Anda di halaman 1dari 10

BIOKIMIA I

PERMASALAHAN TENTANG PEMBENTUKAN RADIKAL BEBAS, OKSIDAN DAN


ANTIOKSIDAN

KELOMPOK 11:
1. NOVELA MELINDA (A1C117007)
2. YULINARTI CHOINIRUL NISYAH (A1C117025)
3. FEBBY MARCELINA MURNI (A1C117037)

DOSEN PENGAMPU:
Dra. M. DWI WIWIK ERNAWATI, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
1. Seperti yang kita ketahui bahwa radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya kulit
menjadi lebih cepat menua (penuaan dini). Bagaimana proses radikal bebas tersebut bisa
menyebabkan terjadinya penuaan dini?
Jawaban :

Radikal bebas adalah molekul-molekul tidak stabil yang terbentuk dari kerja tubuh seperti
bernapas, serta dari faktor eksternal lingkungan seperti sinar UV, asap, dan polusi.
Molekul-molekul tidak stabil ini ‘mencari’ pasangan untuk elektronnya yang hilang.
Saat melakukan pencarian elektron tersebut, radikal bebas akan menempel pada kulit
dalam upayanya untuk mendapatkan elektron dari atom pada kulit (molekul terbentuk dari
atom, dan atom terbentuk dari elektron). Saat radikal bebas ‘mengambil’ bagian dari atom
kulit, akan terjadi reaksi berantai negatif pada permukaan kulit yang menyebabkan
kerusakan pada sel yang sehat serta kolagen. Alhasil, sel kulit pun mengalami apa yang
disebut oxidative stressatau kerusakan akibat radikal bebas.
Saat sel kulit serta kolagen mengalami kerusakan, dampak terbesar yang akan
terjadi adalah premature aging, alias penuaan dini. Selain karena faktor genetik dan
waktu, radikal bebas akan mempercepat munculnya tanda-tanda penuaan, seperti kulit
kendur, garis halus, keriput, hingga flek hitam. Hal ini terjadi karena rusaknya sel-sel
kulit dan kolagen yang berperan penting dalam menjaga keremajaan dan elastisitas kulit,
serta rusaknya sel kulit yang juga memperlemah skin barrier atau lapisan pelindung kulit.
Bahkan, menurut hasil studi dari The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology,
radikal bebas juga dicurigai dapat menyebabkan jerawat. Hal ini mungkin terjadi karena
melemahnya lapisan kulit yang membuat bakteri serta kotoran lebih mudah masuk ke
kulit.
2. Semua orang pasti pernah merasakan berdiri di bawah teriknya matahari dan faktanya
bahwa hal itu bisa menyebabkan radikal bebas bekerja dan membuat wajah menjadi
belang. Bagaimana bisa hal itu terjadi?
Jawab:
Sebagaimana kita ketahui, sinar matahari dibagi menjadi 2 yaitu sinar UV-A dan
sinar UV-B. Sinar UV-A merupakan sinar matahari yang mempunyai panjang gelombang
315-400 nm dimana paling banyak mencapai bumi dengan perbandingan 100 kali UV-B.
Segmen sinar ini masuk ke dalam dermis, menyebabkan kerusakan jaringan dermis
sehingga proses penuaan menjadi dipercepat. Hal ini menyebabkan reaksi fotosensitivitas
dan bersama UV-B berperan dalam proses keganasan kulit.
Sedangkan sinar UV-B merupakan sinar matahari yang mempunyai panjang
gelombang antara 290-315 nm. Sinar ini merupakan sinar terkuat yang mencapai bumi.
Kerusakan kulit yang ditimbulkan berada di bagian bawah epidermis berupa luka bakar
(sunburn), kelainan pra-kanker dan keganasan. Jadi baik sinar UV-A maupun UV-B
sama-sama memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika terpapar dalam waktu yang
relatif lama. Apalagi jika sudah menjadi kebiasaan tanpa ditangkal dengan makanan-
makanan antioksidan. Sebab dengan makanan-makanan anti oksidan, semua itu bisa
ditangkal atau dilawan.
Kerusakan serat di kulit akibat sinar ultraviolet yang disebut elastin, yang
menyebabkan kulit kehilangan elastisitasnya.Ketika serat ini memecah mereka kehilangan
kemampuan untuk mengambil kembali setelah peregangan. Kerutan maka akan terbentuk.
Gravitasi juga menarik kulit dan menyebabkan wajah, leher, dan lengan atas
melorot.Paparan sinar matahari yang kronis dapat menghasilkan keriput halus dan kasar,
tekstur kasar kasar dan berbintik-bintik atau jerawat pigmentasi.Radiasi ultraviolet
menyebar ke dalam jaringan tepat di bawah permukaan kulit dan hanya sebagian kecil
dari radiasi sebenarnya diserap oleh sel-sel hidup kulit. Seiring waktu, radiasi akan
mempengaruhi pertumbuhan normal kulit dan penampilannya.
3. Kita sering menghirup asap rokok yang mana asap rokok adalah contoh dari radikal bebas
eksternal, bagaimana proses yang terjadi ketika kita menghirup asap rokok tersebut?
Jawaban:

Asap rokok merupakan radikal bebas. Radikal bebas adalah senyawa oksigen
reaktif yang merupakan senyawa dengan elektron yang tidak berpasangan. Senyawa atau
atom tersebut berusaha mencapai keadaan stabil dengan jalan menarik elektron lain
sehingga terbentuk radikal baru. Reaksi radikal bebas ini berlangsung secara berantai
(cascade reaction) Radikal bebas dapat berasal dari sumber endogenus yaitu pada reaksi
reduksi oksidasi normal dalam mitokondria, peroksisom, detoksifikasi senyawa
senobiotik, metabolisme obat-obatan dan fagositasi. Sedangkan radikal bebas dari sumber
eksogenus berasal dari asap rokok, radiasi, inflamasi, latihan olahraga berlebihan, dan
karsinogen. Asap rokok merupakan radikal bebas yang berasal dari sumber eksogenus.
Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron
dan dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau
bertambahnya satu elektron pada molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul
yang elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan
sel, gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel.
Satu batang rokok yang dibakar akan menghasilkan kira-kira 5000 mg gas (92%)
dan bahan-bahan partikel padat (8%) yang berupa droplet aerosol cair dan partikel tar
padat submikroskopik. Asap rokok mengandung ribuan komponen kimia, termasuk 1.015
spesies reaktif dalam fase gas, khususnya oksida nitrogen (NO). Oksidan yang dihasilkan
tembakau menurunkanjumlah antioksidan intraseluler yang terdapat di dalam sel paru-
paru. Asap rokok mengandung molekul radikal bebas. Oksidan dalam asap rokok
mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan yang besar terjadinya
kerusakan saluran napas. Oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler
dalam sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan.
Peran radikal pada asap rokok dalam meningkatkan kerusakan sistem biologis adalah
sama dengan peran radikal bebas yang dihasilkan dalam tubuh. Radikal bebas merupakan
molekul yang mengandung elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Elektron
tidak berpasangan ini membuatnya sangat reaktif. Oleh karena radikal bebas dapat
menyerang molekul penting seperti DNA, protein dan lipid, dan oleh karena mereka juga
cenderung dapat memperbanyak diri, mereka dapat menciptakan kerusakan yang
signifikan. Radikal bebas dapat dibentuk dalam berbagai macam reaksi seperti misalnya
4. Olahraga berlebihan akan membuat tubuh membutuhkan suplai oksigen sangat banyak,
sehingga peningkatan ini akan memicu timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Bagaimana
hal ini bisa terjadi?
Jawab :
Olahraga yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas yaitu olahraga yang
berlebihan. Olahraga berlebihan akan membuat tubuh membutuhkan suplai oksigen yang
sangat banyak, sehingga peningkatan ini akan memicu timbulnya radikal bebas dalam
tubuh. Jika gaya olahraga semacam ini dilakukan dengan frekuensi yang sering, maka
akan terjadi penumpukan radikal bebas dalam tubuh. Peningkatan pembentukan radikal
bebas dalam aktivitas olahraga dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
oleh rusaknya jaringan otot akibat dari gerakan-gerakan yang bersifat eksposif.

