Anda di halaman 1dari 3

Di susun oleh

Nama : Virgo Mandala Putra

Prodi : S1 Keperawatan

NIM : 2019.C.11a.1033

Dosen pengajar.Kristi na.S.Kep.Ners

Pengkajian
Tujuan Pengkajian

Dengan mengkaji asuhan keperawatan penyakit Faringitis Streptokokus untuk dapat


mengetahui serta memahami asuhan keperawatan faringitis streptokokus.

1. Identitas Klien

Nama : Agisanto

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Sudah menikah

Umur : 34 Tahun

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : Diploma 3

Alamat : Jalan hiu putih

Tanggal pengkajian : 10 September 2019

2. Diagnosa medis : mengamati gejala yang muncul, seperti demam sampai 40 derajat Celsius, rasa
gatal atau kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia, anoreksia, dan otalgia. Melalui
pemeriksaan fisik, bisa terlihat faring hiperemis, tonsil membengkak, dan terdapat detritus (tonsillitis
folikularis). 

3. Keluhan Klien : Sakit tenggorokan dan susah saat menelan makanan

Definisi
Faringitis streptokokus adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau hulu
kerongkongan (pharynx). Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Radang ini bisa disebabkan
oleh virus atau bakteri, disebabkan daya tahan yang lemah.

Etiologi
Penyebab
Faringitis streptokokus    adalah suatu  Sakit tenggorokan akibat Streptokokus disebabkan oleh
suatu tipe  bakteri  yang disebut Streptokokus beta-hemolitikus grup A (SGA.  Bakteri atau virus lain juga
dapat menyebabkan nyeri tenggorokan.  Seseorang menderita sakit tenggorokan akibat Streptokokus
melalui kontak langsung dan erat dengan seorang yang sakit. Penyakit ini dapat lebih mudah menyebar
apabila berada dalam lingkungan yang padat.  Contoh lingkungan yang padat di antaranya orang-
orang di lingkungan  militer  atau di  sekolah. Bakteri SGA dapat mengering menjadi  debu, tetapi tidak
dapat menyebabkan orang menjadi sakit. Apabila bakteri di lingkungan dipertahankan
tetap  lembab  maka sampai dengan 15 hari bakteri tersebut dapat menyebabkan seseorang menjadi
sakit.  Bakteri yang lembab dapat ditemukan pada benda-benda seperti  sikat gigi. Bakteri ini dapat
hidup dalam makanan, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Orang yang memakan makanan tersebut
dapat menjadi sakit.  Dua belas persen anak tanpa gejala sakit tenggorokan akibat Streptokokus
memiliki SGA di tenggorokan mereka dalam keadaan normal.

Gejala

Gejala sakit tenggorokan akibat Streptokokus yang umum ditemukan adalah nyeri pada
tenggorokan, demam lebih dari 38 °C (100,4 °F), nanah (suatu caira berwarna kuning atau hijau
yang tersusun atas bakteri yang mati, dan sel darah putih) pada tonsil, dan kelenjar getah
bening yang membengkak.
Dapat pula ditemukan gejala lain seperti:

 Nyeri kepala (sakit kepala )

 Muntah-muntah atau ingin muntah (mual)

 Nyeri perut 

 Nyeri otot

 Ruam (bintik kecil-kecil kemerahan) pada tubuh atau dalam mulut atau


tenggorokan. Ini adalah tanda yang tidak sering ditemukan namun spesifik.

Seorang yang terkena sakit tenggorokan akibat Streptokokus akan menunjukkan gejala antara
satu hingga tiga hari setelah berkontak dengan seorang yang sakit.

Diagnosa
 Pemeriksaan laboratorium

Suatu pemeriksaan yang disebut  kultur tenggorokan  adalah cara mengetahui apakah seseorang
mengalami sakit tenggorokan akibat Streptokokus. Pemeriksaan ini memiliki ketepatan 90 sampai 95
persen.  Terdapat pemeriksaan lain yang disebut uji strep cepat (rapid strep test), disebut juga  RADT. Uji
strep cepat lebih cepat dibandingkan dengan kultur tenggorokan namun hanya mampu menemukan
penyakit dengan benar pada 70% pemeriksaan. Kedua pemeriksaan dapat menunjukkan kapan
seseorang tidak mengalami sakit tenggorokan akibat Streptokokus. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
dapat menunjukkan bahwa seseorang tidak mengalami penyakit tersebut pada 98 persen kesempatan.

Saat seseorang sedang sakit, kultur tenggorokan atau uji strep cepat dapat memberitahukan apakah
seseorang sedang sakit tenggorokan akibat Streptokokus.  Orang yang tidak mengalami gejala
sebaiknya tidak diperiksa kultur tenggorokan atau uji strep cepat karena beberapa orang memiliki
bakteri streptokokus di tenggorokan mereka pada keadaan normal tanpa ada gejala yang buruk. Dan
orang-orang ini tidak memerlukan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai