Anda di halaman 1dari 46

ANALISA KEBUTUHAN PARKIR

DEPAN GEDUNG KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG

Disusun Oleh :
Lailatun Najah (
Muchammad Nazaruddin (
M. Tandya Lesmana (
Nano Lukito (
Naufal Jevits Muhammad ( 1341320075 )
Opin Naibaho (
Sabra El Satila (

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2016
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan yang berjudul
Analisa Kebutuhan Parkir Depan Gedung Kimia Polteknik Negeri Malang untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknik Lalu Lintas ini dengan sebaik-baiknya.
Laporan ini sebagai salah satu tugas untuk mahasiswa semester 6 Program Studi D4
Manajemen Rekayasa Konstruksi Politeknik Negeri Malang.
Isi laporan ini meliputi data-data dan analisa yang kami peroleh dari survey langsung di
lapangan.
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Orang tua kami yang telah memberi dukungan baik secara moril maupun materil.
3. Bapak Burhamtoro, ST., MT. selaku dosen mata kuliah Manajemen Rekayasa
Transportasi.
4. Rekan-rekan mahasiswa D4 Manajemen Rekayasa Konstruksi.
5. Seluruh pihak yang membantu sehingga terwujudnya laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang
diharapkan. Oleh karena itu, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan
atau kelemahan isi laporan sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun akan sangat
diharapkan.
Terima kasih.
Malang, 23 Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI
2

Halaman judul ..
Kata pengantar .
Daftar Isi ..

i
ii
iii

Bab I Pendahuluan
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6

Latar belakang
Tujuan dan sasaran
Ruang lingkup
Rumusan masalah
Batasan masalah
Metode penelitian

1
2
2
2
3
3

Bab II Tinjauan Pustaka


2.1 Tinjauan umum perparkiran

2.2 Peraturan perundang-undangan

2.3 Istilah-istilah yang digunakan dalam parkir

2.4 Karakteristik parkir

2.5 Penentuan satuan ruang parkir (SRP)

11

2.6 Posisi parkir

19

2.7 Jenis parkir

22

2.8 Standar kebutuhan parkir

24

2.9 Faktor-faktor penentu perencanaan parkir

26

2.10 Metode kebutuhan parkir

29

2.11 Teori antrian

31

2.12 Biaya parkir

33

Bab III Metodologi Perhitungan


3.1 Metode perhitungan parkir

35

3.2 Metode pengambilan data

36

3.3 Metode pengolahan data

36

Bab IV Analisa dan pengolahan data


4.1 Akumulasi Parkir

39

4.2 Durasi Parkir

41

4.3 Pergantian Parkir

41

4.4 Kapasitas Parkir

41

4.5 Penyediaan Parkir

42

4.6 Indeks Parkir

42

Bab V Kesimpulan
5.1 Kesimpulan

43
3

5.2 Saran
Daftar Pustaka

44
45

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Di era global seperti sekarang ini tidak bias dipungkiri bahwa laju pertumbuhan
ekonomi masyarakat Indonesia mulai naik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan semakin
banyaknya masyarakat yang menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk kegiatan
sehari-hari.
Mahasiswa adalah salah satu contoh pengguna kendaraan bermotor yang terbesar.
Khususnya di Politeknik Negeri Malang, laju pertumbuhan pengguna kendaraan bermotor
sangat cepat seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Oleh karena itu perlu direncanakan ruang parkir yang mampu menampung kendaraan
di area kampus.

1.2 Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Tujuan
Tujuan penulisan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pelayanan dan
efektivitas ruang parkir Depan Gedung Kimia Politeknik Negeri Malang untuk masa
sekarang dan waktu yang akan datang dalam memenuhi permintaan ruang parkir. Adapun
tujuan yang akan dicapai adalah :
a. Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang muncul berkaitan dengan
perparkiran di Area Parkir Depan Gedung Kimia.
b. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat masalah perparkiran di
Area Parkir Depan Gedung Kimia.
c. Memperkirakan kebutuhan ruang parkir kendaraan motor Area Parkir Depan
Gedung Kimia pada saat ini dalam upaya mengantisipasi kebutuhan parkir di
masa yang akan datang.
d. Menganalisis pemodelan lahan parkir di Area Parkir Depan Gedung Kimia yang
efektif dan efisien dalam upaya menjaga tingkat kepuasan mahasiswa.
1.2.2 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai adalah suatu kondisi parkir yang mampu memenuhi
permintaan ruang parkir, aksesbilitas parkir yang tinggi serta sirkulasi parkir yang lancar baik
dalam kondisi normal maupun dalam kondisi puncak.
5

1.3 Ruang Lingkup


Adapun penulisan penelitian ini di titik beratkan pada :
a. Evaluasi tingkat permintaan akan kebutuhan parkir dan aksesbilitas Area Parkir
Depan Gedung Kimia, baik akses masuk maupun akses keluar.
b. Evaluasi keefektifan ruang dan sistem parkir di Area Parkir Depan Gedung
Kimia.
1.4 Rumusan masalah
Sesuai judul yang kami analisia, dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Pemasalahan apakah yang timbul di Area Parkir Depan Gedung Kimia?
2. Apa dampak yang ditimbulkan akibat permasalahan perpakiran di Gramedia kota
Depok ?
3. Bagaimana manajemen serta alternative yang lebih baik untuk Area Parkir Depan
Gedung Kimia ?
4. Bagaimana alternative desain Area Parkir Depan Gedung Kimia yang dapat
memenuhi kebutuhan ruang parkir dan sesuai dengan perundangan yang berlaku ?

1.5 Batasan Masalah


Dalam penulisan penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah agar penulisan
lebih terfokus pada masalah yang dihadapi. Adapun batasan masalah pada penulisan
penelitian ini adalah :
a. Penulis hanya menganalisis optimalisasi kebutuhan ruang dan system Area
Parkir Depan Gedung Kimia saat ini.
b. Penulis tidak menganalisis tentang pengaruh tarif parkir terhadap tingkat
kepuasan mahasiswa.
1.6 Metode penelitian
Metode yang kami gunakan untuk menganalisis parkir Depan Gedung Kimia
Politeknik Negeri Malang yaitu :

1. Studi pustaka
Studi pustaka yaitu metode dengan mencari data tempat yang akan kami
survei dari buku atau internet sebagai pengetahuan awal.
2. Observasi
Observasi yaitu metode penelitian untuk mendapatkan data dengan cara
survey di tempat yang akan kami analisis yaitu Area Parkir Depan Gedung
Kimia.
3. Analisis data
Analisis yaitu metode penelitian untuk mengetahui pengaruh data hasil
observasi terhadap perumusan masalah yaitu kelayakan parkir di Area Parkir
Depan Gedung Kimia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7

2.1 Tinjauan Umum Perparkiran


Parkir didefinisikan tempat khusus bagi kendaraan untuk berhenti demi keselamatan
(Tamin, 2000). Menurut Direktur Jendral Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/96,
menjelaskan Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat
sementara. Adapun fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat
pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu
kurun waktu. Dan berhenti adalah keadaan tidak bergerak atau suatu kendaraan untuk
sementara waktu dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya
Parkir mempunyai tujuan memberikan akses mudah bagi para pemilik kendaraan.
Lokasi parkir harus dibuat sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan, jika parkir terlalu jauh
dari tempat tujuan, orang akan beralih ketempat lain. Sehingga, tujuan utama adalah agar
lokasi parkir sedekat mungkin dengan tujuan perjalanan. Di kota besar terutama di dekat
pusat perdagangan sering terjadi kemacetan jalan yang cukup serius disebabkan masih
kurangnya kesadaran para pemakai jalan bahwa bukan hanya mereka yang memerlukan dan
memakai jalan tersebut, disini terlihat bahwa parkir menjadi urusan setiap orang dengan
berbagaai kepentingan yang mungkin saling berbenturan. Kepentingan setiap orang yang
berbeda dapat dilihat di bawah ini:
a. Penumpang umum atau supir pribadi : Menghendaki parkir yang bebas, nyaman
bagi kepentingan berbelanja.
b. Pemilik toko : Menginginkan mudah bongkar muat, parkir yang menyenangkan.
c. Supir kendaraan umum : Menghendaki jalur bebas/ khusus untuk bus agar dapat
menepati waktu.
d. Supir mobil komersil : Menginginkan mudah bongkar muat, bila pelataran parkir
tidak memadai, mereka akan parkir ganda.
e. Lalu lintas langsung : Menginginkan tidak ada kemacetan.
f. Petugas parkir : Menginginkan parkir bebas dimana saja.
g. Ahli perlalulintasan : Ingin menyenangkan setiap orang dan menjaga kelancaran.

Kepentingan dan keinginan dari setiap pelaku lalu lintas yang berbeda menjadi
bertolak belakang satu dengan lainnya. Pelaku A meginginkan parkir bebas yang dapat
memicu kemacetan, sedangkan pelaku B tidak menginginkan kemacetan. Untuk mengatasi
hal ini, terutama di pusat pusat bisnis atau daerah yang padat lalu lintas, pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah dan badan yang berwenang dalam menangani masalah jalan raya
mengeluarkan berbagai aturan yang bertujuan untuk mengoptimumkan pemakaian jalan raya.
8

Di era globalisasi seperti sekarang ini, sediaan ruang terutama di daerah perkotaan
yang menjadi pusat bisnis dan padat lalu lintas sangat terbatas, sedangkan perparkiran sangat
berkaitan dengan kebutuhan ruang. Keinginan dari pelaku yang terjun langsung dalam
masalah pemikiran ini menjadi tumpang tindih. Untuk mengatasi halini terutama di pusatpusat bisnis ataupun daerah yang padat lalu lintasnya pemerintah dan badan yang
berwenang dalam menangani jalan raya mengeluarkan berbagai aturan yang tujuannya untuk
mengoptimumkan pemakaian jalan.
Jumlah tempat parkir pada pusat kota menengah dan besar belum cukup mengatasi
kebutuhan. Ini merupakan permasalahan yang meningkat sangat cepat seiring dengan
meningkatnya pemilik kendaraan pribadi. Begitu seseorang membeli mobil, dia pasti
menggunakannnya, terutama karena mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
menggunakan angkutan umum.
Kebijakan perparkiran dilakukan untuk meningkatkan kapasitas jalan yang sudah ada.
Penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir jelas memperkecil kapasitas jalan tersebut
karena sebagian besar lebar jalan digunakan sebagai tempat parkir. Lebih jauh lagi,
pengelolaan parkir yang kurang baik cenderung menjadi penyebab kemacetan karena antrian
kendaraan yang menunggu tempat kosong untuk parkir. Antrian kendaraan ini akan
menghambat pergerakan arus lalu lintas. Permasalahan parkir harus dipikirkan apalagi
Gramedia adalah salah satu toko buku yang terletak di Jalan Raya Margonda yang memiliki
banyak pengunjung dengan mobilitas yang tinggi dengan menggunakan kendaraan pribadi.

2.2 Peraturan Perundang-undangan


Studi perparkiran dilandasi

dengan

peraturan

perundang- undangan sebagai

berikut:
1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 66 Tahun 1993, tentang Fasilitas
Parkir untuk Umum.
2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 4 Tahun 1994, tentang Tata Cara
3.

Parkir Kendaraan Bermotor di jalan.


Keputusan Dirjen Perhubungan Darat

No.272/HK.105/DRJD/96

tentang

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.


4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
9

2.4 Karakteristik parkir


Tamin 2003 menjelaskan karakteristik parkir terdiri dari akumulasi parkir, volume
parkir, parking turn over, indeks parkir, durasi parkir, dan kapasitas parkir. Data karakteristik
parkir ini akan sangat diperlukan untuk melakukan analisis kondisi operasional dan
perancangan pengembangan lahan parkir.

1. Akumulasi dan Volume Parkir


Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan yang sedang diparkir dalam suatu tempat
pada waktu tertentu. Data ini bisa memperlihatkan fluktuasi kendaraan yang sedang parkir,
dengan demikan jam puncak dan jam tidak puncak dapat teridentifikasi.
Persamaan :

Dimana :
AP = Akumulasi parkir
n = Jumlah kendaraan yang parkir (unit)
t
= Waktu parkir (jam)
Volume parkir adalah jumlah total kendaraan yang telah diparkir pada suatu tempat
persatuan waktu (biasanya per hari). Dari data volume parkir bisa didapatkan atau ditentukan
hari puncak dalam satu minggu bahkan hari puncak dalam satu bulan. Jika tarif yang
dikenakan adalah sistem tetap maka berdasarkan data volume parkir saja bisa dihitung
pendapatan lahan parkir.

10

Contoh Data Volume dan Akumulasi Parkir

Grafik Hubungan antara Voluma dan Akumulasi Parkir

11

2. Parking Turn Over (Pto)


Adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir, yang
diperoleh dengan cara membagi volume parkir dengan jumlah ruang parkir, untuk tiap satuan
waktu tertentu (Hobbs, 1995).
Persamaan :

Dimana :
TO = Parking turn over
S n = Jumlah kendaraan yang parkir (unit)
R = Ruang parkir yang tersedia (SRP)
3. Indeks Parkir
Indeks parkir adalah ukuran lain untuk menyatakan penggunaan pelataran parkir yang
dinyatakan dalam persentase ruang, yang ditempati oleh kendaraan parkir.

Untuk

menentukan kebutuhan parkir dapat diketahui dari waktu puncak parkir dan indeks parkir.
Waktu puncak parkir memberikan gambaran tentang besarnya permintaan parkir pada waktu
tertentu. Apabila dibandingkan dengan kapasitas normal dapat diketahui seberapa besar
kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh prasarana parkir yang tersedia. Dengan menggunakan
indeks parkir dapat diketahui apakah permintaan parkir sebanding atau tidak dengan
kapasitas yang tersedia. Jika nilai indeks parkir > 100 %, berarti permintaan ruang parkir
lebih besar dari kapasitas yang ada. Jika nilai indeks parkir < 100 %, berarti permintaan
masih dapat dipenuhi (Hobbs, 1995). Indeks Parkir dihitung menggunakan persamaan
dibawah ini :

Dimana :
IP = Indeks Parkir
AP = Akumulasi Parkir
R = Ruang Parkir yang tersedia
4. Durasi Parkir
Adalah waktu yang digunakan oleh suatu kendaraan pada waktu tertentu tanpa
berpindah-pindah, yang dinyatakan dalam satuan menit (Hobbs, 1995).
Persamaan :
12

Dimana :
D = total durasi
n = jumlah kendaraan yang masuk dan keluar selama waktu survei

5. Kapasitas Ruang Parkir


Ukuran kebutuhan parkir pada suatu pusat kegiatan ditentukan menurut sifat dan
peruntukan parkirnya. Satuan yang digunakan adalah SRP (satuan ruang parkir) mobil
penumpang. Kapasitas ruang parkir dapat diartikan sebagai jumlah maksimum kendaraan
dapat diparkir pada suatu areal parkir dalam waktu dan kondisi tertentu. Kapasitas ruang
parkir merupakan suatu nilai yang menyatakan jumlah seluruh kendaraan yan termasuk beban
parkir, yaitu jumlah kendaraan tiap periode waktu tertentu yang biasanya menggunakan
satuan per-jam atau per-hari (Hobbs, 1995).
Persamaan :

Dimana :
Z = Ruang parkir yang dibutuhkan (unit)
Y = Jumlah kendaraan yang parkir selama periode penelitian (unit)
D = Rata-rata durasi parkir (jam)
T = Lama waktu pengamatan (jam)

2.5 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)


Penentuan satuan ruang parkir (SRP) didasarkan atas hal berikut.
1. Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang
Dimensi kendaraan memiiki beberapa jenis yang berbeda, sehingga diperlukan suatu
acuan untuk perhitungan satuan ruang parkir. Pada gambar 2.1 menjelaskan
beberapa variabel dimensi kendaraan yang berpengaruh dalam perancangan ruang
parkir

13

d
B

Gambar 2.1 Dimensi Mobil Penumpang


(Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan
darat, 1996)

Keterangan :
a = jarak gandar

h = tinggi total

b = depan tergantung

B = lebar total

c = belakang tergantung

L = panjang total

d = lebar
2. Ruang bebas kendaraan parkir
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal
kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu kendaraan
dibuka, yang diukur dari ujung luar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada
disampingnya. Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu
kendaraan

dengan

dengan

kendaraan

yang

diparkir

di

sampingnya

pada

saat

penumpang turun dari kendaraan. Ruang arah memanjang diberikan di depan


kendaraan untuk menghindari benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur
gang (aisle). Jarak bebas arah lateral sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal sebesar
30 cm, dengan rincian bagian depan 10 cm dan bagian belakang sebesar 20 cm.
3. Lebar bukaan pintu kendaraan
Ukuran lebar pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang
memanfaatkan fasilitas parkir. Sebagai contoh, lebar bukaan pintu kendaraan karyawan
kantor akan berbeda dengan lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung pusat kegiatan
perbelanjaan. Di bawah ini Gambar 2.2 menjelaskan tentang lebar bukaan pintu
kendaraan.

14

Bp

a1

SRP

Lp

Gambar 2.2 Lebar Bukaan Pintu


(Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan
darat, 1996)
a2

Keterangan:
B

: Lebar Total

: Panjang

: Lebar Bukaan Pintu

A1.A2 : Jarak
Bp

: Lebar

Lp

: Panjang SRP

Lebar bukaan pintu, pengguna fasilitas parkir, dan golongan kendaraan dibagi 3 dan dapat
dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini
Tabel 2.1 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan Mobil Penumpang
Jenis Bukaan Pintu

Pengguna dan/atau Peruntukan Fasilitas

Pintu depan/belakang

Parkir
Karyawan/pekerja kantor

terbuka tahap awal 55 cm.

Tamu/pengunjung pusat kegiatan

Gol
I

perkantoran,perdagangan,pemerintahan
, dan universitas

15

Pintu depan/belakang
Terbuka Penuh 75 cm.

Pengunjung tempat olahraga, pusat II


hiburan/rekreasi,

hotel,

pusat

perdagangan eceran/swalayan, rumah


sakit, bioskop
Pintu depan terbuka penuh

Orang cacat

III

dan ditambah untuk


pergerakan kursi roda
(Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan darat,
1996)
4. Penentuan satuan ruang parkir (SRP)
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) untuk masing-masing jenis kendaraan
telah dianalisis sedemikian rupa dan dengan beberapa pendekatan. Penentuan SRP
dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan penentuan SRP untuk mobil
penumpang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan seperti pada Tabel 2.2 dibawah
ini :

Tabel 2.2 Dimensi Mobil Penumpang (SRP)


Satuan Ruang Parkir (m)

Jenis Kendaraan
1. a. Mobil penumpang golongan I

2,30 x 5,00

b. Mobil penumpang golongan I

2,50 x 5,00

c. Mobil penumpang golongan III

3,00 x 5,00

2. Bus / truk

3,40 x 5,00

3. Sepeda motor

0,75 x 2,00

(Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan darat,


1996)
Sesuai dengan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan darat,
1996. Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai berikut.
1. Satuan Parkir untuk Mobil Penumpang
16

Gambar satuan ruang parkir mobil penumpang pada gambar 2.3 berikut :
B

Bp

a1

SRP

a2

Lp

Gambar 2.3 Satuan Ruang parkir (SRP) untuk mobil


penumpang (dalam cm)
(Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan
darat, 1996)

Keterangan:
B

: Lebar Total

: Panjang

: Lebar Bukaan Pintu

A1.A2 : Jarak
Bp

: Lebar

Lp

: Panjang SRP

Untuk Mobil Penumpang sendiri itu dibedakan menjadi tiga, yaitu golongan 1, golongan 2,
dan golongan 3 berikut ini penjelasan 3 golongan tersebut.
Tabel 2.3 Golongan Mobil Penumpang
Golongan I

Golongan II

Golongan III

B = 170

A1 = 10

Bp = 230 = B + O + R

O =55

L = 470

Lp = 500 = L + a1 + a2

R=5
B = 170

A2 = 20
A1 = 10

Bp = 250 = B + O + R

O =75

L = 470

Lp = 500 = L + a1 + a2

R=5

A2 = 20

B = 170

A1 = 10

Bp = 300 = B + O + R
17

O =80

L = 470

Lp = 500 = L + a1 + a2

R=5
A2 = 20
(Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan darat,
1996)
2. Satuan Ruang Parkir untuk Bus/Truk
Untuk bus atau truk, dapat dibagi ke dalam tiga jenis golongan berdasarkan ukuran
kendaraan, yakni kecil, sedang, besar. Pada halaman berikutnya bisa dilihat gambar satuan
ruang parkir (SRP) beserta dimensi untuk ukuran bus atau truk kecil, sedang dan besar.

Tabel 2.2 Dimensi SRP untuk kendaraan bus/truk

18

3. Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor


Besanya satuan ruang parkir untuk sepeda motor ditentukan dari besarnya sepeda otor
dengan dimensi 200 cm untuk panjang dan 70 untuk lebarnya, dibawah ini disajikan gambar
satuan ruang parkir untuk sepeda motor.

200

SRP

17550

Gambar 2.4 Satuan Ruang parkir (SRP) untuk motor


penumpang (dalam cm)
(Sumber: Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan
50

darat, 1996)

700

Tabel 2.3 Bakuan kebutuhan Satuan Ruang Parkir (SRP)


Kebutuhan Ruang Parkir
Kebutuhan Ruang Parkir

a) Pusat Perdagangan

Luas area (x 100m)

Kebutuhan (SRP)

10

20

50

100

500

100

150

200

114

150

59

67

88

125

415

777

100

125

150

175

200

250

300

400

500

b) Pusat Perkantoran

Jumlah Karyawan

19

Administra
Kebutuhan si
(SRP)

Pelayanan
Umum

235

236

237

238

239

240

242

246

249

288

289

290

291

291

293

395

298

302

c) Pasar Swalayan
100
Luas area (x 100m)

50

75

100

150

200

300

400

500

0
105

Kebutuhan (SRP)

225

250

270

310

350

440

520

600

d) Pasar
100
Luas area (x 100m)

Kebutuhan (SRP)

40

50

75

100

200

300

400

500

120

230

160

185

240

300

520

750

970

10

11

e) Sekolah/Perguruan
Tinggi
Luas area (x 1000m)

12
24

Kebutuhan (SRP)

60

80

100

120

140

160

180

200

220

160

320

640

f) Tempat Rekreasi

Luas area (x 100m)

50

100

150

200

400

800

Kebutuhan (SRP)

103

109

115

122

146

196

295

494

892

100

150

200

250

350

400

550

600

650

<100

154

155

156

158

161

162

165

166

167

100-150

300

450

476

477

480

481

484

485

487

150-200

300

450

600

798

799

800

803

804

806

105

111

111

112

142

g) Hotel dan Penginapan


Jumlah Kamar

Tarif Buku
(S)

200-250

300

450

600

900

20

h) Rumah Sakit
100
Jumlah Tempat Tidur

50

75

100

150

200

300

400

500

Kenutuhan (SRP)

97

100

104

111

118

132

146

160

200

10

40

50

60

70

80

90

100

150

230

235

290

340

390

440

490

540

590

i) Gelanggang Olahraga
Juml. Tem. Penonton
(x 100)
Kebutuhan (SRP)
j) Bioskop
100
Jumlah Tempat Duduk

300

400

500

600

700

800

900

Kebutuhan (SRP)

198

202

206

210

214

218

222

224

2.6 Posisi Parkir


Bagi sebagian besar kendaraan bermotor, ada tiga cara parkir, berdasarkan susunan
kendaraan - parkir paralel, parkir tegak lurus, dan parkir serong. Ini adalah
konfigurasi dimana pengemudi kendaraan dapat mengakses parkir secara mandiri.
2.6.1 Parkir paralel

Gambar 2.5. Parkir Sejajar


Parkir sejajar dimana parkir diatur dalam sebuah baris, dengan bumper depan mobil
menghadap salah satu bumper belakang yang berdekatan. Parkir dilakukan sejajar dengan
tepi jalan, baik di sisi kiri jalan atau sisi kanan atau kedua sisi bila hal itu memungkinkan,.
Parkir paralel adalah cara paling umum dilakasanakan untuk parkir mobil dipinggir jalan.
Cara ini juga digunakan dipelataran parkir ataupun gedung parkir khususnya untuk mengisi
ruang parkir yang parkir serong tidak memungkinkan.
21

2. 6.2 Parkir tegak lurus


Parkir tegak lurus dengan sudut 90 adalah metode yang paling efesien karena mampu
menampung kapasitas yang lebih banyak dengan perencanaan yang lebih mudah. Parkir
Tegak Lurus digambarkan pada Gambar 2.6 dan Tabel 2.7

Gambar 2.6. Parkir Tegak Lurus


Tabel 2.7 Ukuran Parkir Tegak Lurus
A

Golongan I

2,3 m

2,3 m

5,4 m

11,2 m

Golongan II

2,5 m

2,5 m

5,4 m

11,2 m

Golongan III

3,0 m

3,0 m

5,4 m

11,2 m

Dengan cara ini mobil diparkir tegak lurus, berdampingan, menghadap tegak lurus ke
lorong/gang, trotoar, atau dinding. Jenis mobil ini parkir lebih terukur daripada parkir paralel
dan karena itu biasanya digunakan di tempat di pelataran parkir parkir atau gedung parkir.
Sering kali, di tempat parkir mobil menggunakan parkir tegak lurus, dua baris tempat parkir
dapat diatur berhadapan depan dengan depan, dengan atau tanpa gang di antara keduanya.
Bisa juga parkir tegak lurus dilakukan dipinggir jalan sepanjang jalan dimana parkir
ditempatkan cukup lebar untuk kendaraan keluar atau masuk ke ruang parkir.
2.6.3

Parkir serong atau menyudut


Salah satu cara parkir yang banyak digunakan dipinggir jalan ataupun di pelataran

maupun gedung parkir adalah parkir serong yang memudahkan kendaraan masuk ataupun

22

keluar dari ruang parkir. Pada pelataran ataupun gedung parkir yang luas, diperlukan gang
yang lebih sempit bila dibandingkan dengan parkir tegak lurus.

Metode parkir dengan sudut tertentu, yaitu menyudut 30, 45 dan 60. Metode ini
sebagai alternatif untuk mengurangi penggunaan badan jalan dan efisiensi ruang parkir.
Parkir menyudut (30, 45 dan 60) digambarkan pada Gambar 2.7, Gambar 2.8 dan Gambar
2.9, sedangkan untuk ukurannya di jelaskan pada Tabel 2.4, Tabel 2.5, dan Tabel 2.6.

Gambar 2.7. Parkir Menyudut (30)


Tabel 2.4 Ukuran Parkir Sudut 30
A

Golongan I

2,3 m

4,6 m

3,45 m

4,7 m

7,6 m

Golongan II

2,5 m

5,0 m

4,30 m

4,85 m

7,75 m

Golongan III

3,0 m

6,0 m

5,35 m

5,0 m

7,9 m

Gambar 2.8. Parkir Menyudut (45)


23

Tabel 2.5 Ukuran Parkir Sudut 45


A

Golongan I

2,3 m

3,5 m

2,5 m

5,60 m

9,3 m

Golongan II

2,5 m

3,7 m

2,6 m

5,65 m

9,35 m

Golongan III

3,0 m

4,5 m

3,2 m

5,75 m

9,45 m

Gambar 2.9. Parkir Menyudut (60)

Tabel 2.6 Ukuran Parkir Sudut 60


A

Golongan I

2,3 m

2,9 m

1,45 m

5,95 m

10,55 m

Golongan II

2,5 m

3,0 m

1,50 m

5,95 m

10,55 m

Golongan III

3,0 m

3,7 m

1,85 m

6,00 m

10,60 m

2.7 Jenis Parkir


Tidak semua pengembang pusat bisnis mampu

menyediakan lahan parkir yang

mencukupi, sehingga badan jalan yang berada di sekitarnya digunakan untuk lahan parkir.
Apabila badan jalan tersebut dilalui lalu lintas dalam jumlah yang cukup besar maka bisa
dipastikan bahwa parkir di badan jalan akan menimbulkan permasalahan lalu lintas
(kecepatan menurun dan waktu tempuh meningkat).
A. Berikut ini adalah jenis jenis parkir menurut penempatannya :
1. Parkir di tepi jalan (on-street parking).

24

Yang dimaksud dengan fasilitas parkir di badan jalan adalah fasilitas parkir yang
menggunakan tepi jalan sebagai ruang parkirnya
a. .Kerugian :
1. Mengganggu lalu lintas
2. Mengurangi kapasitas jalan karena adanya pengurangan lebar lajur lalu
lintas
3. Meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan
b. Keuntungan :
1. Murah tanpa investasi tambahan
2. Bagi pengguna tempat parkir bisa lebih dekat dan mudah
c. Posisi sudut parkir parkir :
1. Sejajar dengan sumbu jalan (0%)
2. Tegak lurus sumbu jalan (90%)
3. Membuat sudut dengan sumbu jalan (30%, 45%, 60%)

Gambar Ruang Parkir Bersudut, 1995


Gambar 2.10

2. Parkir di luar badan jalan (off-street parking).


Yang dimaksud parkir di luar badan yaitu parkir di lokasi parkir yang tata guna
lahannya disediakan khusus untuk parkir. parkir kendaraan di luar badan jalan bisa
di halaman gedung perkantoran, supermarket, atau pada taman parkir.
a. Keuntungan :
1 Tidak mengganggu lalu lintas
2 Faktor keamanan lebih tinggi
b. Kerugian :
1. Perlu biaya investasi awal yang besar.
2. Bagi pengguna dirasakan kurang praktis, apalagi jika kepentingannya hanya
sebentar saja.
c. Posisi parkir :
1. pola parkir satu sisi
2. pola parkir dua sisi (30%, 45%, 60%, 90%)
B. Menurut Statusnya
25

1.
2.
3.
4.

Parkir umum, biasanya dikelola oleh pemerintah daerah.


Parkir khusus, dikelola oleh swasta.
Parkir darurat, diselenggarakan karena adanya kegiatan incidental.
Taman Parkir, dikelola oleh pemerintah daerah.
5. Gedung Parkir, biasanya diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan

pengelolaannya oleh swasta.


C. Menurut Jenis Kendaraan
1. Kendaraan tidak bermesin (sepeda)
2. Sepeda motor
3. Mobil
D. Menurut Jenis Tujuan Parkir
1. Parkir penumpang : untuk kebutuhan menaikkan dan menurunkan
penumpang
2. Parkir barang : untuk kebutuhan bongkar muat barang
E. Menurut Jenis Kepemilikan dan Pengoperasian
1. Milik swasta dan dikelola oleh swasta
2. Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pemda
3. Milik pemerintah daerah dan dikelola oleh swasta
2.8 Standar Kebutuhan Parkir
Standar kebutuhan ruang parkir akan berbeda-beda untuk tiap jenis tempat kegiatan.
Hal ini disebabkan antara lain karena perbedaan tipe pelayanan, tarip yang dikenakan,
ketersediaan ruang parkir, tingkat kepemilikan kendaraan bermotor, dan tingkat pendapatan
masyarakat. Dari hasil studi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen
Perhubungan, Tahun 1996 adalah sebagai berikut :

2.8.1 Sekolah atau Perguruan Tinggi


Standar kebutuhan ruang parkir pada sekolah atau perguruan tinggi terdapat pada
Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Standar Kebutuhan Parkir di Sekolah atau Perguruan Tinggi
Jumlah
Mahasiswa
(Orang)
Kebutuhan (SRP)

2.8.2

3000 4000 5000 6000 7000


60

80

100

120

140

800
0
160

9000
180

1000
0
200

11000
220

1200
0
240

Pengaturan Parkir

26

Parkir merupakan salah satu alat dalam pengaturan manajemen lalu lintas, selain itu
parkir juga digunakan sebagai sumber pendapatan asli daerah. Sehingga, perlu diatur
sedemikian rupa, pendapatan retribusi parkir diperoleh dan lalu lintas dapat berjalan
lancar.Masyarakat dapat melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi dan kemudian
dapat memarkirnya ditempat tujuan perjalanan, baik parkir di ruang parkir maupun di luar
jalan.
Pengaturan parkir diatur oleh Dinas LLAJ Tingkat II baik parkir dipinggir jalan dan
pelataran maupun bangunan yang dimiliki pemerintah. Pengaturan parkir diluar jalan
dikendalikan oleh Dinas Tata Kota. Pengaturan dikendalikan melalui Izin Mendirikan
Bangunan.
2.8.3

Parkir di Tepi Jalan (On Street Parking)


Parkir di tepi jalan (on street parking) adalah parkir yang mengambil tempat di

sepanjang badan jalan tanpa melebarkan jalan untuk pembatas parkir. Parkir di tepi jalan ini
baik untuk pengunjung yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk lokasi yang intensitas
penggunaan lahan yang tinggi, cara ini kurang menguntungkan karena akan menyebabkan
berkurangnya kapasitas jalan dan menimbulkan kemacetan. Parkir di tepi jalan
memungkinkan jika kondisi jalan lebar dan mempunyai kondisi lalu lintas yang tidak terlalu
padat.
2.8.4

Parkir di Luar Jalan (Off Street Parking)


Parkir di luar jalan ini menempati pelataran parkir tertentu di luar badan jalan, baik itu

di bangunan khusus parkir ataupun di halaman terbuka. Sedangkan beberapa jenis parkir di
luar jalan diantaranya yaitu :
-

Gedung parkir atau basement, yaitu ruang parkir pada suatu bagian bangunan.

Pelataran parkir, yaitu ruang parkir pada suatu bidang tanah di luar badan jalan.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, berkaitan dengan parkir di luar jalan ini,

yaitu : penyediaan petak parkir yang optimal, peningkatan efisiensi pengendara pada saat
keluar-masuk ruang parkir, menciptakan suasana yang aman dan nyaman, dan menata pintu
masuk dan keluar fasilitas parkir denganjalur pejalan kaki atau arus lalu lintas setempat agar
nyaman dan aman.

Keunggulan parkir off street dibandingkan dengan parkir on street adalah :

27

Tingkat keamanannya terjamin,

Tidak mengganggu lalu lintas,

Memiliki keleluasaan dalam pengaturan petak parkir dalam usaha memaksimalkan


kapasitas lahan parkir.
Disamping keunggulan ada juga kelemahan dari parkir off street yaitu jarak berjalan

kaki menuju tempat tujuan akan lebih jauh, kecuali untuk ruang parkir yang menyatu atau
merupakan bagian dari bangunan atau gedung yang dituju. Selain itu pendestrianpun harus
diperhatikan, karena dengan jauhnya pengunjung berjalan ketempat tujuan, maka tingkat
pelayanan bagi para pejalan kaki pun harus diperhatikan seperti trotoar, jembatan
penyebrangan, zebracross, dan lain-lain.

2.9 Faktor Faktor Penentu Perencanaan Parkir


Agar parkir dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, maka dalam sebuah pengadaan
sarana parkir diperlukan perecanaan dan perancangan yang baik. Perancangan parkir ini harus
mamperhatikan perencanaan dan perancangan suatu kota agar tidak saling mengganggu.
Faktor-faktor penentu yang sangat mempengaruhi perencanaan parkir adalah sebagai
berikut :
1. Tingkat Motorisasi
Tingkat motorisasi adalah pengelompokan kelas menurut tinggi rendahnya angka
kepadatan mobil, yaitu banyaknya mobil penumpang yang terdapat pada setiap 100
penduduk. Untuk setiap kota tingkat motorisasi berbeda-beda tergantung dari tingkat
kemakmuran penduduknya. Tingkat motorisasi dikelompokkan menjadi :
a. Kelas 1 (daerah pinggiran kota)
Mempunyai tingkat motorisasi 0 10 mobil per 100 penduduk.
b. Kelas 2 (daerah kota bagian luar)
Mempunyai tingkat motorisasi 10 20 mobil per 100 penduduk
c. Kelas 3 (daerah kota bagian dalam)
Mempunyai tingkat motorisasi 20 30 mobil per 100 penduduk.
d. Kelas 4 (daerah pusat kota)
Mempunyai tingkat motorisasi lebih dari 30 mobil per 100 penduduk.
2. Faktor Lokasi dan Fungsi Kota

28

Faktor lokasi sangat berpengaruh sebagai penentu jenis dan cara parkir. Suatu
kawasan kota yang difungsikan sebagai pusat kegiatan kota akan membutuhkan sarana parkir
yang lebih luas daripada kawasan-kawasan lainnya, misalnya kawasan perumahan. Kawasan
kota dengan lalu lintas yang padat akan membutuhkan pemecahan tersendiri dibanding
dengan jenis dan cara parkir di kawasan kota dengan lalu lintas kurang padat.
Di kawasan pusat kegiatan pada kenyataannya kebutuhan akan sarana parkir di luar
jalan (off street parking) cukup besar, meski pada umumnya memiliki lahan yang terbatas.
Nilai tanah yang tinggi dan daya tampung yang sedikit membuat pelataran parkir menjadi
tidak ekonomis. Oleh karena di kawasan pusat kegiatan kota penggunaan sarana parkir yang
sesuai adalah dengan bangunan parkir yang bertingkat.
3. Pengukuran / Besaran Dalam Parkir
a. Akumulasi Parkir
Merupakan jumlah kendaraan yang diparkir di suatu tempat pada waktu tertentu, dan
dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis dan maksud perjalanan. Akumulasi ini berkaitan
erat dengan beban parkir (jumlah kendaraan parkir) dalam satu jam kendaraan per periode
waktu tertentu (Lihat Rumus 2.1)
Akumulasi=KmK

..................................... (2.1)

Bila pada pengambilan data sudah ada kendaraan parkir, maka dapat dilihat pada
Rumus 2.2
Akumulasi=KmKk + x

..................................... (2.2)

Dimana : Km = kendaraan masuk


Kk = kendaraan keluar
x

= total kendaraan yang sudah parkir

b. Volume Parkir
Menyatakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir (yaitu jumlah
kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari).
c. Pergantian Parkir (Parking Turnover)
Menunjukkan tingkat penggunaan ruang parkir dan diperoleh dengan membagi
volume parkir dengan ruang parkir untuk periode waktu tertentu (Lihat Rumus 2.3).
29

T=

Jumlah Kendaraan yang berbeda yang parkir


Jumlah ruang parkir yang tersedia

...........

(2.3)

d. Durasi Parkir
Lama waktu suatu kendaraan parkir di suatu ruang parkir (Rumus 2.4)
Akumulasi=Ti

..................................... (2.4)

Dimana : Ti = waktu kendaraan masuk


To = waktu kendaraan keluar
e. Indeks Parkir (Rumus 2.5)
Indeks Parkir=

Akumulasi parkir
Ruang parkir yang tersedia

...............

(2.5)

f. Okupasi (Rumus 2.6)


Okupasi=

Banyaknya ruang yang ditempati


100
Total ruang tersedia

(2.6)

4. Faktor Perkembangan
Tingkat laju dan gerak masyarakat kota selalu berkembang diikuti dengan semakin
tingginya tingkat motorisasi. Oleh karena itu, hal ini harus diikuti dengan peningkatan
penyediaan fasilitas-fasilitas transportasi, antara lain termasuk fasilitas parkir. Dengan adanya
perkembangan-perkembangan ini, maka harus ada pertimbangan dalam jangka pendek (1-5
tahun) maupun dalam jangka panjang (10-20 tahun). Hal-hal yang mempengaruhi faktor
perkembangan ini adalah :
-

Perkembangan aktivitas

Tingkat motorisasi

Perkembangan luas lahan

Perkembangan sistem transportasi


30

5. Faktor sirkulasi
Perancangan

parkir

tidak

bisa

dipisahkan

dari

faktor

sirkulasi

terutama

aksesibilitasnya baik secara sistem maupun kondisi fisiknya juga perludipertimbangkan


sistem sirkulasi lalu lintas di sektar lingkungannya serta sistem transportasi kota.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem sirkulasi, yaitu:
a. Jumlah pengunjung, jenis barang yang diperjualbelikan dan lainnya.
b. Rute yang ramai dan disukai pengunjung.
c. Jumlah kendaraan yang ada di lokasi pada saat tertentu terutama pada jam sibuk.
d. Bercampurnya kendaraan pengunjung dan kendaraan bongkar muat.

2.10 Metode Kebutuhan Parkir


Metode untuk menentukan jumlah parkir dipusat kota antara lain sebagai berikut :
a. Metode berdasarkan selisih terbesar antara kedatangan dengan keberangkatan kendaraan.
Metode dengan mencari selisih terbesar antara kedatangan dan keluaran (maximum
accumulation). Besarnya akumulasi maksimum dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut ini :

Jumlah
Komulatif

Gambar 2.10 Grafik Komulatif Kedatangan dan Keluaran Kendaraan


Kendaraan yang Memerlukan
Pelayanan
Dengan mengetahui
informasi akan kendaraan yang datang dengan yang berangkat

selama waktu pengamatan maka kita mampu menganalisa data tersebut hingga kita peroleh
volume kendaraan serta durasi kendaraan yang parkir. Dengan mengetahui rata-rata lamanya
kendaraan parkir dan berapa jumlah kendaraan yang sudah parkir selama waktu penelitian
maka kebutuhan lahan parkir bisa kita hitung dengan menghitung akumulasi terbesar pada
selang waktu pengamatan. Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir di suatu tempat
pada selang waktu tertentu, dimana jumlah kendaraan parkir tidak akan pernah sama pada
suatu tempat dengan tempat lainnya dari waktu ke waktu. Dengan mencatat setiap plat
31

kendaraan yang masuk dan yang keluar maka kita bisa menganalisa.
b. Metode berdasarkan pada kepemilikan kendaraan
Metode ini mengasumsikan adanya hubungan antara luas parkir dengan jumlah
kendaraan yang tercatat di pusat kota. Semakin meningkat jumlah penduduk, maka
kebutuhan lahan parkir akan semakin meningkat karena kepemilikan kendaraan meningkat.
Penyediaan tempat parkir yang memenuhi seluruh kebutuhan parkir di pusat kota secara
ekonomis tidak akan pernah layak. Karena setiap kendaraan memerlukan lantai seluas 15
meter persegi. Dipihak lain, kebutuhan ruang rata-rata bagi seorang pegawai kantor kurang
dari 10 meter persegi. Dengan demikian, apabila semua pegawai pergi ke kantornya
mengendarai mobil, yang masing-masing dinaiki dua orang, maka ruang parkir yang
diperlukan akan lebih besar dari ruang perkantoran.
Disamping itu, tempat-tempat parkir di pusat kota tidak akan memenuhi kebutuhan
orang-orang yang berbelanja seperti yang terjadi di pusat perbelanjaan modern di kawasan
pinggiran kota. Di tempat seperti ini, areal parkir lebih luas dua kali atau lebih dibanding luas
lantai gedung.
c. Metode berdasarkan luas lantai bangunan
Metode ini mengasumsikan bahwa kebutuhan lahan parkir sangat terkait dengan
jumlah kegiatan yang dinyatakan dalam besaran luas lantai bangunan dimana kegiatan
tersebut dilakukan, misalnya : pusat perbelanjaan, perkantoran, sekolah, universitas atau
perguruan tinggi, dan lain-lain. Pusat-pusat kegiatan di kota akan memaksimalkan setiap luas
lantai bangunan untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan yang mampu menarik kedatangan
konsumen, disertai dengan kedatangan kendaraan. Sehingga ketertarikan suatu kegiatan yang
dinyatakan dalam besaran luas lantai bangunan akan menimbulkan suatu kegiatan baru yaitu
pergerakan kendaraan, dimana kendaraan yang datang harus mampu diatur dengan baik
dalam sistem perparkiran.

2.11 Teori Antrian


Keadaan suatu antrian biasanya ditandai oleh suatu aliran pengunjung yang
mendatangi fasilitas pelayanan yang berjumlah satu atau lebih. Pengunjung yang datang akan
segera dilayani atau jika terpaksa harus menunggu beberapa saat sebelum dilayani.
Timbulnya antrian dalam suatu sistem disebabkan karena kapasitas pelayanan tidak
dapat memenuhi kapasitas permintaan atau kecepatan kedatangan pengunjung lebih besar
dari kecepatan pelayanan.
32

Teori antrian dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan jika:


1. Kecepatan kedatangan rata-rata pengunjung lebih besar dari pada rata-rata pelayanan.
2. Adanya pengunjung yang membutuhkan pelayanan.
3. Adanya pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan.
4. Adanya chanel.
5. Barisan antri terbentuk jika konsumen harus menunggu sebelum dilayani.
6. Adanya disiplin antrian dalam melayani konsumen.
7. Konsumen yang datang mempunyai distribusi waktu kedatangan tertentu dan waktu
pelayanan mempunyai distribusi waktu pelayanan tertentu.
Pelayanan yang dilakukan oleh mekanisme pelayanan yang dilakukan secara
bergantian didalam suatu antrian mempunyai karakteristik yang penting, yaitu :
1. Proses kedatangan, meliputi proses :
6. Jumlah kedatangan tiap satuan waktu
7. Jumlah antrian yang diijinkan
8. Jumlah customer yang membutuhkan pelayanan dan sistem
2. Proses Pelayanan, meliputi :
9. Waktu untuk melayani setiap pengunjung.
10. Fasilitas pelayanan
11. Susunan fasilitas pelayanan.
3. Disiplin antrian, meliputi :
12. FIFO (First In First Out)
13. FIFS (First In First Serve)
14. LIFO (Last In First Out)
15. SIRO (Service In Random Order)
16. PS (Priority Service)
Sedangkan jenis informasi antrian dapat dibedakan :
a. Antrian tunggal, pelayanan tunggal
b. Antrian tunggal, pelayanan banyak
c. Antrian banyak, pelayanan tunggal
d. Antrian banyak, pelayanan banyak
Keempat dari bentuk antrian dan bentuk pelayanan yang dikemukakan diatas dapat
dilihat secara jelas dalam Gambar 2.11 sampai dengan Gambar 2.15, yang disajikan di bab ini
dari keempat sistem antrian mengenai kesibukan kegiatan kedatangan dan pelayanan antara
satu dengan yang lainnya akan berbeda-beda. Demikian pula halnya dengan dengan waktu
33

tunggu yang terjadi bagi kendaraan di tempat antrian juga terdapat perbedaan. Proses
kedatangan dan pelayanan di tempat antrian disetiap kejadian dapat dijelaskan sebagai
berikut :

Gambar 2.11 Model Antrian Tunggal, Fasilitas Pelayanan Tunggal

Gambar 2.12 Model Antrian Tunggal. Fasilitas Pelayanan Banyak Sejajar

Gambar 2.13 Model Antrian Banyak, fasilitas Antrian Tunggal

34

Gambar 2.15 Model Antrian Banyak, Fasilitas Pelayanan Banyak Sejajar


2.12 Biaya Parkir
Penetapan biaya parkir adalah salah satu cara untuk mengendalikan lalu lintas.
Perhitungan biaya parkir tidak didasarkan atas perhitungan pengembalian biaya investasi dan
operasional, juga tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan finansial. Penetapan
biaya parkir dilakukan untuk mengendalikan lalulintas melalui pengurangan pemakaian
kendaraan pribadi, sehingga mengurangi kemacetan jalan dan sekaligus pengurangan
permintaan ruang parkir.
Ada beberapa cara untuk menarik biaya parkir, antara lain dengan menetapkan biaya
parkir secara normal, biaya parkir langganan, biaya parkir progresif, dsb. Biaya parkir
progresif yaitu keluar masuknya kendaraan dikendalikan melalui karcis dengan waktu
tercatat, dengan biaya parkir akan meningkat sesuai dengan lamanya parkir.

35

BAB III
METODOLOGI PERHITUNGAN

1.1 Metode Perhitungan Parkir


Ada 3 (tiga) cara perhitungan yang dapat dilakukan dalam menganalisis masalah
perparkiran, yaitu :
d. Cara perhitungan tapal batas daerah studi (Cordon count)
Cara ini dilakukan dengan mendirikan pos-pos pencatat terpisah, dimana
masingmasing pos menghitung jumlah kendaraan yang dating dan meninggalkan areal parkir
setiap interval waktu tertentu.
e. Cara wawancara langsung (direct interview)
Yaitu dengan mengadakan wawancara langsung dengan pengemudi.
f. Cara survey keliling atau pencacahan langsung (patrol survey)
Yaitu dengan melakukan pencatatan langsung nomor polisi kendaraan yang masuk
dan keluar dilokasi pada interval waktu tertentu
Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan metode survei keliling atau pencacahan
langsung (patrol survei) yaitu di toko buku Gramedia depok pada jam sibuk di hari libur. Cara
ini dipilih agar penulis mendapatkan data secara langsung dan nyata, agar hasil yang
diperoleh relevan dan dapat dipertanggung jawabkan.

36

Tabel 2.1 contoh format survei perparkiran

1.2 Metode Pengambilan Data


Metode penelitian merupakan cara-cara, teknik/penjabaran suatu analisa/perhitungan
yang dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam suatu penelitian. Agar
pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan benar maka metode penelitian yang dilakukan
harus direncanakan secermat dan setepat mungkin.
Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan penelitian yaitu:
1
2
3

persiapan perlengkapan untuk keperluan pengumpulan data


penentuan lokasi Gramedia Depok sebagai lokasi survey
penentuan waktu survey pukul 15.00 18.00 WIB

Setelah seluruh data yang diperlukan telah diperoleh maka akan dikoreksi kembali
apakah masih ada data yang di perlukan dalam analisa nantinya. Berdasarkan dara yang telah
tersedia dilakukan analisa untuk memperoleh hasil yang diharapkan dari penelitian ini.
Data-data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah :
Data sekunder
Data Primer
1.2.1 Pengambilan Data Sekunder
Permintaan data sekunder pada kantor gramedia depok tidak disetujui, sehingga
penulis tidak mendapatkan data sekunder. Data primer yang didapat penulis sudah
1.2.2

memenuhi data untuk analisis parkir di gramedia depok.


Pengambilan Data Primer

37

Data primer merupakan data yang diperoleh penulis dengan cara survei
langsung daerah kajian pada periode tertentu. Survey dilakukan pada kondisi
puncak, dimana volume lalu lintas

yang masuk maupun keluar area parkir

Gramedia Depok tinggi. Objek survey adalah kendaraan roda empat ataupun roda
dua yang masuk area parkir Gramedia Depok.
1.3 Metode Pengolahan Data
Data-data yang telah diperoleh dari survey akan dianalisis dengan menggunakan
perhitungan berdasarkan formula yang sudah ada sesuai karakteristik parkir, sehingga di
dapat nilai-nilai atau parameter-parameter yang dimaksud. Data tersebut dapat juga disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik.
Data jumlah kendaraan yang masuk dan keluar dipergunakan untuk menghitung
selisih kendaraan yang masuk dan keluar setiap interval waktu tertentu. Jumlah kendaraan
yang parkir selama interval waktu tertentu tersebut diketahui dengan menjumlahkan selisih
kendaraan yang masuk dan keluar dari lokasi parkir. Dari hasil perhitungan ini tentunya dapat
dilihat interval waktu tertentu pada hari-hari pengamatan dimana jumlah kendaraan yang di
parkir adalah maksimum.

38

BAB IV
ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA
Dari hasil survey di lapangan pada lembar lampiran, data-data yang diperoleh di
lapangan dapat dibuat suatu analisa data :
1

Karakteristik Parkir
Kedatangan dan keberangkatan kendaraan yang parkir selama satu hari adalah tidak

merata, karena fasilitas parkir kendaraan pada Gramedia Depok disediakan untuk
Pengunjung, dan Pegawai Gramedia Depok tersebut. Pada toko buku ini terdiri dari tiga jam
kerja yaitu jam pagi, siang, dan malam. Dengan mengetahui karakteristik-karakterisitk arus
pada tempat tersebut diharapkan dapat membantu menghitung kebutuhan parkir itu.
2

Volume Parkir
Volume parkir adalah jumlah kendaraan yang parkir pada lokasi survey selama periode

waktu tertentu. Pada penelitian ini perhitungan dikelompokan pada 15 menit selama 3 jam.

Periode
15:00
15:15
15:30
15:45
16:00
16:15
16:30
16:45
17:00
17:15
17:30
17:45
Total

15:15
15:30
15:45
16:00
16:15
16:30
16:45
17:00
17:15
17:30
17:45
18:00

jumlah motor
yang masuk
14
17
18
25
22
29
27
24
25
22
21
19
249

kendaraan yang
sudah ada
sebelum survei

140

94

Tabel 4.1 Jumlah Kendaraan Motor yang Masuk


Dari tabel di atas maka untuk volume kendaraan selama 3 jam yaitu:
Volume= N_in+ X (kendaraan)
Volume=249 + 94 = 343 kendaraan

39

Periode

jumlah
mobil yang
masuk

15:00 15:15
15:15 15:30
15:30 15:45
15:45 16:00
16:00 16:15
16:15 16:30
16:30 16:45
16:45 17:00
17:00 17:15
17:15 17:30
17:30 17:45
17:45 18:00
Total

kendaraan yang sudah


ada sebelum survei

9
10
6
6
5
7

42

13
14
10
7
8
6
101

42

Tabel 4.2 Jumlah Kendaraan Roda Empat yang Masuk


Dari tabel di atas maka untuk volume kendaraan selama 3 jam yaitu:
Volume=N + X ( kendaraan )
Volume=101+ 42=143 kendaraan

4.1. Akumulasi Parkir


Pada penelitian yang telah dibuat didapat data akumulasi parkir di Gramedia
Depok Mall Depok adalah sebagai berikut :

Periode

Kendaraan
mas
Keluar
uk

Akumulasi
94

15:00 - 15:15

14

21

87

15:15 - 15:30

17

20

84

15:30 - 15:45

18

14

88

15:45 - 16:00

25

23

90

40

16:00 - 16:15

22

18

94

16:15 - 16:30

29

16

107

16:30 - 16:45

27

25

109

16:45 - 17:00

24

17

116

17:00 - 17:15

25

22

119

17:15 - 17:30

22

21

120

17:30 - 17:45

20

21

119

17:45 - 18:00

17

17

119

Tabel 4.3 Akumulasi Parkir Kendaraan Sepeda Motor

Periode

Kendaraan
Masuk
keluar

Akumulasi
42

15:00 - 15:15

10

41

15:15 - 15:30

10

43

15:30 - 15:45

45

15:45 - 16:00

11

40

16:00 - 16:15

38

16:15 - 16:30

36

16:30 - 16:45

13

10

39

16:45 - 17:00

14

45

17:00 - 17:15

10

11

44

17:15 - 17:30

45

17:30 - 17:45

45

17:45 - 18:00

42

Tabel 4.4 Akumulasi Parkir Kendaraan Roda Empat

Dari data di atas dapat dilihat bahwa akumulasi parkir terpadat


untuk kendaraan Sepeda motor pada pukul 17.15 17.30 dimana
41

angkanya mencapai 120 kendaraan tetapi tidak melebihi kapasitas parkir


moyot yang berjumlah 140 kendaraan, sedangkan untuk mobil parkir
terpadat pada pukul 17.30 17.45 yang angkanya mencapai 45
kendaraan tetapi tidak melebihi kapasitas parkir juga yang berjumlah 63
kendaraan.
4.2.

Durasi Parkir

Durasi Parkir adalah lama parkir kendaraan pada suatu lokasi parkir
yang dapat dibuat pada interval waktu tertentu dalam penelitian ini waktu
survey adalah 2 jam. Berikut hasil perhitungan untuk durasi parkir
kendaraan di Gramedia Depok Mall.
Durasi Parkir (menit)
Sepeda Motor
Mobil
32
36

Tabel 4.5. Durasi Parkir di Gramedia Depok Mall Depok


Dari hasil perhitungan dapat dilihat untuk survey selama 3 jam, ratarata parkir kendaraan di Gramedia Depok Mall kurang dari satu jam.
4.3.

Pergantian Parkir

Adapun untuk pergantian parkir (parking turnover) di Gramedia


Depok Mall adalah sebagai berikut :

Kendaraan
Roda Dua
(Sepeda Motor)
Roda Empat
(Mobil)

Jml kend.
Selama
survey (Nt)
(Kendaraan)

Jumlah
Total
Parkir
(S)

Lama
Period
e (Ts)
(Jam)

Pergantian
Parkir (TR)
(kend/SRP/ja
m)

343

140

0,81

143

63

0,75

Tabel 4.6 Pergantian Parkir di Gramedia Depok Mall Depok


4.4.

Kapasitas Parkir

42

Kapasitas parkir merupakan kemampuan maksimum ruang parkir


dalam menampung kendaraan. Berikut adalah hasil perhitungan kapasitas
parkir bersarkan hasil survey selama 2 jam.

Jenis
Kendaraan

Jumlah
Petak (S)
SRP

Rata-rata
lama parkir
(Ts)
Jam/Kendara
an

Kapasitas
Parkir
KP
= S/D
SRP*Kend./Ja
m

140
63

0,53
0.6

264
105

Sepeda
Motor
Mobil

Tabel 4.7 Kapasitas Parkir di Gramedia Depok Mall Depok


4.5.
Penyediaan Parkir
Penyediaan parkir (parking supply) atau kemampuan penyediaan
parkir adalah batasan ukuran selama periode waktu tertentu (selama
waktu survey). Adapaun hasil perhitungan penyediaan parkir di Gramedia
Depok Mall adalah sebagai berikut:

Kendaraan

Jumlah
Total Parkir
(S)

0
Roda Dua
Roda Empat

1
140
63

Lama
Periode
Survey (Ts)
(Jam)
2
3
3

Waktu
Rata-Rata
lama parkir
(jam/kend)
3
0,53
0.6

Insufficiency
Factor (F)

Penyediaan
Parkir
(SRP*Jam)

4
0.8
0.8

5=(1*2*4)/3
633
252

Tabel 4.8 Penyediaan Parkir di Gramedia Depok Mall Depok


Dari tabel tersebut, kemampuan penyediaan parkir untuk kendaraan
roda dua selama periode survey 3 jam yaitu 633 SRP*Jam. Sedangkan
untuk kendaraan roda empat kemampuan penyediaan parkir selama
periode survey 3 jam yaitu 252 SRP*Jam.

4.6.

Indeks Parkir
43

Indeks Parkir adalah perbandingan antara jumlah kendaraan yang


parkir pada suatu areal parkir dengan jumlah kapasitas parkir yang
dinyatakan dalam persen. Indeks parkir dihitung adalah indeks parkir
untuk parkir kendaraan maksimum.
Jumlah Parkir maksimum
IP=
x 100
Kapasitas parkir yang tersedia

Keterangan
Jumlah Parkir Maksimum
Kapasitas Parkir Tersedia
Indeks Parkir

Kendaraan
Roda Empat
45
63
71,5%

Kendaraan
Roda Dua
120
140
85,7%

Tabel 4.9 Indeks Parkir Pada Gramedia Depok Mall Depok


Dari tabel di atas dapat didapatkan nilai Indeks Parkir (IP) tertinggi
untuk kendaraan roda dua (sepeda motor) yaitu pada pukul 17.15-17.30
sebesar 85,7%, dengan demikian ruang parkir yang tersedia belum
melebihi kapasitasnya. Tetapi berdasarkan info pengelola, terkadang
parkir melebihi batas dikarenakan ada beberapa event besar di gramedia
tersebut.
Sedangkan untuk kerndaraan roda empat (mobil) Indeks Parkir
tertinggi yaitu pada pukul 17.30-17.45, akan tetapi nilai IP untuk
kendaraan roda empat pun hampir sama dengan kendaraan roda dua
yaikni sebesar 71,7% dimana angka tersebut masih jauh dari 100% yang
berarti masih tersedia ruang parkir untuk kendaraan roda empat

44

BAB V
KESIMPULAN
1 Kesimpulan
Dari analisa yang telah di lakukan, dapat di tarik beberapa
kesimpulan bahwa dari empat poin masalah yang telah dibicarakan
sebelumnya ,ada beberapa poin masalah yang dapat diperjelas lagi :
1. Pada poin masalah ke-satu ini dikatakan bahwa Kapasitas parkir
gramedia tidak seimbang dengan kapsitas dari toko buku gramedia itu sendiri ,
ternyata diketahui meskipun pengunjung toko buku gramedia ini cukup banyak
dan gedung nya pun mampu menampung banyak pengunjung, pengunjung hanya
membutuhkan waktu yang sedikit untuk mengunjungi toko buku ini. Hal ini dapat
dilihat dari durasi rata-rata parkir kendaraan yakni hanya sekitar 30 menit,
sehingga area parkir gramedia ini masih mampu mengatasi jumlah pengunjung
yang datang.
2. Untuk poin masalah ke-dua dikatakan Banyaknya pengguna parkir gramedia
yang justru tujuannya bukanlah gramedia melainkan lokasi perbelanjaan di
sekitarnnya hal ini memang benar terjadi, diketahui dari pengelola yang
mengatakan banyaknya kendaraan yang masih parkir meskipun toko buku
gramedia sudah tutup, tetapi sampai saat ini hal itu tidak terlalu mempengaruhi
kondisi parkir di gramedia tersebut.
3. Poin masalah ke-tiga mengatakan Jarak antara loket pengambilan tiket dan pintu
masuk gramedia yang terlalu pendek , hal ini benar, hanya saja siklus masuk dan
keluarnya kedaraan yang parkir cenderung lambat, sehingga saat melakukan
survey, kami tidak melihat kondisi antrian yang sangat panjang, tapi hal ini perlu
dipertimbangkan kembali oleh pengelola untuk mencegah terjadi antrian apabila
sewaktu-waktu terjadi ledakan pengunjung
4. Poin amasalah ke-empat mengatakan Loket pengambilan tiket mobil dan motor
yang digabung hal ini sebaiknya segera diperbaiki, dikarenakan banyak
terjadinya kesalah pahaman pengunjung saat akan transaksi di loket masuk dan
keluar. Selain itu, hal ini juga dapat memperpanjang antrian apabila suatu waktu
pengunjung yang datang sangat ramai.

45

2 Saran
1 Untuk

poin masalah ke-dua, sebaiknya ditegaskan lagi oleh

pengelola parkir kepada pengunjung untuk hanya menggunakan


area parkir gramedia apabila tujuannya adalah gramedia. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memasang papan peraturan atau
teguran lisan secara halus kepada pengunjung yang melanggar.
2 Untuk poin masalah ke-tiga, sebaiknya loket parkir agak sedikit
lebih dimasukan kembali, dimana setelah dilakukan survey, terlihat
masih adanya area yang cukup luas sebesar satu buah mobil,
sehingga apabila terjadi ledakan pengunjung, jumlah antrian loket
masuk bisa bertambah paling tidak satu mobil dan diharapkan tidak
sampai ke badan jalan.
3 Untuk poin masalah ke-empat, sebenarnya bisa ditambahkan satu
buah loket masuk untuk motor, hanya saja pada keadaan saat ini
lahan tersebut digunakan untuk parkir motor karyawan dan
pengelola parkir, yang mana sebenarnya lahan parkir karyawan
terletak di sebelah parkir pengunjung di lantai 2 basement.

46

Anda mungkin juga menyukai