Pada keadaan normal radikal bebas terbentuk secara amat perlahan kemudian
dinetralisir oleh antioksidan yang ada dalam tubuh. Namun jika laju pembentukan radikal
bebas sangat meningkat karena terpicu oleh latihan yang terlalu keras atau berolahraga
secara berlebihan sehingga jumlah radikal bebas akan terbentuk melebihi kemampuan
sistem pertahanan tubuh, maka molekul pemberontak tambahan yang tidak dapat dicegah
ini lalu menyerang membran sel , sehingga terjadi kerusakan pada sel-sel tubuh kita yang
mengakibatkan timbulnya penyakit
Laju pembentukan radikal bebas sangat meningkat karena terpicu oleh latihan yang
terlalu keras atau berolahraga secara berlebihan sehingga jumlah radikal bebas akan
terbentuk melebihi kemampuan sistem pertahanan tubuh, maka molekul pemberontak
tambahan yang tidak dapat dicegah ini lalu menyerang membran sel , sehingga terjadi
kerusakan pada sel-sel tubuh kita yang mengakibatkan timbulnya penyakit. Sebaliknya
dengan meningkatkan ketahanan tubuh kita secara bertahap melalui program latihan olah
raga dengan intensitas rendah yang disarankan seperti jalan cepat, jogging, berenang, dan
bersepeda statis ini, dapat meningkatkan enzim antioksidan endogen seperti enzim
superoksid dismutase, glutation peroksidase dan katalase untuk mencegah kerja setiap
radikal bebas yang merusak.
Pada olahraga berat, darah yang menuju ke organ-organ yang tidak aktif misalnya
hepar, ginjal, lambung dan usus, dialihkan ke otot-otot yang aktif (tungkai dan jantung).
Hal ini menyebabkan terjadinya kekurangan O2 (hypoxia) secara akut pada organ-organ
tersebut. Bila olahraga dihentikan, darah akan dengan cepat mengalir kembali ke organ-
organ tersebut. Proses ini disebut sebagai “reperfusion” dan hal ini dikaitkan dengan
terbebaskannya oksidan dalam jumlah besar. Hal demikian juga terjadi pada otot yang
terlibat dalam olahraga berat (over load) terutama bila mendekati atau mencapai tingkat
exhaustion. Sehingga terjadi kerusakan pada sel-sel tubuh kita yang mengakibatkan
timbulnya penyakit.
Jika gaya olahraga semacam ini dilakukan dengan frekuensi yang sering, maka akan
terjadi penumpukan radikal bebas dalam tubuh. Peningkatan pembentukan radikal bebas
dalam aktivitas olahraga dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu oleh
rusaknya jaringan otot akibat dari gerakan-gerakan yang bersifat eksposif.

5.
6. Sebagian orang banyak melakukan hal ini dirumah yaitu dimana minyak goreng saat kita
memasak kita menggunakannya berkali-kali sampai minyak goreng tersebut yang
awalnya berwarna bening berubah menjadi coklat kehitaman. Apakah radikal bebas
berperan dalam proses minyak tersebut menjadi hitam kecoklatan?
Jawaban:
Warna dan kejernihan minyak yang berubah setelah digunakan untuk menggoreng
sebenarnya merupakan hal yang normal. Perubahan warna minyak yang semula jernih
kekuningan menjadi lebih gelap dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti adanya panas
akibat suhu yang tinggi, 180oC sampai 200oC, merupakan faktor utama reaksi-reaksi
kimia dalam minyak, karena pada minyak terjadi proses oksidasi dan cracking.
Pada beberapa bahan pangan yang memiliki kandungan asam amino atau protein
yang tinggi, seperti tempe, selama proses penggorengan akan mengalami reaksi
pencoklatan pada minyak yang lebih sering, sehingga menyebabkan timbulnya warna
coklat yang lebih cepat. Nah, reaksi pembentukan warna coklat akibat adanya reaksi
dengan asam amino sering disebut dengan reaksi maillard.
Warna coklat yang terbentuk pada reaksi maillard ini terbentuk dari reaksi antara
asam amino dengan komponen gula sederhana yang terkandung dalam bahan pangan
tersebut. Lalu pada bahan pangan yang memiliki kandungan gula dalam jumlah besar,
misalnya pisang, warna coklat yang terbentuk pada minyak goreng merupakan hasil akhir
dari reaksi karamelisasi. Reaksi karamelisasi secara spesifik terjadi akibat gula
mengalami pemanasan pada suhu yang tinggi. Sedangkan pada bahan pangan yang
mengandung senyawa polyphenol, seperti kentang, warna coklat yang terbentuk akibat
dari reaksi oksidasi antara komponen polyphenol dengan minyak goring.
Minyak jelantah merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi kimianya
(bilangan asam dan peroksidanya meningkat) dan mengandung senyawa karsinogenik
selama proses penggorengan. Bahan dasar minyak yang dikonsumsi menentukan
kejenuhan dan jenis asam lemak dalam minyak tersebut. Minyak yang biasa dikonsumsi
biasanya berasal dari olahan tumbuh-tumbuhan misalnya kelapa sawit, jagung, kedelai
dan bunga matahari. Minyak yang berasal dari kelapa sawit mempunyai kadar asam
lemak jenuh sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49% sedangkan minyak dari jagung
mempunyai kadar asam lemak jenuh sebesar 20% dan asam lemak tak jenuh 80%.
Minyak goreng jenis ini mengandung 80% asam lemak tak jenuh jenis asam oleat dan
linoleat. Minyak goreng baru dengan kandungan asam lemak tak jenuh tinggi yang
terhidrolisis akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid) akibat
dari adanya air.
Kedua sebagai parameter kualitas minyak adalah tingkat oksidasi. Oksidasi terjadi
karena terjadi kontak antara minyak dengan oksigen. Kerusakan lemak yang utama
adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan (rancidity). Hal ini
disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak karena adanya
ikatan rangkap dalam asam lemak tak jenuh. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan
radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti
cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe,
Co dan Mn. Bau tengik yang tidak sedap disebabkan oleh pembentukan senyawa-
senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Kemudian dengan adanya radikal bebas ini
dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang
bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadai senyawa dengan rantai karbon
yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim.
Radikal bebas adalah suatu senyawa yang kehilangan sebagian elektronnya dan
meninggalkan ikatan yang kosong sehingga menjadi reaktif. Radikal bebas inilah yang
dapat merusak DNA dan memicu kanker. Awal pertumbuhan sel kanker dipicu oleh asam
lemak minyak jenuh yang mengganggu susunan protein DNA dalam tubuh sehingga
mengalami mutasi sel. Mutasi sel ini yang akan menumbuhkan sel kanker yang akan
berkembang 5-10 tahun.
Asam lemak jenuh hasil pemutusan ikatan rangkap dalam asam lemak tak jenuh
meningkatkan kadar kolesterol low density lipid (LDL), disertai penurunan kadar
kolesterol high density lipid (HDL) akan meningkatkan risiko aterosklerosis koronaria.
Efek lainnya yaitu stroke, sebagai akibat dari ateroskeloris koronaria yang berkelanjutan.
Penelitian pada manusia dan primata menunjukkan bahwa asam lemak jenuh menurunkan
respon sel darah merah terhadap insulin, sehingga rnenimbulkan efek diabetogenik. Suatu
penelitian kohort prospektif di Amerika pada tahun 1980 yang dilakukan Hu et al telah
menunjukkan bahwa asam lemak jenuh meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar
17%. Oksidasi asam lemak tak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan
terbentuk aldehida.
Faktor ketiga yaitu pirolisis. Proses pemanasan minyak dalam suhu tinggi akan
menyebabkan minyak mengalami pirolisis yaitu reaksi dekomposisi karena panas.
Pirolisis menyebabkan terbentuknya akrolein yaitu senyawa sejenis aldehid yang bersifat
racun dan dapat menyebakan iritasi tenggorokan dengan khas bau lemak terbakar (Edwar
dkk, 2011: 250). Akrolein ini terbentuk dari hidrasi gliserol dengan air pada bahan yang
digoreng membentuk aldehida tak jenuh (akrolein). Adanya senyawa berbahaya lain
dalam minyak jelantah juga dikarenakan oleh beberapa hal lain. Salah satunya adalah
adanya penambahan plastik yang dimasukkan ke dalam minyak jelantah oleh beberapa
oknum pedagang gorengan dengan tujuan membuat warna minyak menjadi jernih dan
kerenyahan gorengan bertahan lama semakin memunculkan beberapa zat berbahaya.
Plastik bening yang biasanya merupakan pembungkus minyak goreng ikut dimasukkan ke
dalam wajan bersama minyak goreng. Lalu dipanaskan bersama-sama hingga plastik leleh
dan bahan gorengan mentah digoreng.
Walaupun sangat nikmat karena teskturnya lebih renyah, konsumsi gorengan ini
bisa sangat berbahaya untuk tubuh. Menurut Hardiansyah (2013), selaku Guru Besar
Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor,
kandungan plastik yang terlarut tidak bisa dicerna tubuh dan bisa menimbulkan penyakit
serius. Partikel halus dalam plastik tidak baik untuk tubuh karena bisa memicu kerusakan
inti sel dan juga tidak baik untuk organ pencernaan karena sifat plastik yang tidak bisa
dicerna oleh tubuh.
7. Kita ketahui bahwa kemoterapi dalam proses pengobatan adalah salah satu contoh radikal
bebas. Mengapa saat melakukan kemoterapi ini kita terkadang mengalami kerontokan
rambut contohnya, dan kemoterapi ini tidak hanya mematikan sel kanker itu tapi juga
membuat sel-sel yang lain ikut mati seperti sel rambut yang rontok tadi?
Jawaban:
Kebanyakan orang berasumsi bahwa obat-obatan kemo kanker payudara akan
pasti membuat rambut rontok. Padahal, beberapa alternatif obat tidak memiliki efek
separah itu. Sejumlah obat-obatan sama sekali tidak membuat rambut rontok, atau hanya
menyebabkan penipisan rambut sementara.
Biasanya kerontokan rambut akan terlihat dalam 2 – 3 minggu setelah Anda
memulai kemoterapi. Saat kemo selesai, rambut Anda akan tumbuh kembali. Kebotakan
hanya terjadi di kasus-kasus langka yang melibatkan pemberian obat tertentu dalam dosis
yang sangat tinggi.
Kerontokan rambut terjadi karena kemo menargetkan semua sel yang dapat
membelah dengan sangat cepat. Folikel rambut adalah struktur dalam kulit yang
berfungsi menumbuhkan rambut. Folikel adalah salah satu sel dengan laju pertumbuhan
tercepat dalam tubuh. Dalam keadaan normal, di luar prosedur kemo, folikel rambut akan
membelah setiap 23 – 72 jam. Akan tetapi, selagi kemo bekerja untuk menghancurkan sel
kanker, prosedur ini juga akan menghancurkan sel-sel rambut. Dalam beberapa minggu
setelah memulai kemo, Anda mungkin akan mengalami kerontokan atau kebotakan
rambut.
Saat kemo, kerontokan rambut mungkin akan terjadi secara perlahan bertahap atau
dalam jumlah besar pada satu waktu sekaligus; helai rambut rontok banyak saat disisir,
segelintir rambut rontok yang Anda temukan tersapu air saat mandi, atau saat tidur.
Selama menjalani kemo, Anda akan membutuhkan banyak dukungan moral dan fisik dari
kerabat dekat Anda. Beberapa obat kemo hanya akan memengaruhi rambut kepala Anda.
Jenis kemo lainnya mungkin dapat menyebabkan kebotakan, termasuk pada bulu mata,
alis, ketiak, tangan dan kaki, bahkan rambut pubis.
Tingkat keparahan kerontokan rambut tergantung dari obat dan terapi pendukung
yang digunakan, dan seberapa lama terapi harus dijalankan. Setiap obat kemo yang
berbeda memiliki efek yang berbeda pula. Periode kemo juga akan memengaruhi
kerontokan rambut. Beberapa tipe kemo rutin diberikan per minggu dalam dosis kecil,
yang dapat meminimalisir kerontokan rambut. Terapi lainnya diberikan setiap 3 – 4
minggu sekali dalam dosis yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai