Anda di halaman 1dari 3

Print Article https://ctle.telkomuniversity.ac.id/docs/teachin-resources/science-maths-...

Metode Pembelajaran Collaborative Problem


Solving Strategi Meningkatkan Pemahaman dalam
Proses Pembelajaran Mahasiswa

Model pembelajaran Collaborative Problem Solving merupakan metode pembelajaran yang melibatkan upaya
intelektual secara bersama untuk saling mencari pemahaman, solusi, makna, dan menghasilkan sesuatu
produk berdasarkan kesepakatan bersama. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan
dalam kelompok, namun tujuan utamanya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat melalui kegiatan
kelompok, tetapi peserta didik dalam kelompok didorong untuk menemukan beragam pendapat atau ide yang
dikeluarkan oleh setiap individu dalam kelompok.

Berkolaborasi juga dapat memfasilitasi mahasiswa untuk mengkonstruksi ide-ide kreatif dalam pemecahan
masalah statistik, dimana mahasiswa dapat terlibat secara aktif dalam berinteraksi dan bekerjasama sebagai
suatu struktur untuk membangun ide secara individu maupun kelompok, sehingga mahasiswa yang memiliki
keberagaman pola pikir dapat saling melengkapi dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dimiliki.

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam berkolaborasi adalah bagaimana pengajar bertindak sebagai
fasilitator dalam mengarahkan dan mengontrol mahasiswa saat berkolaborasi, sehingga proses kolaborasi
dapat berjalan secara optimal dan keberagaman pendapat melalui ide-de konstruktif yang ditransformasikan
dapat ditemukan solusinya.

1 dari 3 09/03/2020 23.47


Print Article https://ctle.telkomuniversity.ac.id/docs/teachin-resources/science-maths-...

https://images.app.goo.gl/UvCkBwQwUWcVNj1i6 (https://images.app.goo.gl
/UvCkBwQwUWcVNj1i6) accessed April 11, 2019

Ada beberapa tahapan dalam metode pembelajaran Collaborative Problem Solving. Tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :

1. Berbagi pandangan atau informasi dengan menggunakan keterampilan komunikasi untuk memahami
persepsi orang lain dari situasi, kebutuhan dan keinginan. Proses ini dilakukan agar mahasiswa (dalam
kelompok) mampu memahami berbagai perspektif dari masing-masing anggota terhadap masalah yang
dihadapi.

2. Menentukan masalah dari pandangan atau informasi yang didapat dengan tujuan agar membantu
menentukan isu-isu atau subjek sebagai bahan diskusi dan pemecahan masalah. Setelah semua mahasiswa
menyampaikan perspektifnya maka langkah selanjutnya adalah mendeskripsikan berbagai topik yang menjadi
poin penting dari perspektif yang muncul untuk didiskusikan bersama.

3. Identifikasi minat dengan mencari kesamaan antara semua pihak untuk mencari tahu apa yang benar-
benar diminati dalam rangka untuk mencapai kesepakatan. Dari berbagai persfektif yang muncul kemudian
mahasiswa melakukan identifikasi untuk mengetahui kecenderungan berbagai solusi permasalahan yang ada
dan mencari kesamaannya.

4. Setelah melakukan identifikasi, mahasiswa mendiskusikan tentang berbagai solusi yang mungkin dan
menggeneralisasi berbagai pilihan solusi. Tahap ini menghasilkan pilihan dengan melihat masalah dari
berbagai sudut pandang dan pertimbangan sehingga menghasilkan banyak ide yang berbeda.

5. Mengembangkan standar atau kriteria yang cukup untuk memutuskan tujuan bersama. Pada langkah ini,
mahasiswa mengembangkan suatu kriteria objektif untuk memutuskan solusi akhir permasalahan dengan
menggunakan indikator-indikator tertentu yang disetujui.

6. Langkah terakhir siswa melakukan evaluasi terhadap berbagai pilihan solusi untuk selanjutnya diperoleh
persetujuan atas solusi akhir permasalahan. Mengevaluasi pilihan (options) dan tercapilah kesepakatan yang
akan memenuhi kebutuhan bersama.

