NPM : 3335180063
Industri Gula
1. Jelaskan bahan baku dan bahan pendukung (tambahan yang digunakan pada proses
produksi gula), jelaskan juga fungsi dari maisng-masing bahan tersebut. Sertakan jika
terjadi reaksi dari bahan-bahan yang digunakan (Ch. 10)
2. Buatlah diagram alir proses pada industri pembuatan gula
3. Jelaskan proses purifikasi yang terjadi pada industri gula (Ch. 12)
4. Jelaskan proses yang terjadi pada proses Defekasi, Sulfitasi Karbonatasi, serta
jelaskan alat-alat yang digunakan beserta dengan prinsip kerja alat tersebut. (Ch. 13,
14, 15, 16)
Jawaban
1. Bahan baku :
a. Bahan baku utama
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula kristal adalah tebu
(Sacharum Officinarum) yang dapat tumbuh di daerah sawah dan tegal atau
daerah iklim tropis dan subtropics. Tanaman tebu yang akan diproses adalah
bagian batang yang mengandung gula (Sukrosa). Nilai rendemen tebu
merupakan factor penting dalam pembuatan gula.Semakin besar rendemen
maka semakin banyak gula yang dihasilkan.
b. Bahan baku pendukung
Air imbibisi
Air imbibisi digunakan utnuk mengekstraksi nira yang terkandung dalam tebu
pada Stasiun Gilingan dan untuk mengesatkan nira pada proses selanjutnya,
sehingga kandungan ampas dapat ditekan seminimal mungkin.
Kapur Tohor (CaO)
Kapur Tohor (CaO) adalah bahan dasar pembuatan susu kapur. Kapur tohor
berfungsi untuk mengikat senyawa-senyawa bukan gula dalam nira mentah,
sehingga memudahkan dalam pemisahan nira dari kotorannya. Penambahan
susu kapur akan membuat nira lebih stabil dalam proses pemanasan dan
tidak mudah terhidrolisa. Proses pembuatan susu kapur dengan memasukan
kapur tohor ke dalam rotary drum dengan disemprot air panas.
Belerang
Belerang digunakan sebagai bahan pembuatan gas SO2 dalam pembakaran
belerang dengan udara terbatas. Gas SO2 digunakan untuk proses
pemurnian secara sulfitasi. Belerang dibakar dalam tobong belerang
kemudian dicairkan dengan uap air, selanjutnya dialiri udara sehingga
terbentuk gas SO2.
Flokulan
Flokulan merupakan bahan yang digunakan untuk mempercepat proses
pengendapan, dimana dalam larutan nira akan terbentuk colonial tersuspensi
dan flok-flok (koloid), sehingga terjadi proses pengendapan. Jenis flokulan
yang digunakan adalah Acofloc.
Natrium Hiroksida (NaOH)
Natrium hidroksida digunakan di Stasiun Penguapan (evaporator) dan
pemanasan yang berfungsi untuk membantu menghilangkan atau melunakan
kerak pada evaporator dan pipa-pipa pemanas.
Pada saat ini sebagian besar pabrik gula di Indonesia menggunakan proses
sulfitasi dalam memurnikan nira. Pada proses sulfitasi nira mentah terlebih dahulu
dipanaskan melalui heat exchanger sehingga suhunya naik menjadi 70C. Kemudian
nira dialirkan kedalam defekator dicampur dengan susu kapur. Fungsi dari susu kapur ini
adalah untuk membentuk inti endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan gula
yang terdapat dalam nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Pada proses
defekasi ini dilakukan secara bertahap ( 3 kali ) sehingga diperoleh pH akhir sekitar 8.5
– 10. Reaksi antara kapur dan phospat yang terdapat dalam nira :
CaCO3 CaO + CO2
CaO + H2O Ca(OH)2 + 15.9 Kcal
Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH-
3Ca2+ + 2PO43- Ca3(PO4)2
Setelah itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator, dan direaksikan dengan gas
SO2. Reaksi antara nira dan gas SO2 akan membentuk endapan CaSO3, yang berfungsi
untuk memperkuat endapan yang telah terjadi sehingga tidak mudah terpecah, pH akhir
dari reaksi ini adalah 7.
Tahap akhir dari proses pemurnian nira dialirkan ke bejana pengendap (clarifier)
sehingga diperoleh nira jernih dan bagian yang terendapkan adalah nira kotor. Nira
jernih dialirkan ke proses selanjutnya (Penguapan), sedangkan nira kotor diolah dengan
rotary vacuum filter menghasilkan nira tapis dan blotong.
Defekasi Dingin
Proses dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan susu kapur pada nira
mentah, pada temperatur rendah atau suhu kamar. Penambahan kapur tersebut
bertujuan untuk menetralkan asam-asam yang terdapat di dalam nira, dan
membentuk garam-garam (gumpalan) yang mengendap. Penambahan kapur
dilakukan hingga pH larutan menjadi 7.2- 8.3, nira dipanaskan sampai pada titik
didihnya (+105 °C), dengan tujuan:
Garam-garam kapur dalam nira dapat terbentuk dengan cepat dan
menghasilkan gumpalan yang besar sehingga mudah diendapkan.
Mengendapkan kotoran yang hanya mengendap pada temperatur yang tinggi,
seperti protein.
Mematikan mikroorganisme. Nira yang telah mengalami pemanasan sampai
pada titik didihnya, lalu dimasukkan ke dalam bejana pengambangan
(expander) untuk mengeluarkan udara-udara yang terdapat dalam nira. Gas-
gas dan udara yang terdapat dalam nira harus dikeluarkan karena dapat
mengganggu dalam proses pengendapan. Selanjutnya nira dimasukkan ke
dalam alat pengendap untuk memisahkan endapan yang terjadi dengan nira
yang jernih.
Defekasi Panas
Proses pemurnian dengan cara ini dilakukan dengan menambahkan air kapur
pada nira yang telah dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 70-90 °C. Pemanasan
ini bertujuan untuk mendapatkan proses pemurnian yang berlangsung dengan baik
dan cepat. Setelah penambahan air kapur, nira dimasukkan ke dalam alat
pengendap.
Defekasi Sacharat
Proses pemurnian dengan cara ini dilakukan dengan membagi nira mentah
menjadi dua bagian. Bagian pertama ditambah air kapur hingga pH nya menjadi
10-11, dalam kondisi ini kapur bereaksi dengan sukrosa membentuk kalsium
sakharat. Nira kedua dipanaskan sampai suhu 70 °C. Kedua nira tersebut
dicampurkan hingga menghasilkan endapan yang lebih besar, sehingga mudah
untuk diendapkan dan dihasilkan larutan nira yang lebih jernih.