Anda di halaman 1dari 40

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Parkir merupakan bagian dari studi mengenai lalu lintas, oleh karena itu studi mengenai
parkir menjadi sangat penting untuk dipelajari. Parkir merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu proses perjalanan manusia. Kebutuhan manusia tidak tersedia
seluruhnya di daerah tempat tinggalnya merupakan sebab utama timbulnya transportasi. Lalu
lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan
harus disimpan di suatu tempat, sementara pengendaranya melakukan beberapa urusan,
misalnya urusan pribadi, keperluan umum, rekreasi maupun pelayanan (Hobbs, 1995).
Kebutuhan akan parkir ditimbulkan oleh adanya pusat kegiatan yang menimbulkan tarikan
perjalanan. Maka ketersediaan ruang untuk parkir disebuah pusat kegiatan sangat penting
untuk dapat memberikan proses perjalanan tersebut. Penyelenggaraan fasilitas parkir pada
suatu pusat kegiatan memerlukan kajian mengenai besarnya permintaan parkir (parking
demnad) dan juga kajian terhadap penyediaan kebutuhan parkir (parking supply).
Permintaan parkir di sekitar pusat perbelanjaan, pasar, terminal terbilang cukup
tinggi dikarenakan terminal berdekatan dengan salah satu pusat perbelanjaan (Pasar).
Peningkatan jumlah peminat angkutan ini juga memberi dampak bagi pengelola jasa
Terminal Angkutan, Tingginya frekuensi kedatangan dan keberangkatan orang-orang yang
menggunakan Jasa Angkutan Umum. menuntut adanya penyesuaian pada fasilitas-fasilitas
Terminal, tidak hanya fasilitas terminal pada sisi Pengguna tetapi juga fasilitas Pendukung
di dalam ruang dan di luar, terutama area parkir kendaraan. Tingginya permintaan parkir di
Terminal Banjaran dikarenakan sempitnya lahan yang berada di area sekitar Terminal,
kendaraan pribadi dan angkot masih mendominasi dihampir semua Lajur yg melalui sekitar
terminal, oleh karena itu kemacetan sering terjadi yang mengakibatkan banyaknya angkutan,
atau pengguna kendaraan yang parkir sembarangan di sekitar terminal. Letak terminal yang
dekat dengan pasar dan pusat kegiatan lainya mejadikan banyaknya penggunaan kendaraan
pribadi, kenyamanan dan fleksibilitas menjadi alasanya. Selain itu, pelayanan angkutan

Man.Operasional | 5
umum yang belum terpola secara baik semakin menjadi kendala yang ada di sekitar terminal
banjaran. Pengelolaan parkir yang baik tidak hanya terpaku pada penyediaan lahan parkir,
tetapi juga perlu memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pengguna parkir
kendaraan sehingga perencanaan area parkir juga harus menjadi perhatian.

Terminal Banjaran memiliki peranan penting sebagai salah satu sarana pokok di
sektor transportasi Angkutan Pedesaan di Kabupaten Bandung. Terminal Banjaran menjadi
sangat signifikan keberadaanya dalam mendukung permintaan transportasi sebagai sarana
mobiltas masyarakat Kabupaten Bandung. Sebagai salah satu pusat kegiatan yang
menimbulkan tarikan perjalanan, Terminal Banjaran tidak terlepas dari adanya permintaan
parkir (parking demand), oleh karena itu sangat penting untuk diketahui bagaimana kondisi
sisi Terminal dikaitkan dengan kondisi fasilitas parkir yang tersedia ditinjau dari karakteristik
parkir. Selain mengkaji karakteristik parkir di bandar udara Supadio pada penelitian ini juga
mengkaji tentang kulitas pelayanan fasilitas parkir On Street (Di Dalam) dan Off Street (Di
luar) ditinjau dari pandangan konsumen secara umum mengenai geometrik, pemeliharaan,
kemudahan parkir, kinerja petugas parkir, tarif parkir, kehandalan dan fasilitas penunjang
dimana penilaian ini sangat berguna untuk peningkatan pelayanan fasilitas parkir di Terminal
Banjaran Kabupaten Bandung

1.2. Identifikasi Masalah

Penyelenggaraan fasilitas parkir pada sebuah pusat kegiatan perlu


direncanakan dengan baik untuk memaksimalkan ruang yang tersedia, desain fasilitas
penunjang parkir juga diperlukan untuk memberikan kemudahan bagi pengendara
untuk memarkir kendaraan dan sebagai salah satu bentuk jasa, maka operator parkir
harus memberikan pelayanan yang maksimal. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
dirumuskan pertanyaan yang menjadi fokus dari penelitian ini, diantaranya adalah :

1. Bagaimana karakteristik parkir kendaraan di dalam dan diluar Terminal


Banjaran?

Man.Operasional | 6
2. Bagaimana pengguna parkir terhadap fasilitas dan pelayanan parkir kendaraan
di Terminal Banjaran?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk


mengkaji fasilitas parkir kendaraan, dengan fokus penelitian antara lain :

1. Menganalisis karakteristik parkir kendaraan di Terminal Banjaran Kabupaten


Bandung
2. Mengetahui persepsi pengguna fasilitas parkir terhadap fasilitas dan
pelayanan parkir yang sudah tersedia.
3. Menganalisis atribut parkir kendaraan di Terminal Banjaran yang belum
memenuhi harapan pengguna fasilitas parkir.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang
bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secara
teoritis. Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan


dan pertimbangan bagi pengelola dalam upaya peningkatan kualitas
penyelenggaraan fasilitas parkir kendaraan.
2. Bagi masyarakat khususnya masyarakat pengguna Lahan Parkir Off Street di
Area Terminal Banjaran, penelitian ini diharapkan menjadi wadah untuk
memberikan wacana dan masukan untuk pengelola Terminal untuk
peningkatan kualitas fasilitas- fasilitas pendukung terutama fasilitas parkir
kendaraan.
3. Untuk ilmu pengetahuan penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan
ataupun referensi untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut.

Man.Operasional | 7
1.5 Diagram Operasional

Tabel 1.1 Paradigma Konseptual Parkir Terminal Banjaran


Grand Theory
Manajemen Operasional

Middle Theory
Analisis Layout Operasional Terminal Banjaran

Application Theory
Sistem Manajemen Operasional

Output
Rancangan Operasional Sistem Parkir Terminal Banjaran

BAB II

GAMBARAN UMUM

Man.Operasional | 8
2.1 Bidang Lalu Lintas Dishub

1. Bidang lalu lintas dipimpin oleh seorang kepala Bidang;


2. Kepala bidang lalu lintas mempunyai tugas pokok memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pelayanan dan
pengelolaan lalu lintas yang meliputi manajemen lalu lintas, rekayasa lalu
lintas serta pengawasan dan pengendalian;
3. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana di maksud pada ayat (2) pasal
ini Kepala Bidang lalu lintas menyelenggarakan fungsi:
1. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pelayanan dan pengelolaan
Lalu lintas;
2. Penetapan rencana umum jaringan lalu lintas jalan;
3. Penetapan Pengawasan dan pengendalian operasional terhadap penggunaan
jalan selain untuk kepentingan lalu lintas;
4. Penetapan kelas jalan pada jaringan jalan Kabupaten;
5. Penetapan penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan, pemeliharaan dan
penghapusan rambu lalu lintas
6. marka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas,alat pengendali dan
pengamanan pemakai jalan serta fasilitas pendukung di wilayah Kabupaten;
7. Penetapan penyelenggaraan andalalin di wilayah Kabupaten;
8. Penetapan penyelengaraan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan lalu
lintas di jalan Kabupaten
9. Penetapan penelitian dan pelaporan kecelakaan lalu lintas di jalan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia dan atau yang menjadi isu
Kabupaten;
10. Penetapan pelayanan perizinan penggunaan jalan selain untuk kepentingan
lalu lintas di jalan Kabupaten;
a. Penetapan pengumpulan , pengolahan data dan analisis kecelakaan lalu

Man.Operasional | 9
lintas;
b. Penetapan pelayanan pemberian izin usaha mendirikan pendidikan dan
latihan pengemudi;
11. Penetapan Pemberian rekomendasi pemasangan periklanan pada kawasan
selektif;
12. Pelaporan pelaksanaan tugas pelayanangas p dan pengelolaan lalu lintas;
13. Evaluasi pelaksanaan tugas pelayanan dan pengelolaan lalu lintas;
14. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;
15. Pelaksanaan koordinasi / kerja sama dan kemitraan dengan unit
kerja/instansi/lembaga atau pihak ketiga di bidang pelayanan dan pengelolaan
lalu lintas;
2.2 Operasional Lalu Lintas

Bidang lalu lintas, membawahkan:


1. Seksi Manajemen Lalu lintas;
2. Seksi Rekayasa Lalu lintas;
3. Seksi Pengawasan dan Pengendalian

2.2.1 Seksi Manajemen Lalu Lintas

1. Seksi manajemen Lalu lintas di pimpin oleh seorang kepala seksi;


2. Kepala Seksi Manajemen lalu Lintas mempunyai tugas pokok merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan
manajemen Lalu lintas;
3. Dalam Melaksanakan tugas pokok sebagaimana di maksud pada ayat (2) pasal
ini Kepala Seksi Manajemen Lalu Lintas menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana dan program kerja oprasional kegiatan manajemen
lalu lintas di wilayah Kabupaten Bandung;
b. Pelaksanaan manajemen Lalu Lintas di wilayah Kabupaten Bandung;
c. Pelaksanaan penetapan sirkulasi lalu lintas di wilayah Kabupaten

Man.Operasional | 10
Bandung;
d. Pelaksanaan penyusunan rencana umum pengembangan sarana dan
prasarana perhubungan;
e. Pelaksanaan penunjukan lokasi dan penyelenggaraan prijinan bongkar
muat barang;
f. Pelaksanaan penyusunan rencana pengendalian bangkitan dan tarikan
serta analisis dampak lalu lintas;
g. Pelaksanaan larangan penggunaan jalan tertentu;
h. Pelaksanaan pemberian rekomendasi pemasangan periklanan pada
kawasan selektif;
i. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
j. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan
fungsinya;
k. Pelaksanaan koordinasi ipengelolaan manajemen lalu lintas dengan sub
unit kerja lian di lingkungan Dinas.

2.2.2 Seksi Rekayasa Lalu Lintas

1. Seksi Rekayasa Lalu lintas dipimpin oleh seorang Kepala Seksi


2. Kepala Seksi Rekayasa Lalu lintas mempunyai tugas pokok merencanakan,
melaksanakn, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan
rekayasa lalu lintas;
3. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal
ini Kepala Seksi Rekayasa Lalu lintas menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana dan program kerja oprasional kegiatan pengelolaan
rekayasa lalu lintas;
b. Pelaksanaan rekayasa lalu lintas pada ruas jalan dan persimpangan di
wilayah Kabupaten Bandung.
c. Pelaksanaan penyusunan rencana study dan penelitian sistem rekayasa lalu
lintas;

Man.Operasional | 11
d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian oprasional lalu lintas;
e. Pelaksanaan penyidikan pelanggaran bidang LLAJ, pemenuhan
pelaksanaan teknis dan laik jalan, pelanggaran ketentuan pengujian berkala
dan perijinan angkutan umun serta administrasi kendaraan bermotor;
f. Pelaksanaan pembinaan ketertiban dan disiplin lalu lintas di jalan.
g. Pelaksanaan pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu sungai dan
penyeberangannya.
h. Pelaksanaan tugas dan kedinasan lain sesui dengan bidang tugas dan
fungsinya;
i. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan ekayasa lalu lintas dengan sub unit
kerja lain di lingkungan Dinas.
2.3 Pengoperasian Parkiran

2.3.1 Pengorganisasian

Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 1993


tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan
Daerah Tingkat I dan Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II, untuk
menyelenggarakan fasilitas parkir dibentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Perparkiran pada Dinas Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II. Dalam
struktur organisasi UPTD, perparkiran mencakupi aspek kegiatan sebagai berikut :
1. aspek administratif, yang mengurus hal-hal nonteknis perparkiran, seperti
personalia, keuangan, dan umum ;
2. aspek teknis-operasional, yang mengurus hal-hal teknis perparkiran, seperti
perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan.
2.3.2 Penetapan Tarip Parkir

Penetapan tarif parkir adalah salah satu cara pengendalian lalu-lintas,


Perhitungan tarif parkir tidak didasarkan atas perhitungan pengembalian biaya

Man.Operasional | 12
investasi dan operasional;. juga tidak semata -mata untuk memperoleh keuntungan
material dan/atau finansial.
Penetapan tarif parkir dilakukan untuk mengendakan lalu-lintas melalui
pengurangan pemakaian kendaraan pribadi sehingga mengurangi kemacetan di jalan.
Melalui penetapan tarif sedemikian rupa, untuk besaran tarif tertentu diharapkan
dapat mengurangi niat orang untuk menggunakan kendaraan pribadi.
Berdasarkan jenis fasilitas, pemberlakuan tarif parkir dapat digolongkan
seperti berikut.

1. Golongan A
a. Badan jalan tanp a untuk maksud pengendalian parkir
b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif rendah (1,5 kendaraan/SRP/hari)
c. Parkir dengan waktu yang lama
d. Daerah perumahan, parkir dapat tanpa bembayaran atau dengan tarif yang
rendah
e. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas rendah
2. Golongan B
a. Badan jalan tanpa untuk maksud pengendalian parkir
b. Daerah dengan frekuensi parkir relatif tinggi (20 kendaraan/SRP/hari)
c. Daerah komersial atau pertokoan, tarif parkir dapat diberlakukan relatif
tinggi, untuk mengendalikan lalu-lintas
d. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi.
3. Golongan C
a. Kawasan parkir pada fasilitas parkir umum dengan maksud pengendalian
parkir
b. Keluar masuk kendaraan yang dikendalikan melalui karcis dengan waktu
tercatat, dapat diberlakukan tarif parkir secara progresif, yang dapat,
meningkat sesuai dengan lamanya parkir
c. Daerah dengan derajat pengendalian lalu lintas tinggi

Man.Operasional | 13
Perbandingan tarif parkir yang wajar antara sepeda motor, kendaraan
penumpang dan kendaraan truk/bus adalah sebagai berikut. Tarif parkir sepeda motor
lebih rendah dari pada tarif parkir kendaraan penumpang dan tarif kendaraan
penumpang lebih rendah daripada tarif truk/bus. Penetapan besar tarif parkir
dicantumkan pada peraturan Daerah Tingkat II yang bersangkutan.

C. Tata Cara Parkir

Dalam melaksanakan parkir, baik pengemudi maupun juru parkir


harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. batas parkir yang dinyatakan dengan marka jalan pembatas.

2. keamanan kendaraan, dengan mengunci pintu kendaraan dan memasang rem


parkir.

Sesuai dengan jenis fasilitasnya, tata cara parkir adalah sebagai berikut.

1. Fasilitas parkir tanpa pengendalian parkir :

a. dalam melakukan parkir, juru parkir dapat memandu pengemudi kendaraan;

b. juru parkir memberi karcis bukti pembayaran sebelum kendaraan


meninggalkan ruang parkir.

c. juru parkir harus menggenakan seragam dan identitas.

2. Fasilitas parkir dengan pengendalian parkir (menggunakan pintu masuk/ keluar)

a. pada pintu masuk, baik dengan petugas maupun dengan pintu otomatis ,
pengemudi harus mendapatkan karcis tanda parkir, yang mencantumkan jam
masuk (bila diperlukan, petugas mencatat nomor kendaraan);

Man.Operasional | 14
b. dengan dan tanpa juru parkir, pengemudi memarkirkan kendaraan sesuai

dengan tata -cara parkir;

c. Pada pintu kelua r, petugas harus memeriksa kebenaran karcis tanda parkir,
mencatat lama parkir, menghitung tarif parkir sesuai dengan ketentuan, menerima
pembayaran parkir dengan menyerahkan karcis bukti pembayaran pada
pengemudi.

2.5 Pelataran Parkir

Untuk menjamin agar pelataran tetap dalam kondisi baik, pemeliharaan dilakukan
dengan cara :
1. sekurang-kurangnya setiap pagi hari pelataran parkir dibersihkan agar
bebas dari sampah dan air yang tergenang;
2. pelataran parkir yang sudah berlubang-lubang atau rusak ditambah
atau diperbaiki;
3. secara rutin pada saat tertentu, pelapisan (overlay) pada perkerasan
pelaratan parkir perlu dilakukan.

Untuk memelihara pelataran parkir itu, perlu diketahui hal-hal berikut :

1. Pada fasilitas parkir di badan jalan, penambalan atau pelapisan


(overlay) dilakukan sesuai dengan pemeliharaan badan jalan oleh
instansi pembina jalan.
2. Pada fasilitas parkir di luar badan jalan, pengelola parkir wajib
menyiapkan
fasilitas/peralatan pemeliharaan perkerasan pelataran parkir.

2.6 Marka dan Rambu Jalan

Karena berfungsi sebagai pemandu dan penunjuk bagi pengemudi pada

Man.Operasional | 15
saat parkir, marka dan rambu jalan harus dijaga agar tetap dapat terlihat jelas.

1. Marka Jalan
a. Secara berkala marka jalan dicat kembali agar terlihat jelas oleh
pengemudi.
b. Bersamaan dengan pembersihan pelataran parkir, bagian marka
jalan harus dibersihkan secara khusus.

2.Rambu Jalan
a. Rambu jalan harus diganti apabila sudah tidak terlihat jelas
tulisannya atau sudah rusak.
b. Secara rutin daun rambu jalan harus dibersihkan agar tidak tertutup
oleh kotoran.

1. Fasilitas Penunjang Parkir

Fasilitas penunjang parkir yang memerlukan pemeliharaan adalah :

a. pos petugas,
b. lampu penerangan,
c. pintu keluar dan masuk,
d. alat pencatat waktu elektronis dan
e. Pintu elektronis pada fasilitas parkir dengan pintu masuk
otomatis.

Man.Operasional | 16
Gambar 2.1 Pola Parkir Badan Jalan

Man.Operasional | 17
2.7. Pengertian Manajemen Operasi

Manajemen operasi atau produksi yaitu adanya usaha manusia untuk meningkatkan
hasil produksi melalui proses input menjadi output. Sedangkan istilah produksi dan operasi
sering dipergunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran atau output, baik
yang berupa barang maupun jasa. Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan
untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa
sumber daya manusia, sumber daya alat dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif
dan efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa.
Dengan pengertian ini, maka dalam istilah manajemen tercakup semua kegiatan atau
aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan- kegiatan yang mendukung
atau menunjang usaha untuk menghasilkan barang atau jasa itu.
Sehingga dengan demikian dapatlah disadari bahwa manajemen produksi dan operasi
selalu terdapat dan berguna bagi hampir semua organisasi, seperti pabrik pengolahan atau
industri manufaktur, perbankan, perhotelan, pelayanan dansebagainya.
Manajemen operasi dan produksi dapat diartikan sebagai suatu proses yang
berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk
mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan
Menurut (Eddy Herjanto (2007:2).
Manajemen operasi adalah suatu pengelolaan proses pengubahan atau proses
konversi di mana sumber-sumber daya yang berlaku sebagai “input” diubah menjadi barang
dan atau jasa. Produk barang dan jasa ini bisa disebut sebagai “output”.(Lalu
Sumayang,2003:7).
Kemudian menurut (Roger G. schroarder (2002:4) bahwa manajemen operasi adalah
pengaturan secara bertanggung jawab untuk menghasilkan barang dan atau jasa dalam
organisasi.Manajemen beroperasi berkaitan dengan pengambilan keputusan berkenaan
dengan fungsi operasi dan sistem transformasi yang digunakan.Manajemen operasi adalah
kajian pengambilan keputusan yang optimal bagi perusahaan itu sendiri.

Man.Operasional | 18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek di dalam Penelitian Ini Adalah Parkiran On The Street dan Off Street di sekitar
Terminal Banjaran yang berada di ruang lingkup Kabupaten Bandung. Terminal Banjaran
Berkategori tipe C yang berarti Trayek Angkutan yang melakukan pengantaran penumpang
atau barang antar desa/ kota.

3.2 Metode Penelitian

Dalam meneliti sesuatu, diperlukan penelitian yang hati-hati, teratur, dan terus menerus.
Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penelitian, penelitian harus dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian yang tepat.
Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,
mengumpulkan, atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder, yang
digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa
faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan terdapat
suatu kebenaran data yang akan diperoleh.

3.2.1 Metode Penelitian Kualitatif


Metode penelitian kualitatif adalah sebuah metode riset yang sifatnya deskriptif,
menggunakan analisis, mengacu pada data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan
pendukung, serta menghasilkan suatu teori.
Pendapat lain mengatakan, pengertian penelitian kualitatif adalah jenis penelitian ilmu
sosial yang mengumpulkan dan bekerja dengan data non-numerik dan yang berupaya
menafsirkan makna dari data ini sehingga dapat membantu kita memahami kehidupan
sosial melalui studi populasi atau tempat yang ditargetkan.

Man.Operasional | 19
Metode penelitian kualitatif bersifat subjektif dari sudut pandang partisipan secara
deskriptif sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan. Dengan kata lain, metode riset
ini lebih bersifat memberikan gambaran secara jelas suatu permasalahan sesuai dengan
fakta di lapangan.
Terdapat lima tahapan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:
a Mengangkat permasalahan
b Memunculkan pertanyaan riset
c Mengumpulkan data yang relevan
d Melakukan analisis data
e Menjawab pertanyaan riset

3.3 Penelitian Kualitatif Menurut Para Ahli


1. Lexy J Moleong
Menurut Lexy J. Moleong (2005:6), metode penelitian kualitatif adalah suatu riset
yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian.
Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
2. Sugiono
Menurut Sugiyono (2009:15), metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan
kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur
atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.
3. Sugiyono
Menurut Sugiyono (2009:15), pengertian penelitian kualitatif adalah penelitian yang
berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data

Man.Operasional | 20
bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.

3.4 Karakteristik Penelitian Kualitatif

Pada pelaksanaannya, jenis penelitian ini terdapat ciri khusus yang membedakannya
dengan metode penelitian yang lain. Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut:

1. Lingkungan Alam Sebagai Sumber Data

Biasanya sumber daya yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari lingkungan
alamiah, yaitu berbagai peristiwa yang terjadi dalam kondisi dan situasi sosial. Proses
riset dilakukan dengan beriteraksi langsung melalui pengamatan, pencatatan, dan
menggali sumber informasi yang berhubungan dengan peristiwa yang diteliti.

2. Bersifat Deskriptif Analitik

Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan, wawancara,


analisis, dokumentasi, yang disusun di lokasi penelitian dimana bentuknya tidak berupa
angka. Analisis data berupa pemaparan tentang situasi yang diteliti dimana penyajiannya
dalam bentuk uraian narasi.

3. Fokus Pada Proses

Pada penelitian ini data dan informasi yang diperlukan akan berhubungan dengan
pertanyaan untuk mengungkapkan proses. Pertanyaan tersebut mengungkapkan
gambaran keadaan kegiatan, prosedur, tahapan, alasan, dan interaksi yang terjadi ketika
proses penelitian dilakukan.

4. Bersifat Induktif

Man.Operasional | 21
Dalam hal ini, riset bersifat induktif maksudnya adalah menggunakan data yang terpisah
namun masih berhubungan satu dengan lainnya. Biasanya riset ini diawali dari lapangan,
yaitu fakta empiris dimana peneliti harus melakukan peninjauan langsung ke lapangan.

Pada proses tersebut, peneliti mempelajari proses penemuan dengan mencatat,


melakukan analisis, membuat laporan, dan menyimpulkan kegiatan riset tersebut. Hasil
temuan di lapangan yang masih berbentuk teori, prinsip, dan konsep, akan
dikembangkan lagi.

5. Mengutamakan Makna

Dalam penelitian kualitatif, makna yang disampaikan berhubungan dengan persepsi


orang dengan suatu kejadian yang diteliti. Misalnya; penelitian tentang peran guru dalam
keberhasilan siswa di sekolah.

Peneliti fokus kepada pendapat guru mengenai siswa di sekolah. Mencari data dan
informasi serta pandangan guru mengenai tingkat keberhasilan anak didiknya di sekolah,
masalah yang dihadapi dalam membina, dan mengapa siswa bisa gagal dibina.

Selain itu, peneliti juga mencari informasi dari para siswa sebagai bahan pembanding.
Ketepatan data dan informasi dari partisipan disampaikan oleh peneliti agar dapat
menginterpretasikan hasil riset secara benar.

3.5 Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif

Menurut Richard Johnson (2005:8), penelitian dengan melakukan pendekatan


kualitatif dapat dibagi menjadi lima jenis. Adapun beberapa jenis penelitian kualitatif
adalah sebagai berikut:

1. Fenomenologi

Fenomenologi adalah suatu bentuk penelitian di mana peneliti berusaha untuk


memahami bagaimana satu atau lebih individu mengalami suatu fenomena.

Man.Operasional | 22
Metode penelitian ini dimulai dengan memperhatikan dan menelaah fokus pada
fenomena yang diteliti dan memperhatikan aspek subjektif dari perilaku objek.
Berikutnya, peneliti menggali informasi dengan pemaknaan atau memberikan arti
terhadap fenomena yang diteliti.

2. Etnografi

Etnografi adalah bentuk penelitian yang berfokus pada menggambarkan budaya


sekelompok orang. Tujuan riset ini adalan untuk mengkaji bentuk dan fungsi bahasa
dalam budaya dan cara berkomunikasi setiap individu yang ada di tengah-tengah
masyarakat.

3. Studi Kasus

Studi Kasus adalah bentuk penelitian yang berfokus pada penyediaan akun terperinci
satu atau lebih kasus. Tujuan studi kasus adalah untuk meneliti suatu fenomena di
masyarakat yang dilakukan secara mendalam untuk mengetahui latar belakang, keadaan,
dan interkasi yang terjadi.

4. Metode Teori Dasar

Metode teori dasar adalah pendekatan kualitatif untuk menghasilkan dan


mengembangkan data berbentuk teori yang dikumpulkan oleh peneliti. Riset ini
dilaksanakan untuk memperkuat teori yang sudah ada sebelumnya dengan mengkaji
prinsip dan kaidah dasar yang ada, sehingga dapat dibuat kesimpulan dasar yang
membentuk prinsip dasar dari suatu teori.

5. Metode Historis

Metode historis adalah penelitian tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu. Fokus
dari penelitian ini adalah berbagai peristiwa yang sudah berlalu dan membuat
rekonstruksinya dengan berbagai sumber data yang masih ada saat ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Man.Operasional | 23
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab


secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan permasalahan yang
diangkat dalam penelitian guna mendapatkan data dan keterangan yang
berlandaskan kepada tujuan penelitian.

2. Observasi.

Observasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan


dan pencatatan secara langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan dalam penelitian.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dari buku-buku,


jurnal serta literatur lain yang berhubungan dengan masalah-masalah yang
dibahas.
4. Dokumentasi

Merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan


mendapatkan sejumlah informasi yang berasal dari data perusahaan yang
berkaitan dengan permasalah dalam penelitian ini.
Dalam pengklasifikasian data terdapat dua jenis yaitu:
a. Data primer

Data yang diperoleh Secara langsung dari kondisi lapangan untuk


mengetahui kendala Apa yang terjadi di Terminal Banjaran
b. Data Sekunder

Data Yang Diperoleh dari berbagai macam sumber, ataupun penelitian


sebelumnya

Man.Operasional | 24
BAB IV
KAJIAN AWAL & PEMBAHASAN

4.1 Rancangan Parkir Terminal Banjaran


Berikut ini analisis awal Deskripsi mengenai Rancangan Parkir on Street dan Off Street di
Terminal Banjaran.
Berdasarkan awalan penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fasilitas
parkir kendaraan, dengan fokus penelitian antara lain :

1. Menganalisis karakteristik parkir kendaraan di Terminal Banjaran Kabupaten


Bandung

2. Mengetahui persepsi pengguna fasilitas parkir terhadap fasilitas dan pelayanan


parkir yang sudah tersedia.

3. Menganalisis atribut parkir kendaraan di Terminal Banjaran yang belum memenuhi


harapan pengguna fasilitas parkir.

4. Menganalisis karakteristik parkir kendaraan di Terminal Banjaran Kabupaten Bandung


5. Mengetahui persepsi pengguna fasilitas parkir terhadap fasilitas dan pelayanan parkir
yang sudah tersedia.
6. Menganalisis atribut parkir kendaraan di Terminal Banjaran yang belum memenuhi
harapan pengguna fasilitas parkir.

Man.Operasional | 25
4.1 Gambar Muatan Parkir On Street

Kantor
Pusat
Terminal
Keluar

Lantai 2

Menampung roda
dua

-/+ = 300 kendaraan


Bermotor

Parkiran
dalam
terminal

L = 486 m2

PARKIR
Masuk
MINIMALIS

Kondisi Eksisting Terminal Banjaran Kabupaten Bandung

(Sumber : Data Primer Desain Eksisting Terminal Banjaran)

Man.Operasional | 26
1. Keterangan Muatan Parkir Di Dalam Terminal
a. Luas Lahan Parkir Bangunan di Lantai 2 Sebesar 486 m2
b. Menampung Kendaraan Roda Dua Sebanyak 300 Kendaraan
c. Di Bawah Bangunan Gedung Kantor Pusat Terminal, Terdapat Lahan Parkir Minimalis
Yang Menampung 2 Kendaraan Roda Empat, Khusus Pejabat.
d. Di Depan Enterance Pasar, Terdapat Lahan Parkir Minimalis yang Menampung 3
Kendaraan Roda Empat.

Instrumen Kebijakan Parkir

Kebijakan Dipinggir Jalan Diluar Jalan


1. Kebijakan Tarif - Peningkatan Tarif Parkir, Ijin Penggunaan - Pajak Terhadap Penyediaan Ruang
Parkir, Struktur Tarif untuk
Mempengaruhi Minat Pemarkir
2. Kebijakan Lalu - Membatasi Parkir Dipinggir Jalan untuk Lama Untuk Parkir
Lintas kelancaran Arus Lalu Lintas, Pengendalian - Akses Menuju Jalan Yang
Parkir Liar dijalan dengan Penggunaan Mempertimbangkan dampak
Gembok Roda Ataupun Penderekan. terhadap Lalu Lintas dan
Keselamatan Di Jalan.
3. Kebijakan - Melarang Parkir, Melarang Parkir dengan - Membekukan Pembangunan tempat
Pembatasan Pengecualian Kepada Penghuni, Relokasi Parkir baru, Mengurangi ruang
Tempat. Parkir yang ada, Mengendalian
Parkir di Masa Mendatang, Variasi
waktu ruang parkir, Relokasi
tempat Parkir.
- Mengendalikan Parkiran di Trotoar atau
4. Kebijakan - Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki
Lintas Pejalan kaki
Terhadap yang Aman
Pejalan Kaki

Man.Operasional | 27
4.3. Pengertian Parkir
1. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara.

2. Berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan untuk sementara dengan
pengemudi tidak meninggalkan kendaraan.

3. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian


kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun
waktu.

4. Tempat parkir di badan jalan, (on street parking) adalah fasilitas parkir yang
menggunakan tepi jalan.

5. Fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking) adalah fasilitas parkir
kendaraan di luar tepi jalan umum yang dibuat khusus atau penunjang kegiatan yang
dapat berupa tempat parkir dan/atau gedung parkir.

6. Jalan adalah tempat jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.

7. Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan
(mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar
buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil
penumpang.

8. Jalur sirkulasi adalah tempat, yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang
masuk dan keluar dari fasilitas parkir.

9. Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan.

10. Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan badan jalan
sebagai fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir melalui pintu masuk.

1. Penggunaan Teknologi untuk Manajemen Parkir.

Terdapat beberapa teknologi yang tersedia untuk manajemen Parkir, antara Lain :
a. Mesin Tiket
b. Pembayaran Parkir Berbasis Telepon Genggam
c. Palang Pembatas untuk Parkir-parkir di luar ruang milik jalan atau parkir dalam
Gedung.

Man.Operasional | 28
d. Penegakan Parkir : Mesin untuk merekam dan mendata rinci Sehubungan dengan
Pelanggaran, pemotretan kendaraan yang melanggar, Menertibkan Bukti
Pelanggaran dan mengirim data tersebut dalam basis data ke computer pusat.
e. Penegakan dengan kamera (Outside) Dil Luar Terminal/ Jalur-jalur yang
menimbulkan kemacetan. (Terutama pada Angkutan dan jalan Arteri Utama)
f. Teknologi informasi untuk Pengarsipan, Manajemen Keuangan, Pemantauan
Pelayanan Pelanggan, Menitipkan denda dan pengelolaanya. Penagihan denda dan
Penunggakan Pembayaran dan seterusnya.
g. Sistem pemandu parkir waktu-aktual agar waktu pencarian ruang parkir dapat
menjadi sesingkat mungkin, sistem tersebut biasanya digunakan dalam Gedung
parkir, Tapi sistem tersebut di uji coba di luar ruang parkir jalan (di Jerman)

2. Pengertian Fasilitas Perparkiran

Beberapa definisi parkir yang dikutip dari beberapa buku, mempunyai maksud yang
sama walaupun defenisi yang berbeda, yakni sebagai berikut :

1. Parkir menurut kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai tempat pemberhentian
kendaraan beberapa saat.

2. Menurut Undang-undang lalu lintas No. 14/1992, parkir adalah tempat pemberhentian
kendaran atau bongkar muat barang dalam jangka waktu yang

lama atau sebentar tergantung keadaan dan kebutuhannya.

3. Menurut Kepmen Perhubungan No.66 (1993), parkir adalah keadaan tidak bergerak
suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.

4. Dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir Keputusan Dirjen Darat


No.272/HK.105/DRJD/96 pengertian dari parkir yaitu tempat pemberhentian kendaraan
dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung kendaraan dan kebutuhan.

Peraturan Perundang - Undangan Perparkiran

Man.Operasional | 29
1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir untuk
Umum.

2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 1993 tentang Tata Cara Parkir
Kendaraan Bermotor di jalan.

3. Keputusan Dirjen Darat No.272/HK.105/DRJD/96.

4. Undang-undang Lalu Lintas Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan

3. Jenis Kebutuhan Ruang Parkir

Jenis-jenis kebutuhan ruang parkir antara lain untuk keperluan :

 Gedung perkantoran, Pusat perdagangan

Tabel 2.1 Jenis Kebutuhan Ruang Parkir Gedung Perkantoran dan Pusar
Perdagangan

Sumber : Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat No. 272 Tahun

Tabel 2.2 Jenis Kebutuhan Ruang Parkir Pusat Pemerintahan :

Man.Operasional | 30
Sumber : Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat No. 272 Tahun

4. Satuan Ruang Parkir

Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan Ruang Parkir adalah tempat parkir untuk satu
kendaraan. Ruang parkir standard yang diperlukan oleh suatu mobil di asumsikan sebesar
4,8 x 2,3 atau 2,4 meter.Ruang parkir dibagi dalam 2 bentuk, yaitu:

1. Ruang parkir sejajar, lebih diinginkan jika kendaraan-kendaraan berjalan melampaui


ruang parkir tersebut dan kemudian masuk mundur. Ukuran standar untuk bentuk ini adalah
6,1 x 2,3 atau 2,4 meter.

2. Ruang parkir bersudut, makin besar sudut masuknya, maka makin kecil luas daerah
masing-masing ruang parkirnya, akan tetapi makin besar juga lebar jalan yang diperlukan
untuk membuat lingkaran membelok bagi kendaraan yang memasuki ruang parkir.

Penentuan SRP dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan penentuan SRPuntuk
mobil penumpang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan seperti padaTabel II.3 di
bawah ini.

Tabel 2.3 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

Cara dan Jenis Parkir

1. Parkir di tepi jalan (on street parking)

Parkir di tepi jalan (on street parking) adalah parkir yang mengambil tempat di sepanjang
badan jalan dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir.

2. Parkir di luar jalan (off street parking)

Man.Operasional | 31
Parkir di luar jalan ini menempati pelataran parkir tertentu di luar badan jalan, baik itu di
bangunan khusus parkir ataupun di halaman terbuka.

4.4 Metode Parkir

Metode parkir ada beberapa macam jenis diantaranya, yaitu parkir sejajar, parkir
menyudut, dan juga parkir tegak lurus.

1. Parkir Sejajar

Metode parkir yang diterapkan pada sepanjang jalur atau daerah parkir yang sejajar.

Sumber :Keputusan Dirjen Darat No.272/HK.105/DRJD/96 Gambar 2.2 Parkrir Sejajar

2. Parkir Menyudut

Metode parkir dengan sudut tertentu, yaitu menyudut , dan menyudut Metode ini lebih
efesien karena dapat menampung kendaraan lebih banyak dan mempermudah bagi
pengguna parkir untuk melakukan gerakan masuk maupun keluar.

Man.Operasional | 32
Sumber :Keputusan Dirjen Darat No.272/HK.105/DRJD/96 Gambar 2.3 Parkir Menyudut

3. Parkir Tegak Lurus

Parkir tegak lurus dengan sudut adalah metode yang paling efesien karena mampu
menampung kapasitas yang lebih banyak dengan perencanaan yang lebih mudah.

Sumber :Keputusan Dirjen Darat No.272/HK.105/DRJD/96 Gambar 2.6 Parkir Menyudut

Peruntukan Satuan SRP Kebutuhan Ruang Parkir

Man.Operasional | 33
1. Pusat Perdagangan - SRP /100 m2 Luas Lantai Efektif. 3,5 – 7,5
- Pertokoan - SRP/100 m2 Luas Lantai Efektif 3,5 – 7,5
- Pasar Swalayan - SRP/100 m2 Luas Lantai Efektif 3,5 – 7,5
- Pasar

2. Pusat Perkantoran - SRP/100 m2 Luas Lantai 1,5 – 3,5


- Pelayanan - SRP/100 m2 Luas Lantai 1,5 – 3,5
Bukan Umum
- Pelayanan
Umum

3. Sekolah
- Hotel/ Tempat - SRP/ Mahasiswa 0,7 – 1,0
Penginapan - SRP/ kamar 0,2 – 1,0
- Rumah Sakit - SRP/ Tempat Tidur 0,2 – 1,3
- Bioskop - SRP/ Tempat duduk 0,1 – 0,4

4.5 Ukuran Kebutuhan Ruang Parkir


Tabel 2.3

4.5 Penentuan Satuan Ruang Parkir

Man.Operasional | 34
1. Dimensi kendaraan Standar untuk Kendaraan Penumpang

Dalam Hal ini Perlunya Penyesuaian Kondisi Lapangan Dengan Kendaraan Yang
Parkir di Tempat Yang Tersedia

2. Ruang Bebas Kendaraan Parkir

Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal
kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu kendaraan
dibuka, yang diukur dari ujung terluar pintu ke badan kendaraan. parkir yang ada
di sampingnya.
Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan
dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari
kendaraan. Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan
untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur
gang (aisle). Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas
arah longitudinal sebesar 30 cm.

3. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan

Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan


yang memanfaatkan fasilitas parkir. Sebagai contoh, lebar bukaan pintu kendaraan
karyawan kantor akan berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung
pusat kegiatan perbelanjaan. Dalam hal ini, karakteristik pengguna kendaraan yang
memanfaatkan fasilitas parkir dipilih menjadi tiga

Man.Operasional | 35
Tabel 2.4

4.6 Analisis Kebutuhan Ruang Parkir Off Street

Man.Operasional | 36
KENDALA LAPANGAN (OFF STREET PARKING)

E I

Terminal

Banjaran C
D
G

H F

Keterangan :

Man.Operasional | 37
1. Ruang A, menunjukan adanya aktivitas dan parkiran Pangkalan ojek, tetapi tidak
mengganggu/ menghambat pengguna jalan , karena letaknya berada di sudut dekat
persimpangan arah pasar

2. Ruang B, menunjukan adanya aktivitas dan tempat parkir/ tempat berkumpulnya


pangkalan ojek/ aktivitas ini menghambat arus laju kendaraan serta pengguna jalan.
Dikarenakan lahan yg digunakan adalah tempat pejalan kaki/ area pedestarian.

Ruang B juga sangat berdekatan dengan pusat kegiatan perbelanjaan/ Pasar.

3. Ruang C, adalah depan pagar terminal banjaran, Ruang C termasuk ruang lingkup
terminal banjaran, kondisi yang terjadi saat ini menjadi Kendala lapangan, Ruas
jalan terhambat dikarenakan banyaknya angkutan yang ngetem tidak beraturan di
depan terminal banjaran.

4. Ruang E, Jalur pedestarian pejalan kaki arah keluar terminal, di dalam ruang
lingkup E menjadi kendala karena banyaknya angkutan, ojek tradisional, pedagang
kaki lima, sehingga menghambat pejalan kaki yang berjalan menuju keluar terminal.

5. Ruang F, adalah ruang pejalan kaki bagi pedestarian tepatnya di depan Sdn
Banjaran 03,04,05 . di dalam Ruang F, terdapat Petugas yang melakukan penarikan
uang retribusi , dan juga beberapa angkutan yang menepi di dekat bahu jalan,
akibatnya kemacetan sering terjadi, diakibatkan ruas jalan yang begitu sempit di
sekitaran tersebut.

4.7 Metode Antrian.Operasional

Man.Operasional | 38
a. Antrian Timbul Karena orang/Sesuatu Material/ Bahan tiba di suatu fungsi Service
atau pelayanan/ Proses Produksi Lebih cepat dibandingkan waktu mereka dilayani.

Hal ini terjadi Karena konsumen datang dalam rentang waktu yang tidak tentu dan
waktu pelayanan setiap konsumen juga tidak konstan, Sehingga antrian secara
Kontinuitas menjadi bertambah dan berkurang panjangnya dan kadang-kadang
kosong dalam jangka Panjang sesuai dengan frekuensi kedatangan konsumen
yang tidak tentu/ Acak (Random)

Penerapan ini juga dapat diterapkan di dalam Sistem Operasional antrian Angkutan,
Pelanggan di Terminal Banjaran.
Penerapan Struktur Sistem Parkiran/Antrian Terminal Banjaran

3
Pelanggan
Masuk Ke Pelanggan Keluar
4 dari sistem
dalam Sistem
Antrian
5

Fasilitas Pelayanan

Sistem Antrian

4.7.1 Analisis Antrian

Man.Operasional | 39
Jumlah Waktu Tunggu
dalam Antrian (Wq)

Pelayanan
Rerata Kedatangan (µ)
Jumlah Rerata Dalam
( λ) Antrian (Lq) Laju

Waktu Rerata Dalam Sistem (W)

Jumlah Rerata dalam Sistem (L)

4.8 Algoritma Penelitian

Man.Operasional | 40
Start
Parkir on
Kondisi Saat ini
Identifikasi masalah Street

Parkiran
Tujuan Eksisting Parkir Off
masalah Street

Kerangka pemikiran
Input Proses
Metode
Penelitian

Meto
Jenis Teknik Populasi Rancangan
de
penelitia pengumpula & analisis
peneli
n n data sampel data
tian
Deskriptif Ranca
analisis
kualitatif ngan
Opera p S
sis
Matriks

Wawa
Observa
ncarac
si
ara

BAB V
PENUTUP

Man.Operasional | 41
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, Kajian awal ini menarik beberapa
kesimpulan.
Adapun kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
Di dalam kondisi terminal banjaran, terdapat banyak kendala utama yang menjadi
permasalahan utama diantaranya :

1. letak terminal berperan ganda sebagai tempat Parkiran perbelanjaan, sekaligus


pasar yang bergabung dengan terminal, dalam hal tersebut kondisi ini
mengganggu pengguna yang hendak menggunakan jasa angkutan di dalam
terminal.
2. kondisi dalam terminal sangat tidak beraturan, yang menjadikan mindset
masyarakat terhadap terminal banjaran yaitu sebagai Penyediaan lahan parkir
untuk Pasar, akan tetapi terminal seharusnya berfungsi sebagai tempat antrian
untuk angkutan penumpang atau barang.
3. Permintaan parkir di Sekitar Pusat Perbelanjaan, Pasar, Terminal terbilang
cukup tinggi dikarenakan Terminal Berdekatan dengan salah satu pusat
perbelanjaan (Pasar). Oleh Karena Itu Hendaknya UPTD Dishub Perlu Mentata
Ulang Kendaraan Parkir Off Street di Sekitar Terminal Banjaran, Agar
Mengurangi dampak kemacetan yang ada di sekitar.
4. luar terminal banjaran sangat tidak teratata rapi, kurang nya kordinasi antara
petugas, sopir angkutan, serta pengguna angkutan yang turun disembarang
tempat, mengakibatkan kemacetan serta arus jalanan yang tidak teratur dengan
baik.

Dari Pelaksanaan kajian awal ini, Penataan ruang Parkiran perlu dilakukan agar
Mengurangi Kemacetan yang ada disekitar terminal banjaran. Penyusunan
Rencana Kerja perlu dilakukan di dalam Operasional Penataan Parkir.

Man.Operasional | 42
Man.Operasional | 43
Man.Operasional | 44

Anda mungkin juga menyukai