Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman berkembang pula ilmu pengetahuan serta
teknologi yang begitu cepat. Perkembangan tersebut juga diiringi dengan
berkembangnya pula berbagai jenis penyakit dengan berbagai macam
penyebabnya. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular,
penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara berkembang. Faktor
lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit kusta, dimana lingkungan yang
kurang baik akan menimbulkan bakteri Mycrobaterium leprae yang
menyebabkan penyakit kusta. Penyakit kusta merupakan salah satu manifestasi
kemiskinan karena kenyataannya sebagian penderita kusta berasal dari
golongan ekonomi yang lemah.
Penderita kusta tidak akan merasa sakit sehingga tidak pernah sadar
dirinya terkena kusta. Tanda-tanda penyakit kusta yakni adanya kelainan kulit
berupa bercak berwarna keputihan atau kemerahan yang mati rasa. Bercak ini
bisa timbul di bagian mana pun, tidak gatal dan tidak sakit. Kecacatan juga
bisa timbul jika kuman yang masuk langsung merusak syaraf selain itu di
daerah yang mati rasa bisa timbul luka jika penderita terlambat berobat atau
karena penanganan kusta yang tidak tepat. Kusta dapat menyerang semua
umur, baik laki-laki maupun perempuan. Penyakit kusta pada saat ini masih
ditakuti masyarakat, keluarga, termasuk petugas kesehatan.
Di Banyuwangi angka penderita penyakit kusta sangatlah tinggi. Sehingga
penyakit kusta sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Para penderita kusta
kebanyakan tertutup dan dikucilkan. Hal ini disebabkan masih kurangnya
pengetahuan atau pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan
cacat yang ditimbulkannya.
Ruang lingkup penyakit kusta sangatlah luas, baik di rumah, sekolah,
maupun lingkungan sekitar. Maka dari itu, penulis membuat makalah yang

5
berjudul “Penyakit Kusta di Banyuwangi” dimaksudkan agar kita selaku
tenaga kesehatan mengetahui apa itu penyakit kusta, ciri-ciri, gejala yang di
timbulkan, cara penularan, dan bagaimana pencegahannya. Dan
menghilangkan kepercayaa-kepercayaan yang salah mengenai penyakit kusta.
Dengan hal itu, kita dapat waspada serta mengingatkan untuk selalu menjaga
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian dan ciri-ciri penyakit kusta?
1.2.2 Apa saja faktor penyebab penyakit kusta?
1.2.3 Bagaimana gejala penyakit kusta?
1.2.4 Bagaimana cara penularan penyakit kusta?
1.2.5 Bagaimana cara pencegahan penyakit kusta?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri penyakit kusta
1.3.2 Untuk mengetahui faktor penyebab penyakit kusta
1.3.3 Untuk mengetahui gejala penyakit kusta
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami cara penularan penyakit kusta
1.3.5 Untuk mengetahui cara mencegah penyakit kusta

1.4 Manfaat
Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai apa itu penyakit
kusta, ciri-ciri, gejala, faktor-faktor penyebabnya. Apabila telah mengetahui
serta memahami maka sesorang akan lebih mudah mencegah terjadinya suatu
kesakitan dan dapat meningkatkan derajat kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

