Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2020


UNIVERSITAS PATTIMURA

WANITA 30 TAHUN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Oleh:

Fadilah M. Agun

NIM. 2018-84-019

Pembimbing :

Dr. dr. Yusuf Huningkor, Sp.PD, K-KV,FINASIM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan kasus sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit dalam
dengan judul “Wanita 30 tahun dengan Demam Berdarah Dengue”.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan laporan kasus ini telah
banyak pihak yang turut membantu sehingga laporan kasus dapat diselesaikan
dengan baik. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepad
Dr. dr. Yusuf Huningkor, Sp.PD, K-KV,FINASIM

selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan


arahan bagi penulis selama penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan


laporan kasus ini, untuk itu kritik dan saran penulis harapkan guna kesempurnaan
referat ini kedepannya. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Sekian dan terima kasih.

Ambon, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I LAPORAN KASUS.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

iii
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. NU
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : pegawai swasta
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Poka
No. RM : 15.54.98
Tanggal MRS : 12 Januari 2020
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis (ibu kandung pasien)
a. Keluhan Utama :
Demam ± 5 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan :
Nyeri kepala, mual-muntah, lemas, dan gatal-gatal
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak ± 5 hari SMRS. Demam
dirasakan sepanjang hari, diakui timbul mendadak dan semakin tinggi.
Keluhan disertai menggigil dan nyeri kepala yang terasa seperti diremas-
remas, diakui muncul bersamaan dengan mulai dirasakannya demam.
Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala pun dirasakan terus-menerus dan
diakui semakin memberat terutama pada siang hari, yang juga disertai
mual dan muntah setiap kali pasien makan dan minum. Pasien juga
mengeluhkan lemas, serta gatal di daerah dada dan punggung yang
dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu dan diakui bertambah gatal pada pagi
hari dan apabila pasien terpapar suhu dingin. Penurunan napsu makan (+),
BAB terakhirnya adalah saat 5 hari yang lalu, BAK diakui lancar.

1
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Maag (-), pasien belum pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga :


keluhan yang sama tidak dialami keluarga pasien
e. Riwayat Kebiasaan : hygiene baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 Desember 2019.
a. Keadaan umum : Sakit sedang
b. Status Gizi : Baik
c. Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
d. Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 101 x/m
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 39,30 C
e. Kepala :
- Bentuk Kepala : Normocephali
- Simetris Wajah : Simetris
- Rambut : Hitam, pendek, distribusi merata
f. Mata :
- Bola mata : Eksoftalmus/endoftalmus (-/-)
- Gerakan : Bisa ke segala arah, strabismus (-/-)
- Kelopak mata : Xanthelasma (-/-), edema (-/-)
- Konjungtiva : Anemis (-/-), ikterus (-/-)
- Kornea : Injeksi siliaris (-/-), sikatrik kornea (-/-)
- Pupil : Isokor (3 mm/3 mm), reflex cahaya langsung
(+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+).

2
g. Telinga :
- Aurikula : Tofus(-/-), sekret (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-),
nyeri tekan tragus (-/-)
- Pendengaran : Kesan normal
- Proc. mastoideus : Nyeri tekan (-/-)
h. Hidung :
- Cavum Nasi : Lapang (-/-), sekret (-/-), darah (-/-), krusta (-/-)
i. Mulut :
- Bibir : Mukosa kering (-),sianosis (-),stomatitis (-),
perdarahan (-)
- Tonsil : T1/T1 tenang, hiperemis (-)
- Faring : Sulit dievaluasi
- Gusi : Perdarahan (-)
- Lidah : atrofi papil lidah (-), kandidiasis oral (-)
j. Leher
- Kelenjar getah bening : Pembesaran (-)
- Kelenjar tiroid : Ukuran kesan normal, permukaan licin, konsistensi
kenyal, nyeri tekan (-)
- JVP : 5-2 cmH2O
- Pembuluh darah : Spider navi (-)
- Kaku kuduk : Negatif
- Tumor : Tidak ada
k. Dada
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tampak adanya papul
eritematous (+/+)
- Bentuk : Normochest
- Pembuluh darah : Spider naevi (-),
- Buah dada : Simetris kiri = kanan, tanda radang (-)
- Sela iga : Pelebaran (-), retraksi (-)

3
l. Paru
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
- Palpasi : Fremitus raba simetris kiri dan kanan, nyeri tekan
(-)
- Perkusi : Sonor, batas paru hepar di ICS V, batas paru
belakang kanan vertebra torakalis X, batas paru belakang kiri vertebra
torakalis XI
- Auskultasi : Bunyi napas dasar vesikuler, bunyi tambahan ronki basah
halus pada daerah apeks hingga medial paru sinistra.

m. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi :Batas jantung kanan di ICS III-IV linea
parasternalis dextra, pinggang jantung di ICS III parasternal sinistra
batas kiri jantung di ICS V linea mid clavicularis sinistra.
- Auskultasi : Bunyi jantung I, II regular, murmur sistolik (-),
gallop (-)
n. Perut
- Inspeksi : Datar, striae (-),
- Auskultasi : Bising usus (+) normal 9x/menit
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)

4
o. Alat Kelamin :
Tidak dilakukan pemeriksaan.
p. Anus dan Rectum :
Tidak dilakukan pemeriksaan.
q. Punggung :
- Inspeksi : papul eritematous (+/+)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Nyeri ketok CVA (-/-)
- Auskultasi : Bunyi napas dasar vesikuler, bunyi tambahan ronki
(-), Wheezing (-)
r. Ekstremitas :
- Inspeksi : Sianosis (-), tanda radang (-), ulkus (-), tampak
adanya papul eritematous pada tangan
- Palpasi : Akral hangat (+), pembesaran kelenjar getah
bening aksila dan inguinal (-), Edema (-) pada kedua tungkai.
- Rumple Leed test : (+)

5
Gambar papul eritematous pada punggun dan dada

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Darah Rutin
Eritrosit : 4,37. 106 L Neutrofil : 74,4 %
Hb : 13.6 g/dl Limfosit : 10.1 %
HCT : 39.2 % Monosit : 11,5 %
MCV : 90 um3 Eosinofil : 23.2 %
MCH : 31.2 pg Basofil : 1,3 %
MCHC : 34.8 g/dl
Trombosit : 81000/mm3
Leukosit : 3200/mm3
b. Kimia darah
GDS : 115 mg/dl SGOT : - mg/dl
Ureum : - mg/dl SGPT : - mg/dl
Creatinin : - mg/dl

V. DIAGNOSIS
- Demam Dengue
- Dyspepsia
- Pruritus Papul Eritematous

6
VI. RENCANA PENGOBATAN
- IVFD RL 20 tpm
- Drip Paracetamol 1g/ IV
- Inj. Ranitidin 2x1 amp /IV

VII. FOLLOW UP

Tanggal S O A P
13/1/2020 - Nyeri kepala  TTV - demam Dengue - IVFD RL 30 tpm
(H+2) - Muntah 2x, mual TD : 110/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone 2 x 1
- pruritus papul
- gr/iv
S : 37,20 C eritematous
- Inj. Ondansentron (2x1
amp/iv
N : 62 x/mnt regular
- Inj. Ranitidine 2x1
RR : 20 x/menit ampul/iv
- Parasetamol 3x500 /po
SpO2 : 99%

Periksa darah (Hb,


hematokrit, trombosit /12
 Pemfis
jam, periksa malaria)
Pada bagian dada
punggung serta
ektremitas masih
terdapat papul Hasil :
eritematous
Hb: 12,8 g/dl

Hematokrit: 37,4%

Trombosit : 28000

14/1/2020 - Mual (+), nyeri  TTV demam Dengue - IVFD RL 24 tpm


(H+3) kepala TD : 110/80 mmHg - Inj. Ceftriaxone 2 x 1
- pruritus papul
gr/iv \
S : 36,30 C eritematous
- Inj. Omeprazole 2 x 40
mg/iv
N : 78 x/mnt regular
- Inj. Ondansentron 2x1
RR : 20 x/menit ampul/iv
- Parasetamol 3x500 mg
SpO2 : 96%
Periksa (Hb, Hematokrit,
Trombosit /12 jam ),

7
 Pemfis periksa NS 1, IgG, IgM
Pada bagian dada
punggung serta
ektremitas masih
terdapat papul
eritematous

Rumple leed (+) > 20


petekie

Hasil lab Hasil tgl 14/1/2010(pagi)

Hb: 14,5 g/dl

Ht : 45,7%

Trombosit : 35000

NS1 : positif (+)

IgG : Negatif (-)

IgM: Negatif (-)

Hasil tgl 14/1/2020 (malam)

Hb: 14,5 g/dl

Ht : 40,6%

Trombosit : 31000

-
15/01/2020 - Nyeri kepala  TTV - DBD - IVFD RL 24 tpm
(H+4) berkurang TD : 100/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone 2 x 1
- Muntah gr/iv \
S : 37,00 C
berkurang - Inj. Omeprazole 2 x 40
- Batuk tidak ada mg/iv
N : 76 x/mnt regular
lendir - Inj. Ondansentron 2x1
- Belum BAB 2 hri RR : 20 x/menit ampul/iv
- - Parasetamol 3x500 mg
SpO2 : 97%
- kapsul batuk 3x1
- imboost force 1x1 tab
periksa darah
 Pemfis (Hb,Ht,Trombosit)

Papul eritema sudah

8
mulai berkurang.

hasil lab : pagi

Hb: 11,8 g/dl

Ht : 36,6%

Trombosit : 40000

Hasil lab malam :

Hb: 12,8 g/dl

Ht : 36,8%

Trombosit : 51000

16/01/2020 - nyeri kepala (-) se  TTV - DBD - IVFD RL 16 tpm


(H+5) - belum BAB 3 TD : 100/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone 2 x 1
hari gr/iv \
- muntah S : 36,70 C - Inj. Omeprazole 2 x 40
berkurang mg/iv
N : 80 x/mnt regular
- batuk berkurang - Inj. Ondansentron 2x1
RR : 20 x/menit ampul/iv
- Parasetamol 3x500 mg
SpO2 : 98%
- kapsul batuk 3x1
imboost force 1x1 tab

 Pemfis
Papul eritema sudah periksa darah
mulai berkurang. (Hb,Ht,Trombosit)

Hasil lab : pagi

Hb: 11,8 g/dl

Ht : 34,6%

Trombosit : 69000

Hasil lab malam :

9
Hb: 12,8 g/dl

Ht : 37,3%

Trombosit : 122000

17/1/2020 - keadaan umum  TTV - DBD - IVFD RL 16 tpm


(H+6) mulai membaik TD : 110/70 mmHg - Inj. Ceftriaxone 2 x 1
- obstipasi gr/iv \
S : 36,80 C - Inj. Omeprazole 2 x 40
mg/iv
N : 87 x/mnt regular
- Domperidone 3x1 tab
RR : 20 x/menit - kapsul batuk 3x1
-imboost forte 1x1 tab
SpO2 : 98%
-aff infus
-obat oral dilanjutkan
-dulcolax supp 1x1
 Pemfis
periksa darah
Papul eritema sudah
(Hb,Ht,Trombosit)
mulai berkurang.
besok pulang

Hasil lab 17/1/2020

Hb: 11,7 g/dl

Ht : 35,0%

Trombosit : 134000

18/01/2020 - keadaan umum  TTV : - DBD - Imboost forte 1x1 tab


TD : 120/70 mmHg
(H+7) membaik - Dulcolax supp
- 0
S : 36,5 C - Domperidone 3x1 tab
- Kapsul batuk 3x1 cap
N : 83 x/mnt regular

RR : 20 x/menit

SpO2 : 98%

PASIEN PULANG

BAB II
PEMBAHASAN

10
Demam dengue
Demam dengue adalah demam yang paling sering dijumpai pada
kelompok usia anak-anak, remaja dan dewasa. Secara umum demam dengue
merupakan suatu kondisi demam akut, yang kadang-kadang memiliki pola bifasik
dan disertai sakit kepala hebat, mialgia, athralgia, ruam di kulit, leukopenia dan
trombositopenia. Meskipun sebenarnya demam dengue merupakan suatu kondisi
yang tidak berbahaya, namun hal ini dapat menyebabkan penderita tidak dapat
beraktivitas akibat sakit kepala yang hebat, nyeri otot, persendian dan tulang
(break-bone fever), khususnya pada orang dewasa. Kadang-kadang muncul
perdarahan yang tidak khas seperti perdarahan gastrointestinal, hipermenore, serta
epistaksis masif.

Demam berdarah dengue


Demam berdarah dengue (DBD) lebih sering terjadi pada anak-anak usia
di bawah 15 tahun pada area hiperendemik, dan hal ini berkaitan dengan infeki
dengue berulang. Namun demikian insidensinya pada orang dewasa juga
meningkat. DBD memiliki ciri berupa demam tinggi dengan onset akut dengan
gejala dan tanda yang mirip dengan gejala dan tanda demam dengue di fase awal.

11
Pada DBD dapat dijumpai adanya kelainan dalam perdarahan misalnya, uji
tourniquet (rumple leed) positif, petekiae, lebam-lebam serta perdarahan saluran
cerna pada kasus yang lebih berat. Di akhir fase demam, terdapat ancaman
terjadinya syok hipovolemik (sindroma syok dengue) akibat adanya kebocoran
plasma.

Kriteria Diagnosa Klinis DBD/SSD


Manifestasi klinis
 Demam : dengan onset akut, demam tinggi dan berlangsung terus menerus, lamanya demam
kebanyakan dua hingga tujuh hari.

 Terdapat satu dari manifestasi perdarahan berikut : uji torniquet positif (paling sering),
petekie, purpura (pada area pengambilan sampel darah vena) , ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis dan/atau melena

 Hepatomegali dapat dijumpai pada 90-98% anak-anak.

 Syok, dengan manifestasi takikardia, perfusi jaringan yang buruk dengan pols yang lemah
serta tekanan nadi yang sempit ( < 20 mmHg ) atau hipotensi yang disertai dengan akral
dingin dan lembab dan atau gelisah.

Laboratorium
 Trombositopenia ( < 100.000 / mm3 )

 Hemokonsentrasi : hematokrit meningkat > 20% dari baseline pasien tersebut atau populasi
dengan usia sama.

Diagnosis DBD ditegakan dengan dua kriteria klinis pertama ditambah


trombositopenia dan hemokonsentrasi atau peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan kasus yang dipaparkan diatas, didapatkan anamnesis yaitu pasien
demam sudah kurang lebih 5 hari, demam yang dirasakan hilang timbul dan
pasien juga merasakan mual muntah, nyeri kepala dan lemas. Selain itu, dari
pemeriksaan fisik dijumpai adaanya petekie, pupura atau bintik-bintik kemerahan
pada daerah ektremitas, dada dan juga punggung pasien. Pasien juga dilakukan tes
torniquet dan hasilnya postitif (+), ditemukan petekie yang muncul <20 di bagian
lengan pasien. Untuk lebih memastikan lagi perlu dilakukan pemeriksaan

12
penunjang pada pasien untuk mengetahui jumlah trombosit dan hematokrit terkait
dengan kebocoran plasma.

Pada DBD yang ringan, seluruh gejala dan tanda klinis akan berkurang
setelah demam turun. Hilangnya demam akan diikuti oleh berkeringat serta sedikit
perubahan pada kecepatan nadi dan tekanan darah. Perubahan ini mencerminkan
adanya gangguan sirkulasi yang bersifat sementara sebagai akibat dari kebocoran
plasma yang relatif ringan. Pasien biasanya akan sembuh secara spontan ataupun
setelah pemberian terapi cairan dan elektrolit.

Meskipun DBD dapat terjadi pada pasien mengalami infeksi virus


dengue untuk pertama kalinya, sebagian besar kasus DBD terjadi pada pasien
dengan infeksi sekunder. Hubungan antara terjadinya DBD / SSD dan dengue
pada infeksi sekunder berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh dalam
patogenesis DBD. Baik imunitas bawaan seperti sistem komplemen dan sel NK
serta imunitas didapat termasuk humoral dan imunitas yang dimediasi sel terlibat
dalam proses ini Peningkatan aktivasi imunologi, khususnya pada infeksi
sekunder, menyebabkan respon sitokin yang berlebihan mengakibatkan perubahan
permeabilitas vaskular. Selain itu, produk virus seperti NS1 mungkin memainkan
peran dalam regulasi aktivasi komplemen dan permeability vaskular.

Nilai laboratorium yang ditemukan pada DBD

13
a. Sel darah putih (WBC) bisa dijumpai normal atau dengan dominasi neutrofil
di fase demam awal. Setelah itu, ada penurunan jumlah darah putih sel dan
neutrofil, mencapai titik nadir menjelang akhir fase demam. Perubahan total
jumlah sel darah putih (≤5000 sel / mm3) dan rasio neutrofil ke limfosit
(Neutrofil <limfosit) berguna untuk memprediksi masa kritis kebocoran
plasma. Ini merupkan temuan yang mendahului trombositopenia atau
peningkatan hematokrit. Limfositosis relatif dengan peningkatan limfosit
atipikal umumnya diamati pada akhir fase demam dan dalam masa
pemulihan.
Pada kasus ditemukan sel darah putih (Leukosit) juga dijumapi
menurun pada hari ke-1 dan ke-2 perawatan , serta rasio Neutrofil < Limfosit
ditemukan pada hari perawatan ke 2 dengan neutrofil (23,4%) dan limfosit
(67.0%). Bgitu juga pada hari perawatan ke-3 neutrofil ditemukan (18,9%)
dan limfosit (70,5%).

b. Hitung jumlah trombosit normal selama fase demam awal. Penurunan ringan
bisa diamati sesudahnya. Penurunan tiba-tiba trombosit di bawah 100 000
terjadi pada akhir dari fase demam sebelum timbulnya syok atau penurunan
demam. Jumlah hitung trombosit berkorelasi dengan keparahan DBD .
pada kasus jumlah trombosit pasien 81000 pada hari 1 perawatan.
Setelah itu dilakukan pengecekan trombosit tiap 12 jam dan hari ke-2 sampai
hari ke-3 trombosit pasien masih rendah . baru setelah hari perawatan ke-5
perlahan trombosit mulai meningkat menjadi 122000 dan sampai hari ke-6
trombosit pasien sudah menjadi 134000/mm3.

c. Hematokrit dijumpai normal pada fase demam awal. Sedikit peningkatan


mungkin karena demam tinggi, anoreksia dan muntah. Kenaikan mendadak
hematokrit diamati secara bersamaan atau segera setelah penurunan jumlah
trombosit. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit 20% dari awal,
misalnya dari hematokrit 35% sampai ≥42% adalah bukti obyektif kebocoran
plasma.
Uji Diagnostik dan Fase dari Infeksi Dengue

14
Viremia akibat dengue biasanya berlangsung singkat, biasanya terjadi 2-3 hari
sebelum timbulnya demam kemudian masa penyakit berlangsung selama empat
sampai tujuh hari. Selama periode ini virus dengue, asam nukleat dan beredar antigen
virus dapat dideteksi
Respon antibodi terhadap infeksi terdiri dari kemunculan berbagai jenis
imunoglobulin; dan IgM dan IgG merupakan imunoglobulin memiliki nilai diagnostik
pada dengue. Antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari 3-5 setelah mulai sakit, naik
cepat sekitar dua minggu dan selanjutnya menurun hingga tingkat yang tidak
terdeteksi setelah 2-3 bulan. Antibodi IgG dapat dijumpai pada kadar yang rendah
hingga akhir minggu pertama, kemudian meningkatk secara tetap bertahap dan dapat
bertahan untuk jangka yang panjang (selama bertahun-tahun). Karena munculnya
antibodi IgM ini cukup lambat, yaitu setelah lima hari sejak timbulnya demam, uji
serologis ini biasanya memberikan hasil negatif selama lima hari pertama sejak
pasien mulai sakit.

Pemeriksaan ini menggunakan perangkat sederhana untuk mendeteksi adanya


anibodi dengue IgM dan IgG secara cepat (15 menit). Namun tingkat akurasinya
masih belum tervalidasi. Kemungkinan positif palsu dapat terjadi akibat reaksi silang

15
dengan antigen flavivirus lain, malaria, leptospira, ataupun kelainan imun seperti
SLE. Pada pasien hasil pemeriksaan IgM dan IgG negatif (-).

Deteksi antigen virus : merupakan glikoprotein yamg diproduksi oleh semua


flavivirus (NS1). Antigen NS1 muncul di hari pertama gejala penyakit dan
menghilang di hari ke 5-6. Oleh karena itu, tes NS1 bisa dijadikan sarana untuk
diagnostik yang lebih cepat. Pada hari ke-3 perawatan dilakukan pemeriksaan NS1
pada pasien dan hasilnya positif (+).

A. Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD. Prinsip terapi utama adalah terapi
suportif. Pemeliharaan cairan sirkulasi merupakan hal terpenting dalam
penanganan kasus DBD. Asupan cairan, terutama melalui oral, harus
dipertahankan. Jika tidak bisa, maka diperlukan suplemen cairan melalui jalur
intravena.1,4 Menurut WHO 2009, berdasarkan manifestasi klinis dan kondisi
lainnya, pasien dapat dibagi tiga kategori: rawat jalan (kelompok A),
membutuhkan penanganan di rumah sakit/rawat inap (kelompok B), dan
membutuhkan penanganan emergensi atau urgensi (kelompok C ).

Kelompok-A

Pasien yang termasuk dalam kelompok ini adalah yang dapat dimotivasi
untuk minum secara adekuat, masih dapat berkemih setidaknya sekali tiap enam
jam, dan tidak mempunyai warning signs, khususnya saat demam mereda.

Kelompok-B

Pasien harus dirawat inap untuk observasi ketat, khususnya pada fase
kritis. Kriteria rawat pasien DBD adalah:5

1. Adanya warning signs


2. Terdapat tanda dan gejala hipotensi: dehidrasi, tidak dapat minum,
hipotensi postural, berkeringat sedikit, pingsan, ekstremitas dingin.

16
3. Perdarahan
4. Gangguan organ: ginjal, hepar (hati membesar dan nyeri walaupun tidak
syok), neurologis, kardiak (nyeri dada, gangguan napas, sianosis).
5. Adanya peningkatan Ht, efusi pleura, atau asites
6. Kondisi penyerta: hamil, DM, hipertensi, ulus peptikum, anemia
hemolitik, overweight/ obese, bayi, dan usia tua
7. Kondisi sosial: tinggal sendiri, jauh dari pelayanan kesehatan tanpa
transpor memadai.
Pada pasien tanpa warning signs, hal berikut harus dilakukan:

 Motivasi minum. Jika tidak bisa, mulai infus intravena dengan NS 0,9%
atau RL dengan atau tanpa dekstrosa dengan dosis pemeliharaan. Untuk
pasien obese atau overweight digunakan dosis sesuai berat ideal. Berikan
volume minimum untuk memelihara perfusi dan urine output selama 24-
48 jam.
 Pasien harus dimonitor: temperatur, asupan dan keluaran cairan, urin
output (volume dan frekuensi), warning signs, hematokrit, leukosit, dan
trombosit. Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan sesuai indikasi.

Kelompok-C

 Pasien membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi apabila


mengalami DBD berat untuk memudahkan akses intensif dan transfusi
darah. Resusitasi cairan dengan kristaloid isotonik secepatnya sangat
penting untuk menjaga volume ekstravaskular saat periode kebocoran
plasma atau larutan koloid pada keadaan syok hipotensi. Pantau nilai Ht
sebelum dan sesudah resusitasi.

Tatalaksana DBD pada pasien


Pada terapi diberikan :
1. IVFD RL

17
Resusitasi awal cairan diberikan infus kristaloid 20 tetes/menit dalam 1 jam
(4cc/kgBB ) untuk mengkoreksi adanya peningkatan hematokrit ≥ 20 %
2. Paracetamol drip 1 gram/IV kemudian dilanjutkan dengan parasetamol
tablet 3 x 500 mg
3. Ondansentron 2x1 amp/IV kemudian dilanjutkan dengan Domperidon 3 x
10 mg untuk mengatasi gejala mual
Selain itu pasien juga mengeluh batuk dan sulit BAB sehingga ditambhkan obat-
obatan untuk mengatasi keluhan psien seperti kapsul batuk 3x1 cap dan dulcolax supp
1x1 (m)

Prognosis
Prognosis pasien “dubia ad bonam “ ditetapkan berdasarkan karena pasien masuk
dengan DBD tanpa manifestasi perdarahan yang diharapkan dengan pengamatan
klinis dan laboratorium di RS, dapat ditatalaksana dengan baik. Adapaun kriteria
untuk dapat memulangkan pasien :
Kriteria untuk pemulangan pasien
- Tidak adanya demam selama setidaknya 24 jam tanpa menggunakan terapi
anti-demam.
- Nafsu makan membaik.
- Perbaikan klinis Terlihat
- Jumlah produksi urine memuaskan.
- Minimal 2-3 hari telah berlalu setelah sembuh dari shock
- Tidak ada gangguan pernapasan akibat efusi pleura dan tidak ada ascites.
- Jumlah trombosit lebih dari 50 000 / mm3. Jika tidak, pasien dapat dianjurkan
untuk menghindari kegiatan traumatis setidaknya 1-2 minggu hingga
trombosit menjadi normal. Pada kebanyakan kasus yang kompleks, trombosit
meningkat normal dalam waktu 3-5 hari.
Pasien pada kasus diizinkan pulang oleh dokter pda hari perawatan ke-7 dikarenakan
perbaikan klinis dan DBD sudah tertangani dengan baik serta memunhi kriteria
pemulangan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Franciscus Ginting,dkk. Pedoman Diagnostik Dan Tatalaksana Infeksi


Dengue Dan Demam Berdarah Dengue Menurut Pedoman Who 2011.
Universitas Sumatera Utara. 2013.

2. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue.


Dalam: Sudoyo, A. et.al. (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI, 2009.p.2773-9.
3. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tata Laksana Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Dirjen Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, 2004.
4. Situation update of dengue in the SEA Region, 2007 diunduh dari
www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_dengue-SEAR-2008.pdf
5. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam
Berdarah Dengue. Medicines 2009:22;1.
6. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. World
Health Organization, 2009. Diunduh dari
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241547871_eng.pdf
7. Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. 2nd
edition. Geneva : World Health Organization. 1997. Diunduh dari
http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication/en/p
rint.html
8. Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in
Small Hospitals. 1999. diunduh dari
http://www.searo.who.int/LinkFiles/Dengue_Guideline-dengue.pdf
9. Infections Caused by Arthropod- and Rodent-Borne Viruses. In: Braunwald,
et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw Hill
Companies, 2008.

19
10. Anonim. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Sastroasmoro S, et.al.
(editor). Panduan Pelayanan Medis. Jakarta: RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo, 2007.p.156-7.
11. Fact Sheet on Dengue and Dengue haemorrhagic fever. World Health
Organization Sudan, 2005. Diunduh dari
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
12. World Health Organization. Dengue Fever. Diunduh dari
www.emro.who.int/sudan/pdf/cd_trainingmaterials_dengue.pdf

13. Estuningtyas A, Arif A. Obat Lokal. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,


Nafrialdi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi
dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2007. P.522

20

Anda mungkin juga menyukai