Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

FATIYAH HEIDY ALMANA

P17120018015

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA I

JURUSAN KEPERAWATAN

2019/2020
A. Pengkajian

Hipertensi dapat diakibatkan oleh beberapa hal. terlepas dari jenis apa hipertensi tersebut,
hipertensi merupakan akibat dari serangkaian factor-faktor genetic dan lingkungan. Menurut Joy
M. Black dan Jane Hokanson Hawks tahun 2014 faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Riwayat Keluarga 6. Stres

2. Usia 7. Nutrisi

3. Jenis Kelamin 8. Diabetes

4. Etnis 9. Penyalahgunaan Obat

5. Obesitas

a. Riwayat kesehatan

1. Terasa Lelah, kelehaman, letih, napas pendek berkaitan dengan aktivitas


2. Merasa cemas dan selalu ingin marah karena tekanan kondisi keungan keluarga
3. Perubahan berat badan akhir-akhir ini
4. Mengeluh pening/pusing, terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan
setelah beberapa jam
5. Sakit kepala pada bagian belakang
6. Riwayat hipertensi keluarga, diabetes melitus, penyakit kardiovaskular,
hiperlipidemia, atau penyakit renal; merokok; stress; obesitas; atau gaya hidup
yang kurang gerak. Dokumentasikan tekanan darah tinggi sebelumnya, termasuk
usia, onset, tingkat elevasi, dan resep terapi medis saat ini
7. Riwayat seluruh obat yang diresepkan dan obat bebas serta kepatuhan klien yang
sebenarnya dalam minum obat.
Catat obat obatan yang mungkin meningkatkan tekanan darah atau menganggu
keefektifan obat antihipertensi termasuk kontrasepsi oral, steroid, obat
antiinflamasi nonsteroid, nasal dekongestan, penekan nafsu makan, siklosporin,
antidepresi, trisiklik, penghambat monoamina oksidase, dan eritropoietin
8. Riwayat semua penyakit atau trauma pada organ sasaran
9. Hasil dan efek samping dari terapi antihipertensi sebelumnya
10. Manifestasi klinis dari gangguan kardiovaskular, seperti angina, dispnea, atau
klaudikasi
11. Riwayat atau kenaikan berat badan terkini, kegiatan olahraga, asupan natrium,
penggunaan alcohol, dan merokok
12. Factor – factor psikosial dan lingkungan ( seperti stress emosional, praktik budaya
makan, status ekonomi ) yang mungkin memengaruhi control tekanan darah.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik mencakup penentuan akurat tekanan darah serta evaluasi organ sasaran

1. Tanda – tanda vital dan berat badan


2. Tekanan darah
Karena tekanan darah dapat berubah – ubah dan dapat dipengaruhi oleh banyak
factor.
3. Penggunaan ukuran manset yang tepat akan menjamin pengukuran akurat.
Kantung karet harus mengelilingi setidaknya 80% dari ekstremitas yang diukur.
Lebar kantung harus sepertiga sampai setengah dari lingkar ekstremitas.
4. Pengukuran seharusnya diambil dengan sphygmomanometer merkuri, atau
perangkat elektronik yang divalidasi
5. Tekanan darah postural harus diukur dan dicatat sesuai dengan posisi dan lengan
yang digunakan, termasuk pengukuran berbaring, duduk, dan berdiri dari kedua
lengan
6. Pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan arteri retinal, hemoragi, eksudat, dan
papilledema
7. Pemeriksaan leher untuk distensi vena, bruit karotis, dan pembesaran tiroid
8. Auskultasi jantung untuk meningkatknya denyut jantung, disritmia, pembesaran,
implus precordial, murmur, dan suara jantung S3 dan S4
9. Pemeriksaan perut untuk bruit, dilatasi aorta, dan pembesaran ginjal
10. Pemeriksaan ekstremitas untuk menghilangnya atau tidak adanya denyut perifer,
edema, dan ketidaksamaan denyut bilateral
11. Evaluasi neurologi untuk tanda-tanda thrombosis serebral atau hemoragi

c. Uji Laboratorium

Uji yang digunakan dalam evaluasi hipertensi rutin termasuk jumlah sel
darah lengkap, urinealisis, penentuan serum kalium dan kadar natrium, kadar
glukosa darah saat berpuasa, kadar serum koletrerol, nitrogen ureum darah, dan
kadar serum kreatin, elektrokardiogram, dan radiografi dada.

Tes-tes ini menyediakan informasi yang berguna dalam menentukan


keparahan penyakit vascular, luasnya kerusakan organ sasaran, dan kemungkinan
penyebab hipertensi. Klien dengan potensi hipertensi sekunder mungkin
memerlukan uji yang lebih luas.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia


miokard, hipertropi ventricular.
2. Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
4. Nyeri akut
5. Resiko jatuh

C. Intervensi Keperawatan

NO TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL


DX HASIL
1 Tujuan : 1. Pantau TD, ukur pada 1. Pemantauan TD pada
Setelah dilakukan intervensi kedua tangan, gunakan pasien hipertensi bertujuan
keperawatan 3x 24 jam, di manset dan tehnik yang tepat. untuk menghitung
harapkan Afterload tidak 2. Catat keberadaan, kualitas bagaimana perkembangan
meningkat, tidak terjadi denyutan sentral dan perifer. kefektifan obat yang sudah
vasokonstriksi, tidak terjadi 3. Auskultasi tonus jantung diberikan
iskemia miokard. dan bunyi napas.
2. Warna kulit,
Kriterian Hasil : 4. Amati warna kulit, kelembapan, dan edema
1. Klien berpartisifasi dalam kelembaban, suhu dan masa harus dipantau apakah
aktivitas yang menurunkan pengisian kapiler. adanya komplikasi dari
tekanan darah / bebankerja hipertensi tersebut
jantung 5. Catat edema umum.
2. Mempertahankan TD dalam 3. Pijatan punggung akan
rentang individu yang dapat
6. Berikan lingkungan tenang, merilekskan pada bagian
diterima
nyaman, kurangi aktivitas. yang sering terjadi nyeri
3. Memperlihatkan norma dan
frekuensi jantung stabil dalam pada kepala bagian
rentang normal pasien. 7. Pertahankan pembatasan belakang
aktivitas seperti istirahat
ditempat tidur/kursi

8. Bantu melakukan aktivitas


perawatan diri sesuai
kebutuhan

9. Lakukan tindakan yang


nyaman spt pijatan punggung
dan leher

10. Anjurkan tehnik relaksasi,


panduan imajinasi, aktivitas
pengalihan

11. Pantau respon terhadap


obat untuk mengontrol
tekanan darah

12. Berikan pembatasan


cairan dan diit natrium sesuai
indikasi

13. Kolaborasi untuk


pemberian obat-obatan sesuai
indikasi.
2 Tujuan : 1. Dukungan Tidur 1. Dengan mengetahui
Setelah dilakukan tindakan pola aktivitas dan tidur
keperawatan 3x 24 jam, klien Observasi : klien, perawat dapat
dapat di kriteriakan tercapainya 1. Identifikasi pola aktvitas mengetahui apakah pola
keadekuatan kualitas dan kuantitas dan tidur tersebut sudah sesuai atau
tidur 2. Identifikasi factor belum
pengganggu 2. Faktor penggangu dapat
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi makanan dan di hindari dari klien saat
1. Kemampuan beraktivitas cukup minuman yang mengganggu ingin tidur
meningkat tidur 3. Makanan dan minuman
2. keluhan sulit tidur menurun 4. Identifikasi obat tidur yang yang seperti kafein dapat
3. keluhan sering terjaga menurun di konsumsi mengganggu jam tidur
4. keluhan tidak puas tidur klien
menurun Terapeutik :
5. keluhan pola tidur berubah 1. Modifikasi lingkungan 1. Keadaan lingkungan
menurun 2. Batasi waktu tidur siang yang berisik dan tidak
6. keluhan istirahat tidak cukup 3. Fasilitasi menghilangkan nyaman untuk klien tidur
menurun stress sebelum tidur 2. Jadwal tidur yang rutin
4. Tetapkan jadwal tidur rutin mampu memperbaikin
5. Lakukan prosedur untuk pola tidur klien
meningkatkan kenyamanan 3. Obat yang mengandung
6. Sesuaikan jadwal sedasi harus disesuaikan
pemberian obat atau tindakan waktunya agar tidak
untuk menunjang siklus tidur- mengganggu pola tidur
terjaga klien

Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengganggu
supresor terhadap tidur REM
5. Ajarkan factor-faktor yang
berkontribusi terhadap
ganggaun pola tidur
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenic

3 Tujuan : 1. Manajemen Energi


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x 24 jam, klien Observasi : 1. Pemonitoran bertujuan
dapat mengatasi secara mandiri 1. Identifikasi gangguan untuk mengetahui
keadaan respon fisiologi tubuhnya fungsi tubuh yang seberapa kuatnya fungsi
terhadap aktivitas yang mengakibatkan kelelahan tubuh yang di miliki oleh
membutuhkan tenaga 2. Monitor kelelahan fisik dan pasien, sehingga terhindar
emosional dari resiko jatuh
Kriteria Hasil : 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Kemudahan melakukan 4. Monitor lokasi dan 2. Lingkungan yang
aktivitas sehari-hari meningkat ketidaknyamanan selama nyaman membantu pasien
2.Toleransi menaiki tangga cukup melakukan aktivitas untuk melakukan istirahat
meningkat yang berkulitas
3. Keluhan Lelah cukup menurun Terapeutik :
4. Dipsnea saat dan setelah 1. Sediakan lingkungan yang 3. Aktivitas secara
aktivitas cukup menurun nyaman dan rendah stimulus bertahap bertujuan untuk
5. Aritimia saat dan setelah 2.Fasilitasi duduk di sisi menghindari kejadian yang
aktivitas sedang tempat tidur tidak diinginkan jika
terjadi kelemahan,
Edukasi : keletihan, dan sakit kepala
1. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
2. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
3. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4 Tujuan : 1. Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x 24 jam, Observasi : 1. Relaksasi merupakan
klien mampu melakukan 1. Identifikasi lokasi, cara terbaik untuk
manajemen nyeri yang dirasakan karakteristik, durasi, mengurangi rasa nyeri,
akibat dari tekanan darah yang frekuensi, kualitas, intensitas karena oksigen tersalurkan
naik secara mandiri nyeri kepada seluruh pembuluh
2. Identifikasi skala nyeri – pembulu darah
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi factor yang
1. Kemampuan menuntaskan memperberat dan
aktivitas cukup meningkat memperingan nyeri
2. Gelisah menurun 4. Identifikasi pengetahuan
3. Kesulitan tidur menurun dan keyakinan tentang nyeri
4. Perasaan depresi menurun 5. Identifikasi pengaruh
5. Frekuensi nadi cukup membaik budaya tentang nyeri
6. Pola napas cukup membaik 6. Identifikasi pengaruh nyeri
7. Tekanan darah cukup membaik pada kualitas hidup
8. Pola tidur membaik
Terapeutik :
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :
1. Anjurkan patuh
mengonsumsi obat yang
sudah diberikan
5 Tujuan : 1. Pencegahan Jatuh
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x 24 jam, Observasi : 1. Menghindari kejadian
klien terhindar dari kejadian jatuh. 1. Identifikasi factor resiko kejadian jatuh pada pasien
Dan diharapkan dapat diterapkan jatuh hipertensi yang sering
di rumah secara mandiri oleh klien 2. Identifikasi factor sewaktu-waktu mengalami
maupun keluarga lingkungan yang kelemahan, keletihan, dan
meningkatkan resiko jatuh kurang nya keseimbangan
Kriteria Hasil : 3. Monitor kemampuan tubuh
1. Jatuh saat berdiri menurun berpindah tempat
2. Jatuh saat dari tempat tidur
menurun Terapeutik :
3. Jatuh saat duduk menurun 1. Pasang handrail tempat
4. Jatuh saat berjalan menurun tidur
5. Jatuh saat naik tangga menurun 2. Atur posisi tempat tidur
6. Jatuh saat di kamar mandi pada posisi terendah
menurun 3. Dekatkan pasien pada
7. Jatuh saat membungkuk pantauan perawat
menurun 4. Dekatkan bel dalam
jangkauan pasien

Edukasi :
1. Ajarkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga keseimbangan
tubuh
4. Ajarkan menggunakan bel
untuk memanggil perawat

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan terhadap pasien yang


mengalami hipertensi disesuaikan dengan intervensi yang telah dirancang atau disusun
sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan implementasi pada pasien dengan
hipertensi adalah bagaimana kita harus terus menedukasi pasien tentang pentingnya
mengkonsumsi obat hipertensi. Karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa sembuh.
Selain itu, hal yang perlu di ingatkan kembali pada pasien adalah bagaimana pasien harus bisa
memanajemen stress, olahraga, berhenti merokok, dll. Perawat juga harus mengedukasi
bagaimana makanan yang harus di konsumsi pada penderita hipertensi, seperti mengurangi
lemak dan kolesterol. Implementasi keperawatan pada pasien hipertensi akan mendapatkan
kriteria hasi yang di inginkan jika pasien bersedia untuk mengganti pola hidup yang memicu
naiknya tekanan darah.

E. Evaluasi Keperawatan

Hasil Asuhan Keperawatan pada klien yang menderita hipertensi adalah sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan pada intervensi. Evaluasi ini berdasarkan pada hasil yang di harapkan atau
perubahan yang terjadi, yaitu :

1. Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / bebankerja


jantung
2. Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
3. Memperlihatkan norma dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
4. Kemampuan beraktivitas cukup meningkat
5. keluhan sulit tidur menurun
6. keluhan sering terjaga menurun
7. keluhan tidak puas tidur menurun
8. keluhan pola tidur berubah menurun
9. keluhan istirahat tidak cukup menurun
10. Kemudahan melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
11. Toleransi menaiki tangga cukup meningkat
12. Keluhan Lelah cukup menurun
13. Dipsnea saat dan setelah aktivitas cukup menurun
14. Aritimia saat dan setelah aktivitas sedang
15. Kemampuan menuntaskan aktivitas cukup meningkat
16. Gelisah menurun
17. Kesulitan tidur menurun
18. Perasaan depresi menurun
19. Frekuensi nadi cukup membaik
20. Pola napas cukup membaik
21. Tekanan darah cukup membaik
22. Pola tidur membaik
23. Tidak terjadi kejadian pasien jatuh

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC
M. Black, Joyce dan Hokanson Hawks, Jan. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Buku 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai