Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN NEUROLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 13 MARET 2020


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Case Report : Low Back Pain

OLEH:
Wa Ode Grifhanda Humairah
111 2019 1003

PEMBIMBING
dr. Taufik Tjahyadi, Sp.S

BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat


dan Karunia-Nya serta salam dan shalawat kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Case Report ini dengan judul “Low Back Pain”
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di
Bagian Neurologi.

Selama persiapan dan penyusunan referat ini rampung, penulis


mengalami kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan,
saran, dan kritik dari berbagai pihak akhirnya refarat ini dapat
terselesaikan serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tulisan ini.

Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala
dan rahmat yang melimpah dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan refarat ini terdapat banyak kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini. Saya berharap sekiranya
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Makassar,13 Maret 2020

Hormat Saya,

Penulis

2
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini, saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Wa Ode Grifhanda Humairah

Stambuk : 111 2019 1003

Judul : Low Back Pain

Telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Neurologi


Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 13 Maret 2020

Pembimbing

dr. Taufik Tjahyadi, Sp.s

3
BAB I
PENDAHULUAN

Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah (LBP) merupakan


salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat.
Hampir 70-80 % penduduk di negara maju pernah mengalami LBP. Setiap
tahun 15-45% orang dewasa menderita LBP, dan satu diantara 20
penderita harus dirawat di rumah sakit karena serangan akut. 1
Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 15% orang dewasa
mengeluh nyeri punggung bagian bawah atau nyeri yang bertahan hampir
dua minggu.2 Data epidemiologi mengenai low back pain di lndonesia
diperkirakan 40% penduduk Provinsi Jawa Tengah berusia diatas 65
tahun pernah menderita low back pain, prevalensi pada laki-laki l8,2% dan
pada wanita l3,6 %.3 Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa
rumah sakit di lndonesia berkisar antara 3-17 %. 3
Nyeri punggung bawah hanyalah  merupakan suatu  gejala, maka
yang penting adalah mengetahui faktor penyebabnya agar dapat diberikan
pengobatan yang tepat. Tanda bahaya untuk gangguan ini adalah adanya
gangguan buang air besar, gangguan buang air kecil, gangguan seksual,
selangkangan terasa baal, nyeri menjalar ke bokong. Tanda bahaya
lainnya adalah bila ada tanda-tanda keganasan, timbul nyeri sampai
terkejut bangun  pada  malam  hari, berat badan turun yang penyebabnya
tidak diketahui. Adanya penyakit sistemik yang mendasarinya, tetap nyeri
meskipun sudah istirahat. Juga infeksi spinal yang disertai dengan
demam  patut diwaspadai.3

4
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Urip Sumoharjo lr. 1
Suku/Ras : Makassar
Status : Menikah
Agama : Islam
Nomor RM : 289346
Kamar : Ruang perawatan Walet bed 1
Tgl. Masuk RS : 9 Maret 2020

5
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri Punggung Bawah
Anamnesis terpimpin :
 Informasi mengenai keluhan utama
Seorang pasien laki-laki usia 43 tahun masuk RS
BHAYANGKARA MAKASSAR dengan  keluhan  nyeri punggung
bawah  yang dialami sejak  ±  1 bulan yang  lalu sebelum MRS.
Nyerinya terus-menerus. Sehingga Pasien tidak dapat duduk dan
berjalan terlalu lama. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti
rasa tertusuk-tusuk, rasa tebal, dan kram-kram. Nyeri menjalar ke
paha kiri. Pasien ada riwayat angkat berat dan duduk lama. VAS
pasien 5.
 Anamnese sistematis
Pasien tidak merasa kelemahan tubuh satu sisi (-), sulit
bicara (-), nyeri kepala (+), gangguan menelan/tersedak (-),
gangguan penglihatan (-), Demam (+) 2 hari yang lalu, Kejang (-),
riwayat trauma (-), mual (+), muntah (+), ada keluhan nyeri ulu hati
(+). Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar dalam batas
normal. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan riwayat hipertensi
tidak ada.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Umum
Kesan : Sakit Sedang
Tekanan Darah :120/80 mmHg
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 85x/menit
Gizi : Baik
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,8˚C

6
Anemis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Dispneu : tidak ada
o KEPALA :-
o TORAKS :
Paru-paru :
a. Inspeksi : Dinding thoraks simetris kanan - kiri, retraksi
otot dinding dada (-)
b. Palpasi : Simetris antara kiri dan kanan
c. Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
d. Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung
a. Inspeksi : Tidak tampak iktus cordis
b. Palpasi : Tidak teraba iktus cordis
c. Perkusi : Batas jantung – paru dalam batas normal
d. Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal reguler, murmur
(-)

ABDOMEN :
a. Inspeksi : Massa (-), Ascites (-)
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. Massa abnormal (-).
Hepar tidak teraba dan Lien tidak teraba.
c. Perkusi : Dalam batas normal
d. Auskultasi : Peristaltik kesan normal
KOLUMNA VERTEBRALIS :
a. Inspeksi : Tidak Dilakukan
b. Pergerakan : Tidak Dilakukan
c. Palpasi : Tidak Dilakukan
d. Perkusi : Tidak Dilakukan
Status Neurologik

7
GCS : E4 M6 V5
Rangsang meningeal : Kaku Kuduk (-)
Kerning’s sign (-)
Tes Lasegue (+)
Tes Patrick dan kontra Patrick (+)
Nervus kranialis
N.I (Olfaktorius) : Normosmia
N.II (Optikus) : OD OS
Ketajaman penglihatan : N N
Lapangan penglihatan : N N
Funduskopi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N.III, IV, VI : OD OS
Celah kelopak mata : N N
 Exoftalmus : - -
 Ptosis : - -
Pupil
Ukuran/bentuk : Bundar, Ø 2,5 mm Bundar, Ø 2,5 mm
 Isokor/anisokor : Isokor Isokor
 RCL/RCTL + +
 Refleks akomodasi : + +
Gerakan bola mata
 Parese kearah : - -
 Nistagmus : - -
N.V (Trigeminus):
Sensibilitas
 N.VI : N/N
 N.V2 : N/N
 N. V3 : N/N
Motorik
 Inspeksi/palpasi (istirahat/menggigit) : Dalam batas normal.

8
 Refleks dagu /masseter : Dalam batas normal
 Refleks kornea : Dalam batas normal

N. VII (Facialis):
Motorik
 m. Frontalis : N/N
 m.Orbikularis okuli : +/+
 m. Buccinator : +/+
 m. Orbicularis oris : +/+

Pengecap 2/3 lidah bagian depan : Tidak dilakukan


N.VIII (Auskultasi):
Pendengaran : Normal
Tes Rinne/weber :Tidak dilakukan
Fungsi vestibularis : Normal

N. IX/X (Glossopharingeus/vagus):
Posisi arkus pharinks (istirahat/AAH) : Di tengah
Reflex telan/muntah : Tidak dilakukan
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : Tidak dilakukan
Suara : Lemah
Takikardi/bradikardi : Tidak dilakukan

N. XI (Accecorius): Kanan Kiri


Memalingkan kepala : Normal Normal
Angkat bahu : Normal Normal

N. XII (Hypoglosus):
Deviasi lidah : Tidak dapat dinilai
Fasciculasi : Tidak dapat dinilai
Atrofi : Tidak dapat dinilai
Tremor : Tidak dapat dinilai

9
Ataxia : Tidak dapat dinilai

Fungsi motorik :
Pergerakan
N
N
N N

Tonus
N
N
N N

Kekuatan
5
5
5 5

Refleks
N
fisiologis N
N N

Refleks
-
patologis -
- -

Pergerakan abnormal yang spontan :-


Gangguan koordinasi :
 Tes jari hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Tes pronasi-supinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Tes pegang jari : Tidak dilakukan pemeriksaan
Gangguan Keseimbangan
 Tes Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Gait : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi otonom
BAB dan BAK : Normal

10
IV. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK DAN PEMERIKSAAN LAIN-LAIN:
Pemeriksaan Radiologi

 Hasil pemeriksaan foto lumbo sacral AP / Lateral :


- Lordose Lumbal Melurus (Muscle Spasme)
- Disc Space menyempit antara V. Lumbal 5 – V. Sacral 1 (HNP)
- Pedicles intak
- S.I Joint normal

Kesan : Radiks Vertebra L5 – S1

V. RESUME
Seorang pasien laki-laki usia 43 tahun masuk RS
BHAYANGKARA MAKASSAR dengan  keluhan  nyeri punggung
bawah  yang dialami sejak  ±  1 bulan yang  lalu sebelum MRS.
Nyerinya terus-menerus. Sehingga Pasien tidak dapat duduk dan
berjalan terlalu lama. Nyeri yang dirasakan sifatnya yakni seperti
rasa tertusuk-tusuk, rasa tebal, dan kram-kram. Nyeri menjalar ke
paha kiri. Pasien ada riwayat angkat berat dan duduk lama. VAS
pasien 5. Pasien tidak merasa kelemahan tubuh satu sisi (-), sulit
bicara (-), nyeri kepala (+), gangguan menelan/tersedak (-),
gangguan penglihatan (-), Demam (+) 2 hari yang lalu, Kejang (-),
riwayat trauma (-), mual (+), muntah (+), ada keluhan nyeri ulu hati
(+). Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar dalam batas
normal. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan riwayat hipertensi
tidak ada.

DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinik : Low Back Pain
Diagnosis Topis : Corpus Vertebra L5-S1
Diagnosis Etiologi : Susp. HNP

11
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Spondylosis Lumbalis
VII. PENATALAKSANAAN
 Neurosanbe / 24 jam
 Injeksi Ranitidine 1 amp / 12 jam
 Natrium diclofenat 50 mg / 3 x 1
 Metyl prednisolone 4 mg / 3 x 1
 Diazepam 2 mg / 3 x 1
VIII. PROGNOSIS
Qua Ad Vitam : Bonam
Qua Ad Sanationam : Bonam
Qua Ad Fungsionam : Bonam

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISI

Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada
regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada
satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis
lumbal.4
Low back pain (LBP) umumnya akan memberikan rasa nyeri pada
seseorang yang mengalaminya. Rasa nyeri dapat digambarkan sebagai
sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila mengalami cedera atau
kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar,
kesemutan/tertusuk, atau ditikam. Nyeri
akan menjadi suatu masalah gangguan kesehatan dikarenakan dapat
menganggu aktivitas yang akan dilakukan.5

1.2 ETIOLOGI

Sebagian besar nyeri punggung bawah disebabkan oleh penyakit


yang tidak serius dengan prognosis yang baik. Penyebab tersering adalah
nyeri punggung bawah pada penderita dewasa adalah : (1) lumbar sprain
atau strain, (2) degenerasi diskus dan faset, (3) herniasi diskus, dan (4)
pada penderita yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan canalis
stenosis atau fraktur kompresi akibat osteoporosis.3
Faktor risiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat
badan, etnis, merokok , pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang
berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal
lumbal spinal dan faktor psikososial. Terjadi peningkatan kejadian low
back pain pada pasien dengan kelompok 50-69 tahun , ini dikarenakan
pada usia tersebut telah terjadi proses degenerasi baik pada tulang,
tendon, dan tulang rawan.6 Lokasi untuk nyeri pinggang bawah adalah
daerah lumbal bawah, biasanya disertai penjalaran ke daerah-daerah lain,

13
antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior
paha, tungkai, dan kaki.3

1.3 KLASIFIKASI
Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu:
A.   Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini
dapat hilang atau sembuh.Acute low back pain dapat disebabkan karena
luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat
hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan,
juga dapat melukai otot, ligament, dan tendon. Pada kecelakaan yang
lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih
sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang
acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik. 3
B.   Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset
yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back
pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoid arthritis, proses
degenerasi discus intervertebralis dan tumor.3

