Anda di halaman 1dari 6

111Equation Chapter 1 Section 1INTERFEROMETER MICHELSON

Darna1 Warlia2 Marlina3 Abd Karim4 Eksa Arwinsyah Anhar5


Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sulawesi Barat
Jl.Prof. Dr. Baharuddin Lopa, SH, Talumung, Majene Sulawesi
barat,Tlp/Fax(0422)22559 kode pos:91413
darna14guzel@gmail.com

Abstrak. Eksperimen Interferometer Michelson bertujuan untuk menjelaskan


prinsip kerja/konsep Interferometer Michelson dan mengukur panjang gelombang
laser He-Ne. Prinsip kerja alat ini adalah memanfaatkan pola interferensi yang
terjadi pada 2 buah gelombang cahaya yang berasal dari sumber cahaya
monokromatik. Sumber cahaya ini awalnya ditembakkan ke interferometer dan
akan mengalami pemfokusan melalui lensa cembung. Selanjutnya akan diteruskan
ke beam splitter atau pemecah cahaya sehingga cahaya akan terbagi 2 yakni
sebagian dipantulkan dan sebagian diteruskan. Dua hasil pemecahan ini kemudian
dipantulkan kembali dan menyatu pada sebuah layar sehingga terjadi pola
interferensi yang terjadi karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh
dua berkas gelombang cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika merujuk pada
teori, maka nilai panjang gelombang pada sumber cahaya yakni laser He-Ne
adalah 632,8 nm. Namun pada eksperimen ini diperoleh nilai 630 nm dengan
besar kesalahan 0,44%. Letak kesalahan adalah kurang telitinya praktikan untuk
menyesuaikan antara ketepatan mengubah frinji dan pemutaran skala mirometer.
Kata Kunci: : Interferometer Michelson, Interferensi, Panjang Gelombang, Frinji

BAB 1 PENDAHULUAN semestinya berkelakuan seperti zat


Dalam sebuah teori terpadu padat. Akan tetapi, sepertinya tidak
yang disebut teori elektromagnetik. masuk akal juga jika cahaya harus
Namun teori yang dikukuhkan pada dirambatkan dalam zat padat
1865 tersebut masih mengganggu sehingga saat itu diandaikan saja
banyak fisikawan masa itu. Sumber bahwa eter itu bersifat sangat halus.
gangguan tersebut adalah keberadaan Kendati masih samar-samar, para
eter sebagai zat perantara gelombang fisikawan menerima begitu saja ide
elektromagnetik. Eter sebagai eter tersebut. Mereka sulit menerima
medium rambat gelombang kenyataan bila ada gelombang tanpa
elektromagnetik mempunyai sifat medium.
yang sangat sulit dibayangkan secara Dalam konteks persoalan ini,
fisika. Sebagai perantara cahaya kelajuan cahaya c menjadi
(gelombang transversal), eter masalahnya. Kita ambil pengandaian
dengan pengukuran kecepatan bunyi amplitudo gelombang menjadi dua
di udara memanfaatkan transformasi bagian dilakukan dengan
Galileo. Misalkan saja, kita menggunakan pemecah sinar (beam
mengukur kecepatan suara di udara splitter).
sambil diam dan mendapat nilai 330 Praktikum ini dibutuhkan
m/s. Tapi ketika kita mengukurnya untuk memahami konsep pola
sambil bergerak dengan kecepatan 20 interferensi yang terjadi pada
m/s mendekati sumber suara, akan Interferometer Michelson sekaligus
didapatkan nilai yang berbeda, yaitu mengukur nilai panjang gelombang
350 m/s. Nilai kecepatan suara dari sumber cahaya, dalam hal ini
tergantung pada gerakan sumber adalah laser He-Ne. Pola interferensi
maupun pengamat. Dalam sebagaimana diketahui dan telah
perumusan lain, kecepatan suara disebutkan pada paragraf pertama
tergantung pada kerangka acuan pendahuluan ini adalah pola yang
yang dipakai. Apakah hal yang sama terbentuk dari perpaduan. Melalui
terjadi pada cahaya? Seandainya prinsip ini, sehingga Michelson dapat
benar berarti jika pengamat bergerak melakukan berbagai eksperimen
terhadap eter, maka ia akan berkaitan dengan hal tersebut
mendapati nilai c yang berbeda. termasuk salah satunya adalah
Interferometer Michelson menentukan panjang gelombang
adalah sebuah alat yang digagas oleh sebuah sumber cahaya. Salah satu
A.A. Michelson yang pada awalnya keberhasilan beliau bersama alat ini
digunakan untuk mengukur adalah sebagai orang pertama yang
kecepatan eter sebagai medium dapat mengukur diameter sudut
perambatan cahaya. Alat ini sebuah bintang. Jika pada awalnya
memanfaatkan salah satu sifat cahaya eksperimen ini dilakukan untuk
yakni interferensi yang merupakan menemukan kecepatan eter, namun
hasil penggabungan secara saat ini telah banyak memiliki nilai
superposisi dua gelombang atau lebih guna dengan salah satunya adalah
yang bertemu pada satu titik ruang. menyelidiki sifat-sifat dari
Untuk mendapatkan pola gelombang, sehingga sangat penting
interferensi ada berbagai metode dan bagi seorang fisikawan, termasuk
pada percobaan ini kita akan mahasiswa, untuk mempelajarinya.
menggunakan metode Interforemeter Pada awalnya untuk membentuk pola
Michelson, yang dikembangkan oleh interferensi dan kemudian mengukur
A.A. Michelson pada tahun 1881 panjang gelombang dari sumber
menggunakan prinsip membagi cahaya, maka berkas cahaya
amplitudo gelombang cahaya monokromatik (Laser He-Ne) akan
menjadi dua bagian yang ditembakkan ke interferometer dan
berintensitas sama. Pembelahan akan melewati lensa pemokus dan
kemudian akan terpecah dua, yakni indeks, lalu mencatat
sebagian dipantulkan dan diteruskan penunjukan mikrometer pada
sehingga dua hasil pemecahan ini posisi ini. Selanjutnya, mengatur
akan kembali bertemu pada sebuah posisi viewing screen sehingga
layar sehingga akan terbentuk pola salah satu tanda pada skala
milimeter segaris dengan frinji
pola interferensi, kemudian
memutar tombol mikrometer
searah jarum jam, dan
menghitung jumlah frinji yang
melewati tanda interferensi yang
telah dibuat hingga 20 frinji,
kemudian mencatat dm, ingat
bahwa setiap divisi kecil pada
mikrometer sebanding dengan
10-6 meter pada jarak gerakan
interferensi yang ditandai
cermin dan mencatat jumlah
terbentuknya frinji.
transmisi frinji N melanjutkan
memutar tombol mikrometer
Gambar 1.1 Percobaan
seperti pada langkah 5 dan
Interferometer Michelson
6,mengulangi langkah ini
sebanyak 10 kali, kemudian
BAB II METODE EKSPERIMEN
mencatat hasil pengamatan pada
1. Alat dan Bahan
tabel, selanjutnya merata-ratakan
a. Perangkat alat
nilai panjang gelombang yang
Interferometer Michelson
diperoleh.
b. Set pelengkap alat
Interferometer BAB III HASIL EKSPERIMEN
c. Laser He-Ne Model 155 0,25 μm
NST micrometer : =¿
d. Laser Aligment Bench 25
2. Prinsip Kerja 0,01uµm
Eksperimen ini dilakukan Tabel 3.1 Hubungan antar frinji (N)
dengan mengatur posisi laser dengan panjanag gelombang lintasan
dan interferometer untuk modus optic (dm)
Michelson, kemudian mengatur
tombol mikrometer pada Jumlah Panjang lintasan
penunjukan menengah, setelah frinji (dm) (103m)
No
itu memutar tombol mikrometer
satu putaran berlawanan arah 1 20 |6,5 ± 0,5|
jarum jam sampai titik nol pada 2 40 |13,0 ± 0,5|
mikrometer sejajar dengan tanda 3 60 |19,5 ± 0,5|
4 80 |25,5 ± 0,5| 2. Hitung ∆ λ tiap data Rambar Ralat
∆ dm
5
6
100
120
|32,5 ± 0,5|
|38,0 ± 0,5|
∆ λ= | |dm
λ

7 140 |44,5± 0,5| 0,5 x 103 nm


8
9
160
180
|50,5 ± 0,5|
|56,5 ± 0,5|
∆ λ 1= | 3
6,5 x 10 nm |
0.65 . 103 nm=50 nm

10 200 |63,0 ± 0,5| 0,5 x 103 nm

ANALISIS DATA
∆ λ 2= | 3
13,0 x 10 nm |
0.65 .10 3 nm=25 nm

0,5 x 103 nm
NST Alat =10−6 m
=1 x 103
∆ λ 3= | 3
19,5 x 10 nm |
0.65 .10 3 nm=16,67 nm

∆ dm=0.5 . 103nm. 0,5 x 103 nm


1.Hitung λ tiap data
2d
∆ λ4= | 3
25,5 x 10 nm |
0.64 .10 3 nm=12,55 nm

a= m 0,5 x 103 nm
N
3
λ 1= 2.6,5. 10 =0,65. 103nm.
∆ λ 5= | 3
38,0 x 10 nm | 3
0.64 . 10 nm=10 nm

0,5 x 103 nm

λ2
20
2.13,0. 103 3
=0,65.10 nm.
∆ λ 6= | 3
25,5 x 10 nm |
0.63 . 103 nm=8,23 nm

40 nb
103 0,5 x 10 3 nm
λ 3= 2.19,5.
60
3
3
=0,65.10 nm. ∆ λ 7= | 3
44,5 x 10 nm |
0.64 .10 3 nm=7,19 nm

λ 4= 2.25,5. 10 =0,64. 103nm. 0,5 x 103 nm


80
2.32.0 . 103 3
∆ λ 8= | 3
50,5 x 10 nm |
0.63 . 103 nm=6,24 nm

λ 5= =0,64.10 nm. 0,5 x 103 nm


100
3
λ 6= 2. 38.0 .10 =0,63.103 nm.
∆ λ 9= | 3
56,5 x 10 nm |
0.63 . 103 nm=5,58 nm

0,5 x 103 nm
λ 7= 2.
120
44,5.10 3
3
=0,64. 10 nm.
∆ λ 10= | 3
63.0 x 10 nm |
0.63 .10 3 nm=5 nm

140
3
λ 8= 2.50,5. 10 =0,63.10 3nm. ∆ λ=
160
2.56,5 . 103 3
∆ λ1 + ∆ λ2 +∆ λ 3+ ∆ λ4 + ∆ λ5 + ∆ λ6 +∆ λ 7 +∆ λ 8+ ∆
λ 9= =0,63.10 nm.
180 10
3
λ 10= 2.63.0 . 10 =0,63. 103nm. 146,46
200 = nm
λ= 10
λ 1+ λ 2+ λ 3+ λ 4+ λ 5+ λ 6+ λ 7+ λ 8+ λ 9+ λ 10 = 14,646 nm
10 ∆λ
3. KR = x 100%
6,39. 103 λ
¿
10 14,65 nm
=0,639.103 = x 100%
0,64 x 103 nm
= 639 nm
= 22,89.10−3 x 100%
= 2,23 % (3 Ap) maka yang akan terjadi adalah pola-
pola frinji akan masuk ke pusat pola.
Jarak lintasan yang lebih panjang
4. % error ¿ | λt−λp
λteori |
x 100 % akan mempengaruhi fase gelombang
yang jatuh ke layar. Bila pergeseran
= beda panjang lintasan gelombang
cahaya mencapai λ maka akan terjadi

|632,8632,8
nm−639 nm
nm |x 100 % interferensi konstruktif yaitu terlihat
pola terang, namun bila
nm pergeserannya hanya sejauh l/4 yang
=|−6,2
632,8 |
x 100 % sama artinya dengan berkas
= |– 0,0098| x 100 % menempuh lintasan l/2 maka akan
= 0,98 % terlihat pola gelap. Dari data yang
diperoleh, didapatkan bahwa
IV PEMBAHASAN penambahan dan banyaknya jumlah
Dengan menggunakan cincin (N) berbanding lurus dengan
interferometer Michelson ini dapat pergeseran Movable mirror yang
diukur panjang gelombang laser He- dilakukan. Hal ini dapat terlihat dari
Ne yang digunakan dalam praktikum semakin besarnya nilai N (banyaknya
ini. Prinsip dari percobaan cincin), maka nilai dm (jarak
interferometer Michelson yang telah pergeseran Movable mirror terhadap
dilakukan, yaitu seberkas cahaya titik acuan) juga menunjukkan angka
monokromatik yang dipisahkan di yang semakin besar (lihat tabel
suatu titik tertentu sehingga masing- pengamatan). Untuk menentukan
masing berkas dibuat melewati dua panjang gelombang dalam percobaan
panjang lintasan yang berbeda, dan ini menggunakan persamaan :
kemudian disatukan kembali melalui 2d m
λ=
pantulan dari dua cermin yang N
letaknya saling tegak lurus dengan dari percobaan diperoleh panjang
titik pembagi berkas tersebut. Setelah gelombang laser He-Ne adalah
berkas cahaya monokromatik sebesar λ=|630,0 ± 0,03| nm dengan
tersebut disatukan maka akan didapat kesalahan sebesar 0.44% Hasil ini
pola interferensi akibat sedikit berbeda dengan nilai teorinya
penggabungan dua gelombang yaitu 632,86 nm. Hal ini dapat
cahaya tersebut. Pola interferensi itu disebabkan akibat:
terjadi karena adanya perbedaan 1. Kecenderungan mikrometer yang
panjang lintasan yang ditempuh dua mengalami kelenturan setelah diputar
berkas gelombang cahaya yang telah hingga batas
disatukan tersebut. Jika panjang tertentu.
lintasan dirubah dengan diperpanjang
2. Ketidaktelitian praktikan dalam
menghitung jumlah pola frinji.
3. Ketidaktepatan saat mengkalibrasi
alat interferometer michelson,
terutama saat
menyatukan sinar laser dari C1 dan
C2 agar tampak berhimpit di layar.
4. Posisi sumber laser He-Ne yang
bergeser tanpa sepengetahuan
praktikan, karena pada
saat praktikum terdapat praktikan
lain didekat alat interferometer
michelson.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan diatas


dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Bahwa interferensi
merupakan perpaduan dua
gelombang , dimana hasil
interferensinya
teratur dengan kedua gelombang
tersebut harus koheren dan
membentuk sebuah

Anda mungkin juga menyukai