i
Puji syukur dan salam dilimpahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat,AKHIR
LAPORAN inayah,KAJIAN
taaufik dan hidayahnyaPEMBANGUNAN
RENCANA sehingga kami bisa menyelesaikan
penyusunan
INDUSTRI DIlaporan ini. Ucapan
KABUPATEN terimakasih pula kami sampaikan kepada
BANDUNG
berbagai pihak yang telah membantu proses pembuatan laporan ini.
BAB I............................................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................7
2.3.1. Jalan...................................................................................................27
BAB III......................................................................................................................37
BAB IV.......................................................................................................................50
BAB V........................................................................................................................65
5.1. KESIMPULAN...........................................................................................65
generasi.
peningkaan daya saing daerah. Kaitannya dengan sektor industri adalah adanya
oleh daerah provinsi, kabupaten dan kota untuk mempercepat pertumbuhan dan
guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup
yang sustainable, tidak terjadi keborosan sumber daya dan tidak meyebabkan
Nasional
d. Rencana Tata Ruang Wilayah Industri Provinsi dan Rencana Tata Ruang
dukung lingkungan.
terbaik daerah. Dengan demikian, dalam jangka panjang diharapkan visi, misi,
tujuan dan sasaran pembangunan daerah dapat tercapai dan dapat menjamin
Industri Nasional Jangka Panjang Tahun 2035 yaitu Indonesia menjadi Negara
berikut.
Kabupaten/Kota.
ayat (1).
Maksud dari kegiatan ini ialah sebagai dasar bagi sebuah rencana
perkembangan kluster industri yang terdiri dari jenis usaha, penyerapan tenaga
kerja, dan nilai tambah serta menyusun konsep perencanaan industri, sinkronisasi
1. Bab 1 Pendahuluan
Bandung.
Bandung.
pembiayaan industri.
Bandung
3. Bab 3 Visi dan Misi Pembangunan Daerah, serta Tujuan dan Sasaran
tersebut.
5. Bab 5 Penutup
Bab ini menguraikan ringkasan keterkaitan Bab 1 s/d Bab 4 dan harapan-
BAB II
Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2014/12/administrasi-bandung-a1-1.jpg
sebagai berikut:
Sumedang
Bandung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah
hujan rata-rata antara 1.500mm sampai dengan 4.000mm per tahun. Suhu udara
berkisar antara 12°C sampai 24°C. dengan kelembaban antara 78% pada musim
hujan dan 70% pada musim kemarau. Jika dihitung luas lahan yang ada maka
volume air yang turun di wilayah Kabupaten Bandung dapat mencapai 2,643-7,05
Potensi air yang begitu besar tersebut apabila tidak dikelola dengan baik
Bandung memiliki potensi hidrologi berupa sumber daya air yang cukup
melimpah, baik air bawah tanah maupun air permukaan. Air permukaan terdiri
dari 4 danau alam, 3 danau buatan serta 172 buah sungai dan anak-anak sungai.
60-200m) dipergunakan untuk keperluan industri, non industri, dan sebagian kecil
untuk rumah tangga. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan air tanah bebas
(sumur gali) dan air tanah dangkal (kedalaman 24 sampai 60 meter) untuk
Kabupaten Bandung memiliki iklim tropis dan curah hujan rata-rata pada
2019 dari hasil rekapitulasi data yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Bandung
atas dasar harga berlaku mencapai 103.362.818,6 juta rupiah, sementara itu di sisi
konstan yang tidak dipengaruhi oleh faktor inflasi. Laju pertumbuhan ekonomi
dengan tahun 2016. Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan
Tabel 2.2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2015-2018 (Juta Rupiah)
N
Uraian 2015 2016 2017 2018
o
Pertanian, Kehutanan dan
1 6.809.055,30 7.552.522,50 5,356,849.97 5,431,870.55
Perikanan
Sepeda Motor
Administrasi Pemerintah,
Sosial Wajib
PRODUK DOMESTIK
64,701,521.59 68,804,850.82 73,039,453.78 77,603,121.75
REGIONAL BRUTO
Sumber: BPS Kabupaten Bandung
kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya
menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekatkepada
pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan
pekerjaan perakitan (assembling).
Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak
uang atau barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan
pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang
apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa
Bandung mencapai 2.293 perusahaan yang terdiri dari perusahaan industri besar
Tabel 2.3. Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Menurut Klarifikasi
Industri di Kabupaten Bandung 2018
N Tenaga
Klasifikasi Industri Perusahaan Nilai Produksi
o Kerja
Pada tahun 2017 luas panen dan produksi padi sawah di Kabupaten
sebelumnya. Padi pada tahun 2017 Luas panen mencapai 110.646 Ha, Produksi
mencapai 700.710,43 Ton dan Rata-rata produksi mencapai 10.451 Kw/Ha. Untuk
padi mengalami penurunan untuk luas tanam karena pada tahun 2016 luas tanam
rata-rata produksi yang pada tahun 2016 mencapai 92.422 Ha, 594.533 Ton dan
64,45 Kw/Ha.
Tabel 2.4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi menurut Kecamatan (ha) di
Kabupaten Bandung 2018
No
Kecamatan Luas Panen Produksi Rata –Rata Produksi
.
1 Ciwidey 2.982 18.650,4 6.25
2 Rancabali 1.403 8.645,25 6.16
3 Pasirjambu 3.701 23.625,32 6.38
4 Cimaung 6.204 39.012.88 6.29
5 Pangalengan 1.207 7,516.69 6.23
6 Kertasari 620 3,873.82 6.25
Jagung pada tahun 2017 Luas tanam mencapai 20.196 Ha, Luas panen
mencapai 18.160 Ha, Produksi mencapai 120.63 Ton dan Rata-rata produksi
tanam,luas panen, dan rata-rata produksi yang pada tahun 2016 mencapai 15.113
penururan karena pada tahun 2016 mencapai 77.933 Ton. Luas panen jagung
terbesar ada dibulan Februari mencapai 18.842,50 Ha dan yang terkecil pada
bulan Nopember mencapai 4 Ha. Kecamatan dengan luas panen terbesar adalah
Ubi Kayu pada tahun 2017 Luas tanam mencapai 4.243 Ha, Luas panen
mencapai 5.013 Ha, Produksi mencapai 105.722,02 Ton dan Ratarata produksi
mencapai 21.100 Kw/Ha. Untuk Ubi Kayu mengalami penurunan untuk luas
Ha, dan 82.286 Ton, sedangkan untuk rata-rata produksi mengalami penururan
karena pada tahun 2016 mencapai 211,37 Kw/Ha. Luas panen Ubi Kayu terbesar
ada dibulan Agustus mencapai 3.651,74 Ha dan yang terkecil pada bulan Juli
Tabel 2.6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu menurut Kecamatan (ha) di
Kabupaten Bandung 2017
No Rata –Rata
Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi
. Produksi
1 Ciwidey 30,00 10,00 210,81 210,81
2 Rancabali 53,00 47,00 990,40 210,72
3 Pasirjambu 22,00 27,00 568,78 210,66
4 Cimaung 180,00 245,00 5.152,68 210,31
5 Pangalengan 366,00 322,00 6.794,21 211,00
6 Kertasari 25,00 30,00 633,04 21101
7 Pacet 435,00 490,00 10.297,72 210,16
8 Lbun 32,00 36,00 756,48 210,13
9 Paseh 48,00 24,00 504,40 210,17
10 Cikancung 80,00 80,00 1.682,80 210,35
11 Cicalengka 185,00 205,00 4.326,32 211,04
12 Nagreg 1.412,00 1412,00 29.951,34 212,12
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya 3,00 3,00 63,30 211,00
15 Solokanjeruk 13,00 12,00 252,15 210,12
16 Ciparay 125,00 - - -
17 Baleendah 98,00 100,00 2.105,70 210,57
18 Arjasari 467,00 612,00 12.885,11 210,54
19 Banjaran - 2,00 42,01 210,07
20 Cangkuang 130,00 110,00 2.314,59 210,42
21 Pameungpeuk 3,00 4,00 84,10 210,25
22 Katapang 2,00 4,00 83,90 209,75
23 Soreang - 100,00 2.100,90 210,09
24 Kutawaringin 37,00 152,00 3.200,33 210,55
25 Margaasih 9,00 7,00 147,25 210,35
26 Margahayu 1,00 1,00 20,98 209,77
27 Dayeuhkolot 1,00 2,00 42,09 210,45
28 Bojongsoang - - - -
29 Cileunyi 242,00 261,00 5.506,23 210,97
Luas tanam Kacang Kedelai pada tahun 2017 mencapai 850 Ha,
sedangkan luas panen mencapai 850 Ha. Produksi mencapai 1.237,26 ton dan
penurunan untuk luas tanam, luas panen, produksi dan rata-rata produksi yang
pada tahun 2016 mencapai 820 Ha, 801 Ha, 112 Ton, dan 103,14 Kw/Ha. Luas
panen Kacang Kedele terbesar ada dibulan Maret mencapai 261 Ha dan pada
bulan Mei, Juni, Nopember dan Desember tidak ada nilai luas panen. Kecamatan
dengan luas panen terbesar adalah kecamatan Nagreg mencapai 298 Ha.
Tabel 2.7. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kacang Kedelai Menurut Kecamatan
(ha) di Kabupaten Bandung 2017
No Rata –Rata
Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi
. Produksi
1 Ciwidey 0 0 0 0
2 Rancabali 135 0 0 0
3 Pasirjambu 18 0 0 0
4 Cimaung 219 311 457,94 14,72
5 Pangalengan 110 0 0 0
6 Kertasari 95 0 0 0
7 Pacet 253 3 456 15,21
8 lbun 0 0 0 0
9 Paseh 51 0 0 0
10 Cikancung 285 210 310,01 14,76
11 Cicalengka 275 95 140,42 14,78
12 Nagreg 434 179 248,84 13,90
13 Rancaekek 30 0 0 0
14 Majalaya 20 0 0 0
15 Solokanjeruk 0 0 0 0
16 Ciparay 69 0 0 0
17 Baleendah 0 0 0 0
18 Arjasari 78 0 0 0
19 Banjaran 78 0 0 0
II.2.1.2.Perkebunan
Besar dan Perkebunan Negara. Untuk Teh, Perkebunan Rakyat pada tahun 2016
3.460,82 Ton. Untuk Teh Perkebunan Besar (PBS) memiliki Luas Tanam
11.155,04 Ha dan Produksi mencapai 19.032 ton terjadi peningkatan dari tahun
sebelumnya.
Tabel 2.8. Luas Tanam dan Produksi Teh Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan (ha) di
Kabupaten Bandung 2016
No
Kecamatan Luas Tanam Produksi Hasil Olahan
.
1 Ciwidey 244 514,84
6.147,87 Ha dan Produksi mencapai 8.912 Ton terjadi peunurunan dari tahun
2016 Luas Tanam mencapai 1.024 Ha dan produksi mencapai 535.29 Ton untuk
bahan mentah dan 133.82 Ton untuk hasil olahan. Kecamatan dengan Luas Tanam
Cengkeh terbesar adalah kecamatan Arjasari mencapai 131 Ha. Luas Tanam dan
1.524 Ha dan produksi mencapai 6.810,65 Ton untuk bahan mentah dan 1.362,13
Ton untuk hasil olahan. Kecamatan dengan Luas Tanam Tembakau terbesar
adalah kecamatan Paseh mencapai 337 Ha. Luas Tanam dan Produksi Kopi
produksi mencapai 27.625,11 Ton untuk bahan mentah dan 6.906,28 Ton untuk
hasil olahan. Kecamatan dengan Luas Tanam Kopi terbesar adalah kecamatan
Tabel 2.9. Luas Tanam dan Produksi Teh Perkebunan Besar (PBS) dan Perkebunan Negara
(PBN/PTPN VIII) Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung 2016
PBS PBN/PTPN VIII
No
Kecamatan Luas Tanam Produksi Luas Tanam Produksi
.
(ha) (Ton) (ha) (Ton)
1 Ciwidey 244 514,84 244 514,84
2 Rancabali 42 86,27 42 86,27
3 Pasirjambu 445 983,45 445 983,45
4 Cimaung - - - -
5 Pangalengan 863 1.846,82 863 1.846,82
6 Kertasari 91 112,36 91 112,36
7 Pacet - - - -
8 lbun - - - -
9 Paseh - - - -
10 Cikancung 10 - - -
11 Cicalengka 5 7,49 5 7,49
12 Nagreg - - - -
13 Rancaekek - - - -
14 Majalaya -- - - -
15 Solokanjeruk - - - -
16 Ciparay - - - -
17 Baleendah - - - -
18 Arjasari 1 - 1 --
19 Banjaran - - - -
20 Cangkuang - - - -
21 Pameungpeuk - - - -
22 Katapang - - - -
23 Soreang - - - -
24 Kutawaringin - - - -
II.2.1.3.Peternakan
sebagai pemasok bahan baku bagi industri olahan pangan sangat besar. Dari
enam jenis ternak besar yaitu sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing dan
domba, Domba merupakan hewan ternak yang paling banyak populasinya yaitu
120.056 ekor, kemudian yang terkecil merupakan Hewan ternak Kuda sebanyak
1.265 ekor.
Dari jenis ternak unggas, terdapat ayam petelur, ayam buras, ayam daging
dan itik. Yang memiliki jumlah terbesar adalah ayam daging dengan jumlah
2.099.925 ekor. Sedangkan yang terkecil adalah ayam petelur dengan jumlah
129.328 ekor.
Tabel 2.10. Populasi Ternak Menurut Jenis di kabupaten Bandung tahun 2017
Jumlah
No Jenis Ternak
(ekor)
3 Kerbau 2.215
4 Kuda 1.265
5 Domba 120.056
10 Itik 163.825
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan BPS Kabupaten Bandung
II.2.1.4.Perhutanan
kopi dan rumput gajah sebagai komoditas utama hasil dari perhutanan. Kawasan
Negara dan dikelola Perhutani dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa
Barat I.
penduduk Kabupaten Bandung sebanyak 2.109 jiwa per Km2, dimana Kecamatan
Tabel 2.11. Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Jenis Kelamin Kabupaten Bandung
Luas Penduduk Kepadatan
No
Kecamatan Wilaya
. L P Jumlah
h
1 Ciwidey 48.47 41.063 40.214 81.277 1.676,85
2 Rancabali 148.37 26.465 26.456 52.921 356,68
3 Pasirjambu 239.58 45.537 43.827 89.364 373,00
4 Cimaung 55.00 41.725 40.780 82.505 1.500,09
5 Pangalengan 195.41 77.833 77.391 155.224 794,35
6 Kertasari 152.07 36.640 36.284 72.924 479,54
7 Pacet 91.94 58.208 55.816 114.024 1.240,20
8 lbun 54.57 43.419 42.285 85.704 1.570,53
9 Paseh 51.03 69.319 66.868 136.187 2.668,76
10 Cikancung 40.14 48.470 46.940 95.410 2.376,93
11 Cicalengka 35.99 62.789 61.580 124.369 3.455,65
12 Nagreg 49.30 27.959 26.957 54.916 1.113,91
13 Rancaekek 45.25 95.294 95.671 190.965 4.220,22
14 Majataya 25.36 87,313 84.132 171.445 6.760,45
15 Solokanjeruk 24.01 44.101 43.569 87.670 3.651,40
16 Ciparay 46.18 87.142 84.556 171.698 3.718,02
17 Baleendah 41.56 137.472 133.056 270.528 6.509,34
18 Arjasari 64.98 52.109 51.299 103.408 1.591,38
19 Banjaran 42.92 66.581 64.207 130.788 3.047,25
20 Cangkuang 24.61 39.637 38.374 78.011 3.169,89
21 Pameungpeuk 14.62 40.757 39.310 80.067 5.476,54
22 Katapang 15.72 66.823 65.307 132.130 8.405,22
23 Soreang 25.51 61.767 59.283 121.050 4.745,20
24 Kutawaringin 47.30 52.986 50.702 103.688 2.192,14
25 Margaasih 18.35 80.761 78.460 159.221 8.676,89
26 Margahayu 10.54 67.979 67.362 135.341 12.840,70
27 Dayeuhkolot 11.03 63.989 61.831 125.820 11.407,07
28 Bojongsoang 27.81 65.315 62.783 128.098 4.606,18
Diploma
177,607 6,518 184,125 -
I/II/III/Akademi/Universitas
1.038.758 adalah laki-laki, dan 545.633 adalah perempuan. Dilihat dari lapangan
kerja utama, sebagian besar angkatan kerja terserap oleh Lapangan Usaha
Tabel 2.14. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Status Pekerjaan Utama
dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung 2018
Jenis Kelamin
Status Pekerjaan Utama
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Berusaha Sendiri 161.471 81.703 243.174
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus dalam BPS Kabupaten Bandung
aksesibilitas terhadap jalur perdagangan, sumber daya alam dan manusia, maupun
terhadap pembiayaan.
II.3.1. Jalan
ruas jalan dalam 31 Kecamatan. Ruas jalan tersebut terbagi dua jika digolongkan
listrik dewasa ini. Hampir seluruh rumah tangga teraliri listrik, namun dengan
dengan daya listrik terjual tahun 2015 sebesar 2.396.474.088 KWH dengan nilai
Tabel 2.15. Daya Listrik PLN Terjual Menurut Golongan dan Bulan Tarif di Kabupaten
Bandung 2018
No Bulan Produksi Nilai Penjualan
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Sumber: : PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Majalaya dalam BPS Kab. Bandung
Sama halnya dengan kebutuhan energi listrik, kebutuhan akan air bersih
bersih di Kabupaten Bandung pada saat ini sebagian disediakan oleh PDAM Tirta
PDAM Tirta Raharja dari tahun 2006 sampai 2010 hampir tidak terjadi perubahan
relatif tidak berubah, dan cenderung turun tiap tahunnya dari 13% menjadi 8%
diperiode 2006 sampai 2010. Prosentase cakupan pelayanan air bersih ini jauh di
bawah angka rata-rata Nasional (2009) yaitu 12% untuk Indonesia. Trend
pertumbuhan banyaknya air yang disalurkan dan air yang dipakai cenderung
2.2 juta orang di Kabupaten Bandung. Maka kebutuhan air bersih menjadi hall
yang vital dan kompetisi untuk mendapatkannya perlu untuk diregulasikan dengan
cermat.
Tercatat produksi air minum atau air bersih tahun 2018 sebesar 17.885.659
14.589.401 m3 .
Tabel 2.16. Produksi Air Terjual Menurut Kelompok Tarif PDAM Kabupaten Bandung
2018
Kelompok Tarif
No Bulan
Rumah Tangga Niaga Badan Sosial Umum
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Sumber: PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung dalam BPS Kab. Bandung
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung tahun 2016 sampai
dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi,
Bandung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Bandung meliputi daratan, perairan dan udara, terdiri dari wilayah Kecamatan
dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu dengan yang lainnya.
karakteristik dan daya dukungnya serta didukung oleh teknologi yang sesuai, akan
akan berpengaruh pada subsistem yang lainnya dan pada pengelolaan subsistem
yang satu akan berpengaruh pada subsistem yang lainnya, sehingga akhirnya akan
dan Zona Industri. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan
dikembangkan dan dikelola secara terpadu oleh suatu lembaga atau institusi
tertentu. Zona Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukan bagi kegiatan
individual.
Pada Bab III tentang Kedudukan, Lingkup Wilayah, Lingkup Materi dan
batas ruang daratan, ruang perairan, dan ruang udara menurut peraturan
terdiri dari Kawasan Industri seluas ±3.950 ha dan Zona Industri seluas ±1.593,03
ha. Peruntukan industri seperti yang dimaksud dalam pasal 73 ayat (4) lebih
diperuntukkan bagi jenis industri yang tidak menghasilkan limbah cair dan atau
dikendalikan secara ketat dengan persyaratan tidak banyak menggunakan air tanah
dalam untuk proses produksi dan memenuhi persyaratan lainnya sesuai hasil
kajian detail/teknis.
perkotaan
5. Pengembangan Perdagangan
8. Pengembangan Industri
Margaasih.
Bandung dapat dilakukan melalui penguatan sentra IKM, unit pelayanan teknis
Cileunyi merupakan IKM Olahan Makanan seperti Telor Asin, Kripik, makanan
ringan dan lainnya. Sedangkan untuk Kecamatan yang memiliki IKM Terendah
mayoritas diisi oleh IKM Agro Makanan olahan seperti kerupuk, Pastry, olahan
susu.
produksi untuk suatu komoditi kegiatan ekonomi yang telah terbentuk secara
alami yang ditunjang oleh sarana untuk berkembangnya produk atau jasa yang
terdiri dari sekumpulan pengusaha mikro, kecil, dan menengah. Di area sentra
kegiatan ekonomi di bawah pengaruh pasar dari suatu produk yang mempunyai
Jumlah IKM Agro di Kabupaten Bandung adalah sebesar 6.075 unit IKM
yang menyerap 17.761 tenaga kerja yang diantaranya adalah 8.490 tenaga kerja
laki-laki dan 8.851 tenaga kerja wanita. Sedangkan dari sektor non agro,
Kabupaten Bandung memiliki 6930 unit IKM non agro yang menyerap 49.115
orang tenaga kerja yang meliputi 34.111 tenaga kerja laki-laki dan 14.827 tenaga
kerja wanita
Tabel 2.18. Jumlah IKM Non Agro di Kabupaten Bandung Tahun 2019
Jumlah Jumlah Tenaga Kerja
No Kecamatan Nilai Investasi
IKM Agro L P Total
1 Arjasari 42 229 90 319 Rp. 53.850.000.000
2 Baleendah 300 1457 466 1923 Rp. 1.012.660.000.000
3 Banjaran 211 1131 483 1614 Rp. 280.641.520.000
4 Bojongsoang 111 575 257 832 Rp. 9.964.150.000.000
5 Cangkuang 88 448 246 694 Rp. 540.000.000
6 Cicalengka 268 1395 588 1983 Rp. 217.840.000.000
7 Cikancung 447 2169 1310 3479 Rp. 1.483.000.000.000
8 Cilengkrang 38 188 95 283 Rp. 270.000.000
9 Cileunyi 209 1128 455 1583 Rp. 84.346.000.000
10 Cimaung 112 624 255 879 Rp. 1.245.000.000
11 Cimenyan 98 534 247 781 Rp. 292.000.000
12 Ciparay 215 1092 488 1580 Rp. 1.808.400.000
13 Dayeuhkolot 198 1019 400 1419 Rp. 1.471.658.277.679
14 Ibun 326 1921 867 2788 Rp. 23.271.912.000
15 Katapang 245 830 346 1176 Rp. 326.793.516.865
16 Kertasari 94 518 190 708 Rp. 1.415.000.000
17 Kutawaringin 1048 4904 1885 6789 Rp. 31.033.000.000
18 Majalaya 418 1611 718 2329 Rp. 1.471.060.000.000
19 Margaasih 551 2849 1195 4044 Rp. 1.610.010.000.000
20 Margahayu 430 2024 938 3142 Rp. 2.579.160.000.000
Dari data diatas, penyebaran IKM baik Agro dan Non Agro di setiap
kecamatannya sangatlah beragam, oleh karena itu berikut adalah review tiap IKM
per Kecamatan:
1. Kecamatan Arjasari
IKM Kecamatan Arjasari
42
13% IKM AGRO
IKM AGRO
Kecamatan Arjasari
IKM NON AGRO
didominasi oleh
olahan makanan seperti olahan makanan yang terbuat dari Daging ayam,
ikan, singkong, kulit hewan dan susu. Sedangkan IKM NON AGRO
IKM AGRO
IKM Kecamatan Baleendah
Kecamatan
204
40%
Baleendah
IKM AGRO
IKM NON AGRO
berjumlah 204 unit
300
60%
didominasi oleh
olahan makanan
seperti olahan makanan yang terbuat dari Daging ayam, ikan, singkong, kulit
berjumlah 300 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri
3. Kecamatan
IKM Kecamatan Banjaran
211
Banjaran
36%
Kecamatan
383
64%
Baleendah
didominasi oleh olahan makanan seperti olahan makanan yang terbuat dari
Daging ayam, ikan, singkong, kulit hewan dan susu. Terdapat industri Kopi
4. Kecamatan Bojongsoang
IKM AGRO
IKM Kecamatan Bojongsoang
Kecamatan
111
Bojongsoang
48% IKM AGRO
120
52% IKM NON AGRO
berjumlah 120 unit
didominasi oleh
olahan makanan
seperti olahan makanan yang terbuat dari Daging ayam, ikan, singkong, kulit
hewan dan susu, industri bakery dan industri kerupuk. Sedangkan IKM NON
AGRO Kecamatan Bojongsoang berjumlah 111 unit IKM non Agro dengan
5. Kecamatan Cangkuang
IKM AGRO
IKM Kecamatan Cangkuang
Kecamatan
63
42%
Cangkuang
IKM AGRO
IKM NON AGRO
88
berjumlah 63 unit
58%
didominasi oleh
olahan makanan
seperti industri bakery dan kue kering. Sedangkan IKM NON AGRO
6. Kecamatan
IKM Kecamatan Cicalengka
113
30% Cicalengka
IKM AGRO
IKM AGRO
IKM NON AGRO
Kecamatan
268 Cicalengka
70%
NON AGRO Kecamatan Cicalengka berjumlah 268 unit IKM non Agro
7. Kecamatan Cikancung
IKM AGRO
IKM Kecamatan Cikancung
66
Kecamatan
13%
Cikancung
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 66 unit
olahan makanan
IKM NON AGRO Kecamatan Cikancung berjumlah 447 unit IKM non Agro
8. Kecamatan Cilengkrang
IKM AGRO
IKM Kecamatan Cilengkrang
52 Kecamatan
24%
Cilengkrang
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 163 unit
berupa olahan singkong dan produk unik seperti cistik ubi ungu. Sedangkan
IKM NON AGRO Kecamatan Cilengkrang berjumlah 38 unit IKM non Agro
9. Kecamatan Cileunyi
IKM AGRO
IKM Kecamatan Cileunyi
209 Kecamatan
26%
Cileunyi berjumlah
IKM AGRO
IKM NON AGRO 599 unit usaha dan
masih didominasi
599
74%
oleh olahan
makanan berupa
Cileunyi berjumlah 209 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa
Industri konveksi dan kirai. Kecamatan Cileunyi memiliki satu daerah unik
yang dinamakan 1001 kampung yang terletak di Pasir Tukul, Cileunyi Wetan.
IKM AGRO
IKM Kecamatan Cimaung
Kecamatan
112
39%
Cimaung
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 172 unit
172
61% usaha dan masih
didominasi oleh
olahan makanan
hasil bumi seperti olahan ubi jalar dan kopi. Sedangkan IKM NON AGRO
Kecamatan Cimaung berjumlah 112 unit IKM non Agro dengan produk
unggulan berupa Industri konveksi, tekstil, kulit dan sepatu untuk militer.
IKM AGRO
IKM Kecamatan Cimenyan
98
Kecamatan
29%
Cimenyan
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 244 unit
non Agro dengan produk unggulan berupa Industri Busana muslim dan
keramik hias.
IKM AGRO
IKM Kecamatan Ciparay
Kecamatan Ciparay
215
35%
berjumlah 403 unit
IKM AGRO
IKM NON AGRO usaha dan masih
olahan makanan
seperti kerupuk
Kecamatan Ciparay berjumlah 215 unit IKM non Agro dengan produk
unggulan berupa Industri konveksi dan anyaman bambu. Terdapat pula IKM
IKM AGRO
IKM Kecamatan Ciwidey
84 Kecamatan
17%
Ciwidey berjumlah
IKM AGRO
IKM NON AGRO 413 unit usaha dan
413
83%
IKM AGRO
IKM Kecamatan Dayeuhkolot
64 Kecamatan
24%
Dayeuhkolot
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 64 unit
olahan makanan
kue kering dan industri kopi luwak. Sedangkan IKM NON AGRO
Kecamatan Dayeuhkolot berjumlah 198 unit IKM non Agro dengan produk
IKM AGRO
IKM Kecamatan Ibun
Kecamatan Ibun
Cimenyan berjumlah 326 unit IKM non Agro dengan produk unggulan
berupa Industri tenun. Disini juga terdapat IKM yang memproduksi barang
IKM AGRO
IKM Kecamatan Katapang
Kecamatan
Katapang
245 244 IKM AGRO
50% 50% IKM NON AGRO berjumlah 244 unit
didominasi oleh
olahan makanan
hasil bumi seperti olahan daun teh dan Industri kue kering. Sedangkan IKM
NON AGRO Kecamatan Katapang berjumlah 245 unit IKM non Agro
IKM AGRO
IKM Kecamatan Kertasari
94 Kecamatan
24%
Kertasari
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 292 unit
292
76%
sirup yang terbuat dari wortel dan terong. Sedangkan IKM NON AGRO
memproduksi boneka.
IKM AGRO
IKM Kecamatan Kutawaringin
Kecamatan
69
6%
Kutawaringin
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 69 unit
didominasi oleh
olahan makanan
Kutawaringin berjumlah 1048 unit IKM non Agro dengan produk unggulan
IKM AGRO
IKM Kecamatan Majalaya
130 Kecamatan
24%
Majalaya
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 130 unit
418
76%
Majalaya berjumlah 418 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa
Industri tenun.