6
2.1 Konsep Kusta
Kusta adalah penyakit kronis yang dapat menimbulkan masalah
kecacatan. Masalah yang timbul tidak hanya pada masalah kesehatan fisik
saja, tetapi juga masalah psikologis, ekonomi dan sosial bagi penderitanya.
Kusta merupakan penyakit menular yang bersifat menahun dan disebabkan
oleh Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan
tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat (Weng, 2007; Spencer, 2005).
Mycobacterium leprae masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada
permukaan kulit atau bisa juga melalui droplet yang dihembuskan dari
saluran pernafasan. Bakteri ini memiliki ciri-ciri yaitu tahan asam,bersifat
gram positif, berbentuk batang, lebar 0,3-0,4 mikrometer, panjang 2-7
mikrometer, dan hidup di dalam sel yang banyak mengandung lemak dan
lapisan lilin. Mycobacterium leprae membelah dalam kurun waktu 21 hari,
sehingga menyebabkan masa tunas yang sangat lama yaitu 4 tahun. Penyakit
kusta terdiri dari dua tipe yaitu Paucibasillary (PB) dan Multibacillary (MB).
Tipe paucibacillary atau tipe kering memiliki ciri bercak atau makula dengan
warna keputihan, ukurannya kecildan besar, batas tegas, dan terdapat di satu
atau beberapa 15 tempat di badan (pipi,punggung, dada, ketiak, lengan,
pinggang, pantat, paha, betis atau pada punggung kaki), dan permukaan
bercak tidak berkeringat. Kusta tipe ini jarang menular tetapi apabila tidak
segera diobati menyebabkan kecacatan. Tipe yang kedua yaitu multibacillary
atau tipe basah memiliki ciri-ciri berwarna kemerahan, tersebar merata
diseluruh badan, kulit tidak terlalu kasar, batas makula tidak begitu jelas,
terjadi penebalan kulit dengan warna kemerahan, dan tanda awal terdapat
pada telinga dan wajah. Sumber penularan penyakit kusta adalah penderita
kusta tipe MB. Penyakit kusta ditularkan melalui kontak langsung melalui
kulit dan saluran pernapasan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu
yang lama. Faktor risiko penyakit kusta diantaranya yaitu kontak serumah
dengan penderita penyakit kusta, terdapat penderita kusta di lingkungan
rumahnya atau kontak tetangga, dan kondisi personal hygiene yang buruk.
Tanda utama penyakit kusta yaitu:

7
a. Bercak pada kulit yang mengalami mati rasa; bercak dapat berwarna putih
(hypopigmentasi) atau berwarna merah (erithematous), penebalan kulit
(plakinfiltrate) atau berupa nodul-nodul. Mati rasa dapat terjadi terhadap
rasa raba,suhu, dan sakit yang terjadi secara total atau sebagian;
b. Penebalan pada saraf tepi yang disertai dengan rasa nyeri dan gangguan
padafungsi saraf yang terkena. Saraf sensorik mengalami mati rasa, saraf
motorik mengalami kelemahan otot (parese) dan kelumpuhan (paralisis),
dan gangguan pada saraf otonom berupa kulit kering dan retak-retak.
Gejala pada penderita kusta yang dapat ditemukan biasanya penderita
mengalami demam dari derajat rendah hingga menggigil, nafsu makan
menurun, mual dan kadang-kadang diikuti dengan muntah. Penderita kusta
juga mengalami sakit kepala, kemerahan pada testis, radang pada pleura,
radang pada ginjal, terkadang disertai penurunan fungsi ginjal, pembesaran
hati dan empedu, serta radang pada serabut saraf.

2.2 Pencegahan Penyakit Kusta


Menanggapi masalah kusta yang begitu kompleks, pemerintah melakukan
upaya-upaya pengendalian kusta yang berpedoman pada WHO dengan
mengsinkronkan dengan strategi kementerian kesehatan yang disusun dalam
kebijakan nasional 21 pengendalian kusta di Indonesia (Depkes, 2010). Isi
dari kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Terciptanya masyarakat sehat bebas kusta yang mandiri dan berkeadilan.
2) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
3) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang merata, bermutu, dan keadilan.
4) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
5) Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.
6) Peningkatan penemuan kasus kusta sejak dini di masyarakat baik secara
aktif maupun pasif.

8
BAB III
PEMBAHASAN

9
3.1 Pengertian dan ciri-ciri Penyakit Kusta
3.1.1 Pengertian Penyakit Kusta
Kusta (lepra) atau Morbus Hansen merupakan penyakit menular
yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mycobacterium
leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
lainnya. Penyakit kusta merupakan suatu penyakit menular yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks, tidak hanya dari segi
medis (misalnya penyakit atau kecacatan fisik), tetapi juga meluas
sampai masalah sosial dan ekonomi. Penyakit ini dapat
mengakibatkan kecacatan tubuh bila tidak segera diobati dan dapat
menimbulkan masalah psikososial akibat adanya stigma atau
predikat buruk dari penyakit dalam pandangan masyarakat.

3.1.2 Ciri-ciri Penyakit Kusta


Saat ini kusta tergolong penyakit yang mudah diobati. Ironisnya,
hingga saat ini beberapa daerah di Indonesia masih dianggap
sebagai kawasan endemik kusta oleh Organisasi Kesehatan Dunia
atau WHO. Berikut ciri-ciri dari penyakit kusta
a. Mati rasa, tidak bisa merasakan perubahan suhu hingga
kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit.
b. Nyeri persendian.
c. Penurunan berat badan.
d. Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut.
e. Perubahan bentuk pada wajah.
f. Lepuh atau ruam.
g. Muncul bisul tapi tidak sakit.
h. Rambut rontok.
i. Hidung tersumbat atau terjadi mimisan.
j. Muncul luka tapi tidak terasa sakit.
k. Kerusakan mata. Mata menjadi kering dan jarang mengedip
biasanya dirasakan sebelum muncul tukak berukuran besar.
l. Lemah otot atau kelumpuhan.

10
m. Hilangnya jari jemari.

3.2 Data Penyakit Kusta Kabupaten Banyuwangi Capaian


program P2 Kusta pada tahun 2016 :
1. Prevalensi Penderita Kusta /10.000 penduduk : 0,28 /10.000
Penduduk
2. Cakupan Penderita Baru / CDR /10.000 penduduk : 0.31 /10.000
Penduduk ( 3.1/ 100.000 penduduk ) Rendahnya angka Penemuan
Penderita Baru (Case Detection Rate) sebesar 3.1 per 100.000
penduduk , hal ini disebabkan karena belum optimalnya kegiatan
Aktif case finding antara lain kontak intensif, Kontak serumah dan
penyuluhan tentang penyakit Kusta khususnya gejalagejala dini
penyakit Kusta, masih banyak anggapan bahwa penyakit Kusta adalah
penyakit keturunan, penyakit kutukan karena guna guna atau sebab
lain sehingga masyarakat malu untuk berobat atau malah bersembunyi
atau kurang terampilnya petugas kesehatan untuk mendiagnosa secara
dini.masih ada stigma masyarakat terhadap penyakit kusta.
3. Proporsi penderita cacat II
0% Proporsi cacad II penderita baru di Kabupaten Banyuwangi sudah
tidak ada (Target Nasional 5%), hal ini menunjukkan bahwa penderita
tidak ada keterlambatanpenemuan karena stigma masyarakat yang
sudah berubah terhadap kusta.
4. Proporsi penderita anak
10,20% Proporsi penderita anak di Kabupaten Banyuwangi mencapai
10,20 % (Target Nasional 5%), hal ini menunjukkan tingkat
endemisitas didaerah dengan prevalensi kurang dari 1/10.000
penduduk berarti masih tingginya faktor penularan, karena masih
ditemukan penderita anak.

5. Proporsi penderita MB
87.8 % Masih tingginya Proporsi Kusta type MB mencapai 87.8 %
selama tahun 2015 berarti masih banyak faktor penularan dan masih
terlambat penemuan penderita baru secara dini, dikawatirkan masih

11
banyaknya kasus Back Log yang harus diwaspadai dan dipantau
terutama untuk pemeriksaan kontak penderita.
6. Penderita Baru yang ditemukan tahun 2016 : PB = 6 MB = 46
7. Penderita RFT pada tahun2016: PB = 4 MB = 38
8. Penderita Default : PB = 0 MB = 0
9. Penderita Relaps : PB = 0 MB = 0

3.3 Faktor Penyebab Penyakit Kusta


Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae.
Bakteri tersebut ditularkan melalui kontak kulit yang lama dan erat
dengan penderita. Anggapan lain menyebutkan bahwa penyakit ini juga
bisa ditularkan melalui inhalasi alias menghirup udara, karena bakteri
penyebab penyakit kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet
(butiran air) di udara.
Bakteri penyebab penyakit kusta juga bisa ditularkan melalui kontak
langsung dengan binatang tertentu seperti armadilo. Penyakit ini
memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40
tahun, rata-rata membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya
gejala.

3.4 Gejala Penyakit Kusta


Beberapa tanda dan gejala kusta yang harus diwaspadai adalah:
a. Kulit kering, dan pada daerah yang sebelumnya ditumbuhi rambut
atau bulu bisa rontok
b. Bulu mata yang rontok
c. Kelemahan atau kelumpuhan otot
d. Perubahan bentuk wajah
e. Mutilasi, rasa baal menyebabkan penderita tidak menyadari adanya
luka, sehingga bisa menimbulkan luka yang tidak diobati, borok
f. Ginekomastia (payudara yang tumbuh membesar pada pria), akibat
gangguan keseimbangan hormone
g. Penurunan berat badan

12
h. Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut
i. Lepuh atau ruam
j. Muncul bisul tapi tidak sakit
k. Hidung tersumbat atau mimisan
l. Muncul luka tapi tidak terasa sakit
Jika terjadinya gejala-gejala tersebut segeralah untuk periksa ke
dokter agar dapat dilakukan diagnosis.

3.5 Cara Penularan Penyakit Kusta


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dua cara yang paling
diyakini bisa menyebarkan bakteri penyebab kusta yaitu lewat kulit dan
cairan lendir (ingus) dari hidung. Oleh karena itu penularan kusta diduga
kuat terjadi apabila bakteri yang utuh (hidup) keluar dari tubuh pasien
dan masuk ke dalam tubuh orang lain yang sehat. Misalnya ketika pasien
batuk atau bersin.
Namun, menurut sejumlah penelitian, orang yang sehat harus
seringsering berada di dekat pasien dalam waktu yang lama baru
penyakit kusta mungkin ditularkan. Sedangkan pasien yang sudah
minum kombinasi obat-obatan dari dokter (multidrug therapy atau
MDT) biasanya tidak menjadi sumber penularan kusta kepada orang
lain.
Hanya sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah kontak atau
bersentuhan dengan pasien kusta. Karena tubuh manusia sudah
dilengkapi dengan sistem kekebalan tubuh (imun). Yang tugasnya untuk
melawan bakteri penyebab kusta, sistem imun sudah punya mekanisme
khusus agar bisa menyerang bakteri yang tinggal di dalam sel, misalnya
di sel saraf.

Meski penyakit kusta sebenarnya tidak mudah menyebar, memang


ada kelompok tertentu yang lebih rentan terhadap penularan kusta.
Diketahui bahwa orang yang mengalami malnutrisi (kekurangan gizi)
dan punya sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko kena
penyakit kusta.

13
3.6 Cara Pencegahan Penyakit Kusta
Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan pencegahan
yang paling baik untuk mencegah cacat akibat kusta dan mencegah
infeksinya meluas ke bagian tubuh lain. Dan juga bisa melakukan
deteksi dini di rumah dengan prinsip 3M (Memeriksa, Melindungi, dan
Merawat diri).
1. Memeriksa
Dengan memeriksa mata dan wajah, memeriksa tangan dan
jarijari, memeriksa kaki dan jari-jari dan memeriksa kulit tubuh
2. Melindungi
Perawatan tubuh untuk mencegah cacat akibat kusta tergantung
dari gejala yang Anda rasakan. Jika Anda mulai merasakan mata
Anda kering dan memerah, gunakan obat tetes mata yang
mengandung saline (air garam). Saat sedang istirahat, tutup mata
dengan kain lembut yang basah.
Untuk kulit kering, Anda bisa merendam tangan dan kaki Anda
selama 20 menit setiap hari di dalam air. Langsung gosok lembut
bagian kulit yang direndam tanpa dikeringkan terlebih dahulu. Anda
juga bisa melembapkan kulit kering dengan rutin mengoleskan
minyak kelapa atau minyak zaitun.
Jika ada luka atau lecet sekecil apapun, segera bersihkan luka
dengan sabun dan obati sebelum terlambat. Setelahnya, tutup luka
dengan perban atau kasa. Jika ada memar, istirahatkan bagian
tersebut itu sampai sembuh. Anda bisa oleskan salep khusus untuk
mengobati memar.

Untuk mencegah otot-otot anggota gerak Anda kaku,


seringseringlah menggunakan tangan dan kaki untuk meluruskan
sendisendi yang bengkok.

3. Merawat Diri

14
Goresan kain baju, sarung bantal, tangan, daun, debu, rambut,
asap dan lain-lain dapat merusak mata. Untuk mencegah kerusakan
mata, lindungi mata dengan kacamata hitam dari angin, debu, dan
polusi yang dapat melukai mata atau membuat mata kering. Hindari
juga terlalu lama beraktivitas di lingkungan berdebu, misalnya
mencangkul tanah kering, menuai padi, menggiling padi, bakar
sampah, dan lain-lain.
Untuk melindungi tangan dan kaki dari kemungkinan terluka saat
beraktivitas, Anda bisa memakai pakaian yang sesuai. Misalnya,
lengan dan celana panjang, sarung tangan, kaos kaki, dan sepatu
yang menutup keseluruhan kaki, seperti sepatu boot.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat
disimpulkan bahwa kusta merupakan penyakit kronis yang dapat
menimbulkan masalah kecacatan seperti fisik, psikologis, ekonomi
dan sosial bagi penderitanya. Kusta merupakan penyakit menular
lewat kulit dan cairan lendir (ingus) dari hidung. yang bersifat
menahun dan disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang
saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat
dan dapat dicegah melalui pengobatan. Ciri-ciri nya seperti mati rasa,
nyeri pada sendi, penurunan berat badan, pembesaran saraf tepi,
perubahan bentuk pada wajah, lepuh atau ruam, muncul bisul tapi
tidak sakit, rambut rontok, hidung tersumbat atau mimisan, muncul
luka tapi tidak terasa sakit, kerusakan mata dan lemah otot atau
kelumpuhan, serta hilangnya jari jemari.

15
4.2 Saran
Bagi penderita kusta sebaiknya tetap menjalankan upaya
penyembuhan penyakit untuk memutuskan rantai penularan agar tidak
ada anggota keluarga lain yang tertular. Bagi keluarga diharapkan
turut membantu penderita kusta dalam upaya penyembuhan dengan
selalu memberikan dukungan serta melakukan perawatan kepada
penderita sampai sembuh. Bagi masyarakat, sebaiknya melakukan
upaya deteksi dini penyakit kusta. Bagi instansi kesehatan ada baiknya
memberikan sosialisasi ke masyarakat mengenai penyakit kusta untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta untuk
menghilangkan stigma mengenai penyakit kusta di masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Muharry Andy. 2014. Faktor risiko kejadian kusta. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
9 (2): 174-182.
Spencer, John S. 2005. Identifiation of Specifi Proteins and Peptides in
Mycobacterium leprae Suitable for the Selective Diagnosis of Leprosy.
Journal of Immunolog. 175(12): 7930-7938.
Weng, Xiaoman. 2007. Identifiation and Distribution of Mycobacterium leprae
Genotypes in a Region of High Leprosy Prevalence in China: a 3-Year
Molecular Epidemiological Study. Juornal of Clin. Microbiol. 45(6):
17281734.

16

Anda mungkin juga menyukai