Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kandungan pada Ekstrak Bunga rosela


Ekstraksi merupakan suatu metode untuk mengeluarkan komponen tertentu dari zat
padat atau zat cair dengan pelarutan. Teknik ekstraksi yang digunakan untuk
pengambilan zat warna dari kelopak bunga rosella ini merupakan ekstraksi zat padat
( leaching ). Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Leaching merupakan suatu
proses pemisahan atau pengambilan fraksi padat yang diinginkan dari fraksi padat lain
dalam suatu campuran padat dengan menggunakan solvent cair.(Mc.Cabe,1993).
Bagian bunga yang dapat dimanfaatkan sebagai zat warna adalah kelopaknya.
Kandungan penting yang terdapat dalam kelopak bunga rosella adalah pigmen
antosianin pigmen ini membentuk warna ungu kemerahan di kelopak bunga rosella.
Antosianin dapat larut dalam aquadest, etanol, aseton, dan n-hexana. Pigmen
antosianin berubah warna akibat perubahan pH solvent. Dalam pH asam antosianin
kebanyakan berwarna merah, sedang dalam suasana alkali berubah menjadi biru.
(Widjarnako, 1991).

4.2 Hasil Pencelupan


4.2.1 Ketuaan Warna

Ketuaan Warna
2.5

non mordan
K/S Zat Warna

1.5 tawas
CFA
1

0.5

0
NaCl 0 g/L NaCl 10 g/L NaCl 20 g/L NaCl 30 g/L

4.2.2 Kerataan Warna


Kerataan Warna
0.8
0.7
0.6
Non Mordan
0.5 Tawas
0.4 CFA
K/S

0.3
0.2
0.1
0
NaCl 0 g/L NaCl 10 g/L NaCl 20 g/L NaCl 30 g/L

Kerataan warna adalah warna yang dihasilkan pada saat proses pewarnaan dan
pencelupan sangat merata, tidak terdapat sisa zat warna yang masih mengumpul pada
bagian tertentu dan menghasilkan warna yang tidak belang pada seluruh permukaan
kain, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kerataan warna pada proses
pencelupan serat sutera menggunakan zat warna rosella yaitu NaCl dan mordan serta
proses pencelupan yang benar.
NaCl sangat berpegaruh pada proses penyerapan zat warna, hal ini dapat dilihat dari
variasi NaCl diatas dimana semakin besar konsentrasi (g/l) NaCl semakin tinggi pula
proses penyerapan zat warnanya. Hal ini pula yang bisa menjadi sangat berpengaruh
pada proses kerataan warna pada kain yang dicelup, namun pada praktikum pencelupan
kain menggunakan tawas dan cationic fixing agent mangalami kerataan yang tidak
seimbang seiring tingginya konsentrasi NaCl yang digunakan seperti pada pencelupan
menggunakan tawas terdapat kenaikan yang sangat signifikan pada NaCl 10 g/l dan
CFA pada NaCl 30 g/l. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan tawas dan
penambahan CFA yang kurang teliti pada saat praktikum karena pada dasarnya
penambahan mordan dapat menyebabkan penyerapan zat warna yang samakin cepat
berbeda dengan tanpa penambahan mordan(non mordan) penyerapan zat warna bisa
dikatakan sangat baik walaupun mengalami kenaikan penyerapan zat warna yang
cenderung tidak terlalu tinggi.
4.2.3 Kecerahan Warna
Kecerahan Warna (L)
62
61
60
Tigkat Kecerahan

59 Non Mordan
Tawas
58 CFA
57
56
55
0 g/L 10 g/L 20 g/L 30 g/L
NaCl

4.2.4 Arah Warna

4.2.5 Beda Warna

4.2.6 Tahan Luntur Warna


4.2.6.1 Tahan Luntur Pencucian
Tabel 4.1 Penodaaan terhadap Kain variasi NaCl 0 g/L
No Kain Tingkat Staining Scale
Non Mordan Tawas CFA

1. Sutera (Contoh uji) 1 1 2

2. Kapas 4/5 4/5 4/5

3. Poliester 4/5 5 5

Tabel 4.2 Penodaaan terhadap Kain variasi NaCl 10 g/L


Tingkat Staining Scale
No Kain
Non Mordan Tawas CFA

1. Sutera (Contoh uji) 1 1 2

2. Kapas 4/5 4/5 4

3. Poliester 4/5 5 4/5

Tabel 4.3 Penodaaan terhadap Kain variasi NaCl 20 g/L


Tingkat Staining Scale
No Kain
Non Mordan Tawas CFA

1. Sutera (Contoh uji) 1 1 2

2. Kapas 4/5 4/5 5

3. Poliester 5 4/5 5

Tabel 4.1 Penodaaan terhadap Kain variasi NaCl 30 g/L


Tingkat Staining Scale
No Kain
Non Mordan Tawas CFA

1. Sutera (Contoh uji) 1 1 2

2. Kapas 4/5 4/5 5

3. Poliester 5 5 4

4.2.6.2 Tahan Luntur Penggosokan


Tabel 4.1 Penggosokan terhadap Kain variasi NaCl 0 g/L
Tingkat Staining Scale
No Kain
Non Mordan Tawas CFA

1. Kering 4/5 4/5 4/5

2. Basah 4/5 5 5

Tabel 4.2 Penggosokan terhadap Kain variasi NaCl 10 g/L


Tingkat Staining Scale
No Kain
Non Mordan Tawas CFA

1. Kering 4/5 4/5 4

2. Basah 4/5 5 4/5

Tabel 4.3 Penggosokan terhadap Kain variasi NaCl 20 g/L


Tingkat Staining Scale
No Kain
Non Mordan Tawas CFA

1. Kering 4/5 4/5 5

2. Basah 5 4/5 5

Tabel 4.1 Penggosokan terhadap Kain variasi NaCl 30 g/L


Tingkat Staining Scale
No Kain
Non Mordan Tawas CFA

1. Kering 4/5 4/5 5

2. Basah 5 5 4

Pada pengujian tahan luntur terhadap penggosokan ini dimaksudkan untuk menguji
penodaan dari bahan berwarna pada kain, yang disebabkan oleh gosokan baik dalam
bentuk benang maupun kain. Prinsipnya pengerjaannya yaitu dengan menggosokkan
kain putih kering atau basah yang telah dipasang pada Crockmeter bersama contoh uji
dengan ukuran tertentu dan penilaian penodaan kain dinilai dengan menggunakan
staining scale.
Pada uji penggosokan ini dilakukan dengan penggosokan kain putih dengan serat sutera
yang dicelup dengan menggunakan zat warna alam (Rosella). Pada uji tahan luntur
terhadap penggosokan ini didapatkan nilai staining scale yang sangat baik yaitu
berkisar antara (4-5) bisa dikatakan kain hampir tidak mengalami luntur pada
percobaan tahan gosok ini. Dapat dikatakan juga bahwa ikatan yang terjadi antara serat
sutera dengan zat warna sangat baik hal ini juga sangat dipengaruhi dengan
penambahan mordan pada proses pencelupan yang dapat menambah kekuatan zat
warna berikatan dengan serat sehingga tidak mengalami pelunturan pada saat
penggosokan.

Anda mungkin juga menyukai