Anda di halaman 1dari 73

MAKALAH

AUDIT SEKTOR PUBLIK

STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

Dosen Pengampu :
Dhini Suryandari, S. E., M. Si., Akt.

Disusun Oleh :
1. Ade Yusuf Fitriawan 7211417056
2. Novi Wijayaningsih 7211417060
3. Nurul Ailia 7211417065
4. Ahmad Fadhil Izzani 7211417104

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2020
MAKALAH
AUDIT SEKTOR PUBLIK

STANDAR AUDIT SEKTOR PUBLIK

Dosen Pengampu :
Dhini Suryandari, S. E., M. Si., Akt.

Disusun Oleh :
1. Ade Yusuf Fitriawan 7211417056
2. Novi Wijayaningsih 7211417060
3. Nurul Ailia 7211417065
4. Ahmad Fadhil Izzani 7211417104

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta nikmatnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan pembuatan makalah mengenai Audit Sektor Publik dengan
pembahasan Standar Audit Sektor Publik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah Standar Audit Sektor Publik ini. Dalam
penulisan makalah ini tentunya kami selaku penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharap kritik dan
saran dari pembaca.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam
memahami dan mempelajari tentang Audit Sektor Publik dan dapat bermanfaat
serta menambah wawasan pembaca mengenai Standar Audit Sektor Publik.

Semarang, 21 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................ i


Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat .............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 4
2.1 Perkembangan Standar Audit Sektor Publik ..................................... 4
2.2 Standar Audit Sektor Publik .............................................................. 6
2.3 Fungsi Standar Audit Sektor Publik ..................................................38
2.4 Kerangka Pikir Standar Audit Sektor Publik .....................................39
2.5 Objek Audit Sektor Publik ................................................................41
2.6 Persiapan Pelaksanaan Standar Standar Audit Sektor Publik ...........42
2.7 Contoh Standar Audit Sektor Publik .................................................45
BAB III PENUTUP ..........................................................................................68
3.1 Kesimpulan ........................................................................................68
3.2 Saran ..................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................69

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Auditing sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang
kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan (Mulyadi, 2002:9). Pengawasan terhadap penggunaan dana
pemerintah daerah dilakukan oleh APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah)
sebagai pelaksana tugas kepada Negara/Undang-undang. Audit pada sektor publik
merupakan kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan
dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan
penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi
yang ditemukan dengan kriteria yang ditetapkan.
Berbicara mengenai audit sektor publik, tentunya tidak luput juga berbicara
tentang standar yang mengatur tentang audit sektor pemerintah. Munculnya audit
pemerintahan ini tidak lain untuk mengawasi dan memonitor aliran dana
pemerintah yang sudah dialokasikan untuk berbagai kepentingan rakyat agar
terhindar dari manipulasi dan kecurangan oknum pemerintah. Dimana biasanya
kita mengenal BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang bertugas sebagai auditor
pemerintah untuk mengaudit lembaga nirlaba yang di Indonesia. Dalam
melaksanakan tugasnya, tentunya BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dalam
melaksanakan tugasnya memerlukan standar-standar dalam bekerja.
Di Indonesia, pada masa sebelurnnya, standar pemeriksaan dikenal dengan
narna SAP (Standar Audit Pemerintahan) 1995. Namun, seiring dengan
perkembangan teori pemeriksaan, dinamika masyarakat yang menuntut adanya
transparansi dan akuntabilitas, serta kebutuhan akan hasil pemeriksaan yang
bernilai tambah maka hal ini menuntut BPK untuk menyempurnakan Standar
Audit Pemerintah (SAP) 1995.

1
Pada awal tahun 2007, BPK berhasil menyelesaikan penyusunan standar
pemeriksaan yang diberi nama „Standar Pemeriksaan Keuangan Negara‟ atau
disingkat dengan „SPKN‟ yang dipayungi dengan peraturan BPK-R1 No. 1 Tahun
2007 sebagai pengganti standar pemeriksaan sebelumnya yaitu Standar Audit
Pemerintah (SAP) 1995. SPKN ini mengikat BPK maupun pihak lain yang
melaksanakan pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
PeIaksanaan audit kinerja sektor publik menjadi suatu hal yang sangat
penting demi rnewujudkan tuntutan masyarakat akan terciptanya pemerintahan
yang baik, sebab hasil audit kinerja dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat
keberhasilan maupun kegagalan organisasi sektor publik dalam mencapai tujuan
dan sasaran organisasi secara keseluruhan. Indonesia telah meiniliki suatu standar
dalarn pelaksanaan audit pemerintahan yakni Standar Audit Pemerintahan (SAP)
yang telah dibuat oleh BPK-RI pada tahun 1995. Namun, SAP dirasa tidak dapat
memenuhi tuntutan dinarnika masa kini, terutama sejak adanya reformasi
konstitusi di bidang pemeriksaan yakni Undang-Undang No. 15 Tahun 2004
tentang Perneriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara serta
Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan perneriksa Keuangan Negara.
Dengan adanya Undang-undang tersebut, maka BPK RI rnenyusun standar
pemeriksaan yang baru, yakni Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
pada awal tahun 2007.
Penyusunan SAP maupun SPKN di Indonesia menggunakan banyak
referensi, salah satunya dari standar audit yang dikeluarkan oleh United States-
General Accounting Office (US-GAO) yakni Generally Accepted Government
Auditing Standards (GAGAS) 2003 Revision.
Maka dari itu, penyempurnaan serta peningkatan kualitas mutu tentang
standar pemeriksa keuangan negara yang berlaku sangantlah penting agar
mewujudkan tuntutan masyarakat akan terciptanya pemerintahan yang baik,
Karen hasil audit dibutuhkan untuk menunjukan keberhasilan maupun kegagalan
dari sebuah entitas sektor publik dalam mencapai tujuan organisasi.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasaran latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan maslah yang
akan dikaji sebagai berikut:
a. Bagaimana perkembangan standar audit sektor publik ?
b. Bagaimana standar audit sektor publik yang berkalu?
c. Bagaimana fungsi standar audit sektor publik bagi pemeriksaan?
d. Bagaimana kerangka pikir standar audit sektor publik?
e. Apa objek audit sektor publik?
f. Bagaimana persiapan pelaksanaan standar standar audit sektor publik?
g. Apa contoh standar audit sektor publik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
a. Mengetahui perkembangan standar audit sektor publik
b. Mengetahui standar audit sektor publik yang berkal
c. Mengetahui fungsi standar audit sektor publik bagi pemeriksaan
d. Mengetahui kerangka pikir standar audit sektor publik
e. Mengetahui objek audit sektor publik
f. Mengetahui persiapan pelaksanaan standar standar audit sektor publik
g. Mengetahui contoh standar audit sektor publik?

1.4 Manfaat
Hasil penulisan makalah diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Mendorong mahasiswa sebagai generasi muda untuk dapat berperan aktif
dalam menyampaikan gagasan dan pengetahuan.
b. Memberikan inspirasi, referensi, dan wawasan kepada penulis lain dalam
membuat tulisan dengan tema dan kajian yang sejenis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Standar Audit Sektor Publik


Standar audit berbeda dengan prosedur audit, yaitu “prosedur” berkaitan
dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan
kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan
yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar audit, yang
berbeda dengan prosedur auditi, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional
auditor namun juga berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam
pelaksanaan auditnya dan dalam laporannya.
Keberadaan sebuah standar pemeriksaan sangat penting karena menjadi
patokan dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan. Patokan-patokan inilah yang akan
mengarahkan pemeriksa di dalam setiap tahapan pemeriksaan, dan patokan-
patokan ini pulalah yang menjadi penilai apakah sebuah pemeriksaan telah
dijalankan dengan baik atau tidak. Apabila terjadi penyimpangan atau tahapan di
dalam standar pemeriksaan tidak dijalankan maka secara otomatis proses
pemeriksaan dinilai cacat atau tidak memenuhi standar yang berlaku.
Perkembangan hubungan ekonomi dan perdagangan internasional yang
diiringi dengan pesatnya investasi antar negara, pertumbuhan perusahaan
internasional dan pertumbuhan profesi akuntansi serta pengaruhnya terhadap
dunia usaha, pendidikan dan masyarakat luas, akhirnya mengarahkan perhatian
ICA (International Congress cof Accounting) ke 10 di Sydney, Australia pada
tahun 1972 untuk membentuk organisasi profesi akuntan international guna
mengembangkan standar-standar akuntansi yang patut diterima secara universal.
Kemudian, dibentuklah International Coordinator Committee Accounting
Profession (ICCAP) dan International Accounting Standards Committee (IASC)
pada tahun 1973; Pada bulan Agustus 1972, Badan Pembina Pasar Uang dan
Modal membentuk Panitia Penghimpunan Bahan-Bahan dan Struktur Generally
Accepted Accounting Principles and Generally Accepted Auditing Standards.
Melalui kerjasama Panitia Penghimpunan Bahan-Bahan dan Struktur Generally
Accepted Accountinç’ Principles and Generally Accepted Auditing Standards,

4
dengan IAI dan para akuntan lainnya, kemudian dihasilkan konsep prinsip
akuntansi Indonesia yang didasarkan pada tulisan Paul Grady yang berjudul
Inventory of Generally Accepted Accounting Research Study No. 7 (AICPA,
1965) dan norma pemeriksaan akuntan yang didasarkan pada Statement on
Auditing Procedure No. 33 AICPA- 1963. Konsep ini secara resmi disahkan
sebagai Prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan yang
berlaku di seluruh Indonesia pada kongres IAI ketiga tanggal 2 Desember 1973.
Seiring berjalannya waktu dan peristiwa yang terjadi, secara bertahap
Prinsip Akuntansi Indonesia dan Norma Pemeriksaan Akuntan ditambah,
disesuaikan, dan disempurnakan. Di Indonesia, pada masa sebelurnnya, standar
pemeriksaan dikenal dengan narna SAP (Standar Audit Pemerintahan) 1995.
Namun, seiring dengan perkembangan teori pemeriksaan, dinamika masyarakat
yang menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas, serta kebutuhan akan hasil
pemeriksaan yang bernilai tambah maka hal ini menuntut BPK untuk
menyempurnakan Standar Audit Pemerintah (SAP) 1995.
Pada awal tahun 2007, BPK berhasil menyelesaikan penyusunan standar
pemeriksaan yang diberi nama „Standar Pemeriksaan Keuangan Negara‟ atau
disingkat dengan „SPKN‟ yang dipayungi dengan peraturan BPK-R1 No. 1 Tahun
2007 sebagai pengganti standar pemeriksaan sebelumnya yaitu Standar Audit
Pemerintah (SAP) 1995. SPKN ini mengikat BPK maupun pihak lain yang
melaksanakan pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
PeIaksanaan audit kinerja sektor publik menjadi suatu hal yang sangat
penting demi rnewujudkan tuntutan masyarakat akan terciptanya pemerintahan
yang baik, sebab hasil audit kinerja dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat
keberhasilan maupun kegagalan organisasi sektor publik dalam mencapai tujuan
dan sasaran organisasi secara keseluruhan. Indonesia telah meiniliki suatu standar
dalarn pelaksanaan audit pemerintahan yakni Standar Audit Pemerintahan (SAP)
yang telah dibuat oleh BPK-RI pada tahun 1995. Namun, SAP dirasa tidak dapat
memenuhi tuntutan dinarnika masa kini, terutama sejak adanya reformasi
konstitusi di bidang pemeriksaan yakni Undang-Undang No. 15 Tahun 2004
tentang Perneriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara serta
Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan perneriksa Keuangan Negara.

5
Dengan adanya Undang-undang tersebut, maka BPK RI rnenyusun standar
pemeriksaan yang baru, yakni Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
pada awal tahun 2007.
Penyusunan SAP maupun SPKN di Indonesia menggunakan banyak
referensi, salah satunya dari standar audit yang dikeluarkan oleh United States-
General Accounting Office (US-GAO) yakni Generally Accepted Government
Auditing Standards (GAGAS) 2003 Revision.

2.2 Standar Audit Sektor Publik


Tata kelola sektor publik meliputi kebijakan dan prosedur yang digunakan
untuk mengarahkan kegiatan organisasi untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa tujuan terpenuhi dan bahwa operasi dilakukan dengan cara yang etis dan
bertanggung jawab. Ini juga mencakup kegiatan yang menjamin kredibilitas
organisasi sektor publik, membangun penyediaan pemerataan jasa, dan menjamin
perilaku yang tepat dari pejabat organisasi sektor publik serta mengurangi risiko
korupsi publik.
Audit sektor publik merupakan landasan tata kelola sektor publik yang baik.
Dengan menyediakan tujuan, penilaian tujuan apakah sumber daya publik secara
bertanggung jawab dan efektif untuk mencapai hasil yang diharapkan, auditor
membantu organisasi pemerintah mencapai akuntabilitas dan integritas,
meningkatkan operasi, dan menanamkan kepercayaan antara warga dan pemangku
kepentingan. Peran auditor publik mendukung tanggung jawab tata kelola
pengawasan wawasan, dan pandangan ke depan. Pengawasan ditujukan untuk
menjawab apakah entitas sektor publik melakukan apa yang seharusnya mereka
lakukan dan berfungsi untuk mendeteksi dan mencegah korupsi publik. Wawasan
membantu pengambil keputusan dengan menyediakan penilaian independen
terhadap program sektor publik, kebijakan, operasional dan hasil. Sedangkan
tinjauan masa depan mengidentifikasi tren dan tantangan yang muncul. Auditor
menggunakan alat-alat seperti audit keuangan, audit kinerja, dan investigasi dan
jasa konsultasi untuk memenuhi masing-masing peran.
Standar audit berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja audit, dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang

6
ada. Pengawasan untuk memastikan pelaksanaan kerja organisasi sektor publik
membutuhkan audit eksternal yang komprehensif dan kompeten yang didukung
oleh standar internasional tentang audit.
Lingkungan Supreme Audit institution (SAI) memerlukan pendekatan yang
komprehensif untuk manajemen keuangan publik. Hal ini juga rnensyaratkan
penyerahan laporan audit publik untuk memastikan dukungan publik untuk
tindakan yang efektif. Semua persyaratan ini dipenuhi oleh INTOSAI dan standar
audit IFAC.
Dalam praktik di Indonesia, standar audit publik yang dikenal adalah
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar audit terdiri dari 10 yang
dikelompokkan ke dalam 3 bagian, di antaranya standar umum, standar pckerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Dalam banyak hal, standar-standar tersebut saling
herhubungan dan saling bergantung satu dengan lainnya. “Materialitas” dan
“risiko audit” melandasi penerapan semua standar audit, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah sebuah standar pemeriksaan
yang memuat persyaratan profesional perneriksa, mutu pelaksanaan perneriksaan,
dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional. Pelaksanaan pemeriksaan
yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara diharapkan akan
rneningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dan entitas
yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara objektif. Apabila
pemeriksa melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya
sesuai dengan Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat
mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara. Pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting
dalarn rangka terciptanva akuntabilitas publik.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ini disusun untuk memenuhi Pasal 5
Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang- Undang
No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Tujuan pembuatan
standar pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa

7
dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara terdiri dan standar umum, standar
pemeriksaan keuangan, standar pemeriksaan kinerja, dan standar pemeriksaan
untuk tujuan tertentu. Setiap standar digunakan untuk tujuan audit yang berbeda-
beda. Berikut disajikan standar yang ada dalarn Standar Pemeniksaan Keuangan
Negara.
2.2.1 Standar Umum
Standar umum ini berkaitan dengan ketentuan mendasar untuk menjamin
kredibilitas hasil perneriksaan. Kredibilitas sangat diperlukan oleh sernua
organisasi pemeriksa yang rnelaksanakan perneriksaan yang diandalkan oleh para
pejabat entitas dan pengguna hasil pemeriksaan lainnya dalam mengambil
keputusan, dan merupakan hal yang diharapkan oleh publik dari informasi yang
disajikan oleh pemeriksa. Standar umum ini berkaitan dengan persyaratan
kemampuan/keahlian pemeriksa, independensi organisasi pemeriksa dan
perneriksa secara individual, pelaksanaan kemahiran profesional secara cermat
dan seksama dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil perneriksaan, serta
pengendalian mutu hasil pemeniksaan.
Standar urnurn ini memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan
standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada
pernyataan standar berikutnya. Dengan demikian, standar umum ini harus diikuti
oleh semua pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang melakukan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pcmeriksaan.
 Pernyataan standar umum yang pertama adalah tentang persyaratan
kemampuan atau keahlian, yaitu “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki
kecakapan profesional yang rnemadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan”
 Pernyataan standar umum kedua adalah “Dalarn semua hal yang berkaitan
dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus
bebas dalarn sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, eksternal,
dan organisasi yang dapat memengaruhi independensinya”.

8
 Pernyataan standar umum ketiga adalah “Dalarn pelaksanaan pemeriksaan
serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”.
2.2.2 Standar Pemeriksaan Keuangan
2.2.2.1. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan
Pernyataan standar mi mengatur standar pelaksanaan untuk pemeriksaan
keuangan dan setiap standar pekerjaan lapangan audit keuangan dan Pernyataan
Standar Audit (PSA) yang ditetapkan oleh IAI, kecuali ditentukan lain.
Untuk pemeriksaan keuangan Standar Pemeriksaan memberlakukan tiga
pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP yang ditetapkan IAI.
(a) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan
tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya.
(b) Pemahaman yang memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
(c) Bukti audit yang kompeten harus diperoleh rnelalui inspeksi, pengamatan
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan berikut.
a. Komunikasi pemeriksa.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah:
“Pemeriksa harus mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat,
saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan
kepada manajemen entitas yang diperiksa dan atau pihak yang meminta
pemeriksaan.”
Standar Pemeriksaan rnensyaratkan pemeriksa untuk memperoleh
pemahaman mengenai entitas yang diperiksa dan melakukan komunikasi
dengan entitas yang diperiksa. Standar Pemeriksaan memberi kesempatan
untuk memperluas pihak yang akan diajak berkomunikasi tentang hal yang
berkaitan dengan informasi tertentu selama perencanaan pemeriksaan,
termasuk kemungkinan adanya pembatasan dalam pelaporan, untuk
mengurangi risiko salah interpretasi atas laporan hasil pemeriksaan. Oleh

9
karena itu, Pemeriksa diharapkan rnampu rnenggunakan pertimbangan
profesionalnya untuk menentukan bentuk, isi, dan intensitas kornunikasi. Di
dalam standar rnenyarankan agar melakukan komunikasi dalam bentuk
tertulis. Pemeriksa dapat mengomunikasikan informasi yang dipandang perlu
dengan rnemuatnya dalarn program perneriksaan dan komunikasi yang
dilakukan pemeriksa harus didokurnentasikan.
b. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah:
“Pemeriksa harus mernpertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta
tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan
pemeriksaan yang sedang dilaksanakan.”
Di dalam melakukan pemeriksaan (audit) Pemeriksa harus memperoleh
informasi dan entitas yang diperiksa untuk mengidentifikasi perneriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau studi
lain yang sebelurnnya telah dilaksanakan dan berkaitan dengan tujuan
perneriksaan yang sedang dilaksanakan. Hal mi dilakukan untuk
mengidentifikasi langkah koreksi yang berkaitan dengan temuan dan
rekomendasi signifikan. Perneriksa harus mempergunakan pertimbangan
profesionalnya untuk menentukan (1) periode yang harus diperhitungkan, (2)
lingkup pekerjaan pemeriksaan yang diperlukan untuk memahami tindak
lanjut temuan signifikan yang memengaruhi pemeriksaan, dan (3)
pengaruhnya terhadap penilaian risiko dan prosedur pemeriksaan dalam
perencanaan pemeriksaan.
c. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan (fraud), serta
ketidakpatutan (abuse).
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah:
 Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan
yang memadai guna mendèteksi salah saji material yang disebabkan oleh
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya

10
informasi tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berpengaruh material tetapi tidak langsung berpengaruh
terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa
harus rnenerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk mernastikan
bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan
telah atau akan terjadi.
 Pemeriksa harus waspada pada kernungkinan adanya situasi dan/atau
peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan
dan apabila timbul indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan
terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus
menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa
kecurangan dan/atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan
dampaknya terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan.
d. Pengembangan temuan pemeriksaan.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan keempat adalah:
“Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan
untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan.”
Temuan pemeriksaan, seperti kurang rnemadainya pengendalian internal,
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecurangan,
serta ketidakpatutan biasanya terdiri dari unsur kondisi, kriteria, akibat dan
sebab. Namun demikian, unsur yang dibutuhkan untuk sebuah temuan
perneriksaan seluruhnya bergantung pada tujuan pemeriksaan tersebut. Jadi,
sebuah temuan atau sekelompok temuan pemeriksaan disebut lengkap
sepanjang tujuan perneriksaannya telah dipenuhi dan laporannya secara jelas
rnengaitkan tujuan tersebut dengan unsur temuan pemeriksaan. Pemeriksa
perlu melakukan pembahasan dengan manajernen entitas yang diperiksa
untuk mengembangkan temuan pemeriksaan.
2.2.2.2. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah:
“Pemeriksa harus menpersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang

11
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus
berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut
dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti
yang mendukung pertimbangan dan sirnpulan pemeriksa. Dokumentasi
pemeriksaan harus mendukung opini, temuan, simpulan dan rekomendasi
pemeriksaan.”
2.2.2.3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
Untuk pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan memberlakukan empat
standar pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI.
(1) “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
prinsip akuntansi yang lain yang berlaku secara komprehensif”
Istilah prinsip akuntansi yang berlaku umum yang dimaksud di atas
meliputj prinsip akuntansi, praktik akuntansi, dan metode penerapan prinsip
akuntansi. Berdasarkan standar tersebut, auditor tidak harus menyatakan
mengenai fakta. Auditor harus menyatakan pendapat mengenai apakah
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Berkaitan dengan keadaan di mana terdapat penyusunan laporan
keuangan yang disusun tidak berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, auditor tetap harus memenuhi standar pertama. Dalam hal ini, auditor
dapat mengungkapkan dalam laporan audit bahwa laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum, dan menyatakan pendapat apakah laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan basis akuntansi komprehensif yang digunakan.
Prinsip akuntansi yang berlaku urnum digunakan sebagai tolok ukur
untuk mengukur penyajian keuangan. Frase prinsip akuntansi yang berlaku
umum merupakan suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi,
aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk merumuskan praktik akuntansi
yang berlaku urnum saat tertentu. Prinsip akuntansi yang berlaku umum
meliputi pedornan umum, praktik dan prosedur yang rinci.

12
Pertimbangan auditor rnengenai kewajaran atas penyajian laporan
keuangan harus dilakukan dalam kerangka prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Hal ini dimaksudkan untuk rnenghasilkan pedoman seragam untuk
menilai penyajian posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas dalam laporan
keuangan.
Pemberian pendapat auditor wajar tanpa pengecualian sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan pada pertimbangan
auditor, apakah:
a. Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku secara umum.
b. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
c. Laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangan memberikan
informasi yang memadai yang dapat memengaruhi penggunaan,
pemaharnan, dan penafsirannya.
d. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan
diikhtisarkan dengan semestinya, tidak terlalu rinci maupun ringkas.
Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang
mendasarinya dalam suatu cara penyajian posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas dalam batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalarn
laporan keuangan.
(2) Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalarn
periode sebelumnya.”
Konsistensi merupakan konsep didalam akuntansi yang menuntut
penerapan standar secara terus menerus, dan tidak diubah-ubah, kecuali
dengan alasan yang dapat dibenarkan. Perubahan kadang dirnungkinkan dan
dibenarkan agar laporan keuangan dapat menyajikan posisi keuangan
organisasi yang sebenarnya dan untuk menghindari informasi yang
menyesatkan. Tujuan standar konsistensi adalah memberikan jaminan bahwa
jika daya banding laporan keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara
material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan
perubahan tersebut dalam laporan. audit. Konsistensi sangat diperlukan untuk

13
mendukung komparabilitas laporan keuangan dan suatu periode ke periode
berikutnya.
Penerapan semestinya standar kedua ini menuntut auditor untuk
memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan
keuangan. Perbandingan laporan keuangan di antara beberapa periode dapat
dipengaruhi oleh:
a. Perubahan akuntansi
Perubahan dalarn prinsip akuntansi meliputi perubahan dalam:
 Prinsip akuntansi.
 Estimasi akuntansi.
 Satuan usaha yang membuat laporan keuangan.
Perubahan akuntansi dapat memengaruhi konsistensi dan sebaliknya.
Perubahan akuntansi yang dapat rnemengaruhi konsistensi, meliputi:
 Perubahan dalam prinsip akuntansi.
 Perubahan dalarn satuan usaha yang membuat laporan.
 Laporan setelah terjadi penggabungan kepentingan.
 Koreksi kesalahan penerapan dalam prinsip.
 Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan
dalam estimasi akuntansi
 Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan
dalam penyajian arus kas.
Perubahan akuntansi yang tidak memengaruhi konsistensi meliputi:
 Perubahan dalarn klasifikasi dan reklasifikasi.
 Koreksi kesalahan yang tidak rnelibatkan pninsip akuntansi.
Perubahan akuntansi yang tidak memengaruhi konsistensi,
tetapi memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan meliputi:
 Perubahan dalarn estimasi akuntansi.
 Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda.
 Perubahan akuntansi yang diperkirakan baru berdampak material di
masa yang akan datang.

14
b. Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode
sebelumnya.
c. Perubahan penggolongan atau reklasifikasi.
d. Ketidaktepatan estimasi tahun-tahun sebelumnya dengan peristiwa dan
kejadian dalam tahun berjalan.
(3) “Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit”.
Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai
pendukung dan pelengkap laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut
dapat dinyatakan dalam bentuk catatan atas laporan keuangan maupun dalam
bentuk pengungkapan lainnya. Laporan audit tidak perlu menyatakan hal ini,
apabila pengngukapan informasi sudah memadai.
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, meliputi pengungkapan informasi yang memadai atas
berbagai hal yang material. Hal-hal tersebut meliputi bentuk, susunan dan isi
laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan
keuangan meliputi istilah yang digunakan, rincinan yang dibuat,
penggolongan elemen laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan
untuk menghasilkan jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan.
Apabila pengelola tidak mengungkapkan informasi yang semestinya
diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka
auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar. Dalam hal ini auditor harus mengemukakan alasan dan
memberikan informasi yang memadai dalam laporan audit.
Dalam mempertimbangkan kecukupan pengungkapan, auditor
menggunakan informasi yang diperoleh dari klien berdasarkan kepercayaan
klien bahwa auditor akan merahasiakan informasi tersebut. Tanpa
kepercayaan tersebut, auditor akan sulit memperoleh informasi yang
diperlukan. Oleh karena itu auditor tidak boleh mengungkapkan informasi
yang tidak diharuskan untuk diungkapkan tanpa seizin klien.
(4)“Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan

15
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak
dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilakukan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor”.
Standar pelaporan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir
tentang tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor bila namanya dikaitkan
dengan laporan keuangan. Auditor harus menyatakan bahwa tidak dapat
memberikan pendapatnya atas laporan keuangan yang tidak diaudit tetapi
namanya dikaitkan dengan laporan keuangan tersebut. Auditor juga harus
menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan pendapatnya meskipun
melakukan beberapa prosedur audit, tetapi ia tidak independent terhadap
klien.
Seorang auditor dikaitkan namanya dengan laporan keuangan apabila ia
mengizinkan namanya dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau
komunikasi tertulis berisi laporan keuangan tersebut. Pengkaitan nama
auditor dengan laporan keuangan juga mencakup penyerahan laporan
keuangan yang disusun atau yang dibantu penyusunannya kepada klien atau
pihak lain meski namanya tidak dicantumkan.
Apabila auditor dikaitkan namanya dengan suatu laporan keuangan,
namun belum mengaudit atau menelaahnya, auditor yang menerbitkan
laporan keuangan harus menyatakan bahwa ia tidak memberikan pendapat
atas laporan keuangan tersebut. Hal ini perlu ditempuh auditor untuk
mematuhi standar pelaporan ini. Disamping itu, setiap halaman laporan
keuangan harus jelas diberi tanda “tidak diaudit (unaudit)”. Auditor tidak
wajib melaksanakan prosedur apapun, apabila akuntan menerbitkan bentuk
pernyataan tidak memberikan pendapat semacam itu. Auditor hanya perlu
membava laporan keuangan tersebut untuk menemukan salah saji yang
material.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
dapat diberikan maka alasanya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor

16
dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.
Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan, sebagai
berikut:
a. Pernyataan Kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama yaitu:
“Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan”
Pernyataan standar ini mengacu pada standar pemeriksaan yang
berlaku, yang harus diikuti oleh pemeriksa selama melakukan pemeriksaan.
Jika pemeriksa tidak dapat mengikuti Standar Pemeriksaan, pemeriksa
dilarang untuk menyatakan demikian. Dalam situasi demikian, pemeriksa
harus mengungkapkan alasan tidak dapat diikutinya standar pemeriksaan
tersebut dan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan.
Standar pemeriksaan memberlakukan standar audit yang ditetapkan
oleh IAI dengan beberapa penyesuaian. Pernyataan standar yang tercantum
dalam standar pemeriksaan merupakan tambahan. Apabila suatu
pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan, maka
pemeriksaan tersebut dengan sendirinya telah memenuhi standar audit yang
ditetapkan oleh IAI. Suatu entitas yang diperiksa berdasarkan standar
pemeriksaan mungkin juga membutuhkan pemeriksaan untuk menerbitkan
laporan pemeriksaan keuangan untuk tujuan lain, misalnya entitas yang
diperiksa membutuhkan laporan keuangan yang telah diperiksa untuk
menerbitkan obligasi atau untuk tujuan lainnya. Standar pemeriksaan ini
tidak melarang pemeriksa untuk menerbitkan laporan lain yang terpisah.
b. Pelaporan tentang Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan
Perundang Undangan
Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua yaitu:
“Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan
bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap

17
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan”
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
yang ditemukan dalam pemeriksaan keuangan, dimuat dalam laporan atas
kepatuhan. Apabila pemeriksa tidak menemukan ketidakpatuhan dalam
pengujian kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
pemeriksa tidak menerbitkan laporan atas kepatuhan. Apabila pemeriksa
menerbitkan laporan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus memuat suatu
paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut. Laporan atas kepatuhan
mengungkapkan: (1) pengungkapan atas penyimpangan administrasi,
pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yang
mengandung unsur tindak pidana, (2) dan ketidakpatutan yang signifikan.
c. Pelaporan tentang Pengendalian Internal
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga yaitu:
“Laporan atas pengendalian internal harus mengungkapkan kelemahan
dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang dianggap
sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”
Pelaporan tentang Kelemahan Pengendalian Internal
Pemeriksa (auditor) harus melaporkan kelemahan pengendalian internal
atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai “kondisi yang dapat
dilaporkan”. Beberapa contoh “kondisi mengenai kelemahan pengendalian
internal yang dapat dilaporkan” seperti yang dirumuskan dalam SPAP sebagai
berikut:
(1) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan
pengendalian yang layak
(2) Tidak ada review dan persetujuan yang memadai untuk transaksi
pencatatan akuntansi atau output dari suatu sistem
(3) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva
(4) Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan, atau
penggelapan aktiva

18
(5) Bukti bahwa suatu sistem gagal mengahasil-kan output yang lengkap
dan cermat sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh
entitas yang diperiksa karena kesalahan penerapan prosedur
pengendalian
(6) Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian internal oleh
orang-orang yang mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan
kegagalan tujuan menyeluruh sistem tersebut
(7) Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari
pengendalian internal, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau
pembuatan rekonsiliasi tidak tepat waktu
(8) Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya
tingkat kesadaran yang memadai tentang pengendalian dalam organisasi
tersebut
(9) Kelemahan yang signifikan dalam desainatau pelaksanaan pengendalian
internal yang dapat mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berdampak langsung dan material atas
laporan keuangan.
(10) Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk system
informasi pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat
waktu memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pengendalian
internal yang sebelumnya telah diketahui.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan, pemeriksa harus mengidentifikasi “kondisi yang dapat
dilaporkan” yang secara sendiri-sendiri atau secara kumulatif merupakan
kelemahan yang material. Pemeriksa harus menempatkan temuan tersebut
dalam perspektif yang wajar. Untuk memberikan dasar bagi pengguna
laporan hasil pemeriksaan dalam mempertimbankan kejadian dan
konsekuensi kondisi tersebut, hal-hal yang diidentifikasi dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan secara keseluruhan. Sejauh mungkin, dalam
menyajikan temuan mengenai kelemahan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan, pemeriksa harus mengembangkan unsur-unsur kondisi,
kriteria, akibat dan sebab untuk membantu manajemen entitas yang diperiksa

19
atau pihak berwenang dalam memahami perlunya mengambil tindakan
perbaikan. Apabila pemeriksa dapat mengembangkan secara memadai
temuan-temuan tersebut, pemeriksa harus membuat rekomendasi guna
tindakan perbaikan. Berikut merupakan pedoman dalam melaporkan unsur-
unsur temuan:
(1) Kondisi; memberikan bukti mengenai hal-hal yang ditemukan pemeriksa
dilapangan. Lingkup atau kedalaman pelaporan dari suatu kondisi dapat
membantu pengguna laporan untuk memperoleh perspektif yang wajar.
(2) Kriteria; memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna
laporan hasil pemeriksaan untuk menentukan keadaan seperti apa yang
diharapkan. Kriteria akan mudah dipahami apabila dinyatakan secara
wajar, eksplisit, dan lengkap, serta sumber dari kriteria dinyatakan dalam
laporan hasil pemeriksaan.
(3) Akibat; memberikan hubungan yang jelas dan logis untuk menjelaskan
pengaruh perbedaan antara apa yang ditemukan pemeriksa (kondisi) dan
apa yang seharusnya (kriteria). Kriteria lebih mudah dipahami bila
dinyatakan secara jelas, terinci, dan apabila memungkinkan, dinyatakan
dalam angka. Signifikansi dari akibat yang dilaporkan ditunjukkan oleh
bukti meyakinkan.
(4) Sebab; memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang
menjadi sumber perbedaan antara kondisi dan kriteria. Dalam
melaporkan sebab, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah bukti
yang ada dapat memberikan argumen yang meyakinkan dan masuk akal
bahwa sebab yang diungkapkan merupakan faktor utama terjadinya
perbedaan. Pemeriksa juga perlu mempertimbangkan apakah sebab yang
diungkapkan dapat menjadi dasar pemberian rekomendasi. Dalam situasi
temuan terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dimana tidak dapat diterapkan dengan logis
penyebab temuan tersebut, pemeriksa tidak diharuskan untuk
mengungkapkan unsur sebab ini.
Apabila pemeriksa mendeteksi adanya kelemahan dalam pengendalian
internal atas pelaporan keuangan yang merupakan “kondisi yang dapat

20
dilaporkan", pemeriksa harus mengomunikasikan secara tertulis kelemahan
tersebut kepada entitas yang diperiksa melalui laporan tentang pengendalian
internal.
d. Pernyataan Kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat yaitu:
“Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian internal, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan reomendai serta tindakan koreksi yang
direncanakan.”
`Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil
pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap dan objektif adalah dengan
mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
pada entitas yang tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian
internal, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa,
tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa harus memuat
komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil pemeriksaanya. Pemeriksa
harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan
tanggapan tertulis terhadap temuan, simpulan dan rekomendasi, termasuk
tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas yang
diperiksa. Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan
objektif. Tanggapan yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan
perbaikan tidak boleh diterima sebagai alasan untuk menghilangkan temuan
yang signifikan atau rekomendasi yang berkaitan. Apabila tanggapan dari
entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan atau
rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa,
tanggapan tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakannya
perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi, maka pemeriksa harus
menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan
perbaikan tersebut beserta alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus

21
disampaikan secara seimbang dan objektif. Sebaliknya, pemeriksa harus
memperbaiki laporannya apabila pemeriksa berpendapat bahwa tanggapan
tersebut benar.
e. Pelaporan Informasi Rahasia
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima yaitu:
“Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang
undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapan dalam
laporan hasil hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkakan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya
informasi tersebut”
Informasi tertentu dapat dilarang untuk diungkapkan kepada umum
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut mungkin
hanya dapat diberikan kepada pihak yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan mempunyai kewenangan untuk mengetahuinya. Situasi
lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat juga mengakibatkan
informasi tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Sebagai contoh, informasi rinci tentang pengamanan komputer
untuk suatu program dapat dikeluarkan dari pelaporan publik guna mencegah
penyalahgunaan informasi tersebut. Dalam situasi tersebut, BPK dapat
menerbitkan satu laporan resmi yang berisi informasi diatas dan
mendistribusikannya kepada pihak yang berhak menerimanya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila
memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum
mengenai ketentuan, permintaan atau keadaan yang menyebabkan tidak
diungkapkanya informasi tertentu dalam laporan hasil pemeriksaan.
Pertimbangan pemeriksa mengenai tidak diungkapkanya informasi
tertentu tersebut harus mengacu kepada kepentingan publik. Jika situasi
mengharuskan penghilangan informasi tertentu, pemeriksa harus
mempertimbangkan apakah penghilangan tersebut dapat mengganggu hasil
pemeriksaan atau melanggar hukum. Jika pemeriksa memutuskan untuk

22
menghilangkan informasi tertentu, pemeriksa harus menyatakan sifat
informasi yang dihilangkan dan alasan penghilangan tersebut.
f. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat yaitu:
“Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada Lembaga perwakilan,
entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur
entitas ang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi
wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada
pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Namun, dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka
untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan kepada pihak-pihak
tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan hasil pemeriksaan
tersebut. Apabila akuntan publik atau pihak lain yang ditugasi untuk
melakukan pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan, akuntan publik
atau pihak lain tersebut harus memastikan bahwa laporan hasil pemeriksaan
didistribusikan secara memadai. Jika akuntan publik tersebut ditugasi untuk
mendistribusikan laporan hasil pemeriksaannya, maka perikatan/ penugasan
tersebut harus menyebutkan pihak yang harus menerima laporan hasil
pemeriksaan tersebut. Apabila suatu pemeriksa dihentikan sebelum berakhir,
namun pemeriksa tidak mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan, maka
pemeriksa harus membuat catatan yang mengikhtisarkan hasil pekerjaanya
sampai tanggal penghentian dan menjelaskan alasan penghentian
pemeriksaan. Pemeriksa juga harus mengomunikasikan secara tertulis alasan
penghentian pemeriksaan tersebut kepada manajemen entitas yang diperiksa,
entitas yang meminta pemeriksaan tersebut, atau pejabat lain yang
berwenang.
2.2.3 Standar Pemeriksaan Kinerja
Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja

23
a. Perencanaan
Pernyataan standar pelaksanaan yang pertama adalah:
“Pekerjaan harus direncanakan secara memadai”
Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa (auditor) terlebih dahulu
harus mendefinisikan tujuan pemeriksaan, lingkup serta metodologi
pemeriksaan untuk mencapai tujuan pemeriksaan tersebut. Tujuan, lingkup,
dan metodologi pemeriksaan tidak ditentukan secara terpisah dan pemeriksa
menentukan ketiga elemen ini secara bersama-sama. Perencanaan merupakan
proses yang berkesinambungan selama pemeriksaan. Oleh sebab itu,
pemeriksaan harus mempertimbangkan untuk membuat penyesuaian pada
tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan selama pemeriksaan dilakukan.
Tujuan pemeriksaan adalah mengungkapkan apa yang ingin dicapai
dari pemeriksaan tersebut. Tujuan pemeriksaan mengidentifikasikan objek
pemeriksaan dan aspek kinerja yang harus dipertimbangkan, termasuk temuan
pemeriksaan yang potensial dan unsur pelaporan yang diharapkan dapat
dikembangkan oleh pemeriksa. Tujuan pemeriksaan dapat dianggap sebagai
pertanyaan mengenai program-program yang diperiksa dan pemeriksa harus
mencari jawabannya.
Lingkup pemeriksaan adalah batas pemeriksaan dan harus terkait
langsung dengan tujuan pemeriksaan. Misalnya, lingkup pemeriksaan
menetapkan parameter pemeriksaan seperti periode yang di review,
ketersediaan dokumen atau catatan yang diperlukan, dan lokasi pemeriksaan
di lapangan yang akan dilakukan.
Pemeriksa harus merancang metodologi pemeriksaan untuk
memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup, kompeten, dan relevan dalam
rangka mencapai tujuan pemeriksaan. Metodologi pemeriksaan mencakup
jenis dan perluasan prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk mencapai
tujuan pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan adalah langkah-langkah
pemeriksaan dan cara-cara pengujian yang akan dilaksanakan oleh pemeriksa
untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

24
Dalam merencanakan suatu pemeriksaan kinerja, auditor harus:
(1) Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial
pengguna laporan hasil pemeriksaan
(2) Memperoleh suatu pemahaman mengenai program yang diperiksa
(3) Mempertimbangkan pengendalian internal
(4) Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuragan (fraud), dan
ketidakpatutan (abuse)
(5) Mengidentifikasikan kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-
hal yang harus diperiksa
(6) Mengidentifikasikan temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang
signifikan dari pemeriksaan terdahulu yang dapat mempengaruhi tujuan
pemeriksaan. Pemeriksa harus menentukan apakah manajemen sudah
memperbaiki kondisi yang menyebabkan temuan tersebut dan sudah
melaksanakan rekomendasinya.
(7) Mempertimbangakan apakah pekerjaan pemeriksa lain dan ahli lainnya
dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan pemeriksaan yang
telah ditetapkan
(8) Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain untuk
melaksanakan pemeriksaan
(9) Mengomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta
informasi umum lainnya yang berkaitan dengan rencana dan
pelaksanaan pemeriksaan tersebut kepada manajemen dan pihak-pihak
lain yang terkait
(10) Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan secara tertulis
b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua adalah:
“Staf harus disupervisi dengan baik”
Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain
(seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan
dapat dicapai.

25
Unsur supervisi meliputi:
1. Pemberian instruksi kepada staf
2. Pemberian informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi
3. Pelaksanaan review atas pekerjaan yang dilakukan
4. Pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang efektif
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah:
“Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi
dasar yang memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa”
Dalam mengidentifikasikan sumber-sumber data potensial yang dapat
digunakan sebagai bukti pemeriksaan, pemeriksa harus mempertimbangkan
validitas dan keandalan data tersebut, termasuk data yang dikumpulkan oleh
entitas yang diperiksa, data yang disusun oleh pemeriksa, atau data yang
diberikan oleh pihak ketiga. Demikian juga halnya dengan kecukupan dan
relevansi bukti-bukti tersebut.
Sebagian besar pekerjaan pemeriksa pada saat melaksanakan
pemeriksaan berkaitan dengan mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti
yang mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa terkait dengan
tujuan pemeriksaan. Dalam mengevaluasi bukti, pemeriksa
mempertimbangkan apakah pemeriksa telah memperoleh bukti-bukti yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
d. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah:
“Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan
dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksaan, dan pelaporan pemeriksaan
harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat
menjadi bukti ang mendukung temua, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa”.

26
Bentuk dan isi dokumen pemeriksaan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan kondisi masing-masing pemeriksaan. Informasi yang
dimasukkan dalam dokumen pemeriksaan menggambarkan catatan penting
mengenai pekerjaan yang dilaksanakan oleh pemeriksa sesuai dengan standar
dan simpulan pemeriksa. Kuantitas, jenis, dan isi dokumen pemeriksaan
didasarkan atas pertimbangan professional pemeriksa.
Manfaat Dokumen Pemeriksaan, yaitu:
1. Memberikan dukungan utama terhadap laporan hasil pemeriksaan
2. Membantu pemeriksa dalam melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
pemeriksaan
3. Memungkinkan orang lain untuk me-review kualitas pemeriksaan
Dokumen pemeriksaan harus berisi:
1. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan, termasuk kriteria
pengambilan uji petik (sampling) yang digunakan
2. Dokumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk mendukung
pertimbangan professional dan temuan pemeriksa
3. Bukti tentang review supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan.
2.2.4 Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
a. Bentuk
Pernyataan standar pelaporan pertama adalah:
“Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk
mengomunikasikan setiap hasil pemeriksaan”.
Laporan hasil pemeriksaan berfungsi untuk:
 Mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
 Membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman
 Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan
perbaikan oleh instansi terkait, dan
 Memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh
tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan. Kebutuhan untuk
melaksanakan pertanggungjawaban atas program menghendaki bahwa
laporan hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk yang mudah diakses.

27
b. Isi Laporan
Pernyataan standar pelaporan kedua adalah:
Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:
(a) Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar
Pemeriksaan.
Pernyataan standar ini mengacu kepada Standar Pemeriksaan yang
berlaku, yang harus diikuti oleh pemeriksa selama melakukan
pemeriksaan. Jika pemeriksa tidak dapat mengikuti Standar Pemeriksaan,
pemeriksa dilarang untuk menyatakan demikian. Dalam situasi demikian,
pemeriksa harus mengungkapkan alasan tidak dapat diikutinya Standar
Pemeriksaan tersebut dan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan.
(b) Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan
Pemeriksa harus memuat tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan
dalam laporan hasil pemeriksaan. Informasi tersebut penting bagi
pengguna laporan hasil pemeriksaan agar dapat memahami maksud dan
jenis pemeriksaan, serta memberikan perspektif yang wajar terhadap apa
yang dilaporkan. Dalam melaporkan tujuan pemeriksaan, pemeriksa
harus menjelaskan mengapa pemeriksaan tersebut dilakukan dan
menyatakan apa yang harus dimuat dalam laporan hasil pemeriksaan.
(c) Hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan
rekomendasi
Pemeriksa harus melaporkan temuan pemeriksaan untuk menjawab
tujuan pemeriksaan. Dalam melaporkan temuan pemeriksaan tersebut,
pemeriksa harus mengungkapkan informasi yang cukup, kompeten, dan
relevan sehingga dapat dipahami. Pemeriksa juga harus melaporkan
informasi mengenai latar belakang yang dibutuhkan oleh pengguna
laporan hasil pemeriksaan dalam memahami temuan pemeriksaan
tersebut.
(d) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan
Pemeriksa harus meminta tanggapan/pendapat secara tertulis dari pejabat
yang bertanggung jawab terhadap temuan, simpulan dan rekomendasi
termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas

28
yang diperiksa. Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab harus
dievaluasi dan dipahami secara seimbang dan objektif, serta disajikan
secara memadai dalam laporan hasil pemeriksaan. Tanggapan yang
diberikan, seperti janji atau rencana tindakan perbaikan harus
dicantumkan dalam laporan hasil pemeriksaan, tetapi tidak dapat diterima
sebagai pembenaran untuk menghilangkan temuan dan rekomendasi yang
berhubungan dengan temuan tersebut.
(e) Pelaporan informasi rahasia apabila ada
Apabila informasi tertentu dilarang diungkapkan kepada umum, laporan
hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang
dihilangkan tersebut dan ketentuan yang melarang pengungkapan
informasi tersebut. Beberapa informasi tertentu tidak dapat diungkapkan
kepada umum berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan atau
keadaan khusus lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan
keamanan publik.. Misalnya, temuan terinci mengenai pengamanan
aktiva maupun sistem informasi dapat dikecualikan dari laporan hasil
pemeriksaan yang dapat diakses oleh publik karena berpotensi terjadinya
penyalahgunaan informasi tersebut. Dalam situasi tersebut, BPK dapat
menerbitkan laporan terpisah yang memuat informasi dimaksud dan
didistribusikan kepada kalangan tertentu yang berhak menerimanya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila memungkinkan, BPK dapat berkonsultasi dengan konsultan
hukum mengenai ketentuan, permintaan atau keadaan yang menyebabkan
tidak diungkapkannya informasi tertentu dalam laporan hasil
pemeriksaan. Pertimbangan pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya
informasi tertentu tersebut harus mengacu kepada kepentingan publik.
Jika situasi mengharuskan penghilangan informasi tertentu, pemeriksa
harus mempertimbangkan apakah penghilangan tersebut dapat
mengganggu hasil pemeriksaan atau melanggar hukum. Jika pemeriksa
memutuskan untuk menghilangkan informasi tertentu, pemeriksa harus
menyatakan sifat informasi yang dihilangkan dan alasan penghilangan
tersebut.

29
c. Unsur-Unsur Kualitas Laporan
Pernyataan standar pelaporan ketiga adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif,
meyakinkan, serta jelas, dan seringkas mungkin”.
(1) Tepat waktu
Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laboran hasil
pemeriksaan harus tepat waktu. Laporan yang dibuat dengan hati-hati
tetapi terlambat disampaikan, nilainya menjadi kurang bagi pengguna
laporan hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, pemeriksa harus
merencanakan penerbitan laporan tersebut secara semestinya dan
melakukan pemeriksaan dengan dasar pemikiran tersebut.
(2) Lengkap
Agar menjadi lengkap, laporan hasil pemeriksaan harus memuat semua
informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan
pemeriksaan, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal
yang dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil
pemeriksaan. Hal ini juga berarti bahwa laporan hasil pemeriksaan harus
memasukkan informasi mengenai latar belakang permasalahan secara
memadai.
(3) Akurat
Akurat berarti bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan
dengan tepat. Perlunya keakuratan didasarkan atas kebutuhan untuk
memberikan keyakinan kepada pengguna laporan hasil pemeriksaan
bahwa apa yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat diandalkan.
(4) Objektif
Objektivitas berarti penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi
dan nada. Kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang
tidak memihak, sehingga pengguna laporan hasil pemeriksaan dapat
diyakinkan oleh fakta yang disajikan.
(5) Meyakinkan
Agar meyakinkan, maka laporan harus dapat menjawab tujuan
pemeriksaan, menyajikan temuan, simpulan, dan rekomendasi yang logis.

30
Informasi yang disajikan harus cukup meyakinkan pengguna laporan
untuk mengakui validitas temuan tersebut dan manfaat penerapan
rekomendasi. Laporan yang disusun dengan cara ini dapat membantu
pejabat yang bertanggung jawab untuk memusatkan perhatiannya atas hal
yang memerlukan perhatian itu, dan dapat membantu untuk melakukan
perbaikan sesuai rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.
(6) Jelas
Laporan harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan
bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin. Penggunaan bahasa yang
lugas dan tidak teknis sangat penting untuk menyederhanakan penyajian.
Jika digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang tidak begitu
dikenal, maka hal itu harus didefinisikan dengan jelas dan akronim agar
digunakan sejarang mungkin.
(7) Ringkas
Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang dari yang
diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan yang
terlalu rinci dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan dapat
menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan dapat membingungkan
atau mengurangi minat pembaca. Pengulangan yang tidak perlu juga
harus dihindari. Meskipun banyak peluang untuk mempertimbangkan isi
laporan, laporan yang lengkap tetapi ringkas, akan mencapai hasil yang
lebih baik.
d. Penerbitan Dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan keempat adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang
untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku”.
Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada
pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

31
undangan. Namun dalam hal yang diperiksa merupakan rahasia negara maka
untuk tujuan keamanan atau dilarang disampaikan kepada pihak-pihak
tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan tersebut.
2.2.5 Standar Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu
a. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu
Hubungan Dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang
Ditetapkan Oleh IAI
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Standar Pemeriksaan
memberlakukan dua pernyataan standar pekerjaan lapangan perikatan/
penugasan atestasi SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
 Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional
bagi simpulan yang dinyatakan dalam laporan.
Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu berikut ini:
 Komunikasi Pemeriksa
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah:
“Pemeriksa harus mengomunikasikan informasi yang berkaitan dengan
sifat, saat, dan lingkup pengujian serta pelaporan yang direncanakan
atas hal yang akan dilakukan pemeriksaan, kepada manajemen entitas
yang diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan”.
Selama dalam tahap perencanaan pemeriksaan, pemeriksa harus
mengomunikasikan kepada entitas yang diperiksa dan atau pihak yang
meminta pemeriksaan tersebut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
sifat, saat, lingkup pengujian dan pelaporan, dan tingkat keyakinan yang
diharapkan serta kemungkinan adanya pembatasan atas laporan hasil
pemeriksaan yang dikaitkan dengan tingkat keyakinan untuk
mengurangi risiko salah interpretasi atas laporan hasil pemeriksaan.
 Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah:

32
“Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya
serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan
dengan hal yang diperiksa”.
Pemeriksa harus memperoleh informasi dari entitas yang diperiksa untuk
mengidentifikasi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
pemeriksaan dengan tujuan tertentu, atau studi lain yang sebelumnya
telah dilaksanakan yang berkaitan dengan hal yang diperiksa. Hal ini
dilakukan untuk mengidentifikasi tindak lanjut yang telah dilakukan
berkaitan dengan temuan dan rekomendasi yang signifikan. Dengan
memahami tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan, pemeriksa
dapat mengevaluasi hal yang diperiksa. Pemeriksa harus menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam menentukan: (1) periode yang harus
diperhitungkan, (2) lingkup pekerjaan pemeriksaan yang diperlukan
untuk memahami tindak lanjut temuan signifikan yang mempengaruhi
pemeriksaan, dan (3) pengaruhnya terhadap penilaian risiko dan
prosedur pemeriksaan dalam perencanaan pemeriksaan.
 Pengendalian internal
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah:
“Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam
bentuk eksaminasi dan merancang prosedur untuk mencapai tujuan
pemeriksaan, pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang memadai
tentang pengendalian intern yang sifatnya material terhadap hal yang
diperiksa”.
Dalam merencanakan suatu Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam
bentuk eksaminasi, pemeriksa harus memperoleh suatu pemahaman atas
pengendalian intern yang berkaitan dengan hal yang diuji yang bersifat
keuangan maupun nonkeuangan. Pengendalian internal tersebut terkait
dengan:
 Efektivitas dan efisiensi kegiatan, termasuk penggunaan sumber
daya entitas.

33
 Tingkat keandalan pelaporan keuangan, termasuk laporan
pelaksanaan anggaran dan laporan lain, baik untuk intern maupun
ekstern.
 Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pengamanan aktiva.
 Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan; kecurangan (fraud), serta
ketidakpatutan (abuse)
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan keempat adalah:
 Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam
bentuk eksaminasi, pemeriksa harus merancang pemeriksaan dengan
tujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi
kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundangundangan yang dapat berdampak material terhadap hal
yang diperiksa.
 Dalam merencanakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dalam
bentuk review atau prosedur yang disepakati, pemeriksa harus
waspada terhadap situasi atau peristiwa yang mungkin merupakan
indikasi kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan. Apabila ditemukan indikasi kecurangan
dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundangundangan yang secara material mempengaruhi hal yang
diperiksa, pemeriksa harus menerapkan prosedur tambahan untuk
memastikan bahwa kecurangan dan/atau penyimpangan tersebut
telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap hal yang
diperiksa.
 Pemeriksa harus waspada terhadap situasi dan/atau peristiwa yang
mungkin merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan,
dan apabila ditemukan indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan
terhadap pemeriksaan, pemeriksa harus menerapkan prosedur
tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan/atau

34
ketidakpatutan tersebut telah terjadi dan menentukan dampaknya
terhadap hasil pemeriksaan.
 Dokumentasi pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kelima adalah:
“Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi
pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi
pemeriksaan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai
hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa
dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung
pertimbangan dan simpulan pemeriksa”.
Bentuk dan isi dokumentasi pemeriksaan harus dirancang sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan kondisi masing-masing pemeriksaan.
Informasi yang dimasukkan dalam dokumentasi pemeriksaan
menggambarkan catatan penting mengenai pemeriksaan yang
dilaksanakan oleh pemeriksa sesuai dengan standar dan simpulan
pemeriksa. Kuantitas, jenis, dan isi dokumentasi pemeriksaan didasarkan
atas pertimbangan profesional pemeriksa.
b. Standar Pelaporan Pemeriksaan Untuk Tujuan Tertentu
Hubungan Dengan Standar Profesional Akuntan Publik Yang
Ditetapkan Oleh IAI
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, Standar Pemeriksaan
memberlakukan empat pernyataan standar pelaporan perikatan/penugasan
atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut:
 Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat
perikatan atestasi yang bersangkutan.
 Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi
disajikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang
dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur.
 Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan
tentang perikatan dan penyajian asersi.

35
 Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun
berdasarkan kriteria yang disepakati atau berdasarkan suatu perikatan
untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus berisi suatu
pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh
pihakpihak yang menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan pemeriksaan
dengan tujuan tertentu sebagai berikut:
 Pernyataan kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan”.
Pernyataan standar ini mengacu kepada Standar Pemeriksaan yang
berlaku, yang harus diikuti oleh pemeriksa selama melakukan
pemeriksaan. Jika pemeriksa tidak dapat mengikuti Standar
Pemeriksaan, pemeriksa dilarang untuk menyatakan demikian. Dalam
situasi demikian, pemeriksa harus mengungkapkan alasan tidak dapat
diikutinya standar tersebut dan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan.
 Pelaporan tentang kelemahan pengendalian intern, kecurangan,
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan serta
ketidakpatutan
Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua adalah:
Laporan Hasil Pemeriksaan dengan tujuan tertentu harus
mengungkapkan:
 Kelemahan pengendalian intern2 yang berkaitan dengan hal yang
diperiksa,
 Kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
termasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi,
pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yang
mengandung unsur tindak pidana yang terkait dengan hal yang
diperiksa,
 Ketidakpatutan yang material terhadap hal yang diperiksa”.

36
c. Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam
pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa
mengenai temuan dan simpulan serta tindakan koreksi yang direncanakan”.
Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil
pemeriksaan telah dibuat secara wajar, lengkap dan objektif adalah dengan
mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
pada entitas yang diperiksa. Tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
tidak hanya mencakup temuan dan simpulan yang dibuat oleh pemeriksa,
tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa harus memuat
tanggapan pejabat tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya.
d. Pelaporan informasi rahasia
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah:
“Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam
laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak
dilaporkannya informasi tersebut”.
Informasi tertentu dapat dilarang untuk diungkapkan kepada umum oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut mungkin hanya
dapat diberikan kepada pihak yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan mempunyai kewenangan untuk mengetahuinya. Situasi
lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat juga mengakibatkan
informasi tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil
pemeriksaan.

37
e. Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah:
“Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diperiksa, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang
untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak
yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2.3 Fungsi Standar Audit Sektor Publik


1 Mengikat auditor dengan etika profesi/kode etik auditor
2 Sebagai pedoman dan pegangan, sehingga kewajiban dan larangan dapat
dipenuhi dengan baik
3 Sebagai pengendali secara preventif terhadap kecurangan, ketidakjujuran dan
kelalaian.
4 Mendorong akuntan publik menggunakan kemahiran jabatanya (due
profesional care), menjaga kerahasiaan informasi/data yang diperoleh,
melakukan pengendalian mutu, dan bersikap profesional

2.4 Kerangka Pikir Standar Audit Sektor Publik


Secara kelembagaan, kerangkan pikir audit sektor publik terbagi menjadi :
1. Kerangka Kelembagaan
Pengangkatan dan kekuasaan auditor harus tercakup dalam Undang-Undang
Audit . Konsititusi dan undang-undang yang relevan menyediakan bagi
Presiden untuk menunjuk auditor umum dengan mandat untuk mengaudit
semua badan pemerintah.
2. Pengaturan Standar Audit
Auditor umum secara resmi harus mengadopsi Standar Audit INTOSAI dan
Standar Internasional tentang Audit yang diumumkan oleh Badan Audit

38
Internasional dan Jaminan Standar dari IFAC tersebut. Badan tersebut
merupakan praktik terbaik internasional untuk profesi audit, khususnya di
bidang-bidang seperti praktik audit mendasar sebagai berikut.
 Audit bukti
 Dokumentasi
 Audit materialitas
 Penipuan
 Audit kesalahan
 Audit pendapat
 Perencanaan audit
 Mengendalikan penilaian lingkungan
 Pengawas pekerjaan staf audit
3. Kode Etik
Auditor Umum harus mengadopsi Kode Etik INTOSAI, karena dianggap
pelengkap penting untuk Standar Audit INTOSAI. Sebuah kode etik adalah
pernyataan nilai dan prinsip-prinsip pekerjaan sehari-hari dari para auditor.
Lembaga Agung telah mengadopsi Kode Etik IFAC yang dikeluarkan Etik
Akuntan Profesional maupun Kode Etik INTOSAI.
4. Akuntabilitas BPK
Lembaga Rencana Pembangunan dalam memperkuat Kantor Auditor Umum
dengan membantu dalam desain laporan tahunan yang dibutuhkan oleh UU
Keuangan Publik. Laporan ini akan memberika account objektif, seimbang,
mudah dipahami kegiatan dan prestasinya, dan memberikan transparansi
dalam proses akuntabilitas
5. Kemandirian
Undang-Undang Audit harus memberikan kemerdekaan yang efektif kepada
Auditor Umum sebagaimana prinsip inti dari kemandirian SAI yang
ditetapkan INTOSAI, kemandirian tersebut, antara lain :
 Independensi Kepala SAI termasuk keamanan kepemilikan dan
kekebalan hukum dalam melaksanakan tugas normal mereka.
 Kewajiban untuk melaporkan

39
 Kebebasan untuk menentukan isi dan waktu laporan SAI dan untuk
menerbitkan dan menyebarkan mereka.
 Otonomi keuangan dan manajerial dan ketersediaan manusia yang tepat,
materi, dan sumber daya moneter.
6. Kualifikasi dan keterampilan auditor
Peningkatan pendidikan diperlukan untuk menetapkan standar yang
diperlukan untuk pelatihan dan pendidikan. Kualitas pendidikan akuntansi
dan audit serta pengaturan pelatihan seharusnya memenuhi kebutuhan
akuntansi modern dan manajemen keuangan.
7. Pelatihan
Kantor Auditor Umum tidak memiliki fasilitas dasar untuk pelatihan, dan
penelitian pengembangan. Palatihan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
klien yang semakin bervariatif mengikuti perkembangan zaman yang semakin
maju dan inovasi, untuk mendukung metodologi audit, dan akuntansi
internasional dan standar audit.
8. Kompetensi audit
9. Jaminan kuallitas
Standar Pemeriksa Keuangan Negara (SPKN) memiliki peran penting
dalam pelaksanaan tugas BPK yaitu sebagai patokan atau arahan per tahapan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara bagi pemeriksa.
Penggunaan SPKN dalam pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas informasi
yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan
dan pengujian buktu secara objektif. Selanjutnnya pelaksanaan pemeriksaan dan
pelaporan hasil pemeriksaan sesuai SPN maka hasil pemeriksaan tersebut dapat
mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
bahkan pengambilan keputusan penyelenggara negara. SPKN berlaku bagi semua
pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan dan fungsi
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pengelolaan keuangan negara.
SPKN berlaku bagi BPK dan Akuntan Publik atau pihak lainya yang
melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab negara untuk dan
atas BPK. SPKN Berisi tentang persyaratan profesional pemeriksa, mutu

40
pelaksanaan pemeriksaan dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional.
Penerapan SPKN dalam pemeriksaan dilakukan dengan mekanisme pengumpulan
bukti dan pengujian bukti secara objektif. Hasil ini memberikan manfaat yaitu
peningkatan mutu pengelolaan keuangan negara, pemenuhan tanggung jawab
keuangan negara, dan pengambilan keputusan oleh penyelenggara negara.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran SKPN


Sumber: Audit Sektor Publik Pemeriksaan Pertanggungjawaban Pemerintahan
(Bastian, 2014)

2.5 Objek Audit Sektor Publik


Tiga jenis organisasi/lembaga, yaitu :
a. Sektor komersial, yaitu bertujuan mencari laba.
b. Sektor publik, yaitu bertujuan murni nirlaba.
c. Kuasi sektor publik, yaitu tidak semata-mata mencari laba.
Seiring dengan perkembangan organisasi sektor publik, dan kuasi sektor
publik yang berfungsi untuk melayani publik, yang antara lain ditandai dengan
perkembangan perundangan tentang otonomi daerah dan prinsip perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan daerah; maka profesi akuntasi dan auditing sektor
publik ditantang untuk berkembang seiring tuntutan dilaksanakanya good
governance di segala bidang (Sumber: Murwanto, Rahmadi, 2006).

41
Standar Nomenklatur
Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar/akun buku besar yang ditetapkan dan
disusun secara sistemastis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan
anggaran, pertanggung jawaban dan pelaporan keuangan pemerintah pusat, serta
memudahkan pemeriksaan dan pengawasan (Sumber: SlideShare Online).
Tujuan penyusunan Nomenklatur :
a. Mengidentifikasi data akuntasi secara unik.
b. Meringkas data.
c. Mengklasifikasi rekening atau transaksi.
d. Menyampaikan makna tertentu.
Metode penyusunan Nomenklatur
a. Kode angka/huruf urut.
b. Kode angka blok.
c. Kode angka kelompok.
d. Kode angka desimal.
e. Kode angka urut didahului dengan referensi huruf.

2.6 Persiapan Pelaksanaan Standar Standar Audit Sektor Publik


2.6.1 Kesiapan Kapasitas Auditor
Pelatihan perlu diberikan pada para auditor untuk memenuhi standar umum
pemeriksaan yang pertama yang berbunyi “Pemeriksa secara kolektif harus
memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan”. Salah satu cara memenuhi standar tersebut adalah dengan
memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan (SPKN Paragraf 6 Standar
Umum).
Selain pendidikan berkelanjutan, BPK-RI juga harus memperhatikan
mekanisme pengendalian mutu audit yang telah disebutkan dalam SPKN pada
standar umum keempat yang berbunyi “Setiap organisasi pemeriksa yang
melakukan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem
pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus
direview oleh pihak lain yang kompeten (pengendali mutu eksternal)”.

42
2.6.2. Penentuan Format laporan
Perbandingan Isi Laporan Audit Kinerja di Beberapa Negara
No. Hatherly and AICPA (Ponder,
GAO (1974) ANAO (2003)
Parker (1988) 1984)
Pendahuluan
(meliputi tujuan, Laporan ringkas, Lingkup dan tujuan
1 Tujuan
lingkup, pendekatan jelas dan lengkap audit
dan prosedur)
Ringkasan daftar Temuan dan
2 Lingkup Audit Masalah
temuan kesimpulan
Bukti yang
Temuan dan
3 Prisedur Audit Rekomendasi mendukung temuan
kesimpulan
dan kesimpulan
Pendapat dan
Rincian dan data
4 Masalah rekomendasi Rekomendasi
pendukung
Auditor
Penekanan adanya
Penyebab dari
5 kemajuan daripada Komentar kritis
masalah
kritik
Masalah yang
Pencapaian dan memerlukan
6 Rekomendasi
kemajuan klien penelaahan lebih
lanjut
Pencapaian dan Pandangan pejabat
7 Kemajuan klien
kemajuan klien klien
Pandangan
Pandangan Lingkup dan tujuan
8 organisasi yang
pejabat klien audit
diaudit
Penggunaan
9
bahasa
Penyajian
10
laporan

43
Sedangkan di Indonesia ada Laporan Audit Kinerja dalam SAP dan
SPKN, berikut perbedaanya :
No. SAP (1995) SPKN (2007)
1 Tujuan, lingkup dan metodologi audit Pernyataan Standar Audit
Tujuan, lingkup dan metodologi
2 Hasil Audit
pemeriksaan
Temuan pemeriksaan, simpulan dan
3 Rekomendasi
rekomendasi
4 Pernyataan Standar Audit Tanggapan pejabat klien
Kepatuhan terhadap peraturan
5 Pelaporan informasi rahasia
perundang-undangan
Ketidakpatuhan dan penyalahgunaan
6
wewenang
7 Pelaporan perbuatan melanggar hukum
8 Pengendalian manajemen
9 Tanggapan pejabat klien
10 Hasil/prestasi kerja
Hal yang memerlukan penelaahan lebih
11
lanjut
12 Informasi istimewa dan rahasia

2.6.3. Penentuan Aturan Audit


Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum,
standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interprestasinya.
Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA). Dengan demikian, PSA merupakan penjabaran lebih
lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing (Sumber:
Wikipedia Online).
1. Ikatan Akuntan Indonesia
IAI berdiri tanggal 23 Desember 1957 oleh Prof. R. Soemardjo
Tjitrosidojo dan empat lulusan pertama FEUI Drs. Basuki T. Siddharta, Drs.
Hendra Dermawan, Drs. Tan Tong Joe dan Drs. Go Tie Siem.
2. IAI-Seksi Akuntan Publik (IAI-SAP)
30 tahun setelah berdirinya IAI, Drs. Theodorus M. Tuanakotta pada
tanggal 7 April 1977 membentuk Seksi Akuntan Publik (SAP) sebagai

44
wadah para akuntan publik di Indonesia untuk melaksanakan program-
program pengembangan akuntan publik.
3. IAI-Kompatemen Akuntan Publik (IAI-KAP)
Dalam Kongres IAI ke-VII Tahun 1994, anggota IAI sepakat untuk
memberikan hak otonomi kepada akuntan publik dengan mengubah Seksi
Akuntan Publik menjadi Kompatemen Akuntan Publik.
4. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Pada tanggal 24 Mei 2007 berdirilah Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri dengan
berbadan hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa
IAI-Kompartemen Akuntan Publik.
IAI diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International
Federation of Accountans (IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan
etika akuntan publik, sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta
oleh IFAC sebagaimana tercantum dalam Statement of Member Obligation
(SMO).
Pada tanggal 4 Juni 2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota
asosiasi yang pertama oleh IAI. Pada tanggal 5 Februari 2008, Pemerintah RI
melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI
sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwewenang melaksanakan
ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standara
profesional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program
pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia.

2.7 Contoh Standar Audit Sektor Publik


Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja menurut SPKN adalah
sebagai berikut:
1. StandarUmum
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang
memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan

45
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya.
c. Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil
pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan saksama.
d. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan harus memiliki system pengendalian mutu yang
memadai dan system pengendalian mutu tersebut harus di review oleh
pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal).
2. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja, meliputi :
a. Perencanaan
b. Supervisi
c. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan
d. Pengendalian manajemen
3. StandarPelaporan Audit Kinerja
a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk
mengkomunikasikan setiap hasil pemeriksaan.
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup :
 Penyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar
pemeriksaan;
 tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan;
 hasil pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan rekomendasi;
 tanggapanpejabat yang bertanggungjawab atas hasil pemeriksaan;
 pelaporan informasi rahasia apabila ada.
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif,
meyakinkan serta jelas dan seringkas mungkin.
d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diaudit, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas
yang diaudit, pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut
hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

46
GAGAS – Bab 1
Bab 1
Audit Pemerintah : Prinsip Dasar dan Etika

Pendahuluan
1.01 Konsep akuntabilitas penggunaan sumber daya publik dan otoritas
pemerintah adalah kunci untuk proses yang mengatur bangsa kita.
Manajemen dan pejabat dipercayakan dengan sumber daya publik yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi publik dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara efektif, efisien, ekonomis, etis, dan adil
dalam konteks batas-batas hukum dari program pemerintah tertentu.
1.02 Sebagaimana tercermin dalam hukum, peraturan, perjanjian, dan standar,
manajemen dan pejabat dari program pemerintah bertanggung jawab untuk
menyediakan informasi yang dapat dipercaya, berguna, dan tepat waktu
untuk transparansi dan akuntabilitas dari program ini dan operasi mereka. 1
Legislator, badan pengawasan, mereka yang dituduh dengan tata kelola, 2
dan kebutuhan publik untuk mengetahui apakah (1) manajemen dan pejabat
mengelola sumber daya pemerintah dan menggunakan otoritas mereka
dengan baik dan sesuai dengan hukum dan peraturan; (2) program
pemerintah mencapai tujuan mereka dan hasil yang diinginkan; dan (3)
pelayanan pemerintah yang diberikan secara efektif, efisien, ekonomis, etis,
dan adil.
1.03 audit pemerintah sangat penting dalam memberikan pertanggungjawaban
kepada anggota DPRD, badan pengawasan, mereka yang dituduh dengan
pemerintahan, dan masyarakat. audit 3 memberikan, obyektif, penilaian
nonpartisan independen dari kepengurusan, kinerja, atau biaya kebijakan
pemerintah, program, atau operasi, tergantung pada jenis dan lingkup audit.

Tujuan dan Penerapan GAGAS


1.04 Standar profesional dan bimbingan yang terkandung dalam dokumen ini,
sering disebut sebagai yang berlaku umum standar audit pemerintah (Gagas),
menyediakan kerangka kerja untuk melakukan audit berkualitas tinggi

47
dengan kompetensi, integritas, objektivitas, dan independensi. Standar-
standar ini adalah untuk digunakan oleh auditor entitas pemerintah dan
entitas yang menerima penghargaan pemerintah dan organisasi audit yang
melakukan Gagas audit. Secara keseluruhan, Gagas berisi standar untuk
audit, yang terdiri dari kebutuhan individu yang diidentifikasi oleh
terminologi seperti yang dibahas dalam paragraf 2.14 melalui 2.18. Gagas
berisi persyaratan dan berurusan bimbingan dengan etika, kemandirian,
penilaian auditor profesional dan kompetensi, kontrol kualitas, kinerja audit,
dan pelaporan.
1.05 Audit dilakukan sesuai dengan Gagas memberikan informasi yang digunakan
untuk pengawasan, akuntabilitas, transparansi, dan perbaikan program
pemerintah dan operasi. Gagas berisi persyaratan dan bimbingan untuk
membantu auditor dalam obyektif mendapatkan dan mengevaluasi cukup,
bukti yang tepat dan pelaporan hasil. Ketika auditor melakukan pekerjaan
mereka dengan cara ini dan mematuhi Gagas dalam melaporkan hasil, karya
mereka dapat mengarah ke pengelolaan pemerintah, pengambilan keputusan
yang lebih baik dan pengawasan, operasi yang efektif dan efisien, dan
akuntabilitas dan transparansi untuk sumber daya dan hasil.
1.06 Ketentuan hukum, peraturan, kontrak, perjanjian hibah, atau kebijakan sering
membutuhkan audit dilakukan sesuai dengan Gagas. Selain itu, banyak
auditor dan organisasi audit yang secara sukarela memilih untuk melakukan
pekerjaan mereka sesuai dengan Gagas. Persyaratan dan bimbingan dalam
Gagas berlaku untuk audit dari badan pemerintah, program, kegiatan, dan
fungsi, dan bantuan pemerintah dikelola oleh kontraktor, entitas nirlaba, dan
entitas non-pemerintah lain ketika penggunaan Gagas diperlukan atau
sukarela diikuti.
1.07 Ayat ini menjelaskan penggunaan istilah berikut di Gagas.
a. Istilah “auditor” seperti yang digunakan di seluruh Gagas
menggambarkan individu melakukan pekerjaan sesuai dengan Gagas
(termasuk audit dan pengesahan keterlibatan) terlepas dari jabatan. Oleh
karena itu, individu yang mungkin memiliki auditor judul auditor, analis,

48
praktisi, evaluator, inspektur, atau judul serupa lainnya dianggap di
Gagas.
b. Istilah “Audit organisasi” seperti yang digunakan di seluruh Gagas
mengacu pada organisasi pemerintah Audit serta akuntan publik atau
perusahaan lain yang melakukan audit dan pengesahan keterlibatan
menggunakan Gagas.
1.08 Sebuah organisasi audit yang dilakukan pemerintah dapat secara struktural
terletak di dalam atau di luar entitas yang diaudit. 5 organisasi audit yang
bersifat eksternal dengan entitas yang diaudit dan laporan kepada pihak
ketiga dianggap organisasi audit eksternal. Organisasi audit yang
bertanggung jawab kepada manajemen senior dan mereka yang dituduh
dengan tata kelola entitas yang diaudit, dan umumnya tidak mengeluarkan
laporan mereka kepada pihak ketiga eksternal untuk entitas yang diperiksa,
dianggap organisasi audit internal.
1.09 Beberapa organisasi audit yang dilakukan pemerintah merupakan hybrid
yang unik dari audit eksternal dan audit internal dalam peran pengawasan
mereka untuk entitas yang mereka mengaudit. Organisasi Audit ini memiliki
persyaratan pelaporan eksternal konsisten dengan persyaratan pelaporan
untuk auditor eksternal sementara pada saat yang sama menjadi bagian dari
instansi masing-masing. Organisasi Audit ini sering memiliki tanggung
jawab pelaporan ganda untuk badan legislatif mereka serta kepala badan dan
manajemen.

Prinsip-Prinsip Etika
1.10 Prinsip-prinsip etika yang disajikan dalam bagian ini memberikan dasar,
disiplin, dan struktur, serta iklim yang mempengaruhi penerapan Gagas.
Bagian ini menetapkan prinsip-prinsip dasar daripada menetapkan standar
tertentu atau persyaratan.
1.11 Karena audit ini penting untuk akuntabilitas pemerintah kepada publik,
publik mengharapkan organisasi audit dan auditor yang melakukan pekerjaan
mereka sesuai dengan Gagas untuk mengikuti prinsip-prinsip etika.
Manajemen organisasi audit yang menetapkan nada untuk perilaku etis di

49
seluruh organisasi dengan mempertahankan budaya etis, jelas berkomunikasi
perilaku yang dapat diterima dan harapan untuk setiap karyawan, dan
menciptakan lingkungan yang memperkuat dan mendorong perilaku etis di
seluruh tingkat organisasi. nada etis dipelihara dan ditunjukkan oleh
manajemen dan staf merupakan elemen penting dari lingkungan etika positif
bagi organisasi audit.
1.12 Melakukan pekerjaan audit sesuai dengan prinsip-prinsip etika adalah
masalah tanggung jawab pribadi dan organisasi. prinsip-prinsip etika berlaku
dalam melestarikan independensi auditor, 6 mengambil hanya pekerjaan
yang organisasi audit yang kompeten 7 untuk melakukan, melakukan
pekerjaan yang berkualitas tinggi, dan mengikuti standar yang berlaku
dikutip dalam laporan auditor. Integritas dan objektivitas dipertahankan
ketika auditor melakukan keputusan kerja dan membuat mereka yang
konsisten dengan kepentingan yang lebih luas dari yang mengandalkan
laporan auditor, termasuk masyarakat.
1.13 ketentuan etika atau kode etik profesional mungkin juga berlaku untuk
auditor yang melakukan audit sesuai dengan Gagas. Sebagai contoh, auditor
individu yang tergabung dalam organisasi profesional atau berlisensi atau
profesional bersertifikat juga harus mematuhi persyaratan etika organisasi-
organisasi profesional atau badan perizinan. Auditor dipekerjakan oleh
entitas pemerintah juga dapat dikenakan hukum dan peraturan etika
pemerintahan.
1.14 Prinsip-prinsip etika yang memandu pekerjaan auditor yang melakukan audit
sesuai dengan Gagas adalah
a. kepentingan umum;
b. integritas;
c. objektivitas;
d. penggunaan yang tepat dari informasi pemerintah, sumber daya, dan
posisi; dan
e. perilaku profesional.

50
Kepentingan Publik
1.15 Kepentingan publik didefinisikan sebagai kolektif kesejahteraan masyarakat
dari orang-orang dan entitas auditor melayani. Mengamati integritas,
objektivitas, dan independensi dalam melaksanakan tanggungjawab
professional mereka membantu auditor dalam memenuhi prinsip melayani
kepentingan umum dan menghormati kepercayaan publik. Prinsip-prinsip ini
merupakan dasar bagi tanggung jawab auditor dan kritis dalam lingkungan
pemerintah.
1.16 Tanda yang membedakan dari auditor adalah penerimaan tanggung jawab
untuk melayani kepentingan publik. Tanggung jawab ini sangat penting
ketika audit dilingkungan pemerintah. GAGAS mewujudkan konsep
akuntabilitas untuk sumber daya publik, yang merupakan dasar untuk
melayani kepentingan publik.

Integritas
1.17 Kepercayaan publik kepada pemerintah dipertahankan dan diperkuat oleh
auditor melaksanakan tanggung jawab profesional mereka dengan integritas.
Integritas meliputi auditor melakukan pekerjaan mereka dengan sikap yang
objektif, berdasarkan fakta, non partisan, dan non ideologi berkaitan dengan
entitas yang diaudit dan pengguna laporan audit. Dalam batasan hukum
kerahasiaan yang berlaku, peraturan, atau kebijakan, komunikasi dengan
entitas yang diaudit, mereka yang dituduh dengan pemerintahan, dan
individu atau kontrak untuk meminta audit diharapkan, untuk bersikap jujur,
dan konstruktif.
1.18 Membuat keputusan yang konsisten dengan kepentingan umum dari
program atau kegiatan dibawah audit merupakan bagian penting dari prinsip
integritas. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesional mereka, auditor
mungkin menghadapi tekanan yang saling bertentangan dari manajemen dari
entitas yang diaudit, berbagai tingkat pemerintahan, dan pengguna
kemungkinan lainnya. Auditor juga mungkin mengalami tekanan untuk
melanggar prinsip-prinsip etis tidak tepat mencapai keuntungan pribadi atau
organisasi. Dalam menyelesaikan konflik itu dan tekanan, bertindak dengan

51
integritas,berarti bahwa auditor tempat prioritas pada tanggung jawab
mereka untuk kepentingan publik

Objektivitas
1.19 Kredibilitas audit di sektor pemerintah didasarkan pada objektivitas auditor
dalam melaksanakan tanggung jawab professional mereka. Objektivitas
termasuk menjadi independen dari pikiran dan penampilan saat memberikan
tugas audit dan pengesahan, menjaga sikap ketidakberpihakan, memiliki
kejujuran intelektual. Mempertahankan objektivitas meliputi penilaian
berkelanjutan hubungan dengan entitas yang diaudit dan pemangku
kepentingan lainnya dalam konteks tanggung jawab auditor kepada publik.
Konsep objektivitas dan independensi yang erat kaitannya. Gangguan
kemerdekaan dapat mengganggu objektivitas.

Penggunaan tepat pada informasi pemerintah, sumber daya dan posisi


1.20 Informasi pemerintah, sumber daya, dan posisi yang akan digunakan untuk
tujuan resmi dan tidak tepat untuk keuntungan pribadi auditor atau dengan
cara yang bertentangan dengan hukum atau merugikan kepentingan yang sah
dari entitas yang diaudit atau organisasi audit. Konsep ini mencakup
penanganan yang tepat dari informasi sensitif atau rahasia atau sumber daya.
1.21 Dalam lingkungan pemerintah, hak publik untuk menciptakan transparansi
informasi pemerintah harus seimbang dengan penggunaan yang tepat dari
informasi tersebut. Selain itu banyak program pemerintah yang tunduk
kepada hukum dan peraturan yang berhubunagn dengan pengungkapan
informasi. Untuk mencapai keseimbangan ini, kebijaksaan dalam
penggunaan informasi yang diperoleh dalam menjalankan tugas auditor
merupakan bagian penting dalam mencapai tujuan ini, benar
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga bukan merupakan
praktik yang dapat diterima.
1.22 Sebagai pertanggung jawaban profesional, akuntabilitas kepada publik untuk
penggunaan yang tepat dan manajer bijaksana sumber daya pemerintah
merupakan bagian penting dari tanggung jawab auditor. Melindungi dan

52
melestarikan sumber daya pemerintah dan menggunakan mereka secara
tepat untuk kegiatan resmi merupakan elemen penting dalam ekspektasi
publik untuk auditor.
1.23 Menyalahgunakan posisi auditor untuk keuntungan pribadi melanggar
tanggung jawab mendasar auditor. Kredibilitas auditor dapat rusak oleh
tindakan yang bias dirasakan oleh pihak ketiga yang objektif dangan
pengetahuan tentang informasi yang relevan dengan benar menguntungkan
kepentingan pribadi auditor keuangan atau orang-orang dari anggota
keluaraga langsung atau dekat, mitra umum, sebuah organisai dimana
auditor berfungsi sebagai pejabat, direktur, wall amanat atau karyawan, atau
organiasai dengan mana auditor sedang bernegosiasi mengenai kerja dimasa
depan.

Tingkah laku professional


1.24 Harapan yang tinggi untuk profesi audit meliputi kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan, dan menghindari setiap perilaku yang mungkin
mendiskreditkan kerja, termasuk tindakan-tindakan yang akan menyebabkan
pihak ketiga yang objektif dengan pengetahuan tentang informasi yang
relevan untuk menyimpulkan bahwa auditor-auditor bekerja secara
professional kekurangan. Perilaku profesioanl termasuk auditor
menempatkan sebagainya upaya jujur dalam pelaksanaan tugas dan layanan
profesional sesuai dengan standar teknis dan professional yang relevan.

Standar Lapangan dalam Audit Pemerintah – INTOSAI


0.1 Tujuan dari standar lapangan adalah untuk menetapkan kriteria atau
keseluruhan untuk langkah-langkah sistematis dan terarah seimbang atau
tentang tindakan auditor harus mengikuti. Langkah-langkah dan tindakan
mewakili aturan penelitian auditor, sebagai pencari bukti audit, menerapkan
untuk mencapai hasil yang spesifik.
0.2 Standar lapangan menetapkan kerangka kerja untuk melakukan dan
mengelola pekerjaan audit. Mereka terkait dengan standar audit umum, yang
menetapkan persyaratan dasar untuk melaksanakan tugas-tugas yang

53
tercakup oleh standar lapangan. Mereka juga terkait dengan standar
pelaporan, yang meliputi aspek komunikasi audit, sebagai hasil dari
melaksanakan standar lapangan merupakan sumber utama untuk isi pendapat
atau laporan.
0.3 Standar bidang berlaku untuk seluruh tipe audit yang:
a. Auditor harus merencanakan audit dengan cara menjamin bahwa audit
berkualitas tinggi dilakukan dengan cara yang ekonomis, efisien dan
efektif, dan pada waktu yang tepat
b. Kerja staf audit pada setiap tingkat dan tahap audit harus benar diawasi
selama audit, dan pekerjaan terdokumentasi harus ditinjau oleh anggota
senior staf audit
c. Auditor, dalam menentukan luas dan ruang lingkup audit, harus
mempelajari dan mengevaluasi keandalan pengendalian internal
d. Dalam melakukan keteraturan (keuangan) audit, pengujian harus dibuat
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Auditor harus
merancang langkah-langkah dan prosedur audit untuk memberikan
keyakinan memadai kesalahan mendeteksi, penyimpangan, dan tindakan
illegal yang dapat memiliki efek langsung dan material terhadap jumlah
laporan keuangan atau hasil audit keuangan. Auditor juga harus
menyadari kemungkinan tindakan illegal yang dapat memiliki efek
langsung dan material terhadap laporan keuangan atau hasil dari audit
keteraturan. Dalam melakukan audit kinerja, penilaian harus terbuat dari
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku bila diperlukan
untuk memenuhi tujuan audit. Auditor harus merancang audit untuk
memberikan keyakinan memadai untuk mendeteksi tindakan illegal yang
secara signifikan dapat mempengaruhi tujuan audit. Auditor juga harus
waspada terhadap situasi atau transaksi yang biasa menjadi indikasi
tindakan illegal yang mungkin memiliki efek langsung pada hasil audit.
Setiap indikasi bahwa ketidakteraturan, tindakan penipuan, illegal atau
kesalahan mungkin terjadi yang dapat berdampak material terhadap audit
harus menyeabkan auditor untuk memperpanjang prosedur untuk
mengkonfirmasi atau menghilangkan kecurigaan tersebut.

54
Audit keteraturan merupakan aspek penting dari audit pemerintah. Salah
satu tujuan penting yang jenis audit memberikan kepada SAI adalah
untuk memastikan, dengan segala cara diletakkan di pembuangan,
bahwa anggaran negara dan rekening yang lengkap dan valid. Ini akan
memberikan parlemen dan pengguna lain dari laporan audit dengan
jaminan tentang ukuran dan pengembangan kewajiban keuangan negara.
Untuk mencapai tujuan ini SAI akan memeriksa rekening dan laporan
keuangan pemerintah dengan maksud untuk memastikan bahwa semua
operasi telah dilakukan dengan benar, lengkap, berlalu, dibayar, dan
terdaftar. Prosedur audit biasanya mengahasilkan, dengan tidak adanya
ketidakteraturan, dalam pemberian sebuah “debit”.
e. Kompeten, bukti yang relevan dan masuk akal harus diperoleh untuk
mendukung pertimbangan auditor dan kesimpulan mengenai organisai,
program, kegiatan, atau fungsi dibawah pemeriksa
f. Dalam keteraturan (keuangan) audit, dan jenis-jenis audit yang berlaku,
auditor harus menganalisis laporan keunagan untuk menentukan apakah
standar akuntansi dapat diterima untuk pelaporan keuangan dan
pengungkapan dipatuhi. Analisis laporan keuangan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga secara rasional diperoleh untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan.

1. Perencanaan
1.1 Standar bidang termasuk:
Auditor harus merencanakan audit dengan cara yang menjamin audit
berkualitas tinggi dilakukan dengan cara yang ekonomis, efisien dan efektif,
dan pada waktu yang tepat.
1.2 SAI harus memberikan prioritas untuk setiap tugas audit yang harus
dilakukan oleh hukum dan menilai prioritas untuk daerah diskresioner dalam
mandat SAI
1.3 Didalam perencanaan audit, audit seharusnya:
a. Mengidentifikasi aspek-aspek penting dari lingkungan dimana entitas
yang diaudit beroperasi

55
b. Mengembangkan pemahaman tentang hubungan akuntabilitas
c. Mempertimbangkan bentuk, isi dan pengguna opini audit, kesimpulan
atau laporan
d. Menentukan tujuan audit dan tes yang diperlukan untuk bertemu dengan
mereka
e. Mengidentifikasi sistem manajemen kunci dan control serta
melaksanakan penilaian awal untuk mengidentifikasi baik kekuatan dan
kelemahan mereka
f. Menentukan materialitas hal-hal yang herus dipertimbangkan
g. Meninjau audit internal dari entitas yang diaudit dan program kerjanya
h. Menilai tingkat ketergantungan yang mungkin ditempatkan pada auditor
lain, misalnya audit internal
i. Menentukan pendekatan audit yang paling efisien dan efektif
j. Memberikan review untuk menentukan apakah tindakan yang tepat telah
diambil pada temuan audit dan rekomendasi dilaporkan sebelumnya
k. Menyediakn dokumentasi yang sesuai dengan rencana audit dan untuk
lapangan yan diusulkan.
1.4 Langkah-langkah perencanaan berikut biasanya disertakan dalam audit:
a. Mengumpulkan informasi tentang entitas yang diaudit dan organisai
dalam rangka untuk menilai risiko dan menentukan materialitas
b. Menentukan tujuan dan ruang lingkup audit
c. Melakukan analisis awal untuk menentukan pendekatan yang akan
diadopsi dan sifat serta tingkat pertanyaan yang akan dibuat kemudia
d. Menyoroti masalah-masalah khusus yang diramalkan saat merecakan
audit
e. Menyiapkan anggaran dan jadwal audit
f. Mengidentifikasi kebutuhan staf dan tim untuk audit, dan
g. Membiasakan entitas yang diaudit tentang ruang lingkup, tujuan dan
kriteria penilaian audit dan mendiskusikan dengan mereka seperlunya.
SAI dapat merevisi rencana selama audit bila diperlukan
2. Pengawasan dan Telaah
2.1 Standar Lapanagan adalah:

56
Pekerjaan staf audit pada setiap tingkat dan tahap audit harus benar diawasi
selama audit, dan pekerjaan terdokumentasi harus ditinjau oleh anggota
senior staf audit
Paragraph berikut menjelaskan pengawasan dan telaah sebagai standar audit:
2.2 Pengawasan sangat penting untuk menjamin pemenuhan tujuan audit dan
pemeliharaan kualitas pekerjaan audit. Pengawasan yang tepat dan kontrol itu
perlu dalam semua kasus, terlepas dari kompetensi auditor individu
2.3 Pengawasan harus diarahkan baik untuk substansi dan metode audit, ini
memastikan bahwa:
a. Para anggota tim audit memiliki pemahaman yang jelas dan konsisten
dari rencana audit
b. Audit yang dilakukan sesuai dengan standar audit dan praktik dari SAI
c. Rencana audit dan langkah-langkah tindakan yang ditetapkan dalam
rencana yang diikuti kecuali variasi yang berwenang
d. Kertas kerja mengandung bukti memadai yang mendukung semua
kesimpulan, rekomendasi, dan opini
e. Auditor mencapai tujuan audit telah ditetapkan, dan
f. Laporan audit meliputi kesimpulan audit, rekomendasi, dan opini yang
sesuai
2.4 Semua pekerjaan audit harus ditinjau oleh anggota staf audit senior sebelum
pendapat audit atau laporan diselesaikan ini harus dilakukan karena meruakan
bagian dari kemajuan audit. Ulasan membawa lebih dari satu tingkat
pengalaman dan pertimbangan untuk tugas audit dan harus memastikan
bahwa:
a. Semua evaluasi dan kesmipulan berdasarkan logika dan didukung oleh
kompetensi, bukti audit yang relevan dan masuk akal sebagai dasar untuk
opini audit akhir atau laporan
b. Semua kesalahan, kekuarangan, dan hal-hal yang tidak biasa telah
diidentifikasi, didokumentasikan dan baim memuaskan diselesaikan atau
dibawa ke perhatian seorang perwia SAI lebih senior

57
c. Perubahan dan perbaikan yang diperlukan untuk pelaksanaan audit masa
depan diidentifikasi, dicatat dan diperhitungkan dalam rencana audit
kemudian dan dalam kegiatan pengembangan staf.
2.5 Standar ini beroperasi secara berbeda dalam SAI dan diselenggrakan
perguruan tinggi. Dalam struktur seperti keputusan, kecuali yang bersifat
rutin, diambil secara perguruan tinggi pada tingkat yang sesuai dengan
pentingnya masalah ini. Seperti entitas, secara keseuruhan, memutuskan pada
ruang lingkup pemeriksaan, pengujian yang akan dilakukan dan metode yan
akan digunakan.
3. Studi dan Evaluasi Pengendalian Internal
3.1 Standar lapangan meliputi:
Auditor, dalam menentukan luas dan ruang lingkup audit, harus mempelajari
dan mengevaluasi keandalan pengendalian internal (lihat 0.3c ayat).
Paragraf berikut menjelaskan pengendalian internal sebagai standar audit.
3.2 Penelitian dan evaluasi pengendalian intern harus dilakukan sesuai dengan
jenis audit yang dilakukan. Dalam kasus audit (keuangan) keteraturan, studi
dan evaluasi yang dilakukan terutama pada kontrol yang membantu dalam
menjaga aset dan sumber daya, dan menjamin keakuratan dan kelengkapan
catatan akuntansi. Dalam kasus keteraturan (kepatuhan) audit, studi dan
evaluasi yang dilakukan terutama pada kontrol yang membantu manajemen
dalam mematuhi undang-undang dan peraturan. Dalam kasus audit kinerja,
mereka dibuat pada kontrol yang membantu dalam menjalankan bisnis dari
entitas yang diaudit secara ekonomis, efisien dan efektif, memastikan
kepatuhan terhadap kebijakan manajemen, dan menghasilkan informasi
keuangan dan manajemen yang tepat waktu dan dapat diandalkan.
3.3 Tingkat studi dan evaluasi pengendalian intern tergantung pada tujuan audit
dan tingkat ketergantungan yang dimaksudkan.
3.4 Di mana akuntansi atau sistem informasi yang terkomputerisasi, auditor harus
menentukan apakah pengendalian internal berfungsi dengan baik untuk
memastikan integritas, kehandalan dan kelengkapan data.

58
4. Kepatuhan dengan hukum dan peraturan yang berlaku
4.1 Standar lapangan meliputi:
Dalam melakukan keteraturan (keuangan) audit, tes harus dibuat kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Auditor harus merancang
langkah-langkah dan prosedur audit untuk memberikan keyakinan memadai
kesalahan mendeteksi, penyimpangan, dan tindakan ilegal yang dapat
memiliki efek langsung dan material terhadap jumlah laporan keuangan atau
hasil audit keteraturan. Auditor juga harus menyadari kemungkinan tindakan
ilegal yang dapat memiliki efek langsung dan material terhadap laporan
keuangan atau hasil dari audit keteraturan.
Dalam melakukan audit kinerja, penilaian harus terbuat dari kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku bila diperlukan untuk memenuhi
tujuan audit. Auditor harus merancang audit untuk memberikan keyakinan
memadai untuk mendeteksi tindakan ilegal yang secara signifikan dapat
mempengaruhi tujuan audit. Auditor juga harus waspada terhadap situasi
atau transaksi yang bisa menjadi indikasi tindakan ilegal yang mungkin
memiliki efek langsung pada hasil audit. Audit keteraturan merupakan aspek
penting dari audit pemerintah. Salah satu tujuan penting yang jenis audit
memberikan kepada SAI adalah untuk memastikan, dengan segala cara
diletakkan di pembuangan, bahwa anggaran Negara dan rekening yang
lengkap dan valid. Ini akan memberikan Parlemen dan pengguna lain dari
laporan audit dengan jaminan tentang ukuran dan pengembangan kewajiban
keuangan Negara. Untuk mencapai tujuan ini SAI akan memeriksa rekening
dan laporan keuangan pemerintah dengan maksud untuk memastikan bahwa
semua operasi telah dilakukan dengan benar, lengkap, berlalu, dibayar dan
terdaftar. Prosedur Audit biasanya menghasilkan, dengan tidak adanya
ketidakteraturan, dalam pemberian sebuah "debit" (lihat paragraf 0.3d).
Paragraf berikut menjelaskan kepatuhan sebagai standar audit.
4.2 Meninjau kepatuhan terhadap hukum dan peraturan sangat penting ketika
audit program pemerintah karena pengambil keputusan perlu tahu apakah
hukum dan peraturan yang sedang diikuti, apakah mereka memiliki hasil yang
diinginkan, dan, jika tidak, apa revisi yang diperlukan. Organisasi pemerintah

59
Selain itu, program, layanan, kegiatan, dan fungsi yang diciptakan oleh
hukum dan tunduk pada aturan yang lebih spesifik dan peraturan.
4.3 Perencanaan audit tersebut perlu mengetahui persyaratan kepatuhan yang
berlaku untuk entitas yang diaudit. Karena undang-undang dan peraturan
yang berlaku untuk audit tertentu sering banyak, auditor harus melakukan
penilaian yang profesional dalam menentukan hukum-hukum dan peraturan
yang mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap tujuan audit.
4.4 Auditor juga harus waspada terhadap situasi atau transaksi yang bisa menjadi
indikasi tindakan ilegal yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil
audit. Ketika pemeriksaan langkah-langkah dan prosedur menunjukkan
bahwa tindakan ilegal memiliki atau mungkin telah terjadi, auditor harus
menentukan sejauh mana tindakan-tindakan mempengaruhi hasil audit.
4.5 Dalam melakukan audit sesuai dengan standar ini, auditor harus memilih dan
melakukan langkah-langkah audit dan prosedur yang, dalam penilaian
profesional mereka, sesuai dalam situasi. Langkahlangkah audit yang ini dan
prosedur harus dirancang untuk memperoleh bukti yang cukup, kompeten,
dan relevan yang akan memberikan dasar memadai untuk penilaian dan
kesimpulan.
4.6 Umumnya, manajemen bertanggung jawab untuk membangun sistem
pengendalian internal yang efektif untuk memastikan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan. Dalam merancang langkah-langkah dan prosedur untuk
menguji atau menilai kepatuhan, auditor harus mengevaluasi pengendalian
internal entitas dan menilai risiko bahwa struktur kontrol tidak mungkin
mencegah atau mendeteksi ketidakpatuhan.
4.7 Tanpa mempengaruhi independensi SAI, auditor harus berhati-hati dan
profesional karena kehati-hatian dalam memperluas langkah-langkah audit
dan prosedur relatif terhadap tindakan ilegal agar tidak mengganggu
penyelidikan potensial di masa depan atau proses hukum. Perawatan karena
akan mencakup berkonsultasi dulu dengan penasihat hukum yang tepat dan
organisasi penegak hukum yang berlaku untuk menentukan langkah-langkah
audit dan prosedur yang harus diikuti.

60
5. Bukti audit
5.1 Standar lapangan meliputi
Kompeten, bukti yang relevan dan masuk akal harus diperoleh untuk
mendukung pertimbangan auditor dan kesimpulan mengenai organisasi,
program, kegiatan atau fungsi di bawah pemeriksaan (lihat paragraf 0.3e).
Paragraf berikut menjelaskan bukti audit sebagai standar audit.
5.2 Temuan audit, kesimpulan dan rekomendasi harus didasarkan pada bukti.
Karena auditor jarang memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan semua
informasi tentang entitas yang diaudit, sangat penting bahwa pengumpulan
data dan teknik pengambilan sampel secara hati-hati dipilih. Ketika komputer
berbasis sistem data merupakan bagian penting dari audit dan keandalan data
yang sangat penting untuk mencapai tujuan audit, auditor perlu untuk
memuaskan diri sendiri bahwa data yang dapat diandalkan dan relevan.
5.3 Auditor harus memiliki pemahaman yang baik teknik dan prosedur seperti
inspeksi, penyelidikan pengamatan, dan konfirmasi, untuk mengumpulkan
bukti audit. The SAI harus memastikan bahwa teknik yang digunakan cukup
untuk cukup mendeteksi semua kesalahan kuantitatif material dan
penyimpangan.
5.4 Dalam pendekatan memilih dan prosedur, pertimbangan harus diberikan
kepada kualitas bukti, yaitu, bukti harus kompeten, relevan dan masuk akal.
5.5 Auditor memadai harus mendokumentasikan bukti audit dalam kertas kerja,
termasuk dasar dan tingkat perencanaan, pekerjaan yang dilakukan dan
temuan audit.
5.6 Dokumentasi yang cukup penting karena beberapa alasan. Ini akan:
(a) mengonfirmasi dan mendukung pendapat auditor dan laporan;
(b) meningkatkan efisiensi dan efektivitas audit;
(c) berfungsi sebagai sumber informasi untuk pembuatan laporan atau
menjawab setiap pertanyaan dari entitas yang diaudit atau dari pihak lain;
(d) berfungsi sebagai bukti kepatuhan auditor dengan Standar Auditing;
(e) memfasilitasi perencanaan dan pengawasan;
(f) membantu pengembangan profesional auditor;

61
(g) membantu untuk memastikan bahwa pekerjaan yang didelegasikan telah
memuaskan dilakukan, dan
(h) memberikan bukti pekerjaan yang dilakukan untuk referensi di masa
mendatang.
5.7 Auditor harus diingat bahwa isi dan susunan kertas kerja mencerminkan
derajat, pengalaman kemampuan auditor dan pengetahuan. Kertas kerja harus
cukup lengkap dan rinci untuk memungkinkan auditor yang berpengalaman
tidak memiliki hubungan sebelumnya dengan audit selanjutnya untuk
memastikan dari mereka pekerjaan apa yang dilakukan untuk mendukung
kesimpulan.

6. Analisis Laporan Keuangan


6.1 Standar lapangan meliputi
Dalam keteraturan (keuangan) audit, dan jenis-jenis analisis laporan
keuangan bertujuan memastikan adanya hubungan yang diharapkan dalam
dan di antara berbagai elemen laporan keuangan, mengidentifikasi setiap
hubungan yang tak terduga dan setiap kecenderungan yang tidak biasa.
6.2 Auditor karena itu harus benarbenar menganalisis laporan keuangan dan
memastikan apakah:
(a) Laporan keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi yang
diterima;
(b) laporan keuangan disajikan dengan pertimbangan karena keadaan dari
entitas yang diaudit;
(c) pengungkapan yang memadai disajikan tentang berbagai elemen laporan
keuangan, dan
(d) berbagai elemen laporan keuangan secara benar dievaluasi, diukur dan
disajikan.
6.3 Metode dan teknik analisis keuangan tergantung untuk tingkat besar pada
lingkup, sifat dan tujuan audit, dan pada pengetahuan dan penilaian auditor.
6.4 Di mana SAI wajib melaporkan pelaksanaan undang-undang anggaran, audit
harus mencakup:

62
(a) untuk rekening pendapatan, memastikan apakah prakiraan adalah dari
anggaran awal, dan apakah audit pajak dan bea direkam, dan penerimaan
diperhitungkan, bisa dilakukan dibandingkan dengan laporan keuangan
tahunan dari kegiatan yang diaudit;
(b) untuk rekening pengeluaran, kredit verifikasi untuk membantu anggaran,
hukum dan penyesuaian, untuk carryovers, laporan keuangan tahun
sebelumnya.

SNA 2008
D. Neraca-neraca
1. Pendahuluan
2.73 Melalui penjelasan pada bagian B dan C di atas, maka semuaMelalui
penjelasan pada bagian B dan C di atas, maka semua flow dan stock dapat
dicatat dalam bentuk neraca. Masing-masing neraca terkait dengan aspek
tertentu dari perilaku ekonomi. Neraca berisi flow atau stock, dan
menunjukkan isian untuk unit institusi, sekelompok unit seperti sektor
tertentu, atau luar negeri. Pada umumnya isian pada neraca tidak
seimbang secara konseptual, sehingga item penyeimbang harus
digunakan. Item penyeimbang merupakan suatu ukuran yang bermakna
bagi kinerja ekonomi. Bila dihitung untuk keseluruhan ekonomi, item
penyeimbang menjadi suatu agregat yang berarti.
2.74 Neraca dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni:
a. Neraca ekonomi terintegrasi
b. Bagian lain dalam struktur neraca.
2.75 Neraca ekonomi yang terintegrasi menggunakan tiga unsur yang pertama
di dalam SNA seperti digambarkan pada bagian B (unit dan sektor
institusi; transaksi; aset; dan kewajiban) bersama dengan konsep neraca
luar negeri membentuk suatu rangkaian neraca termasuk rangkaian neraca
yang lengkap untuk sektor institusi baik secara terpisah atau bersamaan,
sektor luar negeri, dan total ekonomi. Serangkaian neraca lengkap
digambarkan dengan singkat di bawah ini. Uraian lengkap dari setiap
neraca dibahas pada bab 6-13. Neraca luar negeri dijelaskan pada bab 26.

63
2.76 Bagian lain dari sistem neraca menggunakan tiga unsur dasar yang juga
dibahas pada bagian B yaitu establishmen, produk, dan tujuan, demikian
halnya dengan penduduk dan tenaga kerja. Neraca yang dicakup termasuk
kerangka kerja tabel penyediaan dan penggunaan yang merupakan pokok
bahasan pada bab 14; tabel penduduk dan tenaga kerja yang dijelaskan
pada bab 19; analisis tiga dimensi dari transaksi finansial serta stock aset
dan kewajiban finansial yang menunjukkan hubungan antar sektor
dijelaskan pada bab 27; serta analisis fungsional di mana transaksi tertentu
dari sektor institusi ditampilkan sesuai tujuan analisis. Seluruhnya itu ada
di dalam sejumlah bab termasuk bab 14.
2.77 Bagian berikut ini membahas:
a. Rangkaian neraca lengkapSajian tentang neraca terintegrasi, termasuk
neraca
b. barang dan jasa, neraca luar negeri, serta perolehan
agregat SNA;
c. Bagian lain dari struktur neraca.
2. Rangkaian neraca lengkap
2.78 Sebelum menyajikan rangkaian neraca yang lengkap untuk unit dan sektor
institusi, beberapa keterangan pendahuluan mungkin akan berguna.
Tujuan dari sub-bagian ini adalah menjelaskan struktur neraca SNA
secara umum, bukan untuk menunjukkan secara tepat dari isian di neraca
masing-masing unit atau sektor. Dalam SNA digunakan struktur neraca
yang seragam. Struktur tersebut diterapkan pada semua unit institusi, sub-
sektor, sektor, ataupun total ekonomi. Namun beberapa neraca mungkin
tidak relevan untuk sektor tertentu. Demikian juga tidak semua transaksi
relevan untuk masing-masing sektor, dan ketika relevan kemungkinan
sebagai sumber untuk beberapa sektor dan sebagai penggunaan untuk
sektor lain.
Tabel Neraca produksi
Penggunaan Sumber
Konsumsi antara Output

64
Nilai tambah
2.79 Catatan lain terkait dengan cara mengklasifikasi transaksi yang digunakan
bila menyajikan struktur neraca. Bagian B hanya menunjukkan kategori
utama transaksi, tidak rinci seperti yang ditunjukkan pada bab-bab yang
relevan. Namun untuk membuat neraca menjadi jelas, maka perlu
memasukkan sejumlah transaksi yang spesifik. Hal ini
dilakukan dengan menggunakan klasifikasi transaksi SNA pada level
cukup rinci untuk dapat memahami neraca. Definisi transaksi tidak
dijelaskan pada bagian ini kecuali bila diperlukan, tetapi muncul pada
bab-bab berikutnya.
2.80 Selain itu, adalah perlu mencatat item penyeimbang agar dapat dinyatakan
dalam bentuk bruto atau neto, perbedaannya ada pada konsumsi barang
modal tetap. Secara konseptual item penyeimbang neto jauh lebih berarti.
Namun, konsep bruto khususnya agregat bruto digunakan secara luas, dan
neraca bruto lebih mudah diestimasi, lebih tepat dan lebih cepat
dibandingkan neraca neto. Untuk mengakomodasi kedua solusi, serta
memudahkan penyajian neraca yang terintegrasi dan menyeluruh,
penjelasan lengkap tentang item penyeimbang dianggap perlu.
2.81 Akhirnya, dapat dikatakan bahwa rangkaian neraca lengkap menunjukkan
sktruktur neraca SNA, dan bukan merupakan format baku untuk
mempublikasikan hasilnya.

65
Peraturan Menteri Keuangan
No. 91/PMK.05/2007
Tanggal 30 Agustus 2007

KELOMPOK AKUN NERACA


Kelompok Neraca
Akun Aset
1 Aset
11 Aset Lancar
12 Investasi Jangka Panjang
13 Aset Tetap
14 Dana Cadangan
15 Aset Lainnya
Akun Kewajiban
2 Kewajiban
21 Kewajiban Jangka Pendek
22 Kewajiban Jangka Panjang
Akun Ekuitas Dana
3 Ekuitas Dana
31 Ekuitas Dana Lancar
32 Ekuitas Dana Investasi
33 Ekuitas Dana Cadangan
KELOMPOK AKUN REALISASI PENDAPATAN
Kelompok Pendapatan
4 Pendapatan Perpajakan
41 Pendapatan Pajak Dalam Negeri
42 Penerimaan Negara Bukan Pajak
43 Penerimaan Hibah

66
KELOMPOK AKUN REALISASI BELANJA
Kelompok Pengeluaran
Belanja Negara
51 Belanja Pegawai
52 Belanja Barang
53 Belanja Modal
54 Belanja Pembayaran Kewajiban Utang
55 Belanja Subsidi
56 Belanja Hibah
57 Belanja Bantuan Sosial
58 Belanja Lain-Lain
Kelompok Transfer ke Daerah
Transfer ke Daerah
61 Transfer Dana Perimbangan
62 Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

KELOMPOK AKUN REALISASI PEMBIAYAAN


Kelompok Pembiayaan
Pembiayaan
71 Penerimaan Pembiayaan
72 Pengeluaran Pembiayaan

KELOMPOK AKUN REALISASI NON ANGGARAN


Kelompok Non Anggaran

Non Anggaran
81 Penerimaan Non Anggaran
82 Pengeluaran Non Anggaran

67
BAB III
PENUTUP

3.3 Kesimpulan
Audit terhadap sektor publik sangat diperlukan karena instansi pemerintaha
rentan akan permasalah korupsi, kolusi serta rendahnya tingkat efisiensi dan
efektifitas yang mampu ditunjukan oleh pemerintah. Audit terhadap sektor publik
harus memiliki standar yang jelas dan tegas agar dipatuhi oleh instansi
pemerintah. Pengawasan pelaksanaa terhadap audit sektor publik harus lebih
ditingkatkan untuk memperoleh perbaikan dalam kualitas audit terhadap sektor
publik dan tentu hal ini akan mengakibatkan meningkatnya kualitas laporan
keuangan pemerintah yang lebih bertanggung jawab.
Sebagai auditor BPK, ketika menjalankan audit kepada instansi pemerintah
harus tetap berpegang teguh pada prinsip indepensinya, dan sehingga ikut
berperan tanggung jawab memeganng kepercayaan dari masyarakat, dan berdasar
pada standar sehingga dapat mencerminkan sebagai badan yang taat pada aturan
dan sesuai prosedur yang berlaku.

3.4 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi acuan untuk mengenal lebih banyak
mengenai standar audit sektor publik yang ada di Indonesia maupun
Internasional, dan dapat membedakaan diantara berbagai standar tersebut.
Didalam saran ini kami juga berharap agar para pembaca bisa menggali ilmu
pengetahuan sedalam-dalamnya. Tidak hanya membaca pada satu sumber saja
namun lebih banyak mencari tahu dari berbagai sumber, karena dari makalah ini
pun masih keterbatasan sumber bacaan. Dengan ilmu pengetahuan yang kita
miliki akan menjadikan kita sebagai orang yang mempunyai derajat tinggi di
mata Allah SWT.

68
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik Pemeriksaan Pertanggungjawaban


Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.

69

Anda mungkin juga menyukai