1.4 Tanda dan Gejala Low Back Pain


Gejala LBP bermacam-macam dan berbeda antara satu dengan
yang lain. Kebanyakan orang menganggap berbaring akan meningkatkan
nyeri yang datang tiap episode, tapi ada juga yang mampu tidur tanpa
rasa nyeri. Kebanyakan orang merasakan nyeri ketika mereka
membungkuk atau mengambil sesuatu, yang lain
merasa nyeri bila melengkungkan tubuh ke belakang. Nyeri pada kaki juga
merupakan bagian dari masalah. Nyeri kebanyakan pada punggung atau
samping luar paha dan kemudian menjalar ke kaki. Nyeri yang menjalar
pada kaki disebut

14
sciatica karena nyeri berasal dari perangsangan pada nervus ischiadikus,
perangsangan pada nervus ischiadikus sering menjadi lebih nyeri bila
bersin atau batuk.7
Pada episode akut, LBP dapat menjadi sangat akut untuk beberapa
hari atau seminggu dan akan lebih meningkat. Pada 2-4 minggu kemudian
penderita akan merasa lebih baik. Episode panjangnya waktu nyeri
berbagai macam pada tiap penderita, begitu juga dengan intensitas tiap
episode nyeri dan seberapa mampu penderita dapat menahan nyerinya. 7

1.5 Diagnosis Low Back Pain

Anamnesis dan pemeriksaan fisik


Untuk menegakkan diagnosis dari nyeri punggung bawah memerlukan
anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik umum, neurologi serta
pemeriksaan penunjang agar mengarahkan ke etiologi terjadinya nyeri
punggung bawah dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Pada anamnesis pasien dengan nyeri punggung bawah harus
mendeteksi pula faktor risiko, aspek psikologis, dan psikososial penderita.
Aspek psikologis dan psikososial sangat besar perannya dalam terapi
nyeri punggung bawah. Sehingga bila tidak digali dan diterapi dengan
adekuat akan dapat menyebabkan terjadinya nyeri yang sukar untuk
dikendalikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distress psikologis
akan meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung bawah sampai 2 kali
lipat pada orang dewasa. Sementara penelitian Kerr, dkk (2001) juga
menunjukkan adanya hubungan antara lingkungan psikososial kerja, dan
variabel mekanik di lingkungan kerja terhadap kejadian nyeri punggung
bawah. Kedua penelitian tadi mendukung konsep multifaktorial pada nyeri
punggung bawah. Sehingga pada semua penderita nyeri punggung
bawah, aspek psikososial sebaiknya dievaluasi secara seksama.
Pada pasien ini pemeriksaan neurologis difokuskan pada tes
lasegue, patrick dan kontrapatrick. Adapun pemeriksaan  fisik tes yang
dilakukan antara lain:

15
a)      Tes lasegue
        Percobaan ini meregangkan nervus ischiadicus dan radiks-radiksnya.
Penderita dalam posisi terlentang dan  tidak boleh tegang. Pemeriksaan
mengangkat satu tungkai penderita, tungkai tadi dalam  posisi lurus, dan
fleksi pada sendi panggul. Apabila penderita merasakan nyeri
sepanjang nervus ischiadicus maka parcobaan tadi positif.  Dapat
dinyatakan dalam derajat, misalnya positif 30 derajat artinya waktu tungkai
diangkat sampai 30 derajat (sudut antara tugkai dengan bidang datar)
mulai timbul rasa sakit. Apabila agak ragu-ragu, maka pemeriksaan ini
dapat dimodifikasi dengan cara kaki ditahan dalam  posisi dorso-fleksi dan
kemudian tungkai diangkat ke atas. Dengan cara ini nervus ischiadicus
teregang lebih kuat. Pada HNP, percobaan ini merupakan hal yang sangat
penting. 8
b)      Tes patrick
        Tungkai dalam posisi fleksi di sendi lutut sementara tumit diletakkan
di atas lutut tungkai yang satunya lagi, kemudian lutut tungkai yang
difleksikan tadi ditekan ke bawah. Penderita dalam posisi berbaring.
Apabila ada kelaianan di sendi panggul maka penderita akan  merasakan
nyeri di sendi panggul tadi. 8
c)      Tes kontrapactrick
      Tungkai dalam posisi fleksi di sendi lutut dan sendi panggul, kemudian
lutut didiorong ke medial; bila di sendi sakroiliaka ada kelainan maka disitu
akan terasa sakit.8

1.6 Penatalaksanaan Low Back Pain


1.6.1 Penatalaksanaan Umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital : paru-paru, jantung, ginjal,
13
keseimbangan elektrolit dan cairan, gizi, higiene.

16
2. Khusus :
 Pencegahan dan pengobatan komplikasi
1.6.2 Penatalaksanaan Khusus
1. Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk
mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar low back
pain. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik dimana
golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik non-
narkotik.10 Yang umum digunakan analgetik antipiretik yang bekerja
menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain
substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri.
Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-
inflamasi disamping analgetik misalnya pirasolon dan derivat-
derivat asam organik lainya dikenal sebagai non steroidal anti-
inflamatory drugs (NSAID). Untuk pengobatan simptomatis lainnya,
kadang memerlukan campuran antara obat analgesik,
anti inflamasi, OAINS, dan penenang.11
2. Obat yang diberikan yaitu ketorolac 3% merupakan NSAID
(non steroid anti inflammatory drugs) yang bekerja menghambat
enzim cyclooxygenase (COX) yang menginduksi pembentukan
prostaglandin, ketorolac diindikasi untuk penanganan nyeri derajat
sedang-berat pada pasien dewasa.
3. Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan
mengurangi sekresi asam lambung. Padapemberian i.m./i.v. kadar
dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% 
perangsangan  sekresi asam lambung adalah 36–94 mg/mL.
Kadar tersebut bertahanselama6-8jam.
Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi
puncak plasma dicapai 2–3 jam setelah pemberian dosis 150 mg.
Absorpsi tidak dipengaruhi secara nyata oleh makanan dan

17
antasida. Waktu paruh 2½–3 jam pada pemberian oral, Ranitidine
diekskresi melalui urin.14

1.6.3 Terapi Non Medikamentosa


Untuk penanganan lanjutannya pada Low Back Pain dapat diberikan
rehabilitasi :
a.         Low back pain oleh faktor mekanik akut
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah,
kompres air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.
b.      Low back pain oleh faktor mekanik kronis
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologis nyeri. Karena itu
tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan
hiperlordosis tersebut.15

1.7 Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah nyeri punggung bawah atau low back
pain adalah:

1. Olahraga spesifik

 Latihan perut, bila dilakukan dengan benar, menguatkan otot perut


dan bisa menurunkan kecenderungan menderita sakit punggung.
 Meski tidak berguna untuk mengobati sakit punggung, latihan
peregangan sangat membantu dalam mengurangi otot punggung
yang kencang.
 Memiringkan juga membantu meringankan otot punggung yang
kencang.

2. Sabuk pinggang

Pekerja yang sering melakukan angkat berat seringkali diharuskan


memakai sabuk pinggang ini. Tidak ada bukti bahwa ikat pinggang ini

18
mencegah cedera atau nyeri punggung bawah. Satu studi bahkan
menunjukkan bahwa ikat pinggang ini meningkatkan kemungkinan cedera.

3. Berdiri

Sambil berdiri, angkat kepala dan tahan perut. Jika Anda diminta berdiri
dalam jangka waktu yang lama, Anda sebaiknya memiliki bangku kecil
untuk mengistirahatkan satu kaki. Jangan memakai hak tinggi (high
heels).

4. Duduk

Kursi dengan ketinggian yang sesuai untuk mengerjakan tugas atau


pekerjaan akan mendukung bagian punggung bawah dengan lebih baik.
Untuk menghindari tekanan di bagian belakang, kursi harus berputar.
Kursi mobil juga harus memiliki dukungan punggung bawah yang
memadai. Jika tidak, bantal kecil atau handuk terguling di belakang area
lumbal akan memberikan dukungan yang memadai.

5. Tidur

Kebutuhan individu bervariasi. Jika kasur terlalu empuk, banyak orang


akan mengalami sakit punggung. Hal yang sama berlaku untuk tidur di
kasur yang keras.

6. Mengangkat

Jangan angkat benda yang terlalu berat untuk Anda. Jika Anda mencoba
mengangkat sesuatu, jaga punggung lurus ketika ke atas dan ke bawah,
naikkan kepala, angkat dengan lutut. Jauhkan benda yang dekat dengan
Anda, jangan membungkuk untuk mengangkatnya. Kencangkan otot perut
Anda agar punggung tetap seimbang. 16

1.8 Prognosis

19
- Sekitar 50% penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali
menjalankan fungsi normalnya.16

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Jan Sudir, Purba dan Susilawaty. 2008. Nyeri Punggung bawah:


Patofisiologi, Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi Akupuntur.
Dalam koleksi Medicinus (Scientifc Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Application) Vol. 21 No. 2. Via artikel
dari : http://alib.atmajaya.ac.id
2. Yoshimoto T, Oka H, Katsuhira J, Fujii T, Masuda K, Tanaka S, et al.
Prognostic psychosocial factors for disabling low back pain in
Japanese hospital workers. 2017;1–12
3. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Trevisan C. Rehabilitation
of lumbar spine disorder. Edisi ke-5. Lippincolt; 2010. p.186
4.  Bull, E. & Archard, G. 2007. Simple Guide Nyeri Punggung.Jakarta:
Erlangga
5. Heru Septiawan. Faktor Berhubungan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah Pada Pekerja Bangunan Mikroland Semarang. 2013.
6. Mulky Yasin, dkk . Hubungan antara karakteristik, Antropometrik,
Kebiasaan, Status Psikososial, dan Gambaran Radiografis
Responden dengan Kejadian Spondylogenic Low Back Pain. 2013.
7. Harsono. Low Back Pain. Universita Sebelas Maret. Di akses
padahttp://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/S021308065_bab1.pdf t
anggal 23 Februari 2018.
8. Harsono. Kapita Selekta Neurologi Edisi ke dua. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
9. Schultz, Centeno Clinic. 2009. Patrick’s Test: Evaluation of Sacroliliac
Joint Dysfunction. Via artikel dari : http://centenoschultz.com.
10.   Goubert D, Danneels L, Graven-nielsen T. Differences in Pain
Processing Between Patients with Chronic Low Back Pain, Recurrent
Low Back Pain, and Fibromyalgia. 2017;307–18.
11. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. PT Dian
Rakyat. Jakarta, 2009.

21
12.   Tolerabilitas Pasien Bayi terhadap Ketorolac IV. Kalbemed. 2012.
Diakses padahttp://www.kalbemed.com/Portals/6/19_191Berita
%20Terkini-Tolerabilitas%20Pasien%20Bayi%20terhadap
%20Ketorolac%20IV.pdf tanggal 26 Februari 2018.
13.  Indriastuty. Perbandingan Penggunaan Gabapentin dan Amitriptilin
sebagai Terapi Nyeri Terhadap Efek Terapi Pada Pasien Hernieated
Nucleus Pulposus Rawat Jalan Di Poli Saraf Rumah Sakit Jogja.
UGM. 2013
14. Potter,P  A  &  Perry,  A    (2005)  .  Buku  Ajar  Fundamental 
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta:
EGC.
15. Priharjo, R. (1993). Perawatan Nyeri: Pemenuhan Aktivitas Istirahat
Pasien. Jakarta: EGC.
16. Guyton, A C & Hall, J E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor
Bahasa Indonesia : Irawati Setiawan Edisi 9. Jakarta: EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai