Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan Pada Klien CA Nasofaring

Keperawatan Medikal Bedah I

Disusun oleh:

Ellsa Aulia (P17120018013)

Kelas II A

PRODI DIII KEPERAWATAN

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta 1


Jalan WijayaKusuma Raya No.47-48
Cilandak Barat - JakartaSelatan
Tahun Ajaran 2019
BAB I

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
- Nama: Terdapat nama lengkap dari pasien penderita penyakit tumor
nasofaring.
- Jenis Kelamin: Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh
laki-laki daripada perempuan.
- Usia: Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak
antara 45-54 tahun.
- Alamat: Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan
ventilasi rumah yang kurang baik akan meningkatkan resiko terjadinya
tumor nasofaring serta lingkungan yang sering terpajan oleh gas kimia, asap
industry, asap kayu, dan beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan.
- Agama: Agama tidak mempengaruhi seseorang terkena penyakit tumor
nasofaring.
- Suku Bangsa: Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua
Eropa, Amerika, ataupun Oseania.Namun relatif sering ditemukan di
berbagai Asia Tenggara dan China.
- Pekerjaan: Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena
tumor nasofaring, karena akan sering terpajan gas kimia, asap industry, dan
asap kayu.
b. Status Kesehatan
 Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan
menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan
rasa terbakar dalam tenggorok.Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa
berdengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran.Terjadi
pendarahan dihidung yang terjadi berulang-ulang, berjumlah sedikit dan
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat
di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan
penyakit samapi timbulnya keluhan, factor apayang memperberat dan
meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang
dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk
PQRST. Penderita tumor nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala
telinga kiri terasa buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di
daerah samping leher di bawah daun telinga, gangguan pendengaran,
perdarahan hidung, dan bisa juga menimbulkan komplikasi apabila terjadi
dalam tahap yang lebih lanjut
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang
ada hubungannya dengan penyait keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor
nasofaring maka akanmeningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit tumor
nasofaring pula.
c. Pemeriksaan Fisik
 Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien
simetris, kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal,
konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien
isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan kabur,
tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal ini
terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu yang
mengalami beberapa gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien yang
anemis disebabkan klien memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan
kabur.
 Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan
pasien normal dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri
tekan pada telinga. Hal ini terjadi akibat adanya nyeri saat menelan
makanan oleh pasien dengan tumor nasofaring sehingga terdengar suara
berdengung pada telinga.
 Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak
menggunakan otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit,
irama nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan, nafas dalam, klien
mengalami batuk produktif dengan sputum kental berwarna kuning, tidak
terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara
nafas klien ronkhi, namun tidak mengalami nyeri dada dan menggunakan
alat bantu nafas. Pada sistem ini akan sangat terganggu karena akan
mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan nafas terdapat sputum maka
pasien akan kesulitan dalam bernafas yang bisa mengakibatkan pasien
mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi karena suara
nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat ekspirasi.
 Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit
dengan irama teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis, temperature
kulit hangat suhu tubuh klien 36°C, warna kulit tidak pucat, pengisian
kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan pada sirkulasi jantung,
kecepatan denyut apical 82 x/menit dengan irama teratur tidak ada kelainan
bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang
peredaran darah pasien sehingga tidak akan mengganggu peredaran darah
tersebut.
 Sistem saraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat
kesadaran pasien kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4,
M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan
sitem persyarafan dan pada pemeriksaan refleks fisiologis klien normal.
Tumor nasofaring juga bisa menyerang saraf otak karena ada lubang
penghubung di rongga tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa
gangguan pada beberapa saraf otak. Jika terdapat gangguan pada otak
tersebut maka pasien akan memiliki prognosis yang buruk.
 Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah
klien tidak kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak
ada diare, konsistensi feses lunak, bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi
konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek. Tumor tidak menyerang
di saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguan dalam sistem
percernaan pasien.
 Sistem endokrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak
berbau keton, dan tidak ada luka ganggren. Hal ini terjadi karena tumor
nasofaring tidak menyerang kalenjar tiroid pasien sehingga tidak
menganggu kerja sistem endoktrin.
 Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak
ada perubahan pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia,
inkontinensia, anuria), warna BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi
kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang. Tumor nasofaring tidak
sampai melebar sampai daerah urogenital sehingga tidak mengganggu
sistem tersebut.
 Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna
kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada,
kondisi kulit daerah pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan
rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien menunjukkan adanya
sumbatan yang ada di dalam tenggorokan sehingga pasien terlihat pucat.
 Sistem musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit
pada tulang, sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada
bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang, dan
keadaan otot baik. Pada tumor ini tidak menyerang otot rangka sehingga
tidak ada kelainan yang mengganggu sistem musculoskeletal.

 Pola aktifitas sehari-hari


 Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Biasanya klien yang
datang ke rumah sakit sudah mengalami gejala pada stadium lanjut,
klien biasanya kurang mengetahui penyebab terjadinya serta
penanganannya dengan cepat.
 Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi
makanan,perubahan berat badan, perubahan kelembaban/turgor kulit.
Biasanya klien akan mengalami penurunan berat badan akibat inflamasi
penyakit dan proses pengobatan kanker.
 Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak
mengalami gangguan eliminasi.
 Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya klien
mengalami kelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.
 Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama
klien tidur dalam sehari? Biasanya klien mengalami perubahan pada
pola istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, ansietas.
 Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji
bagaimana klien dalam berkomunikasi? Biasanya klien mengalami
gangguan pada indra penciuman.
 Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya? Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien akan
merasa sedih dan rendah diri karena penyakit yang dideritanya.
 Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan
masyarakat sekitarnya? Biasanya klien lebih sering tidak mau
berinteraksi dengan orang lain.
 Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada
perubahan kepuasan pada klien? Biasanya klien akan mengalami
gangguan pada hubungan dengan pasangan karena sakit yang diderita.
 Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?. Biasanya klien
akan sering bertanya tentang pengobatan.
 Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya? Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan
klien? Biasanya klien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha
Kuasa.
 Pola kebersihan diri
Kaji bagaimana klien tentang tindakan dalam menjaga kebersihan diri.

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa endoscopy-guided
biopsy adalah pemeriksaan yang penting untuk menegakkan
diagnosis definitif dari karsinoma nasofaring. Untuk
menentukan stadium kanker, dapat dilakukan pemeriksaan
MRI atau CT Scan.

 Endoskopi
Endoskopi diperlukan untuk melihat lesi atau
visualisasi secara langsung dari tumor primer sambil juga
melakukan biopsi agar sampel jaringan bisa dinilai secara
histopatologi.
 Histopatologi
Gambaran histopatologi karsinoma nasofaring terdiri
dari tiga tipe, yaitu non keratinising, keratinising,
dan basalloid.
Pada tipe non keratinising, terdapat dua subtipe yaitu
terdiferensiasi dan tidak terdiferensiasi. Kelompok ini sering
ditemukan berhubungan dengan infeksi virus Epstein-Barr.
Pada subtipe yang terdiferensiasi, sel-sel tumor
menunjukkan diferensiasi dengan urutan maturasi yang
jelas. Pada subtipe tidak terdiferensiasi tampak sel tumor
dengan nukleus berbentuk oval atau bulat dan nukleoli
yang prominen, batas sel tampak tidak jelas, serta sel
tumor berbentuk sinkretial.
Pada tipe keratinising tampak diferensiasi skuamosa
dengan jembatan interseluler dan atau keratinisasi
sepanjang hampir keseluruhan jaringan kanker.
Tipe basalloid adalah tipe yang langka dan biasanya lebih
agresif. Gambaran berupa sel-sel skuamosa tipe basal yang
imatur dengan nukleus hiperkromatik dan sitoplasma yang
sedikit. 
 MRI atau CT Scan
MRI atau CT Scan daerah kepala dan leher sampai
dengan klavikula diperlukan untuk menilai ekstensi tumor,
basis erosi tulang, dan limfadenopati servikal.
CT Scan thoraks mungkin diperlukan apabila terdapat
kecurigaan metastasis. Bone scan dapat dilakukan untuk
melihat adanya metastasis ke daerah tulang.
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah
lengkap dan profil kimiawi diperlukan pada pasien kanker
nasofaring. Adanya hasil tes fungsi liver abnormal dapat
memperlihatkan adanya metastasis ke liver. Pemeriksaan
serologi titer EBV, seperti IgA dan IgG juga dapat dikerjakan
meskipun bukan merupakan alat diagnostik untuk kanker
nasofaring.
Staging Karsinoma Nasofaring
Staging karsinoma nasofaring yang banyak digunakan
adalah sistem TNM dari American Joint Committee on
Cancer (AJCC). [11]
Tabel 1. Staging Karsinoma Nasofaring

AJCC Stage Grouping Deskripsi


Stage

0 Tis Tumor hanya berada di


N0 lapisan atas dari sel di
M0 dalam nasofaring, belum
tumbuh ke lapisan bagian
dalam (Tis).
Kanker belum menyebar
ke nodus limfa sekitarnya
(N0) atau bagian lain dari
tubuh (M0).
I T1 Tumor berada di
N0 nasofaring. Bisa tumbuh
M0 pula di orofaring (bagian
belakang dari mulut)
dan/atau kavitas nasal
(T1)
Kanker belum menyebar
ke nodus limfa sekitarnya
(N0) atau bagian lain dari
tubuh (M0).
II T1(atau T0) Tumor berada di
N1 nasofaring. Bisa tumbuh
M0 pula di orofaring (bagian
belakang dari mulut)
dan/atau kavitas nasal
(T1). ATAU, tidak ada
tumor yang terlihat di
nasofaring, namun kanker
ditemukan di nodus limfa
leher dan terdapat positif
EBV (T0).
Kanker sudah menyebar
ke 1 atau lebih nodus
limfa pada satu bagian
dari leher, atau sudah
menyebar ke ondus limfa
di bagian tenggorok.
Tidak ada nodus limfa
yang lebih besar dari 6 cm
(N1). Kanker belum
menyebar ke bagian lain
tubuh (M0).
T1(or T0) Tumor berada di
N2 nasofaring. Bisa tumbuh
M0 pula di orofaring (bagian
belakang dari mulut)
dan/atau kavitas nasal
(T1). ATAU, tidak ada
tumor yang terlihat di
nasofaring, namun kanker
ditemukan di nodus limfa
leher dan terdapat positif
EBV (T0).
Kanker sudah menyebar
ke nodus limfa pada
kedua bagian dari leher,
tidak ada nodus limfa
yang lebih besar dari 6 cm
(N2). Kanker belum
menyebar ke bagian lain
tubuh (M0).
T2 Tumor sudah bertumbuh
ke dalam jaringan bagian
N2
kiri atau kanan dari
M0 bagian atas tenggorok,
namun belum menginvasi
tulang (T2). Kanker sudah
menjalar ke nodus limfa
pada kedua bagian leher,
namun tidak ada yang
lebih besar dari 6 cm (N2).
Kanker belum menyebar
ke bagian lain tubuh (M0).
T3 Tumor sudah menjalar ke
N0 – N2 sinus dan/atau tulang di
M0 dekatnya (T3).
Kanker belum menyebar
atau sudah. menyebar ke
nodus limfa sekitarnya di
bagian leher atau
tenggorok belakang, tidak
lebih besar dari 6 cm (N0
– N2). Kanker belum
menyebar ke bagian lain
tubuh (M0).
IV A T4 Tumor sudah menyebar
N0-N2 ke tulang tengkorak dan/atau
M0 nervus kranial, hipofaring,
kelenjar saliva utama, mata,
atau jaringan di dekatnya (T4).
Kanker belum menyebar
atau sudah. menyebar ke
nodus limfa sekitarnya di
bagian leher atau
tenggorok belakang, tidak
lebih besar dari 6 cm (N0
– N2). Kanker belum
menyebar ke bagian lain
tubuh (M0).
Tis-T4 Tumor dapat atau belum
N3 menyebar ke struktur di
M0 luar nasofaring (T
apapun). Kanker sudah
menjalar ke nodus limfa
yang berukuran lebih dari
6 cm atau berlokasi pada
daerah bahu di atas
klavikula (N3).
Kanker belum menyebar
ke bagian lain tubuh (M0).
IVB T apapun Tumor dapat atau belum
N apapun menyebar ke struktur di
M1 luar nasofaring (T
apapun). Kanker belum
menyebar atau sudah.
menyebar ke nodus limfa
sekitarnya (N apapun).
Kanker sudah menyebar
ke bagian lain tubuh
(metastasis). (M1)

e. Tanda dan gejala :


 Aktivitas
Kelemahan atau keletihan. Perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
 Sirkulasi
Akibat metastase tumor terdapat palpitasi, nyeri dada, penurunan tekanan
darah, epistaksis/perdarahan hidung.
 Integritas ego
Faktor stres, masalah tentang perubahan penampilan, menyangkal
diagnosis, perasaan tidak berdaya, kehilangan kontrol, depresi, menarik
diri, marah.
 Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,
perubahan bising usus, distensi abdomen.
 Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahanpengawet), anoreksia,
mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat
badan, kakeksia, perubahan kelembaban/turgor kulit.
 Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, diplopia, juling, eksoftalmus
 Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku
di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran
 Pernapasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok),
pemajanan
 Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama /
berlebihan, demam, ruam kulit.
 Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan.
 Interaksi social
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
(Doenges, 2000)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d hipersekresi jalan nafas d/d sputum berlebih,
obstruksi jalan nafas dan ronkhi
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (neoplasma) dan agen pencedera fisik
(pembedahan, karsinoma).
3. Deficit nutrisi b/d kurangnya asupan makanan
4. Risiko infeksi b/d efek prosedur invasive dan imunosupresi
5. Deficit pengetahuan tentang manajemen kanker b/d kurang terpapar informasi.

C. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Bersihan jalan Setelahmendapatkanp Manajemen jalan nafas :
nafas tidak efektif erawatanselama 1 x - Monitor pola napas
24jam,
b/d hipersekresi - Monitor bunyi napas tambahan
kliendiharapkandapat
jalan nafas d/d memperlihatkan - Monitor sputum
sputum berlebih, tanda tanda - Posisikan semi-flower
penyembuhan
obstruksi jalan - Berikan minum hangat
dengankriteriahasil:
nafas dan ronkhi - Lakukan fisioterapi dada
-Mampu melakukan
- Lakukan penghisapan lender kurang dari
batuk efektif
15 detik
-Produksi sputum
- Berikan oksigen, jika perlu
cukup menurun
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
- Ronkhi cukup
perlu
menurun
- Ajarkan teknik batuk efektif
-Sesak berkurang
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
-Frekuensi napas
dalam batas normal
16-20 x/menit

2. Nyeri akut b/d Setelahmendapatkanp Manajemen nyeri :


agen pencedera erawatanselama 1 x - Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, dan
24jam, maka tingkat
fisiologis intensitas nyeri
(neoplasma) dan nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
agen pencedera dengankriteriahasil: - Identifikasi respon nonverbal
fisik -keluhan nyeri cukup - Identifikasi factor yang memperberat dan
(pembedahan). menurun dengan memperingan nyeri
skala 2-3
- Berikan teknik relaksasi, dan distraksi
-meringis menurun untuk mengatasi nyeri
-kesulitan tidur - Monitor keberhasilan terapi komplementer
menurun yang sudah diberikan
-anoreksia cukup - Control lingkungan yang memperberat rasa
menurun nyeri
-tanda – tanda vital - Fasilitasi istirahat dan tidur
dalam batas normal - Jelaskan penyebab nyeri
- Jelaskan strategi untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Monitor efek samping pemberian analgetik
3. Deficit nutrisi b/d Setelahmendapatkanp Manajemen nutrisi:
kurangnya asupan erawatanselama 3 x - Identifikasi status nutrisi
24jam, maka status
makanan - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
nutrisi membaik
dengankriteriahasil: - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
-Berat badan cukup
membaik - Identifikasi makanan kesukaan
- Monitor asupan makan
-Porsi makanan yang
dihabiskan cukup - Monitor berat badan
meningkat - Monitor hasil LAB
-nafsu makan cukup - Berikan makanan tinggi serat, tinggi kalori,
membaik dan tinggi protein
-kekuatan otot - Berikan suplemen makanan, jika perlu
menelan sedang - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Manajemen kemoterapi:
- Monitor efek samping dan toksik
pengobatan
- Monitor mual dan muntah
- Monitor status gizi
- Hindari penggunaan aspirin
- Batasi stimulus lingkungan
- Berikan asupan cairan adekuat
- Anjurkan diet sesuai indikasi
- Jelaskan efek obat pada sel kanker dan
fungsi sumsum tulang belakang
- Kolaborasi pemberian antiemetik
4. Risiko infeksi b/d Setelahmendapatkanp Pencegahan infeksi:
efek prosedur erawatanselama 1 x - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
24jam, maka tingkat
invasive dan sistemik
infeksi menurun
imunosupresi dengankriteriahasil: - Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
-Demam cukup
menurun dengan pasien dan lingkungan
- Pertahankan teknik aseptic
-Kemerahan menurun
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
-Nyeri menurun
- Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
-Sputum berwarna - Ajarkan etika batuk
kuning/hijau cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
menurun
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
-bengkak menurun
- Kolaborasi pemberian antibiotik
-kadar sel darah putih
membaik

-kultur sputum
membaik

-nafsu makan
membaik

5. Deficit Setelahmendapatkanp Edukasi berhenti merokok:


pengetahuan erawatanselama 3 x - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
24jam, maka tingkat
tentang manajemen menerima informasi
pengetahuan
kanker b/d kurang meningkat - Jelaskan pengaruh rokok dengan zat
terpapar informasi. dengankriteriahasil: penyebab kanker
-berperilaku sesuai - Jelaskan gejala fisik penarikan nikotin
anjuran - Jelaskan gejala berhenti merokoko

-mampu menjelaskan - Jelaskan aspek psikososial yang


pengetahuan tentang mempengaruhi perilaku merokok
kanker - Informasikan produk pengganti nikotin
-mau menjalani - Ajarkan cara berhenti merokok
pemeriksaan

-mematuhi program Edukasi kemoterapi:


perawatan/ - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pengobatan
menerima informasi
-resiko komplikasi - Jelaskan efek obat-obatan antineoplasma
penyakit menurun
pada sel sel malignan
-tanda dan gejala - Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
penyakit membaik
efek terapi
- Ajarkan pasien dan keluarga untuk
mencegah infeksi
- Anjurkan melaporkan gejala demam,
menggigil, mimisan, lebam, tinja
kehitaman
- Anjurkan menghindari produk asipirin

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk pasien kanker nasofaring yang
utama adalah mengatasi jalan nafas yang terganggu, megatasi nyeri yang dirasakan,
mempertahankan / meningkatkan nutrisi yang adekuat, dan memberikan pengetahuan
mengenai kanker nasofaring dan pengobatan yang dilakukan.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil yang diharapkan adalah:

 Pasien menunjukkan jalan nafas yang paten, dapat mendemonstrasikan batuk


efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea, mampu
mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab, foto thorak dalam batas
normal, saturasi O2 dalam batas normal

 Pasien dapat bernafas dengan mudah, tidak irama, frekuensi pernafasan normal,
pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu melakukan
oral hygiene, jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak
ada suara nafas abnormal.
 Pasien dapat mengontrol nyeri, nyeri berkurang, mengenali nyeri, menyatakan
rasa nyaman, tanda vital dalam rentang normal, dan tidak mengalami gangguan
tidur.

 Asupan nutrisi klien adekuat

 Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal.
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman dan mampu menjelaskan kembali
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan, pasien dan keluarga
mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.

Anda mungkin juga menyukai