGRO

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Kecamatan Cangkuang berjumlah 88 unit IKM non Agro dengan produk

unggulan berupa Industri pakaian jadi.

6. Kecamatan
IKM Kecamatan Cicalengka
113
30% Cicalengka

IKM AGRO
IKM AGRO
IKM NON AGRO
Kecamatan

268 Cicalengka
70%

berjumlah 113 unit

usaha dan masih

didominasi oleh olahan makanandan industri Tembakau. Sedangkan IKM

NON AGRO Kecamatan Cicalengka berjumlah 268 unit IKM non Agro

dengan produk unggulan berupa Industri konveksi dan kerudung.

7. Kecamatan Cikancung

IKM AGRO
IKM Kecamatan Cikancung
66
Kecamatan
13%

Cikancung
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 66 unit

usaha dan masih


447
87%
didominasi oleh

olahan makanan

seperti industri kue basah khususnya di area kampung Gorowek. Sedangkan

IKM NON AGRO Kecamatan Cikancung berjumlah 447 unit IKM non Agro

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
dengan produk unggulan berupa Industri konveksi (lap piring), kerudung dan

pengrajin anyaman banmu.

8. Kecamatan Cilengkrang

IKM AGRO
IKM Kecamatan Cilengkrang
52 Kecamatan
24%

Cilengkrang
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 163 unit

usaha dan masih


163
76%
didominasi oleh

olahan hasil bumi

berupa olahan singkong dan produk unik seperti cistik ubi ungu. Sedangkan

IKM NON AGRO Kecamatan Cilengkrang berjumlah 38 unit IKM non Agro

dengan produk unggulan berupa Industri konveksi dan tas.

9. Kecamatan Cileunyi

IKM AGRO
IKM Kecamatan Cileunyi
209 Kecamatan
26%

Cileunyi berjumlah
IKM AGRO
IKM NON AGRO 599 unit usaha dan

masih didominasi
599
74%
oleh olahan

makanan berupa

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
telur asin dan keripik singkong. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan

Cileunyi berjumlah 209 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa

Industri konveksi dan kirai. Kecamatan Cileunyi memiliki satu daerah unik

yang dinamakan 1001 kampung yang terletak di Pasir Tukul, Cileunyi Wetan.

10. Kecamatan Cimaung

IKM AGRO
IKM Kecamatan Cimaung
Kecamatan
112
39%
Cimaung
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 172 unit
172
61% usaha dan masih

didominasi oleh

olahan makanan

hasil bumi seperti olahan ubi jalar dan kopi. Sedangkan IKM NON AGRO

Kecamatan Cimaung berjumlah 112 unit IKM non Agro dengan produk

unggulan berupa Industri konveksi, tekstil, kulit dan sepatu untuk militer.

11. Kecamatan Cimenyan

IKM AGRO
IKM Kecamatan Cimenyan
98
Kecamatan
29%

Cimenyan
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 244 unit

usaha dan masih


244
71%

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
didominasi oleh olahan makanan hasil bumi seperti olahan singkong.

Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan Cimenyan berjumlah 98 unit IKM

non Agro dengan produk unggulan berupa Industri Busana muslim dan

keramik hias.

12. Kecamatan Ciparay

IKM AGRO
IKM Kecamatan Ciparay
Kecamatan Ciparay
215
35%
berjumlah 403 unit
IKM AGRO
IKM NON AGRO usaha dan masih

403 didominasi oleh


65%

olahan makanan

seperti kerupuk

elod, tempe dan pengolahan pisang. Sedangkan IKM NON AGRO

Kecamatan Ciparay berjumlah 215 unit IKM non Agro dengan produk

unggulan berupa Industri konveksi dan anyaman bambu. Terdapat pula IKM

yang memproduksi tas golf.

13. Kecamatan Ciwidey

IKM AGRO
IKM Kecamatan Ciwidey
84 Kecamatan
17%

Ciwidey berjumlah
IKM AGRO
IKM NON AGRO 413 unit usaha dan

413
83%

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
masih didominasi oleh olahan makanan hasil bumi seperti olahan singkong

dan kopi ditambah dengan adanya industri pengolahan strawberry dan

pengolahan susu. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan Ciwidey

berjumlah 84 unit IKM non Agro.

14. Kecamatan Dayeuhkolot

IKM AGRO
IKM Kecamatan Dayeuhkolot
64 Kecamatan
24%

Dayeuhkolot
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 64 unit

usaha dan masih


198
76%
didominasi oleh

olahan makanan

kue kering dan industri kopi luwak. Sedangkan IKM NON AGRO

Kecamatan Dayeuhkolot berjumlah 198 unit IKM non Agro dengan produk

unggulan berupa Industri tekstil dan konveksi.

15. Kecamatan Ibun

IKM AGRO
IKM Kecamatan Ibun
Kecamatan Ibun

berjumlah 306 unit


306
48% IKM AGRO
326
52% IKM NON AGRO

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
usaha dan masih didominasi oleh olahan makanan seperti borondong, olahan

gula aren dan Tembakau. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan

Cimenyan berjumlah 326 unit IKM non Agro dengan produk unggulan

berupa Industri tenun. Disini juga terdapat IKM yang memproduksi barang

barang perlengkapan balita dan kerudung.

16. Kecamatan Katapang

IKM AGRO
IKM Kecamatan Katapang
Kecamatan

Katapang
245 244 IKM AGRO
50% 50% IKM NON AGRO berjumlah 244 unit

usaha dan masih

didominasi oleh

olahan makanan

hasil bumi seperti olahan daun teh dan Industri kue kering. Sedangkan IKM

NON AGRO Kecamatan Katapang berjumlah 245 unit IKM non Agro

dengan produk unggulan berupa Industri konveksi dan pengrajin sarang

burung. Disini jug aterdapat produsen perlengkapan golf.

17. Kecamatan Kertasari

IKM AGRO
IKM Kecamatan Kertasari
94 Kecamatan
24%

Kertasari
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 292 unit

292
76%

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
usaha dan masih didominasi oleh olahan makanan seperti kopi dan olahan

sirup yang terbuat dari wortel dan terong. Sedangkan IKM NON AGRO

Kecamatan Kertasari berjumlah 94 unit IKM non Agro yang meyoritas

memproduksi boneka.

18. Kecamatan Kutawaringin

IKM AGRO
IKM Kecamatan Kutawaringin
Kecamatan
69
6%

Kutawaringin
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 69 unit

usaha dan masih


1048
94%

didominasi oleh

olahan makanan

seperti olahan kerupuk. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan

Kutawaringin berjumlah 1048 unit IKM non Agro dengan produk unggulan

berupa Industri Jeans, konveksi dan pengrajin bambu.

19. Kecamatan Majalaya

IKM AGRO
IKM Kecamatan Majalaya
130 Kecamatan
24%

Majalaya
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 130 unit

418
76%

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
usaha dan masih didominasi oleh olahan makanan seperti Kerupuk, ikan

pepes dan makanan ringan. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan

Majalaya berjumlah 418 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa

Industri tenun.

20. Kecamatan Margaasih

IKM AGRO
IKM Kecamatan Margaasih
95
Kecamatan
13%

Margaasih
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 95 unit

usaha dan masih


633
87%
didominasi oleh

olahan makanan

seperti keripik dan olahan makanan lainnya. Sedangkan IKM NON AGRO

Kecamatan Margaasih berjumlah 633 unit IKM non Agro dengan produk

unggulan berupa Industri tas, topi dan konveksi.

21. Kecamatan Margahayu

IKM AGRO
IKM Kecamatan Margahayu
Kecamatan
243
36%
Margahayu
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 243 unit

430
64%

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
usaha dan masih didominasi oleh olahan makanan seperti Tape Uli.

Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan Margahayu berjumlah 430 unit

IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri boneka, tas, sepatu

dan sandal.

22. Kecamatan Nagrek

IKM AGRO
IKM Kecamatan Nagrek
Kecamatan Nagrek
132
34%
berjumlah 261 unit
IKM AGRO
IKM NON AGRO usaha dan masih

261
didominasi oleh
66%

olahan makanan

hasil bumi seperti

olahan tembakau, jagung dan olahan daging. Terdapat pula industri bata

merah (LIO). Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan Nagrek berjumlah

132 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri Tas,

dompet, boneka dan kerudung.

