ANALISIS DATA
∆ λ 2= | 3
13,0 x 10 nm |
0.65 .10 3 nm=25 nm
0,5 x 103 nm
NST Alat =10−6 m
=1 x 103
∆ λ 3= | 3
19,5 x 10 nm |
0.65 .10 3 nm=16,67 nm
a= m 0,5 x 103 nm
N
3
λ 1= 2.6,5. 10 =0,65. 103nm.
∆ λ 5= | 3
38,0 x 10 nm | 3
0.64 . 10 nm=10 nm
0,5 x 103 nm
λ2
20
2.13,0. 103 3
=0,65.10 nm.
∆ λ 6= | 3
25,5 x 10 nm |
0.63 . 103 nm=8,23 nm
40 nb
103 0,5 x 10 3 nm
λ 3= 2.19,5.
60
3
3
=0,65.10 nm. ∆ λ 7= | 3
44,5 x 10 nm |
0.64 .10 3 nm=7,19 nm
0,5 x 103 nm
λ 7= 2.
120
44,5.10 3
3
=0,64. 10 nm.
∆ λ 10= | 3
63.0 x 10 nm |
0.63 .10 3 nm=5 nm
140
3
λ 8= 2.50,5. 10 =0,63.10 3nm. ∆ λ=
160
2.56,5 . 103 3
∆ λ1 + ∆ λ2 +∆ λ 3+ ∆ λ4 + ∆ λ5 + ∆ λ6 +∆ λ 7 +∆ λ 8+ ∆
λ 9= =0,63.10 nm.
180 10
3
λ 10= 2.63.0 . 10 =0,63. 103nm. 146,46
200 = nm
λ= 10
λ 1+ λ 2+ λ 3+ λ 4+ λ 5+ λ 6+ λ 7+ λ 8+ λ 9+ λ 10 = 14,646 nm
10 ∆λ
3. KR = x 100%
6,39. 103 λ
¿
10 14,65 nm
=0,639.103 = x 100%
0,64 x 103 nm
= 639 nm
= 22,89.10−3 x 100%
= 2,23 % (3 Ap) maka yang akan terjadi adalah pola-
pola frinji akan masuk ke pusat pola.
Jarak lintasan yang lebih panjang
4. % error ¿ | λt−λp
λteori |
x 100 % akan mempengaruhi fase gelombang
yang jatuh ke layar. Bila pergeseran
= beda panjang lintasan gelombang
cahaya mencapai λ maka akan terjadi
|632,8632,8
nm−639 nm
nm |x 100 % interferensi konstruktif yaitu terlihat
pola terang, namun bila
nm pergeserannya hanya sejauh l/4 yang
=|−6,2
632,8 |
x 100 % sama artinya dengan berkas
= |– 0,0098| x 100 % menempuh lintasan l/2 maka akan
= 0,98 % terlihat pola gelap. Dari data yang
diperoleh, didapatkan bahwa
IV PEMBAHASAN penambahan dan banyaknya jumlah
Dengan menggunakan cincin (N) berbanding lurus dengan
interferometer Michelson ini dapat pergeseran Movable mirror yang
diukur panjang gelombang laser He- dilakukan. Hal ini dapat terlihat dari
Ne yang digunakan dalam praktikum semakin besarnya nilai N (banyaknya
ini. Prinsip dari percobaan cincin), maka nilai dm (jarak
interferometer Michelson yang telah pergeseran Movable mirror terhadap
dilakukan, yaitu seberkas cahaya titik acuan) juga menunjukkan angka
monokromatik yang dipisahkan di yang semakin besar (lihat tabel
suatu titik tertentu sehingga masing- pengamatan). Untuk menentukan
masing berkas dibuat melewati dua panjang gelombang dalam percobaan
panjang lintasan yang berbeda, dan ini menggunakan persamaan :
kemudian disatukan kembali melalui 2d m
λ=
pantulan dari dua cermin yang N
letaknya saling tegak lurus dengan dari percobaan diperoleh panjang
titik pembagi berkas tersebut. Setelah gelombang laser He-Ne adalah
berkas cahaya monokromatik sebesar λ=|630,0 ± 0,03| nm dengan
tersebut disatukan maka akan didapat kesalahan sebesar 0.44% Hasil ini
pola interferensi akibat sedikit berbeda dengan nilai teorinya
penggabungan dua gelombang yaitu 632,86 nm. Hal ini dapat
cahaya tersebut. Pola interferensi itu disebabkan akibat:
terjadi karena adanya perbedaan 1. Kecenderungan mikrometer yang
panjang lintasan yang ditempuh dua mengalami kelenturan setelah diputar
berkas gelombang cahaya yang telah hingga batas
disatukan tersebut. Jika panjang tertentu.
lintasan dirubah dengan diperpanjang
2. Ketidaktelitian praktikan dalam
menghitung jumlah pola frinji.
3. Ketidaktepatan saat mengkalibrasi
alat interferometer michelson,
terutama saat
menyatukan sinar laser dari C1 dan
C2 agar tampak berhimpit di layar.
4. Posisi sumber laser He-Ne yang
bergeser tanpa sepengetahuan
praktikan, karena pada
saat praktikum terdapat praktikan
lain didekat alat interferometer
michelson.
KESIMPULAN