Kelebihan dari metode pembelajaran Collaborative Problem Solving yaitu dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran yang dikondisikan dan dipusatkan pada mahasiswa, terintegrasi dan kolaboratif, menumbuhkan
rasa menghargai pentingnya autentik, kepemilikan dan relevansi dari pengalaman pembelajaran mahasiswa
yang sejalan dengan konten (isi) untuk dipelajari dan diproses, membiarkan mahasiswa belajar dengan
bertindak sebagai partisipan aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, mengangkat perkembangn
berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, mendorong eksplorasi dan analisis isi (konten) dari
partisipatif yang berlipat dan memelihara hubungan yang saling mendukung dan menghormati di antara
mahasiswa dan pengajar.

Sedangkan kelemahan dari metode ini yaitu menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir mahasiswa serta tingkat pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki mahasiswa
yang tentunya sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan pengajar, proses belajar mengajar dengan
menggunakan pendekatan ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan mengubah kebiasaan
mahasiswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari pengejar menjadi belajar dengan
banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok kadang-kadang memerlukan berbagai
sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi mahasiswa.

2 dari 3 09/03/2020 23.47


Print Article https://ctle.telkomuniversity.ac.id/docs/teachin-resources/science-maths-...

Metode pembelaran Collaborative Problem Solving ini telah diterapkan pada mata kuliah Kalkulus I dari tim
yang diketuai oleh Danang Mursita pada Hibah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) periode Semester Gasal
2014/2015 dimana matakuliah tersebut merupakan mata kuliah wajib pada jurusan S1 Ilmu Komputasi
Program Studi Informatika, Universitas Telkom.

Mata kuliah ini termasuk sebagai salah satu gerbang dalam berkarir dibidang teknik dan teknologi. Dalam
proses pembelajarannya pada mata kuliah ini ada beberapa materi yang harus pelajari meliputi sistem
bilangan real, fungsi, limit dan kekontinuan, turunan dan penggunaannya, integral dan penggunaannya,
fungsi transenden, teknik pengintegralan, integral tak wajar.

Dari proses pembelajaran yang telah dijalankan, mata kuliah kalkulus I ini memiliki prosentase mahasiswa
dengan kemampuan pemahaman rendah yang masih lebih besar dibadingkan dengan mahasiswa yang dapat
memahami betul materi yang telah disampaikan.

Walaupun hasil akhir yang didapatkan setelah menerapkan metode ini belum maksimal karena beberapa
kendala saat proses belajar dan mengajar berjalan seperti tidak sepenuhnya bisa diimplementasikan pada
semua materi terkait kendala waktu, implementasi yang dilakukan juga masih belum sesuai dengan kaidah
Collaborative Problem Solving yang mengedepankan aspek student center learning dan lain sebagainya
metode ini dapat meningkatkan pola berpikir kritis matematis mahasiswa. Maka dari itu untuk mendapatkan
hasil yang signifikan metode ini perlu dikembangkan lebih baik lagi dari segi struktur kelas saat
pembelajaran berlangsung, kolaborasi, interaksi, keaktifan mahasiswa dan pengajar.

Sumber :

[1] Widjajanti, D. B. (2011). Mengembangkan kecakapan matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika
Melalui Strategi Perkuliahan Kolaboratif Berbasis Masalah. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.

[2] Takaria, Johannis. “Penerapan Pembelajaran Collaborative Problem Solving untuk Meningkatkan Self-
Concept Mahasiswa.” Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan 2.1 (2018).

[3] Windle, Rod, and Suzanne Warren. “Collaborative problem solving: steps in the process.” Center for
Appropriate Dispute Resolution in Special Education (CADRE), Eugene, Oregon, USA.[online] URL:
http://www. directionservice. org/cadre/section5. cfm (2013).

[4] Uswati, Tati Sri. “Implementasi Model Pendekatan Collaborative Problem Solving (CPS) dalam
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.” Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi3.1 (2016).

[5] Danang Mursita, dkk. 2015. Collaborative problem solving (CPS). Universitas Telkom: Bandung

Updated on June 26, 2019

© CTLE, 2020. Powered by weDocs


https://ctle.telkomuniversity.ac.id

3 dari 3 09/03/2020 23.47

Anda mungkin juga menyukai