23. Kecamatan Pacet

IKM AGRO
IKM Kecamatan Pacet
Kecamatan Pacet
78
36%
berjumlah 141 unit
IKM AGRO
IKM NON AGRO

141
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA
64% PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
usaha dan masih didominasi oleh olahan makanan hasil bumi seperti olahan

ubi jalar, kopi dan ikan pindang. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan

Pacet berjumlah 78 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa

Industri kerudung dan anyaman bambu.

24. Kecamatan Pameungngpeuk

IKM AGRO
IKM Kecamatan Pameungpeuk
Kecamatan
106
34%

Pameungpeuk
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 207 unit

207 usaha dan masih


66%

didominasi oleh

olahan makanan

seperti opak dan kelontong. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan

Pameungpeuk berjumlah 106 unit IKM non Agro dengan produk unggulan

berupa Industri bendo

25. Kecamatan Pangalengan

IKM AGRO
IKM Kecamatan Pangalengan
Kecamatan
176
32%

Pangalengan
IKM AGRO
IKM NON AGRO

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA


381
68%
PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
berjumlah 381 unit usaha dan masih didominasi oleh olahan makanan hasil

bumi seperti olahan kopi, teh, olahan susu sapi, dan industri kue kering.

Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan Pangalengan berjumlah 176 unit

IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri konveksi, kerajian

bambu, dan miniatur gitar.

26. Kecamatan Paseh

IKM AGRO
IKM Kecamatan Paseh
Kecamatan Paseh

139 berjumlah 139 unit


44%
IKM AGRO
IKM NON AGRO usaha dan masih
178
56%

didominasi oleh

olahan makanan

hasil bumi seperti

olahan singkong dan ranginang. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan

Paseh berjumlah 178 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa

Industri kain tenun dan daur ulang benang.

27. Kecamatan Pasirjambu

IKM AGRO
IKM Kecamatan Pasirjambu
57
Kecamatan
13%

Pasirjambu
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 374 unit

374
87%

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
usaha dan masih didominasi oleh olahan makanan seperti olahan susu, belut,

dodol dan kopi. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan Pasirjambu

berjumlah 57 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri

golok.

28. Kecamatan Rancabali

IKM AGRO
IKM Kecamatan Rancabali
32
Kecamatan
14%

Rancabali
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 194 unit

usaha dan masih


194
86%
didominasi oleh

olahan makanan

hasil bumi seperti olahan singkong, teh dan strawberry. Sedangkan IKM

NON AGRO Kecamatan Rancabali berjumlah 32 unit IKM non Agro dengan

produk unggulan berupa Industri konveksi dan anyaman

29. Kecamatan Rancaekek

IKM Kecamatan Rancaekek IKM AGRO

151
Kecamatan
41%

IKM AGRO
IKM NON AGRO

216
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA
59%
PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Rancaekek berjumlah 216 unit usaha dan masih didominasi oleh olahan

makanan seperti olahan susu dan opak. Sedangkan IKM NON AGRO

Kecamatan Rancaekek berjumlah 151 unit IKM non Agro dengan produk

unggulan berupa Industri konveksi.

30. Kecamatan Solokanjeruk

IKM AGRO
IKM Kecamatan Solokanjeruk
Kecamatan

Solokanjeruk
102
47%
IKM AGRO
115
53%
IKM NON AGRO berjumlah 115 unit

usaha dan masih

didominasi oleh

olahan makanan

seperti kerupuk dan telur asin. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan

Solokanjeruk berjumlah 102 unit IKM non Agro dengan produk unggulan

berupa Industri konveksi dan pembuatan keset.

31. Kecamatan Soreang

IKM AGRO
IKM Kecamatan Soreang
Kecamatan

314
Soreang berjumlah
45%
IKM AGRO

385
IKM NON AGRO 314 unit usaha dan
55%

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
masih didominasi oleh olahan makanan dan keripik. Sedangkan IKM NON

AGRO Kecamatan Soreang berjumlah 385 unit IKM non Agro dengan

produk unggulan berupa Industri konveksi, sepatu dan jaket kulit.

II.4.4. Penyerapan Tenaga Kerja

Jumlah IKM Agro di Kabupaten Bandung adalah sebesar 6.075 unit IKM

yang menyerap 17.761 tenaga kerja yang diantaranya adalah 8.490 tenaga kerja

laki-laki dan 8.851 tenaga kerja wanita. Sedangkan dari sektor non agro,

Kabupaten Bandung memiliki 6930 unit IKM non agro yang menyerap 49.115

orang tenaga kerja yang meliputi 34.111 tenaga kerja laki-laki dan 14.827 tenaga

kerja wanita. Kecamatan yang menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak dari

sektor IKM Agro adalah Kecamatan Ciwidey dengan jumlah 1626 orang.

Sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Cikancung dengan Jumlah 152

Orang. Sedangkan dari sektor non agro, Kecamatan Kutawaringin menjadi

penyumbang tenaga kerja terbesar dengan 6.789 tenaga kerja, sedangkan

kecamatan Rancabali menjadi kecamatan yang paling sedikit tenaga kerja non

agro dengan 255 orang.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
BAB III

VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI

III.1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah

III.1.1. Visi Pembangunan Daerah

Berdasarkan penelaahan terhadap dokumen rencana pembangunan terkait

serta hasil identifikasi terhadap permasalahan dan isu strategis di Kabupaten

Bandung, maka dibutuhkan perumusan visi Pemerintah Kabupaten Bandung

sebagai pedoman arah kebijakan lima tahun mendatang. Visi ini dibuat untuk

menentukan fokus dan arah gerak Pemerintah Kabupaten Bandung dalam bekerja

menuntaskan isu-isu yang ada dan meminimalisasi potensi permasalahan di masa

mendatang. Visi Pemerintah Kabupaten Bandung adalah:

“Memantapkan Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya

Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi

Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan

Lingkungan”

Di dalam visi pembangunan Kabupaten Bandung di atas, terkandung

beberapa pokok- pokok visi yang secara rinci dapat diterjemahkan sebagai

berikut:

a. Maju
Kondisi Kabupaten Bandung yang unggul yang didukung oleh sumber

daya manusia yang memiliki intelektualitas tinggi, memiliki moral yang

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
baik, kreatif, dan inovatif sehingga membentuk masyarakat yang produktif

serta dikung oleh kondisi lingkungan yang lestari yang dapat mendukung

terselenggaranya berbagai aktivitas yang sejalan untuk mencapai kemajuan

daerah.

b. Mandiri
Kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang mampu memenuhi

kebutuhan sendiri, untuk lebih maju serta mampu mewujudkan kehidupan

yang sejajar dan sederajat dengan daerah lain yang telah maju, dengan

mengandalkan potensi dan kemampuan yang dimiliki

c. Berdaya Saing
Kondisi Kabupaten Bandung yang didukung oleh perekonomian yang

kompetitif melalui pengembangan ekonomi kreatif dan pembangunan

infrastruktur penunjang dengan ditunjang oleh kondisi masyarakat yang

memiliki kemampuan untuk menempatkan diri unggul dalam kontek

sektoral, mampu membuka diri terhadap tindak inovatif untuk

memperoleh keuntungan dari persaingan, baik pada tingkat regional,

nasional dan internasional.

d. Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Kondisi Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Bandung yang

dilakukan secara bersama- sama antara Pemerintah, Masyarakat dan

Swasta, dan bertanggungjawab, dengan menjaga sinergitas interaksi yang

bersifat konstruktif diantara tiga dominan utama, yaitu pemerintah, swasta

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
dan masayrakat, dengan mempertimbangkan efisiensi, efektivitas,

partisipatif yang berlandaskan hukum, menjunjung tinggi keadilan,

demokrasi, transparan, responsif serta berorientasi pada konsensus,

kesetaraan dan akuntabel.

e. Sinergi Pembangunan Perdesaan


Kondisi pelaksanaan pembangunan pembangunan perdesaan di Kabupaten

Bandung yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan menyeluruh

dalam berbagai aspek pembangunan, dengan memperhatikan peningkatkan

kualitas SDM kelembagaan perdesaan, peningkatan ketersediaan

infrastruktur perdesaan, penyediaan sistem transportasi perdesaan yang

memadai, peningkatan produk pertanian yang berdaya saing, pemenuhan

kebutuhan pa/ngan masyarakat serta pemberdayaan masyarakat perdesaan.

f. Religius

Kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang memiliki nilai- nilai,

norma, semangat dan kaidah agama, yang harus menjiwai, mewarnai dan

menjadi ruh atau pedoman bagi seluruh aktivitas kehidupan, termasuk

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pemangunan, dengan

tetap menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan hidup beragama.

g. Kultural
Kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang memiliki nilai- nilai budaya

sunda yang baik, melekat dan menjadi jati diri, yang harus terus tumbuh

dan berkembang seiring dengan laju pembangunan, serta menjadi perekat

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
bagi keselarasan dan kestabilan sosial. Pengembangan budaya sunda

tersebut dilakukan dengan tetap menghargai pluralitas kehidupan

masayrakat secara proporsional.

h. Berwawasan Lingkungan
Kondisi masyarakat Kabupaten Bandung memiliki pengertian dan

kepedulian yang tinggi terhadap keseimbangan alam dan kelestarian

lingkungan yang didasari oleh kesadaran akan fungsi strategis lingkungan

terhadap keberlangsungan hidup manusia. Daya dukung dan kualitas

lingkungan, harus menjadi acuan utama segala aktivitas pembangunan,

agar tercipta tatanan kehidupan yang seimbang, nyaman dan

berkelanjutan.

III.1.2. Misi Pembangunan Daerah

Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan

memperhatikan kondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan, serta

memperhitungkan peluang yang dimiliki, Pemerintah Kabupaten Bandung

menetapkan sembilan misi pembangunan sebagai berikut:

 Misi Pertama: “Meningkatkan kualitas dan cakupan layanan

pendidikan”

Misi peningkatan kualitas dan cakupan layan pendidikan sejalan dengan

visi Kabupaten Bandung, khususnya dalam upaya membangun “Sumber

Daya Manusia yang Berkualitas”. Perbaikan dalam sektor pendidikan

menjadi misi pertama yang diusung dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Kabupaten Bandung Tahun 2016 – 2021. Penetapan sektor

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
pendidikan sebagai prioritas pertama didasari oleh pentingnya aspek ini dalam

pembangunan Kabupaten Bandung, masyarakat Kabupaten Bandung sebagai

aktor utama dalam penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Bandung perlu

memiliki kapasitas dan daya saing dalam mendukung keberhasilan

pembangunan Kabupaten Bandung.

Dalam rangka membangun sumber daya manusia Kabupaten Bandung

yang berkualitas maka diperlukan upaya – upaya untuk meningkatkan kualitas

dan cakupan layanan pendidikan, yang mana antara lain dengan meningkatkan

jumlah fasilitas pendidikan, terutama fasilitas sekolah menengah atas yang

tersebar secara merata dan mencakup seluruh wilayah, meningkatkan kualitas

pada fasilitas- fasilitas pendidikan melalui peningkatan efisiensi sekolah,

meningkatkan kualitas tenaga pengajar, serta meningkatkan kompetensi siswa

melalui penguasaan budaya lokal, olah raga dan keterampilan lain.

 Misi Kedua: “Mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan

kesehatan”

Seperti halnya misi pengembangan sektor pendidikan, misi

mengoptimalkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan juga sejalan

dengan upaya menciptakan “Sumber Daya Manusia yang Berkualitas”.

Dalam hal ini drajat kesehatan penduduk menjadi fokusyang ingin dicapai

melalui misi ini. Drajat kesehatan masyarakat menjadi satu tolak ukur bagi

kualitas SDM yang secara langsung berpengaruh terhadap produktivitas

penduduk. SDM yang kreatif, inovatif dan kontributif terhadap pembangunan

Kabupaten Bandung tidak akan berpengaruh signifikan terhadap

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
pembangunan Kabupaten Bandung tanpa didukung oleh drajat kesehatan

penduduk yang tinggi.

Untuk mendukung misi ini, beberapa upaya peningkatan kuantitas fasilitas

kesehatan serta upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan perlu

dilakukan. Dijabarkan lebih rinci beberapa upaya untuk mendukung

pencapaian misi ini antara lain meningkatkan kuantitas dan kualitas

puskesmasdan rumah sakit, menurunkan angka kesakitan penduduk melalui

berbagai upaya pemberdayaan dan peningkatan kesadaranmasyarakat untuk

menjaga pola hidup bersih serta meningkatkan jumlah tenaga medis secara

optimal yang melayani seluruh wilayah Kabupaten Bandung.

 Misi Ketiga: “Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang terpadu

tata ruang wilayah dengan memperhatikan aspek kebencanaan”

Penyediaan infrastruktur dasar memiliki pengaruh luas terhadap

pembangunan di berbagai sektor. Infrastruktur dasar dalam hal ini meliputi

infrastruktur transportasi, infrastruktur air bersih, infrastruktur air limbah,

infrastruktur telekomunikasi dan infrastruktur energi. Dalam

implementasinya, pembangunan infrastruktur terkait erat dengan tata ruang.

Pengembangan infrastruktur dapat menstimulus perkembangan guna lahan

suatu wilayah, sehingga perencanaan infrastruktur dan perencanaan tata ruang

perlu dilakukan secara seiring untuk menciptakan adanya keterpaduan.

Upaya- upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan ketersediaan

dan kualitas infrastruktur dan keterpaduan tata ruang wilayah antara lain

melalui mengoptimalkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar serta

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
mewujudkan perencanaan tata ruang secara simultan, mulai dari perencanaan

tata ruang, hingga ke pemanfaatan ruang dan pengendalian permanfaatan

ruang.

Aspek kebencanaan merupakan salah satu komponen yang perlu

diakomodir dalam perencanaan pembangunan. Hal tersbut didasari oleh

kondisi Kabupaten Bandung yang memiliki beberapa potensi bencan.

Meninjau historis kebelakang, beberapa bencana cenderung tidak dapat

dihindarkan dan menggangu stabilitas pembangunan. Mitigasi berupa

pencegahan terjadinya bencana tidak akan menghilangkan seluruh resiko

bencana. Berdasarkan hal tersebut, maka upaya terkait penanganan aspek

kebencanaan selain mengakomodir upaya mitigasi pelu pula untuk diarahkan

pada upaya adaptasi berupa rekayasa infrastruktur dan fasilitas publik agar

memiliki kelentingan terhadap bencana.

 Misi Keempat: : “Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Masyarakat”

Penetapan misi meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat sejalan

dengan upaya membangun sumber daya manusia Kabupaten Bandung yang

berkualitas. Dengan meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat,

diharapkan secara tidak langsung menciptakan stabilitas kemanan wilayah.

Beberapa upaya yang akan diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan

sosial masyarakat antara lain dengan peningkatan upaya pemenuhan layanan

bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), serta peningkatan

partisipasi masayrakat dalam upaya pengentasan masalah kesejahteraan

sosial.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Misi Kelima: “Menciptakan Pembangunan Ekonomi yang memiliki

keunggulan kompetitif”

Pembangunan ekonomi memiliki cakupan yang luas meliputi beberapa

sektor, seperti misalnya perdagangan dan jasa, pertanian, idustri, pariwisata,

koperasi dan IKM serta investasi dan modal. Misi menciptakan pembangunan

ekonomi ini sejalan dengan pokok visi pembangunan Kabupaten Bandung

untuk menciptakan “Perekonomian yang Berdaya Saing”.

Untuk sektor industri dan jasa, perkembangan diarahkan untuk mendorong

potensi perdagangan dan jasa dalam rangka meningkatkan PAD. Pada kondisi

eksisting, perdagangan dan jasa merupakan sektor yang memiliki potensi

besar untuk dikembangkan di Kabupaten Bandung. Meskipun demikian pada

kondisi eksisting pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal.

Sektor perdagangan dan jasa erat kaitannya dengan transaksi yang terjadi

di suatu wilayah, untuk mendorong transaksi maka berbagai upaya seperti

misalnya meningkatkan jaminan ketersediaan kontinuitas pasokan komoditas,

menciptakan kepastian mengenai mutu dan harga barang, serta memberikan

jaminan mengenai stabilitas harga barang perlu dilakukan. Sejalan dengan

upaya- upaya tersebut, regulasi terkait perdagangan berperan penting untuk

memberikan arahan serta batasan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hal

tersebut maka untuk mengoptimalkan sektor perdagangan, perlu pula

ditunjang dengan keberadaan regulasi terkait usaha perdagangan dan jasa

yang memadai.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Untuk sektor industri, pengembangan diarahkan pada optimalisasi

pengembangan potensi pariwisata serta peningkatan pengelolaan objek wisata

eksisting. Upaya- upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan

sektor pariwisata dalam rangka meningkatkan competitive advantage sektor

ekonomi Kabupaten Bandung antara lain melalui kerjasama antara

pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha serta melalui branding dan

promosi pemasaran objek wisata.

Untuk sektor industri, pengembangan lebih diarahkan pada mendorong

perkembangan industri konvensional menuju industri berteknologi tinggi dan

ramah lingkungan. Beberapa upaya terkait antara lain melalui insentif dan

insentif bagi industri yang telah melakukan pemanfaatan teknologi tinggi

dalam hal produksi dan pengelolaan limbah. Selain dari pada itu, untuk

memberikan imbas pada perekonomian lokal, maka keberadaan sektor

industri perlu dikaitkan dengan penggunaan sumber daya dan bahan baku

lokal.

Adapun untuk sektor pertanian dan perikanan, pengembangan lebih

diarahkan pada pengoptimalan potensi pertanian dan peternakan serta

penguasaan petani dna peternak terhadap teknologi pertanian dan peternakan.

 Misi Keenam: “Meningkatkan Kelestarian Lingkungan Hidup”

Selain ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan sektor

ekonomi yang berdaya saing, untuk menciptakan pembangunan Kabupaten

Bandung yang berkelanjutan perlu pula ditopang oleh pengelolaan

lingkungan hidup.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Bandung diarahkan pada

upaya menetralisir dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan- kegiatan

yang memacu perumbuhan ekonomi. Upaya yang dapat dilakukan untuk

memelihara dan mengelola lingkungan hidup antara lain melalui

penanggulangan pencemaran lingkungan, baik oleh limbah padat, cair

maupun udara.

 Misi Ketujuh: “Meningkatkan Kemandirian Desa”

Penetapan misi ini dilatar belakangi oleh kondisi fisik Kabupaten Bandung

eksisting yang lebih didominasi oleh kawasan perdesaan. Pembangunan

perdesaan tidak semata- mata dilakukan melalui pembangunan infrastruktur

perdesaan, lebih dari itu pembangunan perdesaan perlu mengedepankan

pemberdayaan masyarakat perdesaan sebagai pelaku utama pembangunan

desa. Melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu menciptakan

kemandirian desa yang jika diakumulasikan dalam skala kabupaten akan

bersinergi mendukung pembangunan Kabupaten Bandung.

Misi meningkatkan kemandirian desa melalui pemberdayaan masyarakat

ini sejalan dengan upaya pencapaian pokok visi menciptakan “sumber daya

manusia yang berkualitas” serta “ekonomi yang berdaya saing”. Beberapa

upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemandirian desa antara

lain dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat perdesaan,

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, serta

meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur di perdesaan.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Misi Kedelapan: “Meningkatkan reformasi birokrasi”

Untuk menjamin tercapainya pembangunan “Sumber Daya Manusia

yang Berkualitas”, “Ekonomi yang Berdaya Saing”, serta “Lingkungan

yang Lestari”, maka perlu ditunjang oleh kapasitas aparatur. Dalam hal ini

unsur pemerintahan akan berperan sebagai agen yang menjaga keseimbangan

pembangunan. Aparatur yang berkualitas akan menjadi katalisator bagi

pembangunan Kabupaten Bandung.

Birokrasi dan aparatur dengan tugas utama pelayanan publik menjadi

kunci bagi efektivitas dan efisiensi pembangunan. Berdasarkan hal tersebut

maka reformasi birokrasi diharapkan mampu menciptakan optimalisasi bagi

penyediaan pelayanan publik. Upaya- upaya yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan pelayanan publik melalui reformasi birokrasi antara lain

melalui meningkatkan kualitas kinerja aparatur, mempersiangkat waktu

pelayanan administrasi dan mengembangkan sistem pelayanan berbasis

teknologi.

 Misi Kesembilan: “Meningkatkan Kemanan dan Ketertiban Wilayah”

Pembangunan wilayah tidak dapat dilepaskan dari komponen keamanan

dan ketertiban wilayah. Stabilitas keamanan wilayah secara signifikan akan

berpengaruh terhadap kelangsungan pembangunan wilayah. Berdasarkan hal

tersebut, sebagai upaya mencapai visi pembangunan Kabupaten Bandung,

maka penetapan misi meningkatkan keamanan dan ketetiban wilayah mutlak

diperlukan. Beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk meningkatkan

keamanan dan ketertiban wilayah antara lain dengan meminimalisasi

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
terjadinya ancaman terhadap kemanan dan ketertiban masyarakat melalui

peningkatan penegakan peraturan daerah,serta Meningkatkan peran serta

masayrakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat melalui

peningkatan pemahaman masyarakat tentang wawasan kebangsaan.

Penetapan sembilan misi pembangunan di atas selain sejalan untuk

menjawab tantangan permasalahan pembangunan yang ada di Kabupaten

Bandung, juga sejalan dengan penetapan misi pembangunan nasional dan Provinsi

Jawa Barat. Dengan demikian, penetapan misi pembangunan Kabupaten Bandung

selain sebagai upaya peningkatan kualitas pembangunan di Kabupaten Bandung

juga bertujuan mendukung pembangunan nasional dan Provinsi Jawa Barat. 

III.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten

Dalam upaya pencapaian visi-misi Kebupaten Bandung, maka visi dan

misi tersebut dirumuskan dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa

perumusan tujuan (strategic goals) organisasi. Tujuan strategis merupakan

penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau

dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Formulasi tujuan

strategis Pemerintah Kabupaten Bandung ditujukan untuk dapat mengetahui

susunan atau tahapan tahunan langkah kebijakan yang harus dilaksanakan secara

tepat oleh organisasi dalam proses perwujudan visi misinya untuk lima tahun ke

depan.

Penyusunan formula tersebut diarahkan pada upaya penanganan atau

penyelesaian isu-isu strategis Kabupaten Bandung dengan mempertimbangkan

sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
strategis ini juga akan memungkinkan Pemerintah Kabupaten Bandung mengukur

sejauh mana visi misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis

dirumuskan berdasarkan visi misi organisasi.

Adapun penjabaran tujuan dan sasaran visi-misi Pemerintah Kabupaten

Bandung adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan berkualitas dan partisipasi

masyarakat dalam bidang pendidikan;

 Optimalnya ketersedianya fasilitas pendidikan formal baik dari segi

kuantitas maupun dari segi kualitas

 Meningkatnya penduduk yang bersekolah

 Meningkatnya jumlah guru professional

 Meningkatnya kompetensi penduduk melalui penguasaan budaya local,

olah raga dan pendidikan non formal

 Meningkatnya minat baca masyarakat Kabupaten Bandung

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat;

 Optimalnya penyediaan layanan kesehatan oleh pemerintah

 Meningkatnya derajat kesehatan penduduk

 Meningkatnya kesadaran penduduk untuk menerapkan perilaku hidup

bersih

c. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar yang tahan

terhadap bencana serta mewujudkan keserasian pembangunan dengan tata

ruang wilayah;

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Meningkatnya aksesibilitas, kapasitas dan keselamatan terhadap pelayanan

sarana dan prasarana transportasi

 Meningkatnya aksesibilitas, kapasitas dan kualitas infrastruktur sumber air

 Meningkatnya kualitas kawasan pemukiman

 Optimalnya sistem telekomunikasi dan informatika yang terpadu melalui

pemanfaatan teknologi dan komunikasi

 Meningkatnya ketersediaan infrastruktur listrik dan energy yang merata

mencakup seluruh wilayah

 Meningkatnya efektivitas perencanaan tata ruang

 Meningkatnya efektivitas pemanfaatan ruang wilayah

 Optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang

 Meningkatnya upaya pengelolaan sarana dan prasarana sanitasi

 Meningkatnya mitigasi dan adaptasi wilayah terhadap resiko bencana

 Meningkatnya upaya penanganan masyarakat yang tergenang banjir

d. Mengentaskan permasalahan kesejahteraan sosial di Kabupaten Bandung;

 Berkurangnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

 Meningkatkan kualitasn dan produktivitas dalam sektor ketenagakerjaan

e. Meningkatkan daya saing perekonomian Kabupaten Bandung sebagai upaya

optimalisasi kontribusi sektor ekonomi terhadap pembangunan daerah;

 Tercapainya kondisi ketahanan pangan

 Meningkatnya daya saing komoditas pertanian

 Meningkatnya kesejahteraan pertanian

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Meningkatnya transaksi pada sektor perdagangan dan jasa di Kabupaten

Bandung

 Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas serta produktivitas UMKM-IKM

dan kualitas produk unggulan

 Meningkatnya destinasi wisata

 Meningkatnya kemudahan investasi

f. Menciptakan lingkungan yang serasi dan seimbang dengan memperhatikan

daya dukung lingkungan, daya tamping lingkungan serta perubahan iklim;

 Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap pencemaran dan

kerusakan lingkungan

 Terselenggaranya konservasi sumber daya alam

 Adaptasi perubahan iklim

g. Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan wilayah;

 Meningkatnya pemberdayaan masyarakat pedesaan

 Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa

h. Meningkatkan kinerja aparatur dan kelembagaan penyelenggaraan pelayanan

publik;

 Meningkatnya kualitas kerja aparatur pemerintah

 Menigkatkan efisiensi pelayanan administrasi public

 Meningkatkan efisiensi kerja dan fungsi kelembagaan

 Meningkatkan pemanfaatan potensi daerah

 Meninkatkan efisiensi pelayanan administrasi public

 Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Meningkatnya kapasitas dan akuntabiltas pengelolaan keuangan dan asset

daerah

 Meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan daerah

i. Meningkatkan stabilitas Keamanan yang kondusif bagi pembangunan wilayah

 Meningkatnya keamanan dan ketertiban masyarakat

 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menjaga keamanan dan

ketertiban masryarakat

Dalam konteks manajemen berbasis kinerja, pengukuran kinerja

penyelenggaraan pemerintahan merupakan alat untuk mengetahui gambaran atas

tingkat pencapaian sasaran dan tujuan organisasi pemerintah dalam upaya

mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Ukuran ini harus mampu

menjelaskan tentang tingkat realisasi target kinerja sasaran ataupun tujuan yang

dicapai oleh instansi pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dengan

pengukuran tersebut pemerintah akan terdorong untuk lebih membangun

komitmen dan konsistensi pada pelaksanaan program dan kegiatan yang lebih

signifikan berorientasi pada capaian kinerja yang bersifat hasil (outcome), bukan

hanya menghasilkan output kegiatan yang tidak berujung pada perubahan kondisi

masyarakat yang lebih baik, yang pada gilirannya kinerja instansi pemerintah

benar-benar akan dapat dirasakan kemanfaatannya bagi masyarakat

(stakeholders).

Susunan sasaran strategis Kabupaten Bandung disusun sebagai pedoman

untuk memudahkan dalam menentukan langkah kebijakan yang lebih teknis.

Dengan ditetapkannya sasaran strategis, maka tahapan pencapaian tujuan dapat

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
terukur secara jelas, melalui pengukuran atas capaian dari setiap indikator

indikator kinerja sasarannya.

BAB IV

STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN INDUSTRI

KABUPATEN BANDUNG

IV.1. Strategi Pembangunan Industri

Untuk mencapai Sasaran Pembangunan Industri Kabupaten Bandung,

dilakukan dengan strategi dan tahapan yang dijabarkan berupa penetapan industri

unggulan Kabupaten dan tahapan pembangunan yang didukung dengan program

pembangunan sumber daya industri; pembangunan sarana dan prasarana industri;

kerjasama dengan lembaga baik di dalam maupun di luar negeri dan antar

pemerintah daerah dalam pengembangan industri; pengembangan perwilayahan

industri; pemberdayaan IKM; dan penciptaan iklim usaha yang menunjang

pembangunan industri. Program-program tersebut dilakukan melalui strategi

sebagai berikut:

 Peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan

Industri, penguatan dan pendalaman struktur industri dalam suatu rangkaian

kemitraan usaha.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Mendukung dan mengarahkan usaha-usaha berpotensi untuk dikembangkan

skala dan jenis usahanya, pangsa pasar, yang memiliki dampak luas terhadap

perekonomian masyarakat.

 Pengembangan kompetensi inti industri daerah dalam rangka peningkatan nilai

tambah Industri yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya lokal.

 Mendorong perkembangan sentra industri dan pembentukan kawasan industri.

 Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas sumber daya manusia

industri.

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
77
IV.2. Rencana Pengembangan IKM Kabupaten Bandung 2019 – 2033
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Rencana strategi dan program pembangunan industri di kabupaten bandung dibagi menjadi 5 tahapan. Yaitu pertama, tahapan penetapan

dan pengembangan industri unggulan. Kedua adalah pengembangan wilayah industri. Ketiga adalah pembangunan sumber daya industri.

Keempat adalah pembangunan sarana dan prasarana industri dan yang terakhir adalah pemberdayaan dan pengawasan industri. Kelima

tahapan tersebut berlaku dan dilaksanakan selama 5 tahun kerja. Adapun perubahan pelaksanaan baik teknis maupun strategi, disesuaikan

dengan kondisi industri yang terjadi di Kabupaten Bandung. Penyesuaian strategi dengan kondisi lapangan yang dalam hal ini adalah

industri kecil dan menengah.


LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
78
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG

? diatas pembahasan untuk 20 tahun, ko program 5 tahunan hanya untuk 14 tahun


IV.3.
79
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG

Program Pembangunan Industri

Pembangunan sumber daya industri dilakukan melalui pengembangan

sumber daya manusia industri; pemanfaatan, penyediaan dan penyaluran sumber

daya alam; pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri; pengembangan

dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi; penyediaan sumber pembiayaan.

Program yang ditetapkan untuk mencapai sasaran di kelompok Urusan Pilihan

Perindustrian tersebut adalah :

 Program Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sistem

Produksi, dengan Pengembangan Sistem Inovasi Teknologi Industri.


 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah, dengan Penyusunan
80
kebijakan industri terkait dan industri penunjang industri kecil dan menengah.

 Program Peningkatan
LAPORAN Kemampuan
AKHIR KAJIAN Industri,
RENCANA dengan Pembinaan Kemampuan
PEMBANGUNAN
INDUSTRI
Teknologi DI KABUPATEN BANDUNG
Industri.

 Program Penataan Struktur Industri, dengan Penyediaan sarana maupun

prasarana klaster industri.

 Program pengembangan sentra-sentra industri potensial, dengan Pembinaan

dan pengembangan sentra-sentra produktif.

IV.3.1. Penetapan Dan Program Pengembangan Industri Unggulan

Penetapan industri Unggulan dilakukan dengan mempertimbangkan

faktor-faktor sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Faktor-faktor yang Digunakan untuk Menentukan Industri Unggulan Kabupaten

Bandung

No Faktor Penjelasan
1 Nilai Tambah Komoditas calon terpilih dinilai mampu memberikan
Ekonomis / sumbangan aspek ekonomi daerah sehingga
Peningkatan memberikan peningkatan pendapatan daerah. Akan
Pendapatan Daerah dipetakan pada sub kriteria/faktor ini adalah:
 Penciptaan nilai tambah komoditas;
 Ketersediaan teknologi yang menunjang
pengolahan rantai panjang komoditas dimaksud;
 Dorongan inovasi komoditas;
 Ketersediaan sumber energi.
2 Nilai Tambah Komoditas calon terpilih dinilai mampu memberikan
Sosial / Penyerapan sumbangan aspek sosial daerah sehingga
Tenaga Kerja dan memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan Akan dipetakan pada subkriteria/faktor ini adalah :
Kesejahteraan  Penyerapan tenaga kerja;
 Peranan terhadap peningkatan pengetahuan
masyarakat
 Peranan terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat
81
 Peranan terhadap pelestarian lingkungan hidup
 Transper Teknologi
3 Ketersediaan dan Komoditas calon terpilih akan dinilai dari sisi
Kontinuitas Bahan ketersediaan dan kontinuitas bahan baku/dukungan
Baku/Dukungan
LAPORAN AKHIR KAJIANsumber daya alam
RENCANA sehingga memberikan jaminan
PEMBANGUNAN
Sumber Daya Alam kelangsungan industri hilir. Akan dipetakan pada
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG ini adalah :
subkriteria/faktor
 Stabilitas ketersediaan bahan baku (domestik
atau lintas daerah)
 Volume Bahan Baku yang mencukupi
 Kontinuitas pasok bahan baku
 Kemungkinan Intensifikasi/ Ekstensifikasi
 Rantai pasok
 Perubahan dari setiap titik rantai dan nilai
 Ketersediaan bahan-bahan penolong
 Dukungan letak geografis bagi komoditas
 Dukungan kondisi iklim lokal terhadap
komoditas.
4 Aspek Pemasaran / Akan dipetakan bagaimana permintaan dan saluran
Akses dan Volume pemasaran dari komoditas ini telah berfungsi
Pasar sehingga komoditas tersebut dapat menjadi
komoditas unggulan daerah. Beberapa indikator dari
faktor ini adalah:
 Jangkauan/akses pasar regional
 Jangkauan/akses pasar nasional
 Jangkauan/akses pasar internasional
 Kondisi persaingan
 Dukungan infrastruktur pemasaran
5 Dukungan Kebijakan Di sini ingin dipetakan bagaimana pemerintah telah
dan Kelembagaan berperan serta dalam mendukung kesinambungan
Pemerintah dan peningkatan potensi yang dapat dihasilkan dari
komoditas ini. Indikator-indikator dari faktor ini
mencakup:
 Posisi komoditas dalam renstra daerah
 Posisi komoditas dalam peraturan daerah terkait
 Dukungan lembaga pemerintah bagi
pengembangan komoditas.
6 Dukungan Sumber Akan dipetakan daya dukung sumber daya manusia
Daya Manusia terdiri dari ketersedian dan kualitas. Indikator-
indikator dari faktor ini mencakup :
 Kompetensi SDM daerah
 Ketersediaan institusi pendidikan dan pelatihan
profesi
 Sertifikasi.
7 Prestise Daerah Komoditas calon terpilih yang hendak diteruskan
menjadi produk industri diharapkan mampu
memberikan sumbangan citra/image daerah ditinjau
82
dari:
 Kekhasan/keunikan
 Kemampuan mengangkat kebanggaan daerah.
8 Kesiapan
LAPORAN dan Komoditas
AKHIR KAJIAN RENCANA calonPEMBANGUNAN
terpilih akan dinilai sejauh mana
Kesediaan masyarakat menerima dan tidak menimbulkan
INDUSTRI DI KABUPATEN
Masyarakat BANDUNG
konflik atau resiko yang bertentangan. Faktor ini
ditinjau dari:
 Respon positif masyarakat terhadap komoditas
terpilih yang akan dilanjutkan menjadi produk
industri
 Kesiapan psikologis masyarakat.
9 Kesiapan dan Komoditas calon terpilih akan dinilai sejauh mana
Kesediaan instansi teknis pemerintah di daerah (aparat birokrasi
Pemerintah siap dan memberikan respon positif terhadap
komoditas terpilih).
10 Kesiapan dan Komoditas calon terpilih akan dinilai sejauh mana
Kesediaan Pelaku pelaku usaha di daerah siap dan menerima komoditas
Usaha dilanjutkan menjadi produk hilir dengan faktor:
 Respon pelaku usaha
 Kesiapan teknologi
 Kompetensi pengusaha
 Peta kekuatan dan kelemahan pelaku usaha.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas serta memperhatikan RPIN,

RPIP dan hasil focus group discussion (FGD) dalam Ekspos I dan II, maka

ditetapkan beberapa Industri Unggulan prioritas Kabupaten Bandung yang dapat

dikembangkan sebagaimana dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Industri Kabupaten Bandung yang Dapat Dikembangkan

No Industri Unggulan Jenis Industri


1 Industri Agro Potensi Industri yang ada dan dapat dikembangkan
di Daerah:
 Industri Pengolahan Hasil Pertanian Tanaman
Pangan
 Industri Pengolahan Hasil Perkebunan
 Industri Pengolahan Hasil Peternakan
 Industri Pengolahan Hasil Tanaman Sayuran
 Industri Pengolahan Hasil Tanaman Buah-
buahan
 Industri Olahan Pertambangan dan Penggalian

Industri Kerajinan
83

Industri Furniture
2 Industri Non Agro 
Karet untuk keperluan umum (antara lain alat
rumah tangga, alas kaki, ban sepeda, sarung
tangan)
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
 Karet untuk keperluan khusus (antara lain untuk
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
kesehatan, otomotif dan elektronik)
 Industri Logam untuk keperluan Rumah Tangga
 Paduan besi (ferro alloy)
 Baja untuk keperluan khusus (antara lain untuk
kesehatan, pertahanan, otomotif);
 Konveksi pakaian jadi, kerudung, dll
 Industri alas kaki seperti sepatu, sandal, kaus
kaki.
 Kerajian dan barang barang seni
3 Industri IKM Potensi ini diambil dari data Industri Kecil dan
Menengah Formal di Daerah (th. 2019):
 Kerupuk Singkong
 Peuyeum
 Telor Asin
 Olahan Susu
 Meubel
 Jasa Perbengkelan
 Jasa Cetak
 Jasa Perbaikan Elektronik
 Makanan Ringan
 Kue Kering
 Minuman Ringan
 Makanan Ternak
 Pupuk Organik
 Bumbu Masak
 Bata Merah
 Kopi Bubuk
 Percetakan
 Batu Bata
 Penggilingan Padi
 Molding
 Fotografi
 Pengolahan Tempe dan Tahu
IV.3.2. Pengembangan Perwilayahan Industri
84
Pengembangan perwilayahan industri dilakukan melalui pengembangan

Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI); pengembangan Kawasan


LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
Peruntukan
INDUSTRI DIIndustri (KPI); BANDUNG
KABUPATEN pembangunan Kawasan Industri (KI) dan

pengembangan Sentra IKM.

IV.3.2.1. Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)

Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) terdiri dari 8

poin yang berlaku sejak tahun 2017 sampai dengan 2037. Poin-poin tersebut

antara lain:

 Melakukan koordinasi antar Pemerintah Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa

Barat, dengan kementrian/lembaga terkait dalam penyusunan rencana

pembangunan industri kabupaten. Dengan membentuk forum

pengembangan WPPI.

 Penyusunan program bersama untuk percepatan pengembangan dan

penguatan WPPI (penyiapan fasilitas terkait WPPI)

 Bekerjasama dan mendukung pengembangan bentuk-bentuk kerjasama

dengan perusahaan daerah, pembentukan holding company dan badan

pengelola

 Melakukan promosi peluang investasi (dalam dan luar negeri)

 Menyiapkan sumber daya manusia lokal untuk mengisi kebutuhan tenaga

kerja di Kawasan dengan melakukan pendidikan, pelatihan dan sertifikasi

teknis (produksi, mesin, industri) dan manajemen industri

 Melakukan pembebasan lahan yang masih belum selesai


 Melakukan pembangunan infrastruktur untuk mendukung WPPI (jalan,
85
pelabuhan, bandara, kereta api)

 Melakukan pembangunan infrastruktur energi untuk mendukung WPPI


LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
IV.3.2.2. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri (KPI), Kawasan

Industri (KI) dan Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM

Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri (KPI) memiliki 4 poin,

diantaranya adalah:

 Menyusun konsep dan perencanaan pengembangan KPI Kabupaten

Bandung termasuk pertimbangan kelayakan teknis dan lingkungan

 Menyiapkan instrumen legalisasi dan prosedur serta dukungan regulasi

terkait

 Melakukan pembangunan infrastruktur untuk Kawasan

 Melakukan pembangunan infrastruktur energi untuk mendukung kawasan.

