Anda di halaman 1dari 6

BIOLOGI

KULTUR JARINGAN NANAS

· Definisi

Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang
potensial untuk dibudidayakan di Kalimantan Barat. Menurut Badan Pusat Statistik (2011)
produksi buah nanas di Kalimantan Barat pada tahun 2009 mencapai 34.874 ton. Budidaya
tanaman nanas secara konvensional biasanya menggunakan bibit dari tunas batang, tunas
tangkai buah, tunas pucuk mahkota nanas, tunas anakan dan stek batang. Tunas pucuk
mahkota nanas jarang digunakan sebagai bibit karena pertumbuhannya lambat dibanding
dengan tunas lainnya. Menurut Sunarjono (2004), penggunaan bibit dengan tunas mahkota
nanas dapat menghasilkan buah pada umur 22-24 bulan setelah tanam. Kendala yang
dihadapi selama pembudidayaan nanas adalah terbatasnya penyediaan bibit dalam jumlah
banyak, seragam dan cepat. Menurut Silvina dan Muniarti (2007) perbanyakan nanas secara
konvensional menggunakan satu tanaman induk dapat menghasilkan 5 bakal bibit namun
pertumbuhannya tidak seragam dan menghasilkan kualitas buah yang kurang baik. Alternatif
perbanyakan nanas yang dapat dilakukan yaitu melalui kultur meristem secara in vitro.
Kultur meristem adalah kultur jaringan tanaman menggunakan eksplan dari jaringan
meristem (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Tunas apikal mahkota nanas merupakan
salah satu jaringan meristem yang dapat digunakan sebagai eksplan untuk kultur
jaringan. Menurut Krauss (1949) dalam Nakanose dan Paull (1998) pada setiap buku
batang dan mahkota nanas terdapat tunas-tunas dorman yang akan tumbuh membentuk
tunas buah (slip) dan tunas batang (sucker). Auksin dan sitokinin merupakan zpt yang sering
digunakan dalam kultur in vitro. Auksin didapatkan melalui bahan organic seperti tomat /
tauge, dsb sehingga dapat menstimulasi organogenesis, embriogenesis somatik dan
pertumbuhan tunas dalam mikropropagasi pada beragam spesies tanaman. Sedangkan
sitokinin didapatkan secara sintetik yaitu Benzyl Amino Purin (BAP).

· Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan : - Penyediaan bibit lebih cepat

-Bibit yang dihasilkan lebih banyak & sehat

-Sifat yang dihasilkan akan sama dengan induk


-Tidak memerlukan media perbanyakan yang luas

-Tidak bergantung dengan musim

-Memungkinkan untuk dilakukannya rekayasa genetika

Kelemahan :-Memerlukan biaya yang besar

·Memerlukan pengamatan dan keahlian khusus

·Memerlukan aklimatisasi lingkungan luar karena kultur berukuran kecil dan


bersifat aseptic.

· Metode / Proses

1. Teknik perbanyakan tanaman nanas secara in vitro secara umum tidak jauh berbeda
dengan tanaman lain. Karena sifatnya yang tidak berkayu, tanaman nanas pada kondisi in
vitro dapat tumbuh dengan relatif cepat. Eksplan yang digunakan pada metode tersebut
antara lain mahkota buah, tunas anakan, tunas batang, dan tunas tangkai. Penggunaan
tunas akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat daripada eksplan mahkota.

2. Sebelum ditanam pada kondisi in vitro, eksplan dibersihkan dengan air mengair dan
dibuang semua daunnya. Setelah itu, eksplan harus disterilisasi dengan berbagai zat
kimia, yaitu alkohol, kloroks, fungisida, dan bakterisida. Selain itu, untuk mencegah
kontaminasi, penggunaan antibiotik dan zat HgCl2 juga dapat ditambahkan.

3. Setelah tahap sterilisasi, metode pengerjaan dapat diteruskan ke tahap inisiasi. Tahap ini
ditujukan untuk memberikan waktu pada eksplan untuk beradaptasi dengan lingkungan
in vitro serta mengemati apakah eksplan sudah benar-benar steril. Pada tahap ini,
umunya eksplan nanas akan ditanam pada media MS0 (Murashige-Skoog) tanpa
penambahan zat pengatur tumbuh. Media MS banyak dipakai dalam kultur in vitro nanas
karena komposisi media MS yang dinilai lengkap, sehingga sesuai untuk pertumbuhan in
vitro tunas nanas.

4. Enam hingga delapan minggu setelah tahap inisiasi, ekpan dapat disubkutur ke media
multiplikasi. Berbeda dengan tahap inisiasi, pada tahap multiplikasi, media yang
digunakan sebaiknya mengandung zat pengatur tumbuh dari kelopmok sitokinin,
misalnya BAP (benzylaminopurin) yang dapat menginduksi pertunasan dan dari
golongan auksin untuk menginduksi perakaran. Tahap multiplikasi dapat dilakukan
sebanyak tiga hingga lima kali untuk memperbanyak induksi tunas. Jumlah subkultur
yang teralu banyak dapat menyebabkan timbulnya off type akibat terjadinya variasi
somaklonal, yaitu plantley yang memiliki sifat keragaan yang berbeda dengan induknya.

5. Tunas yang telah tumbuh (planlet) selanjutnya dapat dikeluarkan dari dalam botol untuk
diaklimatisasi pada media arang sekam. Tahap aklimatisasi ditujukan untuk memberikan
adaptasi bagi plantlet yang sebelumnya berada pada lingkungan in vitro ke lingkungan ex
vitro. Aklimatisasi dilakukan selama empat minggu. Setelah itu, benih dapat ditransplan
ke media tanah di dalam rumah kasa. Setelah dua bulan, benih dapat dipindahkan dari
rumah kasa dan ditanam di lapang disertai dengan perawatan optimal hingga tanaman
menghasilkan buah.
· Metode 2

langkah 1. siapkan mahkota nanas. kadang mahkota memiliki beberapa tunas.

langkah 2. buang daun sampai yang terakhir / daun termuda

langkah 3. rendam dalam pemutih 10% selama 10 menit


langkah 4. potong vertikal menjadi 4 jika batangnya cukup besar dan menjadi 2 jika kecil
atau jangan potong jika terlalu kecil.

langkah 5. dimasukkan ke dalam stoples dengan media N5B2 (MS dengan 5 mg NAA dan 2
mg BAP) untuk mendapatkan banyak tunas, tetapi jika ingin mereka tumbuh menjadi panjang
,dipindahkan dalam media MS dengan 2 mg BAP dan 1 mg IBA
langkah 6. setelah 6-8 minggu eksplan akan tumbuh menjadi banyak tunas. Anda dapat
melakukan subkultur dengan media yang sama N5B2

langkah 7. dalam 2 bulan depan tunas akan tumbuh.

Nama: Dewi Sekar Ayu

Kelas/No : XI MIPA 5 / 10

Anda mungkin juga menyukai