IKM AGRO
IKM Kecamatan Margaasih
95
Kecamatan
13%
Margaasih
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 95 unit
olahan makanan
seperti keripik dan olahan makanan lainnya. Sedangkan IKM NON AGRO
Kecamatan Margaasih berjumlah 633 unit IKM non Agro dengan produk
IKM AGRO
IKM Kecamatan Margahayu
Kecamatan
243
36%
Margahayu
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 243 unit
430
64%
IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri boneka, tas, sepatu
dan sandal.
IKM AGRO
IKM Kecamatan Nagrek
Kecamatan Nagrek
132
34%
berjumlah 261 unit
IKM AGRO
IKM NON AGRO usaha dan masih
261
didominasi oleh
66%
olahan makanan
olahan tembakau, jagung dan olahan daging. Terdapat pula industri bata
132 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri Tas,
IKM AGRO
IKM Kecamatan Pacet
Kecamatan Pacet
78
36%
berjumlah 141 unit
IKM AGRO
IKM NON AGRO
141
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA
64% PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
usaha dan masih didominasi oleh olahan makanan hasil bumi seperti olahan
ubi jalar, kopi dan ikan pindang. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan
Pacet berjumlah 78 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa
IKM AGRO
IKM Kecamatan Pameungpeuk
Kecamatan
106
34%
Pameungpeuk
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 207 unit
didominasi oleh
olahan makanan
Pameungpeuk berjumlah 106 unit IKM non Agro dengan produk unggulan
IKM AGRO
IKM Kecamatan Pangalengan
Kecamatan
176
32%
Pangalengan
IKM AGRO
IKM NON AGRO
bumi seperti olahan kopi, teh, olahan susu sapi, dan industri kue kering.
IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri konveksi, kerajian
IKM AGRO
IKM Kecamatan Paseh
Kecamatan Paseh
didominasi oleh
olahan makanan
Paseh berjumlah 178 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa
IKM AGRO
IKM Kecamatan Pasirjambu
57
Kecamatan
13%
Pasirjambu
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 374 unit
374
87%
berjumlah 57 unit IKM non Agro dengan produk unggulan berupa Industri
golok.
IKM AGRO
IKM Kecamatan Rancabali
32
Kecamatan
14%
Rancabali
IKM AGRO
IKM NON AGRO berjumlah 194 unit
olahan makanan
hasil bumi seperti olahan singkong, teh dan strawberry. Sedangkan IKM
NON AGRO Kecamatan Rancabali berjumlah 32 unit IKM non Agro dengan
151
Kecamatan
41%
IKM AGRO
IKM NON AGRO
216
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA
59%
PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Rancaekek berjumlah 216 unit usaha dan masih didominasi oleh olahan
makanan seperti olahan susu dan opak. Sedangkan IKM NON AGRO
Kecamatan Rancaekek berjumlah 151 unit IKM non Agro dengan produk
IKM AGRO
IKM Kecamatan Solokanjeruk
Kecamatan
Solokanjeruk
102
47%
IKM AGRO
115
53%
IKM NON AGRO berjumlah 115 unit
didominasi oleh
olahan makanan
seperti kerupuk dan telur asin. Sedangkan IKM NON AGRO Kecamatan
Solokanjeruk berjumlah 102 unit IKM non Agro dengan produk unggulan
IKM AGRO
IKM Kecamatan Soreang
Kecamatan
314
Soreang berjumlah
45%
IKM AGRO
385
IKM NON AGRO 314 unit usaha dan
55%
AGRO Kecamatan Soreang berjumlah 385 unit IKM non Agro dengan
Jumlah IKM Agro di Kabupaten Bandung adalah sebesar 6.075 unit IKM
yang menyerap 17.761 tenaga kerja yang diantaranya adalah 8.490 tenaga kerja
laki-laki dan 8.851 tenaga kerja wanita. Sedangkan dari sektor non agro,
Kabupaten Bandung memiliki 6930 unit IKM non agro yang menyerap 49.115
orang tenaga kerja yang meliputi 34.111 tenaga kerja laki-laki dan 14.827 tenaga
kerja wanita. Kecamatan yang menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak dari
sektor IKM Agro adalah Kecamatan Ciwidey dengan jumlah 1626 orang.
kecamatan Rancabali menjadi kecamatan yang paling sedikit tenaga kerja non
sebagai pedoman arah kebijakan lima tahun mendatang. Visi ini dibuat untuk
menentukan fokus dan arah gerak Pemerintah Kabupaten Bandung dalam bekerja
Lingkungan”
beberapa pokok- pokok visi yang secara rinci dapat diterjemahkan sebagai
berikut:
a. Maju
Kondisi Kabupaten Bandung yang unggul yang didukung oleh sumber
serta dikung oleh kondisi lingkungan yang lestari yang dapat mendukung
daerah.
b. Mandiri
Kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang mampu memenuhi
yang sejajar dan sederajat dengan daerah lain yang telah maju, dengan
c. Berdaya Saing
Kondisi Kabupaten Bandung yang didukung oleh perekonomian yang
f. Religius
norma, semangat dan kaidah agama, yang harus menjiwai, mewarnai dan
g. Kultural
Kondisi masyarakat Kabupaten Bandung yang memiliki nilai- nilai budaya
sunda yang baik, melekat dan menjadi jati diri, yang harus terus tumbuh
h. Berwawasan Lingkungan
Kondisi masyarakat Kabupaten Bandung memiliki pengertian dan
berkelanjutan.
pendidikan”
dan cakupan layanan pendidikan, yang mana antara lain dengan meningkatkan
kesehatan”
Dalam hal ini drajat kesehatan penduduk menjadi fokusyang ingin dicapai
melalui misi ini. Drajat kesehatan masyarakat menjadi satu tolak ukur bagi
menjaga pola hidup bersih serta meningkatkan jumlah tenaga medis secara
dan kualitas infrastruktur dan keterpaduan tata ruang wilayah antara lain
ruang.
pada upaya adaptasi berupa rekayasa infrastruktur dan fasilitas publik agar
sosial.
keunggulan kompetitif”
koperasi dan IKM serta investasi dan modal. Misi menciptakan pembangunan
potensi perdagangan dan jasa dalam rangka meningkatkan PAD. Pada kondisi
Sektor perdagangan dan jasa erat kaitannya dengan transaksi yang terjadi
yang memadai.
ramah lingkungan. Beberapa upaya terkait antara lain melalui insentif dan
dalam hal produksi dan pengelolaan limbah. Selain dari pada itu, untuk
industri perlu dikaitkan dengan penggunaan sumber daya dan bahan baku
lokal.
Selain ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan sektor
lingkungan hidup.
maupun udara.
Penetapan misi ini dilatar belakangi oleh kondisi fisik Kabupaten Bandung
ini sejalan dengan upaya pencapaian pokok visi menciptakan “sumber daya
yang Lestari”, maka perlu ditunjang oleh kapasitas aparatur. Dalam hal ini
teknologi.
Bandung, juga sejalan dengan penetapan misi pembangunan nasional dan Provinsi
misi tersebut dirumuskan dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa
penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Formulasi tujuan
susunan atau tahapan tahunan langkah kebijakan yang harus dilaksanakan secara
tepat oleh organisasi dalam proses perwujudan visi misinya untuk lima tahun ke
depan.
sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan
sejauh mana visi misi organisasi telah dicapai mengingat tujuan strategis
masyarakat;
bersih
ruang wilayah;
Bandung
kerusakan lingkungan
publik;
daerah
ketertiban masryarakat
mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Ukuran ini harus mampu
menjelaskan tentang tingkat realisasi target kinerja sasaran ataupun tujuan yang
dicapai oleh instansi pemerintah dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dengan
komitmen dan konsistensi pada pelaksanaan program dan kegiatan yang lebih
signifikan berorientasi pada capaian kinerja yang bersifat hasil (outcome), bukan
hanya menghasilkan output kegiatan yang tidak berujung pada perubahan kondisi
masyarakat yang lebih baik, yang pada gilirannya kinerja instansi pemerintah
(stakeholders).
BAB IV
KABUPATEN BANDUNG
dilakukan dengan strategi dan tahapan yang dijabarkan berupa penetapan industri
kerjasama dengan lembaga baik di dalam maupun di luar negeri dan antar
sebagai berikut:
kemitraan usaha.
skala dan jenis usahanya, pangsa pasar, yang memiliki dampak luas terhadap
perekonomian masyarakat.
industri.
dan pengembangan industri unggulan. Kedua adalah pengembangan wilayah industri. Ketiga adalah pembangunan sumber daya industri.
Keempat adalah pembangunan sarana dan prasarana industri dan yang terakhir adalah pemberdayaan dan pengawasan industri. Kelima
tahapan tersebut berlaku dan dilaksanakan selama 5 tahun kerja. Adapun perubahan pelaksanaan baik teknis maupun strategi, disesuaikan
dengan kondisi industri yang terjadi di Kabupaten Bandung. Penyesuaian strategi dengan kondisi lapangan yang dalam hal ini adalah
Program Peningkatan
LAPORAN Kemampuan
AKHIR KAJIAN Industri,
RENCANA dengan Pembinaan Kemampuan
PEMBANGUNAN
INDUSTRI
Teknologi DI KABUPATEN BANDUNG
Industri.
Tabel 4.1. Faktor-faktor yang Digunakan untuk Menentukan Industri Unggulan Kabupaten
Bandung
No Faktor Penjelasan
1 Nilai Tambah Komoditas calon terpilih dinilai mampu memberikan
Ekonomis / sumbangan aspek ekonomi daerah sehingga
Peningkatan memberikan peningkatan pendapatan daerah. Akan
Pendapatan Daerah dipetakan pada sub kriteria/faktor ini adalah:
Penciptaan nilai tambah komoditas;
Ketersediaan teknologi yang menunjang
pengolahan rantai panjang komoditas dimaksud;
Dorongan inovasi komoditas;
Ketersediaan sumber energi.
2 Nilai Tambah Komoditas calon terpilih dinilai mampu memberikan
Sosial / Penyerapan sumbangan aspek sosial daerah sehingga
Tenaga Kerja dan memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan Akan dipetakan pada subkriteria/faktor ini adalah :
Kesejahteraan Penyerapan tenaga kerja;
Peranan terhadap peningkatan pengetahuan
masyarakat
Peranan terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat
81
Peranan terhadap pelestarian lingkungan hidup
Transper Teknologi
3 Ketersediaan dan Komoditas calon terpilih akan dinilai dari sisi
Kontinuitas Bahan ketersediaan dan kontinuitas bahan baku/dukungan
Baku/Dukungan
LAPORAN AKHIR KAJIANsumber daya alam
RENCANA sehingga memberikan jaminan
PEMBANGUNAN
Sumber Daya Alam kelangsungan industri hilir. Akan dipetakan pada
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG ini adalah :
subkriteria/faktor
Stabilitas ketersediaan bahan baku (domestik
atau lintas daerah)
Volume Bahan Baku yang mencukupi
Kontinuitas pasok bahan baku
Kemungkinan Intensifikasi/ Ekstensifikasi
Rantai pasok
Perubahan dari setiap titik rantai dan nilai
Ketersediaan bahan-bahan penolong
Dukungan letak geografis bagi komoditas
Dukungan kondisi iklim lokal terhadap
komoditas.
4 Aspek Pemasaran / Akan dipetakan bagaimana permintaan dan saluran
Akses dan Volume pemasaran dari komoditas ini telah berfungsi
Pasar sehingga komoditas tersebut dapat menjadi
komoditas unggulan daerah. Beberapa indikator dari
faktor ini adalah:
Jangkauan/akses pasar regional
Jangkauan/akses pasar nasional
Jangkauan/akses pasar internasional
Kondisi persaingan
Dukungan infrastruktur pemasaran
5 Dukungan Kebijakan Di sini ingin dipetakan bagaimana pemerintah telah
dan Kelembagaan berperan serta dalam mendukung kesinambungan
Pemerintah dan peningkatan potensi yang dapat dihasilkan dari
komoditas ini. Indikator-indikator dari faktor ini
mencakup:
Posisi komoditas dalam renstra daerah
Posisi komoditas dalam peraturan daerah terkait
Dukungan lembaga pemerintah bagi
pengembangan komoditas.