Pembangunan Kawasan Industri (KI) :

 Melakukan percepatan pembangunan infrastruktur Kawasan Industri Agro

 Melakukan percepatan pembangunan infrastruktur Kawasan Industri

Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM):

 Survey dan memetakan potensi IKM

 Pembangunan infrastruktur untuk mendukung Sentra IKM

 Pembinaan dan pengembangan Sentra IKM


Penentuan tempat kawasan WIPPI, KPI, KI, dan Sentra IKM, dengan
86
memperhatikan RTRW Daerah dan Masterplan Kawasan Pengembangan Strategis

yang sudah disusun di Daerah, antara lain:


LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Kawasan Agropolitan

 Kawasan Pusat Bisnis

 Kawasan Lindung

 Kawasan Agro Industri Pariwisata

 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

 Pengembangan Kawasan Perkantoran, Perumahan

 Pengembangan Kawasan Pendidikan

 Pengembangan Kawasan Sarana Olah Raga Stadion Sijalak Harupat

 Pengembangan Kawasan Sarana Kesehatan (Rumah Sakit)

 Pengembangan Sarana Transportasi (Terminal, Halte)

 Pengembangan Kawasan Pariwisata Hutan Lindung (Ecotueism)

IV.3.3. Pembangunan Sumber Daya Industri

IV.3.3.1. Pembangunan Sumber Daya Alam

Program pemanfaatan, penyediaan dan penyaluran Sumber Daya Alam

yang akan dilakukan oleh Kabupaten Bandung antara lain:


 Melakukan penguatan pasokan dan ketersediaan bahan baku (kualitas,
87
kuantitas dan kontinuitas) dengan berkoordinasi instansi-instansi terkait.

 Menjamin
LAPORAN penyediaan
AKHIR KAJIAN dan penyaluranPEMBANGUNAN
RENCANA sumber daya alam. Diutamakan
INDUSTRI DI KABUPATEN
untuk mendukung BANDUNG
pemenuhan kebutuhan bahan baku, bahan penolong dan

energi serta - Penyusunan rencana penyediaan dan penyaluran sumber daya

alam.

IV.3.3.2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Program pemanfaatan, penyediaan dan penyaluran Sumber Daya Manusia

yang akan dilakukan oleh Kabupaten Bandung antara lain:

 Mempersiapkan SDM industri yang kompeten sesuai dengan kebutuhan

melalui BLK (Balai Latihan Kerja) dan sekolah formal serta kerjasama

dengan sekolah.

 Melakukan kerjasama antara pemerintah, asosiasi industri, Kadin, dan

perusahaan industri untuk membangun kebutuhan tenaga kerja sesuai

kebutuhan industri

 Memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi calon-calon

tenaga kerja sektor industri

 Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan untuk

melengkapi unit pendidikan dan balai pelatihan

IV.3.3.3. Pengembangan Pembiayaan

Program yang akan dilakukan Kabupaten Bandung terkait pengembangan

pembiayaan adalah dengan cara memfasilitasi kerjasama dengan lembaga/Bank

dan kerjasama dengan investor nasional dan asing.


IV.3.3.4. Inovasi Kreativitas
88
Dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kreatifitas dan Inovasi ini,

mengacu pada kegiatan ekonomi kreatif, antara lain:


LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Periklanan

 Arsitektur

 Pasar Barang Seni

 Kerajinan

 Desain

 Film, Video, Fotografi

 Permainan Interaktif

 Musik

 Seni Pertunjukan

 Penerbitan dan Percetakan

 Layanan Komputer dan Piranti Lunak

 Radio dan Televisi

 Riset dan Pengembangan.

Program yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan dan

memanfaatkan kreativitas dan inovasi di Kabupaten Bandung adalah:

 Meningkatkan perluasan penerapan standar produk industri untuk

mendorong daya saing


89
 Melakukan pengembangan sentra industri kreatif, antara lain: bantuan mesin

peralatan dan bahan baku/penolong, pembangunan UPT, bantuan desain dan

tenaga ahli,
LAPORAN AKHIR dan fasilitas
KAJIAN pembiayaan
RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN
 Memberikan BANDUNG
bantuan teknologi dan desain, antara lain : pelatihan desain dan

tehnologi, bantuan tenaga ahli

 Memfasilitasi perlindungan hak kekayaan intelektual

 Memfasilitasi promosi dan pemasaran produk industri kreatif

IV.3.4. Pembangunan Sarana Dan Prasarana Industri

Pembangunan sarana dan prasarana industri dilakukan melalui

pengembangan pengelolaan lingkungan, lahan industri berupa Kawasan Industri

dan/atau kawasan peruntukan industri, fasilitas jaringan energi dan kelistrikan,

fasilitas jaringan telekomunikasi fasilitas jaringan sumber daya air fasilitas

sanitasi, fasilitas jaringan transportasi, sistem informasi industri, serta

infrastruktur penunjang standarisasi.

IV.3.4.1. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Sumber Daya Energi

dan Telekomunikasi

Pengembangan dalam sarana dan prasarana sumber daya energi dan

kelistrikan antara lain dengan cara melakukan peningkatan serta mewujudkan

keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik hingga ke pelosok wilayah sesuai

RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) dan mengembangkan sistem

jaringan telekomunikasi.
IV.3.4.2. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Sumber Daya Air
90
Dalam sektor sumber daya air, pengembangan diarahkan pada upaya untuk

meningkatkan kualitas dan pengelolaan infrastruktur sumber daya air. Mengacu


LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
pada tujuan tersebut,
INDUSTRI pengembangan
DI KABUPATEN ditekankan pada tiga aspek yang meliputi,
BANDUNG

penyediaan serta peningkatan akses terhadap air bersih dan air baku, pengendalian

banjir yang kerap melanda serta pengembangan infrastruktur drainase perkotaan.

Secara detail arah kebijakan pembangunan sektor sumber daya air di

Kabupaten Bandung tahun 2016 – 2021 yaitu sebagai berikut:

 Meningkatkan ketersediaan air bersih yang menjangkau seluruh wilayah

Kabupaten Bandung;

 Peningkatan sistem pengelolaan irigasi partisipatif;

 Optimalisasi potensi dan pemanfaatan air baku;

 Penyelelamatanmata air dan sumber daya air lainnya.

IV.3.4.3. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Pengolahan Limbah

(Sanitasi)

Pengembangan dalam sarana dan prasarana Pengolahan Limbah (Sanitasi)

antara lain :

 Melakukan peningkatan pelayan sanitasi berupa pengolahan persampahan,

instalasi pengolahan air limbah (IPAL) terpadu dan drainase.

 Pembangunan tempat pembuagan akhir (TPA) regional.

 Melakukan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat dan dunia usaha

mengenai pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.


IV.3.4.4. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Transportasi
91
Pergerakan atau perpindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke

tempat lain dalam rangka untuk melakukan kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
merupakan
INDUSTRIsalah satu hal pentingBANDUNG
DI KABUPATEN yang perlu diakomodasi oleh pemerintah daerah.

Implikasi dari pergerakan yang dilakukan secara massal dan bersamaan dalam

kurun waktu tertentu akan membentuk suatu aliran (flow).

Dengan adanya aliran pergerakan ini diperlukan rekayasa transportasi

untuk menjamin terselenggaranya pergerakan yang cepat, mudah, nyaman, aman,

ekonomis dan selaras dengan lingkungan. Dalam merekayasa transportasi,

tentunya perlu mempertimbangkan sistem transportasi wilayah yang didalamnya

mengatur pergerakan manusia dan barang antara lokasi asal dan lokasi tujuan

dalam wilayah yang bersangkutan dengan menggunakan berbagai prasarana dan

sarana atau moda.

