Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEIKUTSERTAAN IBU UNTUK MENGIKUTI SENAM HAMIL
DI PUSKESMAS DELANGGU TAHUN 2019

Oleh:

ERRY DWI PRAMESTI

NPM. 195401426197

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEAN
yaitu 228/100.000 kelahiran hidup. Ini menunjukan penurunan yang signifikan
dari tahun ke tahun. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) adalah sebesar 226/100.000 kelahiran hidup. Penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia antara lain disebabkan oleh perdarahan (28%),
eklampsia (24%) dan infeksi (11%), abortus (5%), komplikasi masa puerperium
(5%) (Depkes RI, 2007).
Tingginya AKI dapat disebabkan karena ada penyulit dalam persalinan.
Dalam proses persalinan memerlukan persiapan fisik maupun mental dari ibu
supaya memperoleh persalinan yang aman dan lancar. Berbagai cara dilakukan
demi terlaksananya persalinan yang aman dan lancar diantaranya persiapan sejak
kehamilan. Untuk memperlancar proses persalinan persiapan yang dapat
dilakukan sejak kehamilan diantaranya melakukan senam hamil (Witjaksono,
2002).
Selama kehamilan, wanita akan mengalami perubahan baik secara
anatomi, fisiolologi maupun pisikologi sehingga menyebabkan ketidaknyamanan
selama kehamilan. Salah satu ketidaknyamanan yang sering dialami ibu hamil
adalah nyeri punggung (Varney, 2006). Nyeri punggung adalah salah satu rasa
tidak nyaman yang paling umum selama kehamilan. Nyeri punggung dapat terjadi
karena adanya tekanan pada otot punggung ataupun pergeseran pada tulang
punggung sehingga menyebabkan sendi tertekan (Fraser, 2009). Nyeri punggung
terjadi pada kehamilan dengan insiden yang dilaporkan bervariasi dari kira-kira
50% di Inggris dan Skandinavia sampai mendekati 70% di Australia. Mantle
melaporkan bahwa 16% wanita yang diteliti mengeluh nyeri punggung hebat dan
36% dalam kajian Ostgaard tahun 1991 melaporkan nyeri punggung yang
signifikan (Eileen, 2007).

2
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mudayyah tahun (2010) di Bidan
Praktik Swasta (BPS) Siti Halimah Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi,
Kabupaten Lamongan dari 33 responden ibu hamil ditemukan 5 responden (13,1
%) ibu hamil yang mengalami nyeri punggung, karena tidak mengikuti senam
hamil dan 28 responden (84,8%) ibu hamil yang tidak mengalami nyeri
punggung, karena mengikuti senam hamil. Nyeri punggung ini biasanya akan
meningkat rasanya seiring bertambahnya usia kehamilan karena nyeri punggung
merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita dan postur tubuh pada saat
hamil. Perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar, membungkuk
yang berlebihan, berjalan tanpa istirahat, dan angkat beban (Varney, 2006)
Menurut ahli kebidanan di buku Panduan Praktis Senam Hamil mengubah
pernyataan tentang aktivitas fisik selama kehamilan dari wanita hamil boleh
melakukan olahraga, menjadi wanita hamil harus melakukan olahraga, untuk
kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya (Myra, 2009). Olahraga sangat
penting bagi ibu hamil, untuk tetap mendapatkan tubuh yang sehat dan bugar.
Namun olahraga yang dilakukan, juga harus yang sesuai dengan perubahan fisik.
Senam yang tepat digunakan saat kehamilan adalah senam hamil (Rahmi, 2008).
Senam hamil merupakan cara yang mendukung kemudahan dalam
persalinan. Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga
dapat berfungsi secara optimal dalam persalinan normal. Senam hamil yang
dilakukan secara teratur dan intensif dapat menjaga kesehatan tubuh ibu dan janin
yang dikandung secara optimal (Manuaba, 2010). Senam hamil merupakan salah
satu dari perkembangan program kesehatan yang berbasis pada pelayanan
promotif dan preventif dalam menghadapi kehamilan dan proses persalinan bagi
ibu hamil (Depkes RI, 2009).
Senam hamil merupakan terapi latihan gerak yang diberikan pada ibu
hamil untuk mempersiapkan dirinya baik fisik maupun mental dalam menghadapi
persalinan. Ibu hamil sangat membutuhkan tubuh yang sehat dan bugar. Oleh
karena itu, selain makan secara teratur, ibu hamil harus cukup istirahat dan
berolahraga sesuai dengan kebutuhannya, salah satu olahraga yang baik untuk ibu
hamil adalah senam hamil. Senam hamil sangat diperlukan oleh setiap ibu hamil,
karena senam hamil dapat membuat tubuh yang bugar dan sehat, dan dapat

3
membuat ibu hamil tetap mampu menjalankan aktivitas sehari – hari, sehingga
stres akibat rasa cemas menjelang persalinan akan dapat diminimalkan (Indiarti,
2008).
Meskipun tubuh cukup sehat dan dapat menyesuaikan diri dengan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi tapi akan sangat membantu jika melakukan
olahraga atau senam hamil. Biasanya proses pemulihan setelah melahirkan pun
akan lebih cepat dibandingkan tubuh yang kondisinya kurang baik. Dengan
berlatih senam hamil secara teratur, tingkat kesadaran secara keseluruhan terhadap
hakekat hidup bertambah, kelelahan pun akan berkurang dan ini akan membuat
semangat bertambah.(Musbikin 2005).
Dengan melakukan latihan atau gerakan yang dilakukan dalam senam
hamil akan memiliki tujuan dan manfaat tertentu seperti yang dikemukakan oleh
Mellyna Huliana pada tahun 2002 menyatakan bahwa senam hamil mempunyai
tujuan mempersiapkan mental ibu hamil yaitu tercapainya ketenangan rohani dan
terbentuknya kepercayaan diri.
Pada wanita hamil, selama pengawasan antenatal diperiksa tentang
kehamilanya dan diberikan nasehat-nasehat serta dibeberapa rumah sakit telah
dilakukan senam hamil. Sesungguhnya senam hamil bukanlah suatu hal yang aneh
dan luar biasa karena wanita-wanita di negara maju sangat menyukai senam dan
latihan fisik, baik saat hamil maupun diluar kehamilan, untuk menjaga kondisi
fisik dan mentalnya. Di Indonesia hal ini baru disadari oleh sekelompok
masyarakat kota – kota besar yang modern dan maju demikian pula halnya,
dengan latihan senam hamil (Mochtar, 1998).
Salah satu penelitian yang dilakukann di Yogyakarta oleh Oetomo,
Sofoewan (1998) juga menunjukkan bahwa 100 wanita primigravida, didapat
bahwa kejadian partus lama lebih kecil secara bermakna (1,9%-15%). Dikalangan
wanita hamil yang melakukan senam hamil juga lama persalinan kala  II nya juga
bermakna lebih singkat dari pada yang tidak melakukan senam hamil. Secara
statistik resiko relatifnya 0,125; artinya resiko partus lama pada ibu yang
melakukan senam hamil 0,125 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak
melakukan  senam hamil.  (Supriatmaja,www.resep.web.id).

4
Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Paringin Kabupaten
Balangan jumlah ibu hamil yang berkunjung ada 298 dan yang melakukan senam
hamil hanya 60 orang pada bulan November sampai Desember 2010. Berdasarkan
hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan pada 6 ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Paringin didapatkan 4 diantaranya tidak mengetahui tentang senam
hamil, tujuan, manfaat, tata cara dan persyaratan yang harus diperhatikan dalam
melakukan senam hamil dan 2 diantaranya mengetahui tentang senam hamil,
mereka melakukan senam hamil karena mengikuti saran teman dan ibu belum
sepenuhnya mengetahui manfaat senam hamil.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Keplak Sari Jombang
pada Maret 2011, tercatat jumlah ibu hamil pada tahun 2010 sebanyak 90 orang,
Angka Kematian Ibu (AKI) tidak ditemukan, Angka Kematian Bayi (AKB)
sebanyak 3 bayi. Pada tahun 2011 jumlah ibu hamil sebanyak 42 orang, angka
kematian ibu dan bayi tidak ditemukan. Sedangkan ibu yang mengikuti senam
hamil sebanyak 27 ibu hamil. Hal ini disebabkan pengetahuan ibu tentang manfaat
senam hamil tergolong kurang, ini ditunjukkan dengan jumlah ibu yang mengikuti
senam hamil tidak seluruhnya.
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan terhadap 6 ibu
hamil melalui wawancara di Puskesmas Panunggangan, didapat 4 diantaranya
tidak mengikuti senam hamil dikarenakan sebagian besar ibu hamil adalah
seorang pekerja dan sudah pernah melahirkan lebih dari sekali dan 2 diantaranya
telah mengikuti senam hamil karena mengikuti saran teman dan ibu belum
sepenuhnya mengetahui manfaat senam hamil.
Mengingat pentingnya senam hamil, maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
keikutsertaan ibu untuk mengikuti senam hamil di di Puskesmas Panunggangan
Kota Tangerang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukaan bahwa perlu diketahui apa saja
faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan ibu untuk mengikuti senam
hamil di di Puskesmas Panunggangan.

5
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan
ibu untuk mengikuti senam hamil di Puskesmas Panunggangan.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi usia, pengetahuan, pendidikan,
pekerjaan dan paritas tentang keikutsertaan ibu untuk mengikuti
senam hamil di Puskesmas Panunggangan Kota Tangerang tahun
2018.
b. Diketahui hubungan antara usia, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan
dan paritas dengan keikutsertaan ibu untuk mengikuti senam hamil
di Puakesmas Panunggangan Kota Tangerang Tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Peneliti mengetahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan
dengan keikutsertaan ibu untuk mengikuti senam hamil di Puskesmas
Panunggangan, mendapat pengetahuan dan wawasan dalam penelitian
serta sebagai bahan untuk menerapakan ilmu yang didapat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan
referensi/bacaan tentang minat dalam mengikuti senam hamil.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan informasi atau masukan mengenai
pelasanaan senam hamil, yang diharapkan dapat meningkatkan peran
petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang senam hamil
sehingga pada akhirnya dapat memajukan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai bahan referensi/bacaan dan sebagai bahan
pertimbangan bagi peneliti dikemudian hari.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


A. Konsep Dasar Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Manuaba,1998). Masa kehamilan di mulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir,
(Sarwono, 2002).
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan
keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh di
dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat pertumbuhan
dan besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada setiap dilakukan
pemeriksaan kahamilan (Muhimah dan Safe’I, 2010).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah
peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan
permulaan persalinan.

B. Etiologi Kehamilan
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang
terdiri dari suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus
dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala
dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma
dapat bergerak cepat.

7
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan
ovum di tuba fallopii.
d. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang
berguna untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan
sebaliknya. (Mochtar, 1998).

C. Tanda-Tanda Kehamilan
1. Tanda-tanda Dugaan Hamil
a. Amenorea (terlambat datang bulan)
b. Nausea (enek/mual) dan emesis (muntah)
Pengaruh hormon estrogen dan progresteron terjadi pengeluaran
asam lambung yang berlebihan.
a) Umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan,
sering terjadi pada pagi hari (morning sickness).
b) Dalam batas yang fisiologisnkeadaan ini dapat diatasi.
c) Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
c. Sering buang air kecil
a) Trimester I : karena kandung kencing tertekan uterus yang
mulai membesar.
b) Trimester II dan III : karena janin mulai masuk ke ruang
panggul dan menekan kembali kandung kencing.
d. Pigmentasi kulit
Terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid
plasenta yang merangsang melanosfor dan kulit.
a) Sekitar pipi : cloasma gravidarum
Keluarnya melanophore stimulating hormone
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit pada kulit.

8
b) Dinding perut
(1) Striae lividae
(2) Striae nigra
(3) Linea alba makin hitam
c) Sekitar payudara
(1) Hiperpigmentasi areola mamae
(2) Putting susu makin menonjol
(3) Kelenjar Montgomery menonjol
(4) Pembuluh darah menifes sekitar payudara
e. Anoreksia (tidak nafsu makan)
Terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, tapi setelah
itu nafsu makan akan timbul lagi.
f. Payudara menjadi tegang dan membesar
a) Disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang
merangsang duktuli dan alveoli di mammae glandula
montgomerry tampak lebih jelas.
b) Payudara membesar dan menegang.
c) Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada
hamil pertama.
g. Obstipasi atau konstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid, sehingga menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar.
h. Varises atau penampakan pembuluh darah vena
a) Karena pengaruh dari ekstrogen dan progesterone terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka
yang mempunyai bakat.
b) Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia
eksterna, kaki dan betis, dan payudara.
c) Penampakan pembuluh darah ini dapat menghitung setelah
persalinan.

9
i. Mengidam
Wanita sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam.
f. Sinkope atau pingsan
a) Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
sinkope atau pingsan.
b) Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.
(Manuaba, 1998).
2. Tanda-tanda Mungkin Hamil
a. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil
b. Pada pemeriksaan dalam dijumpai :
a) Tanda hegar
Uterus segmen bawah lebih lunak dari pada bagian yang lain.
b) Tanda piscasek
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas
ke jurusan pembesaran perut.
c) Tanda Chadwick
Perubahan warna pada servix dan vagina menjadi
kebirubiruan.
d) Tanda braxton-hicks
Uterus mudah berkontraksi jika dirangsang.
e) Teraba ballottement
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
Sebagian kemungkinan positif palsu (Manuaba, 1998).
3. Tanda-tanda Pasti Hamil
a. Terdengar Denyut Jantung Janin.
b. Terasa pergerakan janin dalam rahim
c. Pemeriksaan ultrasonografi
a) Terdapat kantong hamil, hamil 4 minggu
b) Terdapat fetal plate, hamil 4 minggu
c) Terdapat kerangka janin, hamil 12 minggu

10
d) Terdapat denyut jantung janin, hamil 6 minggu.
d. Pemeriksaan rontgen untuk melihat kerangka janin
(Sarwono,1999).

D. Pengertian Senam Hamil


Olah raga yang paling sesuai untuk ibu hamil adalah senam hamil,
yang disesuaikan dengan banyaknya perubahan fisik seperti pada organ
genetal, perut kian membesar, dan lain-lain. Dengan mengikuti senam
hamil secara teratur dan intensif, ibu hamil dapat menjaga kesehatan
tubuh dan janin yang dikandung secara optimal (Arief, 2008). Senam
hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara
fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman, dan spontan (Arief, 2008).
Senam hamil merupakan bagian dari perawatan antenatal pada
beberapa pusat pelayanan kesehatan tertentu, seperti rumah sakit,
puskesmas, klinik, ataupun pusat pelayanan kesehatan yang lainnya.
Senam hamil bermanfaat untuk mempertahankan dan mengoptimalkan
keseimbangan fisik, memelihara kesehatan kehamilan, menghilangkan
keluhan yang terjadi karena perubahan-perubahan akibat proses
kehamilan, dan mempermudah proses persalinan (Muhimah dan Safe’I,
2010). Dapat dijelaskan bahwa kehamilan mempengaruhi perubahan fisik
dan emosi ibu hamil.
Pada masa kehamilan, emosi mudah turun dan naik. Muncul rasa
cemas juga takut menghadapi persalinan dan kondisi bayi dalam
kandungan. Hal tersebut bisa diakibatkan perubahan hormon dalam tubuh
serta adanya keinginan ibu mendapat perhatian suami dan
lingkungannya. Karenanya, ibu hamil perlu memantau perkembangan
kesejahteraan janin dengan bertanya ke bidan atau dokter dan mengikuti
kursus persalinan. Selama hamil, aktivitas fisik seperti olahraga harus
tetap dilakukan (Muhimah dan Safe’I, 2010).
Latihan fisik pada ibu hamil akan meningkatkan proses
metabolisme tubuh. Peningkatan metabolisme ini akan meningkatkan
kebutuhan oksigen yang dibutuhkan selama proses metabolisme itu

11
sendiri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa latihan fisik pada
senam hamil akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan oksigen
(Muhimah dan Safe’I, 2010). Selain manfaat di atas, gerakan-gerakanya
disusun dalam senam hamil dirancang untuk menghilangkan kecemasan
yang timbul menjelang persalinan karena mengandung unsur rileksasi
yang dapat menstabilkan kondisi emosi ibu hamil.
Beberapa jenis rileksasi yang diterapkan dalam senam hamil ada
rileksasi pernafasan dan rileksasi otot. Relaksasi pernafasan dilakukan
dengan cara menaikkan perut saat menarik napas dan mengempiskan
perut saat membuang napas dari mulut secara perlahan, sedangkan
rileksasi otot dilakukan melalui penegangan otot-otot tertentu selama
beberapa detik untuk kemudian dilepaskan. Bila ibu hamil melakukan
latihan tersebut dengan benar, akan terasa efek rileksasi pada diri ibu
hamil yang akan berguna untuk mengatasi tekanan atau ketegangan yang
ia rasakan selama masa kehamilan berlangsung (Muhimah dan Safe’I,
2010).

E. Metode senam hamil


Saat ini ada beberapa metode yang digunakan dalam senam hamil.
Sebaiknya dalam memilih metode mana yang terbaik dan paling sesuai
dengan kondisi kehamilan terlebih dahulu mengkonsultasikannya kepada
dokter atau pusat pelayanan kesehatan yang tersedia. Metode dalam
senam hamil bermacam-macam menurut Muhimah dan Safe’i (2010),
diantaranya:
1. Metode Yoga
Metode yoga menjadi salah satu metode yang umum
dilakukan dalam senam hamil. Metode yoga dalam senam hamil
didasarkan pada gerakan-gerakan dasar dalam yoga sendiri, seperti
pernafasan tafakkur dan postur lainnya yang akan membantu ibu
hamil dalam menghadapi persalinan nanti selain juga berfungsi
menjaga kesehatan si ibu selama masa kehamilan. Namun, untuk
melakukan senam dengan metode yoga harus menggunakan pelatih

12
yang ahli dalam bidang tersebut. Kalau sembarangan, dikhawatirkan
akan timbul ada efek negatifnya.
2. Metode Tari Perut (Dancing Belly)
Selain dengan metode gerakan yoga sekarang ini ada juga
senam hamil yang memanfaatkan tari perut (dancing belly) yang dari
Timur Tengah. Menurut beberapa sumber tari perut bagi para wanita
hamil akan membantu menjaga kesehatan ibu hamil dan lebih
memawaskan diri dalam menghadapi persalinan nantinya. Selain
membentuk kelenturan tubuh tarian ini juga berfungsi menguatkan
otot-ctot perut dan sekitarnya, serta menjaga aturan napas. Menurut
para ahli di bidang kesehatan ibu hamil senam dengan metode tari
perut untuk ibu hamil aman dipraktikkan. Direkomendasikan senam
hamil dengan metode ini sebaiknya dilatih lima hingga tujuh kali
dalam seminggu selama kehamilan berlangsung.
3. Metode Hypno Birthing
Hypno Birthing merupakan salah satu metode senam hamil
yang relatif baru. Metode ini adalah sebuah paradigma baru dalam
pelatihan persiapan melahirkan secara alami. Gerakan-gerakan
dalam senam hamil dengan metode ini melibatkan rileksasi yang
mendalam (relaksasi alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu
menikmati proses kelahiran yang aman, lembut, cepat, dan tanpa
proses pembedahan.
4. Metode pilates
Metode senam hamil dengan metode pilates telah dikenal di
banyak negara dan terbukti mampu membantu ibu-ibu yang hamil
mempertahankan kebugarannya dan mempermudah proses
persalinan.Gerakan-gerakan senam hamil dengan metode ini
dipusatkan pada otot-otot yang berfungsi pada proses persalinan.
Manfaat dari senam prenatal dengan metode pilates antara lain:
a. Membantu proses melahirkan.
b. Membuat ibu hamil lebih bugar

13
c. Mempertahankan bentuk tubuh baik selama kehamilan maupun
setelah melahirkan.
Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam
persalinan normal. Senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan
atau tidak terdapat penyakit yang disertai kehamilan, yaitu penyakit
jantung, penyakit ginjal, penyulit kehamilan (hamil dengan perdarahan,
hamil dengan kelainan letak), dan kehamilan disertai anemia. Senam
hamil dimulai pada umur kehamilan sekitar 24 sampai 28 minggu
(Manuaba, 1998).

F. Tujuan dan Manfaat Senam Hamil


Tujuan dan manfaat senam hamil menurut Muhimah dan Safe’i (2010)
antara lain:
1. Tujuan senam hamil
Tujuan dari seluruh gerakan-gerakan dari latihan senam hamil yang
dilakukan adalah:
a. Melalui latihan senam hamil yang teratur dapat dijaga kondisi
otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses mekanisme
persalinan.
b. Melalui senam hamil yang teratur dapat dijaga kondisi otot-otot
dan persendian yang berperan dalam mekanisme persalinan.
c. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding
perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan yang
berperan dalam mekanisme persalinan, melenturkan persendian
yang berhubungan dengan proses persalinan, membentuk sikap
tubuh yang prima, sehingga dapat membantu mengatasi
keluhankeluhan, letak janin, dan mengurangi sesak nafas,
menguasai teknik-teknik pernapasan dalam persalinan dan dapat
mengatur diri pada persalinan.
d. Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan pada
diri sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan.

14
e. Membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis.
f. Melonggarkan persendian, yaitu persendian yang berhubungan
dengan proses persalinan.
g. Membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat membantu
mengatasi keluhan-keluhan, letak janin, dan mengurangi sesak
nafas.
h. Menguasai teknik-teknik pernafasan dalam persalinan.
i. Dapat mengatur diri kepada ketenangan.
j. Penguatan otot-otot tungkai, mengingat tungkai akan menopang
berat tubuh ibu yang makin lama makin berat seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan.
k. Latihan mengejan, merupakan latihan khusus untuk menghadapi
persalinan, agar mengejan secara benar sehingga bayi dapat lancar
keluar dan tidak tertahan di jalan lahir.
2. Manfaat senam hamil
Manfaat dari latihan senam hamil antara lain:
a. Meningkatkan kebutuhan oksigen dalam otot.
b. Merangsang paru-paru dan jantung juga kegiatan otot dan sendi.
c. Secara umum menghasilkan perubahan pada keseluruhan
tubuhterutama kemampuan untuk memproses dan menggunakan
oksigen.
d. Meningkatkan peredaran darah.
e. Meningkatkan kebugaran dan kekuatan otot.
f. Meredangkan sakit punggung dan sembelit.
g. Memperlancar persalinan.
h. Mengurangi keletihan.
i. Menurunkan kecemasan saat persalianan.
j. Mempersingkat waktu persalianan.
k. Meningkatkan kesehatan ibu.

15
Sebaiknya sebelum memutuskan untuk melakukan senam
hamil, lakukan terlebih dahulu pemeriksaan kondisi kehamilan.
kemungkinan ibu hamil memiliki kondisi kesehatan yang akan
mengakibatkan efek buruk terhadap sang ibu dan tentunya janin jika
memaksa untuk melakukan senam hamil. Beberapa hal yang perlu
menjadi pertimbangan sebelum melakukan senam hamil menurut
Muhimah dan Safe’I ( 2010) adalah:
a. Konsultasikan terlebih dahulu kondisi kandungan kepada dokter
kandungan.
b. Latihan senam hamil hanya dilakukan setelah kehamilan berusia
22 minggu.
c. Sebelum senam, sebaiknya konsultasikan dahulu ke dokter
kandungan apakah diperbolehkan senam atau tidak.
d. Gunakan pakaian yang fleksibel dan cukup nyaman untuk
gerakangerakan senam.
e. Senam hamil bisa dimulai kapan saja sesuai petunjuk dokter,
senam yang paling nyaman dilakukan adalah setelah memasuki
trimester ketiga.
f. Senam hamil minimal dilakukan sekali dalam seminggu
g. Latihan harus sesuai dengan kemampuan fisik ibu hamil.
h. Latihan dilakukan harus secara teratur dan disiplin.
i. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin di
bawah bimbingan seorang instruktur senam hamil.
Seluruh gerakan-gerakan dalam latihan senam hamil telah
disesuaikan dengan perkembangan kehamilan. Sedangkan waktu
pelaksanaan senam hamil hanya boleh dilakukan setelah sang janin
dalam kandungan telah memasuki usia lebih dari 3 bulan atau
trimester pertama. Alasannya adalah sebelum usia janin dalam
kandungan menginjak masa ini, perlekatan janin dalam uterus belum
terlalu kuat. Oleh karena itu, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
abortus atau kematian janin dalam kandungan (Muhimah dan Safe’I,
2010).

16
Gejala-gejala untuk menghentikan senam hamil menurut
Muhimah dan Safe’i (2010) adalah:
a. Perdarahan pervaginam
b. Rasa sesak sewaktu senam
c. Sakit kepala
d. Sakit dada
e. Nyeri kelenjar otot-otot
f. Penurunan gerakan bayi intra uteri
Memasuki masa janin 6 bulan atau trimester kedua, intensitas
senam hamil boleh ditingkatkan. Pada fase ini, senam lebih
ditekankan untuk memperkuat tangan dan kaki. Setelah menginjak
masa tiga bulan terakhir masa kehamilan atau trimester ketiga, senam
difokuskan pada penguatan punggung dan otot dasar panggul. Seluruh
gerakan-gerakan yang dilakukan dalam senam hamil mulai dari
trimester pertama sampai ketiga bermanfaat bagi ibu hamil dalam
menghadapi proses persalinan dan membantu kelancaran dan
keamanan proses ini (Muhimah dan Safe’I,2010).
Senam hamil dianjurkan untuk dilakukan tidak lebih dari 30
menit. Dalam waktu seminggu seorang ibu hamil hanya membutuhkan
3-5 kali senam hamil. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko
cedera saat hamil . (Muhimah dan Safe’I, 2010).
Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan selama melakukan
senam hamil agar tidak menimbulkan gangguan pada kehamilan
menurut Muhimah dan Safe’I (2010). Hal tersebut antara lain:
a. Pakailah Sepatu Penyangga
Pemakaian sepatu harus memperhatikan permukaannya
yang dimaksudkan agar tidak terjadi kehilangan keseimbangan
yang dapat berisiko pada ibu hamil dan kandungannya.
b. Minumlah Air dalam Jumlah Memadai
Sebaiknya minum air dilakukan sebelum, selama, dan
setelah melakukan senam hamil. Hal ini untuk menghindari
kehilangan cairan tubuh yang berlebihan atau dehidrasi.

17
c. Carilah Tempat yang Nyaman untuk Melakukan Senam
Suasana dan kondisi tempat senam akan berpengaruh pada
keadaan psikologis dan tingkat kenyamanan wanita hamil selama
melakukan senam. Oleh karena itu dianjurkan untuk mencari
tempat yang senyaman mungkin untuk senam. Kriteria berikut
dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan tempat senam
yang nyaman:
1) Ruangan cukup luas, udara segar, terang dan bersih.
2) Lantai ditutup karpet supaya aman, tidak lembab dan cukup
hangat.
3) Dinding ruangan dalam dilapis cermin secukupnya agar
membantu ibu untuk konsentrasi dan memberi kesempatan
untuk mengoreksi gerakannya sendiri.
4) Alat dan perkakas di dalam ruangan berwarna muda untuk
memberi suasana tenang.
5) Ada iringan/alunan musik lembut untuk mengurangi
ketegangan emosi.
d. Penuhilah Kebutuhan Kalori Selama melakukan Senam
e. Tubuh wanita hamil membutuhkan kalori lebih banyak
dibandingkan wanita umumnya. Ketika melakukan senam,
sebaiknya mengonsumsi makanan sumber kalori untuk mengganti
kalori yang hilang selama melakukan senam. Bila latihan, ikuti
pedoman umum yang aman dan sehat program latihan.

G. Susunan Latihan Senam Hamil


1. Tahap Teori: Pemberian Materi dan Diskusi
Tahap ini berisi materi dan diskusi seputar masalah kehamilan,
persalinan, dan lebih umumnya tentang kesehatan wanita hamil. Hal
ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan seputar kehamilan dan
proses alamiah lainnya yang berlangsung selama hamil selain tentu
saja tentang persalinan yang merupakan tujuan utama dari
dilakukannya senam hamil (Muhimah dan Safe’I, 2010).

18
Pemberian materi dan pelaksanaan diskusi ini, kurang lebih
selama 15 menit sebelum senam dilakukan. Bagi wanita hamil yang
melakukan senam di rumah atau selain di pelayanan kesehatan
tertentu yang menyediakan instruktur senam. Anda bisa memperoleh
pengetahuan ini dengan berkonsultasi kepada dokter kandungan atau
pusat informasi lainnya (Muhimah dan Safe’I, 2010).
a. Praktik
Setelah mendapatkan penjelasan umum mengenai kondisi
kehamilan, tahap selanjutnya adalah melakukan bentuk-bentuk
latihan senam hamil. Selama melakukan gerakan-gerakan senam
hamil sebaiknya diiringi dengan penjelasan mengenai tujuan dari
gerakan yang dilakukan. Penjelasan ini dimaksudkan agar wanita
hamil merasakan otot-otot yang terlibat dalam senam dilakukan
(Muhimah dan Safe’I, 2010). Perempuan mengandung yang
mengikuti senam hamil diharapkan dapat menjalani persalinan
dengan lancar, dapat memanfaatkan tenaga dan kemampuan
sebaik-baiknya, sehingga proses persalinan normal berlangsung
relatif cepat (Arief, 2008).
Beberapa gerakan dasar senam hamil antara lain sebagai
berikut:
a) Duduk bersila dan tegak, kedua lengan mengarah ke depan dan
rileks. Dilakukan sebanyak mungkin setiap hari.
b) Sikap merangkak, jarak antara kedua tangan sama dengan
jarak antara kedua bahu. Keempat anggota tubuh tegak lurus
pada lantai dan badan sejajar dengan lantai. Kemudian,
lakukan gerakan sebagai berikut: Tundukkan kepala, lihat
perut bagian bawah dan pinggang diangkat sambil
mengempiskan perut dan mengerutkan lubang dubur.
Kemudian, turunkan pinggang dengan mengangkat kepala
sambil melemaskan otot-otot dinding perut dan otot dasar
panggul. Lakukan gerakan ini sebanyak 8 kali.

19
c) Sikap merangkak, letakkan kepala diantara kedua tangan lalu
menoleh ke samping kiri/kanan, kemudian turunkan badan
sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh
mungkin kesamping. Bertahanlah pada posisi tersebut selama 1
menit, kemudian ditingkatkan menjadi 5 hingga 10 menit
sesuai dengan kekuatan ibu hamil.
d) Berbaring miring ke kiri, lebih baik kearah punggung bayi.
Lutut kanan diletakkan di depan lutut kiri, lebih baik diganjal
bantal. Lengan kanan ditekuk di depan dan lengan kiri di
belakang badan.
e) Berbaring miring, kedua lengan dan kedua lutut ditekuk, di
bawah kepala diberi bantal dan di bawah perut pun sebaiknya
diberi bantal agar perut tidak menggantung. Tutup mata,
tenang, dan atur pernafasan dengan teratur dan berirama.
f) Berbaring terlentang, kedua lutut dipegang kedua tangan dan
usahakan rileks. Kemudian, lakukan kegiatan seperti berikut:
buka mulut secukupnya, kemudian mulut ditutup. Lalu,
mengejan seperti gerakan membuang air besar. Gerakannya ke
bawah badan dan ke depan. Setelah tidak dapat menahan
karena lelah, kembali keposisi awal. Ulang latihan ini
sebanyak 3-4 kali, dengan interval 2 menit (Arief, 2008).

H. Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Keikutsertaan Ibu Untuk


mengikuti Senam Hamil
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Namun sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini akan
berpengaruh pada prilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

20
Pengetahuan atau kognitif merupakan dokumen yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat kembali terhadap sesuatu dari seluruh
bahan yang sudah dipelajari, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Komprehension)
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, memberikan contoh, mengamalkan dan sebagainya.
c. Aplikasi (Aplication)
Mampu menggunakan atau melaksanakan tentang apa yang telah
dipelajari pada suatu kondisi yang realita.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk mendapatkan suatu kebenaran dimana untuk
mendapatkan kebenaran ini merupakan suatu proses terakhir dalam
rentetan tugas penelitian.
e. Sintesis (Synthesis)
Merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk memberikan sesuatu penilaian terhadap materi
yang berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang
dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.
Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan
yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai

21
kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya (Good, Carter
V, 1977). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima
pengetahuan yang dimilikinya, dan jika tingkat pendidikan rendah,
maka akan menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap
penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Nursalam & Pariani 2000:133).
3. Usia
Istilah usia diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang
diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu
normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan
fisiologik sama (Nuswantari, 1998). Usia adalah lama waktu hidup
atau ada sejak dilahirkan atau diadakan (Hoetomo, 2005).
Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi
diantaranya adalah maternal age/usia ibu. Dalam kurun reproduksi
sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35
tahun (Sarwono, 2008).
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak terlalu
muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan seorang
perempuan untuk hamil harus siap fisik, emosi, psikologi, sosial dan
ekonomi (Ruswana, 2006).
a. Usia ibu kurang dari 20 tahun
Remaja adalah individu antara umur 10-19 tahun.
Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15-19 tahun
adalah komplikasi kehamilan, persalinan, dan komplikasi
keguguran. Kehamilan dini mungkin akan menyebabkan para
remaja muda yang sudah menikah merupakan keharusan sosial

22
(karena mereka diharapkan untuk membuktikan kesuburan
mereka), tetapi remaja tetap menghadapi risiko-risiko kesehatan
sehubungan dengan kehamilan dini dengan tidak memandang
status perkawinan mereka.
Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja berkembang
secara penuh, juga dapat memberikan risiko bermakna pada bayi
termasuk cedera pada saat persalinan, berat badan lahir rendah,
dan kemungkinan bertahan hidup yang lebih rendah untuk bayi
tersebut. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat merugikan
kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin
karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil. Penyulit
pada kehamilan remaja (<20 tahun) lebih tinggi dibandingkan
kurun waktu reproduksi sehat antara 20-30 tahun. Keadaan
tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan
(stress) psikologi, sosial, ekonomi, sehingga memudahkan
terjadinya keguguran (Manuaba, 1998).
Manuaba (2007), menambahkan bahwa kehamilan remaja
dengan usia di bawah 20 tahun mempunyai risiko:
1) Sering mengalami anemia.
2) Gangguan tumbuh kembang janin.
3) Keguguran, prematuritas, atau BBLR.
4) Gangguan persalinan.
5) Preeklampsi.
6) Perdarahan antepartum.
b. Usia ibu lebih dari 35 tahun
Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan
bertambahnya usia terutama setelah usia 30 tahun, baik
kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia lebih
tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal
atau abnormal (Murphy, 2000). Semakin lanjut usia wanita,
semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin
kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia

23
wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena
menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko
kejadian kelainan kromosom (Samsulhadi, 2003).
Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin
sebagai salah satu faktor etiologi abortus (Friedman, 1998).
Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun mengalami
kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula.
Tetapi beberapa penelitian menyatakan semakin matang usia ibu
dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa risiko
tertentu, termasuk risiko kehamilan. Para tenaga ahli kesehatan
sekarang membantu para wanita hamil yang berusia 30 dan 40an
tahun untuk menuju ke kehamilan yang lebih aman.
Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan di usia 35
tahun atau lebih, di antaranya:
1. Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam
hal kesuburan mulai pada awal usia 30 tahun. Hal ini belum
tentu berarti pada wanita yang berusia 30 tahunan atau lebih
memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan
wanita yang lebih muda usianya. Pengaruh usia terhadap
penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang ada
hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi
atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit
endometriosis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel
telur melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap proses
konsepsi.
2. Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan
berakibat terhadap kehamilan di atas 35 tahun adalah
munculnya masalah kesehatan yang kronis. Usia berapa pun
seorang wanita harus mengkonsultasikan diri mengenai
kesehatannya ke dokter sebelum berencana untuk hamil.
Kunjungan rutin ke dokter sebelum masa kehamilan dapat
membantu memastikan apakah seorang wanita berada dalam

24
kondisi fisik yang baik dan memungkinkan sebelum terjadi
kehamilan.
Kontrol ini merupakan cara yang tepat untuk
membicarakan apa saja yang perlu diperhatikan baik pada istri
maupun suami termasuk mengenai kehamilan. Kunjungan ini
menjadi sangat penting jika seorang wanita memiliki masalah
kesehatan yang kronis, seperti menderita penyakit diabetes
mellitus atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini, merupakan
penyebab penting yang biasanya terjadi pada wanita hamil
berusia 30-40an tahun dibandingkan pada wanita yang lebih
muda, karena dapat membahayakan kehamilan dan
pertumbuhan bayinya. Pengawasan kesehatan dengan baik dan
penggunaan obat-obatan yang tepat mulai dilakukan sebelum
kehamilan dan dilanjutkan selama kehamilan dapat
mengurangi risiko kehamilan di usia lebih dari 35 tahun, dan
pada sebagian besar kasus dapat menghasilkan kehamilan yang
sehat.
Para peneliti mengatakan wanita di atas 35 tahun dua
kali lebih rawan dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk
menderita tekanan darah tinggi dan diabetes pada saat pertama
kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama kali pada usia di
atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita
takanan darah tinggi dan 4 kali lebih rawan terkena penyakit
diabetes selama kehamilan dibandingkan wanita yang berusia
20 tahun pada penelitian serupa di University of California
pada tahun 1999. Hal ini membuat pemikiran sangatlah
penting ibu yang berusia 35 tahun ke atas mendapatkan
perawatan selama kehamilan lebih dini dan lebih teratur.
Dengan diagnosis awal dan terapi yang tepat, kelainan-
kelainan tersebut tidak menyebabkan risiko besar baik
terhadap ibu maupun bayinya.

25
3. Resiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas
35 tahun meningkat, yaitu bisa berupa kelainan kromosom
pada anak. Kelainan yang paling banyak muncul berupa
kelainan Down Syndrome, yaitu sebuah kelainan kombinasi
dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk fisik yang
disebabkan oleh kelainan kromosom.
4. Resiko lainnya terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35
tahun atau lebih. Kemungkinan kejadian pada wanita di usia 35
tahun ke atas lebih banyak dibandingkan pada wanita muda.
Pada penelitian tahun 2000 ditemukan 9% pada kehamilan
wanita usia 20-24 tahun. Namun risiko meningkat menjadi
20% pada usia 35-39 tahun dan 50% pada wanita usia 42
tahun. Peningkatan insiden pada kasus abnormalitas kromosom
bisa sama kemungkinannya seperti risiko keguguran.Yang bisa
dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya wanita
berusia 30 atau 40 tahun yang merencanakan untuk hamil
harus konsultasikan diri dulu ke dokter (Saleh, 2003).
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan diri dan kehidupan keluarganya
(Nursalam & Pariani 2000:133). Menurut Ananta (1993), statistik
pekerjaan mengelompokkan status pekerjaan menjadi 2 yakni sektor
formal dan informal. Istilah yang dilontarkan pertama kali oleh Hart
(1971) ini yakni mengandung pengertian; bahwa sektor formal adalah
pekerjaan bergaji atau harian permanen, seperti pekerjaan dalam
perusahaan industri, kantor pemerintah dan perusahaan besar lainnya,
dimana struktur pekerjaan terjalin dan amat terorganisir, biasanya
ditandai dengan gaji yang tetap; sedangkan pekerjaan sektor informal
sering kali tercakup dalam istilah umum “usaha sendiri” ini
merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang terorganisir, biasanya
ditandai dengan gaji yang tidak tetap (Manning dan Effendi, 1985;
Ananta, 1993).

26
Pekerjaan akan mempengaruhi tingkat ekonomi seseorang.
Tingkat social ekonomi yang terlalu rendah akan mempengaruhi
individu menjadi tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang
disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan- kebutuhan lain
yang lebih mendesak (Efendi Nasrul, 1998:248).
5. Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau
sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati.
Bila berat badan tak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24
minggu (Siswosudarmo, 2008). Penggolongan paritas bagi ibu yang
masih hamil atau pernah hamil berdasarkan jumlahnya menurut
Perdiknakes-WHO-JPHIEGO, yaitu :
a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kali
b. Multigravida dalah wanita yang pernah hamil beberapa kali,
dimana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali
c. Grandemultigravida adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5
kali
Menurut sumber lain (Siswosudarmo, 2008) jenis paritas bagi
ibu yang sudah partus antara lain yaitu :
a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang
mampu hidup
b. Primipara adalahwanita yang pernah satu kali melahirkan bayi
yang telah mencapai tahap mampu hidup
c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel
atau lebih
d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak
atau lebih.
6. Keterpaparan Informasi / Media massa
Pernah diterima atau tidaknya informasi tentang kesehatan
oleh masyarakat akan menentukan perilaku kesehatan masyarakat
tersebut (Green, 2005). Informasi dapat diterima melalui petugas
langsung dalam bentuk penyuluhan, pendidikan kesehatan, dari

27
perangkat desa melalui siaran dikelompok-kelompok dasawisma atau
yang lain, melalui media massa, leaflet, siaran televisi dan lain-lain.
Dalam hal ini keikutsertaan ibu untuk mengikuti senam hamil juga
dipengaruhi apakah ibu hamil tersebut sudah pernah mendapat
informasi tentang hal tersebut atau belum. Tak beda menurut
Rohmawati (2011) keterpaparan individu terhadap informasi
kesehatan akan mendorong terjadinya perilaku kesehatan.
7. Dukungan Tenaga Kesehatan
Menurut WHO (1984) dalam Bascommetro (2009) apabila
seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau
perbuatannya cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang dianggap
penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group) antara
lain; guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan
sebagainya. Petugas kesehatan (Bidan di Desa) sebagai salah satu
orang yang berpengaruh dan dianggap penting oleh masyarakat sangat
berperan dalam terjadinya perilaku kesehatan pada masyarakat. Peran
petugas kesehatan disini adalah memberikan pengetahuan tentang
kanker leher rahim dan pentingnya deteksi dini, serta memberikan
motivasi kepada wanita yang sudah menikah untuk melakukan deteksi
dini kanker leher rahim. Dalam Purnama (2004), Green (1980)
menganggap faktor dari tenaga kesehatan itu sebagai pendorong atau
penguat dari individu untuk berperilaku. Hal ini dikarenakan petugas
tersebut ahli dibidangnya sehingga dijadikan tempat untuk bertanya
dan pemberi input/masukan untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan.

28
2.2 Kerangka Teori

● Pengetahuan

● Pendidikan
Perilaku Ibu untuk
● Usia
mengikuti senam hamil
● Pekerjaan

● Paritas

● Keterpaparan Informasi/
Media Massa

● Dukungan Tenaga
Kesehatan

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Manuaba,1998 ,Notoatmodjo 2003, : Lawrence W. Green

2.3 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa sumber dan kepustakaan
serta adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti
mengembangkan kerangka konsep yang menjadi arahan selanjutnya. Dalam hal
ini peneliti mencoba untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan
keikutsertaan ibu untuk mengikuti senam hamil yang dilihat dari pengetahuan ibu,
pendidikan ibu, usia ibu, pekerjaan ibu dan paritas ibu. Untuk lebih jelasnya
kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.2

29
Variabel Independen Variabel Dependen

- Pengetahuan Keikutsertaan ibu

- Pendidikan untuk mengikuti senam

- Usia hamil

- Pekerjaan

- Paritas
Bagan 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Soekidjo,
Notoatmodjo, 2002; 72). Hipotesis berdasarkan rumusan masalah, landasan teori,
dan kerangka konsep yang telah ditemukan.

30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain
case control, Penelitian Case Control adalah suatu penelitian analitik yang
menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
“retrospective”. Case Control dapat dipergunakan untuk mencari hubungan
seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi minat ibu hamil. Metode ini dipakai
karena bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen
(Pengetahuan, Pendidikan, Usia, Pekerjaan, Paritas) dengan variabel dependen
(keikutsertaan ibu untuk mengikuti senam hamil).
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau seluruh elemen yang
ada pada wilayah penelitian (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini objek yang
dijadikan populasi adalah seluruh ibu hamil di Poli KIA Puskesmas
Panunggangan.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2012).
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Panunggangan. Gambaran lokasi Puskesmas
panunggangan............................................................................................................
3.4 Waktu Penelitian
Adalah pelaksanaan penelitian dimulai sejak penyusunan skripsi,
pengambilan data sampai dengan penyususnan skripsi.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berbeda dari satu
subyek dengan subyek lainnya (Sastroasmoro & Ismail, 2008). Variabel terdiri
dari variabel bebas (independent variable), variabel terikat (dependent variabel),
dan variabel pengganggu (counfounding variable).

31
3.6 Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional penelitian adalah terminologi yang ditetapkan oleh
peneliti sebagai batasan karakteristik variabel-variabel penelitian. Terminologi
atau definisi yang digunakan dapat mengacu pada definisi teoritis atau kondisi
populasi/sampel yang terlibat dalam penelitian.
3.7 Instrumen penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat atau bahan yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Instrumen penelitian dapat berupa tes dan non tes (bukan
tes). Jenis instrumen tes antara lain: kuesioner, tes kepribadian, wawancara,
observasi, rating scale, lembar checklist.
3.8 Validitas Dan Reabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen. Validitas instrumen terdiri dari: Validitas internal
(konstruk), validitas eksternal dan validitas isi atau content. Validitas internal
yaitu kesesuaian antara bagian di dalam instrumen yang digunakan. Validitas
internal disebut juga sebagai analisis butir pertanyaan pada kuesioner. Reliabilitas
instrumen adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dinilai baik.
3.9 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan Data menjelaskan tentang tahapan yang akan
dilakukan dalam melakukan penelitian mulai dari persiapan, pengumpulan data
sampai analisis data. Peneliti menjelaskan jalannya penelitian
3.10 Analisis Data
Peneliti menjelaskan bagaimana analisa data dilakukan. Analisis data
dilakukan setelah data terkumpul agar hubungan antar variabel dapat diketahui.
Data dianalisis menggunakan prosedur statistik yang memungkinkan peneliti
untuk menyimpulkan, mengorganisasi, mengevaluasi, menginterpretasi, dan
menyajikan informasi yang jelas dengan data atau angka-angka yang berarti
(Nursalam, 2009).

32
3.11 Etika Penelitian
Etika penelitian juga menjadi salah satu bagian yang harus dijelaskan oleh
penulis. Penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan
standar etika dalam melakukan penelitian.

33

Anda mungkin juga menyukai