6 Dukungan Sumber Akan dipetakan daya dukung sumber daya manusia
Daya Manusia terdiri dari ketersedian dan kualitas. Indikator-
indikator dari faktor ini mencakup :
Kompetensi SDM daerah
Ketersediaan institusi pendidikan dan pelatihan
profesi
Sertifikasi.
7 Prestise Daerah Komoditas calon terpilih yang hendak diteruskan
menjadi produk industri diharapkan mampu
memberikan sumbangan citra/image daerah ditinjau
82
dari:
Kekhasan/keunikan
Kemampuan mengangkat kebanggaan daerah.
8 Kesiapan
LAPORAN dan Komoditas
AKHIR KAJIAN RENCANA calonPEMBANGUNAN
terpilih akan dinilai sejauh mana
Kesediaan masyarakat menerima dan tidak menimbulkan
INDUSTRI DI KABUPATEN
Masyarakat BANDUNG
konflik atau resiko yang bertentangan. Faktor ini
ditinjau dari:
Respon positif masyarakat terhadap komoditas
terpilih yang akan dilanjutkan menjadi produk
industri
Kesiapan psikologis masyarakat.
9 Kesiapan dan Komoditas calon terpilih akan dinilai sejauh mana
Kesediaan instansi teknis pemerintah di daerah (aparat birokrasi
Pemerintah siap dan memberikan respon positif terhadap
komoditas terpilih).
10 Kesiapan dan Komoditas calon terpilih akan dinilai sejauh mana
Kesediaan Pelaku pelaku usaha di daerah siap dan menerima komoditas
Usaha dilanjutkan menjadi produk hilir dengan faktor:
Respon pelaku usaha
Kesiapan teknologi
Kompetensi pengusaha
Peta kekuatan dan kelemahan pelaku usaha.
RPIP dan hasil focus group discussion (FGD) dalam Ekspos I dan II, maka
poin yang berlaku sejak tahun 2017 sampai dengan 2037. Poin-poin tersebut
antara lain:
pengembangan WPPI.
pengelola
diantaranya adalah:
terkait
Kawasan Lindung
Menjamin
LAPORAN penyediaan
AKHIR KAJIAN dan penyaluranPEMBANGUNAN
RENCANA sumber daya alam. Diutamakan
INDUSTRI DI KABUPATEN
untuk mendukung BANDUNG
pemenuhan kebutuhan bahan baku, bahan penolong dan
alam.
melalui BLK (Balai Latihan Kerja) dan sekolah formal serta kerjasama
dengan sekolah.
kebutuhan industri
Arsitektur
Kerajinan
Desain
Permainan Interaktif
Musik
Seni Pertunjukan
tenaga ahli,
LAPORAN AKHIR dan fasilitas
KAJIAN pembiayaan
RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN
Memberikan BANDUNG
bantuan teknologi dan desain, antara lain : pelatihan desain dan
dan Telekomunikasi
jaringan telekomunikasi.
IV.3.4.2. Pengembangan Sarana Dan Prasarana Sumber Daya Air
90
Dalam sektor sumber daya air, pengembangan diarahkan pada upaya untuk
penyediaan serta peningkatan akses terhadap air bersih dan air baku, pengendalian
Kabupaten Bandung;
(Sanitasi)
antara lain :
tempat lain dalam rangka untuk melakukan kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
merupakan
INDUSTRIsalah satu hal pentingBANDUNG
DI KABUPATEN yang perlu diakomodasi oleh pemerintah daerah.
Implikasi dari pergerakan yang dilakukan secara massal dan bersamaan dalam
mengatur pergerakan manusia dan barang antara lokasi asal dan lokasi tujuan
yang mengarah ke Bandung dan Cimahi sebagai kota inti perlu ditanggulangi
antarwilayah.
Penertiban
LAPORAN AKHIRkegiatan-kegiatan
KAJIAN RENCANA di luarPEMBANGUNAN
lalu lintas yang dapat memicu
INDUSTRI DI KABUPATEN
kemacetan lalu lintas; BANDUNG
transportasi publik;
kewirausahaan
Melakukan
LAPORAN AKHIRpembinaan
KAJIAN SDM sentra industri
RENCANA kerajinan rakyat
PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN BANDUNG
Melakukan peningkatan mutu penyuluh dan pembina sentra
visi dan misi pembangunan industri Provinsi Jawa Barat dan nasional ke dalam
program dan rencana aksi pembangunan industri Jawa Barat selama periode
Kabupaten Bandung yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata
Industri
LAPORAN Kerajinan
AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DIFurniture
Industri KABUPATEN BANDUNG
Karet untuk keperluan umum (antara lain alat rumah tangga, alas kaki, ban
Karet untuk keperluan khusus (antara lain untuk kesehatan, otomotif dan
elektronik)
otomotif);
Potensi Industri Kecil dan Menengah Formal di Kabupaten Bandung adalah (th.
2019):
Kerupuk
Peuyeum
Telor Asin
Olahan Susu
Meubel
96
Jasa Perbengkelan
Jasa Cetak
LAPORAN AKHIR KAJIAN RENCANA PEMBANGUNAN
INDUSTRI DI KABUPATEN
Pembuatan bata merah BANDUNG
Makanan Ringan
Kue Kering
Minuman Ringan
Makanan Ternak
Pupuk Organik
Bumbu Masak
Bata Merah
Kopi Bubuk
Percetakan
Batu Bata
Penggilingan Padi
Molding
Fotografi
industri.
RPIK Tahun 2019-2039 merupakan penjabaran lebih detail dari RPJP
97
Kabupaten Bandung, RPJMD khususnya terkait dengan pembangunan Ekonomi
RPIK Tahun 2019-2039 ini juga diharapkan menjadi pedoman bagi DPRD
Bandung sehingga perlu didukung oleh semua pihak dan disinkronkan dengan
Kabupaten/Kota.
24 ayat (1).
DATA SEKUNDER