Rencana sistem prasarana transportasi untuk Kabupaten Bandung

berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036 akan diarahkan untuk

menunjang struktur ruang yang akan dibentuk. Dalam konteks transportasi

sebagai alat pemenuh kebutuhan wilayah, maka demand pergerakan eksisting

yang mengarah ke Bandung dan Cimahi sebagai kota inti perlu ditanggulangi

dengan segera. Konsep transportasi yang sesuai untuk menanggulangi

permasalahan tersebut adalah dengan menyediakan sarana transportasi massal

antarwilayah.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, kebijakan transportasi yang

direncanakan di Kabupaten Bandung, antara lain:


 Peningkatan aksesibilitas seluruh wilayah Kabupaten Bandung;
92
 Pengendalian Daerah milik jalan dan ruang Milik jalan;

 Penertiban
LAPORAN AKHIRkegiatan-kegiatan
KAJIAN RENCANA di luarPEMBANGUNAN
lalu lintas yang dapat memicu

INDUSTRI DI KABUPATEN
kemacetan lalu lintas; BANDUNG

 Peningkatan penyediaan sarana pengamanan lalu lintas;

 Pengembangan dan penataan terhadap simpul- simpul transportasi;

 Pengembangan Sistem Angkutan Publik Terpadu;

 Peningkatan pelayanan angkutan umum dan pengecekan berkala mengenai

kelaikan pengoperasian kendaraan umum;

 Reaktivasi jalur kereta api eksisting sebagai upaya peningkatan layanan

transportasi publik;

 Pembebasan lahan Jalur Bus Rapid Transit (BRT);

 Meningkatkan perencanaan sektoral bidang transportasi

IV.3.5. Pemberdayaan Industri

Program Pemberdayaan Industri Kabupaten Bandung adalah:

 Melakukan kerjasama kelembagaan dengan lembaga pendidikan, lembaga

litbang, asosiasi industri/profesi dan Kadin

 Melakukan pembinaan industri berbasis agro, penerapan standarisasi

(Halal dan SNI) dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

 Melakukan Pembinaan industri berbasis hasil hutan dan berbasis Kimia

 Melakukan Pengembangan sistem pendataan industri bagi aparatur

 Melakukan pengembangan diversifikasi produk dari logam


 Melakukan penumbuhan dan pengembangan industri
93
melalui

kewirausahaan

 Melakukan
LAPORAN AKHIRpembinaan
KAJIAN SDM sentra industri
RENCANA kerajinan rakyat
PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
 Melakukan peningkatan mutu penyuluh dan pembina sentra

 Melakukan peningkatan kemampuan Teknologi Industri

 Melakukan peningkatan kapasitas IPTEK dan sistem produksi


BAB V
94
PENUTUP

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


V.1. KESIMPULAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
RIPK Tahun 2019-2039 mengacu pada RPIP Provinsi Jawa Barat Tahun

2017-2037 mengacu pada dari Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

(RIPIN) 2015-2035 dan Kebijakan Industri Nasional (KIN) 2015-2019 dalam

rangka mewujudkan visi pembangunan industri nasional.

Adapun tujuan penyusunan RPIK ini adalah untuk memberikan pedoman

pembangunan sektor industri di Kabupaten Bandung Jawa Barat selama lima

sampai dua puluh tahun pada periode 2019 – 2039.

Visi dan misi pembangunan industri Kabupaten Bandung dikaitkan dengan

visi dan misi pembangunan industri Provinsi Jawa Barat dan nasional ke dalam

program dan rencana aksi pembangunan industri Jawa Barat selama periode

2017-2037. Visi Pemerintah Kabupaten Bandung adalah: Memantapkan

Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata

Kelola Pemerintahan yang Baik dan Sinergi Pembangunan Perdesaan,

Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan”. Fokus

pembangunan industri Kabupaten Bandung adalah:

1. Industri Agro, yaitu industri produk pengolahan

 Industri Pengolahan Hasil Pertanian Tanaman Pangan

 Industri Pengolahan Hasil Perkebunan

 Industri Pengolahan Hasil Peternakan

 Industri Pengolahan Hasil Tanaman Sayuran


 Industri Pengolahan Hasil Tanaman Buah-buahan
95
 Industri Olahan Pertambangan dan Penggalian

 Industri
LAPORAN Kerajinan
AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DIFurniture
 Industri KABUPATEN BANDUNG

2. Industri Non Agro:

 Karet untuk keperluan umum (antara lain alat rumah tangga, alas kaki, ban

sepeda, sarung tangan)

 Karet untuk keperluan khusus (antara lain untuk kesehatan, otomotif dan

elektronik)

 Industri Logam untuk keperluan Rumah Tangga

 Paduan besi (ferro alloy)

 Baja untuk keperluan khusus (antara lain untuk kesehatan, pertahanan,

otomotif);

 Konveksi pakaian jadi, kerudung, dll

 Industri alas kaki seperti sepatu, sandal, kaus kaki.

 Kerajian dan barang barang seni

Potensi Industri Kecil dan Menengah Formal di Kabupaten Bandung adalah (th.

2019):

 Kerupuk

 Keripik yang berbahan dasar umbi umbian dan ketela

 Peuyeum

 Telor Asin

 Olahan Susu
 Meubel
96
 Jasa Perbengkelan

 Jasa Cetak
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN
 Pembuatan bata merah BANDUNG

 Makanan Ringan

 Kue Kering

 Minuman Ringan

 Makanan Ternak

 Pupuk Organik

 Bumbu Masak

 Bata Merah

 Kopi Bubuk

 Percetakan

 Batu Bata

 Penggilingan Padi

 Molding

 Fotografi

 Pengolahan Tempe dan Tahu

Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan industri Kabupaten

Bandung dilakukan berbagai program yang meliputi pembangunan sumber daya

industri; pembangunan sarana dan prasarana industri; pengembangan

perwilayahan industri dan pemberdayaan IKM yang menunjang pembangunan

industri.
RPIK Tahun 2019-2039 merupakan penjabaran lebih detail dari RPJP
97
Kabupaten Bandung, RPJMD khususnya terkait dengan pembangunan Ekonomi

industri. RPIK Tahun 2019-2039 ini diharapkan menjadi pedoman untuk


LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
dijabarkan
INDUSTRIkeDIdalam penyusunan
KABUPATEN Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
BANDUNG

Daerah (SKPD) dalam mendukung sektor industri untuk diperhatikan dalam

penyusunan dan evaluasi RPIK Kabupaten Bandung.

RPIK Tahun 2019-2039 ini juga diharapkan menjadi pedoman bagi DPRD

dalam melaksanakan fungsi pengawasan agar penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan sektor industri sejalan dengan aspirasi masyarakat. RPIK Tahun

2019-2039 ini menjadi bagian dari rencana pembangunan daerah Kabupaten

Bandung sehingga perlu didukung oleh semua pihak dan disinkronkan dengan

Rencana Pembangunan Industri Provinsi Jawa Barat, dan Rencana Pembangunan

Industri Nasional 2015-2035 dan Kebijakan Industri Nasional 2015-2019.


DAFTAR PUSTAKA
98
PERATURAN UNDANG – UNDANG

LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN


1. Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Pasal 11 ayat (1)
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
bahwa setiap Bupati/Walikota menyusun Rencana Pembangunan Industri

Kabupaten/Kota.

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal

24 ayat (1).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk

Pembangunan Industri Nasional 2019-2039

4. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 110 Tahun

2015 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Industri

Provinsi dan Rencana Pembangunan Industri Kabupaten/Kota

5. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 64 tahun 2016

tentang Besaran Jumllah Tenaga Kerja Dan Nilai Investasi Untuk

Klasifikasi Usaha Industri.

6. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik nomor 19 tahun 2017 tentang

Perubahan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 95 Tahun 2015

Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia

DATA SEKUNDER

1. Data Bappeda Kabupaten Bandung

2. Data BPS Kabupaten Bandung

3. Kabupaten Bandung dalam Angka 2019 (BPS)

Anda mungkin juga menyukai