Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

ENDOKARDITIS

Dosen Pembimbing :

Bara Miradwiyana SKp, MKM

Disusun Oleh:
Fitria Nurul Qadri
P17120018007
Tingkat II A
Jurusan Keperawatan
Politiknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta I

1
1. Pengkajian
Pengkajian ini terdiri atas anamnesis berupa keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
Anamnesis
a. Keluhan utama
Pada fase awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri
tenggorokan. Sesuai perkembangan penyakit endokarditis yang mengganggu
katup jantung, keluhan sesak nafasdan kelemahan menjadi alasan klien untuk
meminta pertolongan
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang, meliputi :
- Apakah terdapat adanya penurunan respons imunologis terhadap infeksi
seperti pada klien HIV atau AIDS.
- Apakah klin mengalami perubahan metabolisme akibat penuaan.
- Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif secara intravena.
- Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka panjang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita infeksi tenggorokan, infeksi sinus
akut, riwayat minum obat, dan adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Juga harus menanyakan adanya alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang
timbul. Sering kali klien tidak dapat membedakan suatu alergi dengan efek
samping obat.

d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, serta
bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematiannya juga di
tanyakan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan terdiri atas pengkajian B1-B6.

2
a. B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat sesak
dan frekuensi nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat pengerahan
tenaga dan kenaikan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat ke
gagalan eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan
fisik. Bila sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul pada waktu beristirahat.
Klien biasanya di dapat kan batuk.
b. B2 (Bleeding)
Inspeksi
Inspeksi adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di
atas perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada, terjadi nyeri, serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
Palpasi
Denyut nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9o - 40oC), dan menggigil.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala
sistemik yang terjadi sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila di
temukan mur-mur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik maka harus di
curigai adanya infeksi endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukan adanya kerusakan katup
akibat vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae. Pembesaran jantung
atau adanya bukti gagal jantung kongestif juga bisa terjadi.
Perkusi
Pada batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.
c. B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada tenggorokan di
sertai eksudat (awitannya mendadak) serta nyeri sendi dan punggung. Sinusitis
akut dan otitis media akut terjadi mungkin karena streptokokus. Manifestasi
sistem saraf pusat mencakup sakit kepala, iskemia serebral transien atau
sementara, dan stroke yang mungkin di akibatkan oleh emboli pada arteri
serebral.
d. B4 (Bladder)

3
Pengukuran volume keluaran urine yang berhubungan dengan adanya penurunan
suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi dari penurunan perfusi perifer.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu makan dan berat badan
turun. Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe, nyeri abdomen (lebih
sering pada anak).
f. B6 (Bone)
Aktivitas. Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia, dispnea, pada istirahat /
aktivitas. Higiene : kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Elektrokardiografi

Analisa Data
Proses analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep,
teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi klien.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, upaya batuk buruk dan edema tracheal/ faringeal.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, anoreksia,
ketidakcukupan nutrisi.
3) Gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan defisiensi volume
cairan
4) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru,
kerusakan membran di alveolar- kapiler.
5) Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen
untuk aktivitas.
6) Hipertermi berhubungan dengan adanya inflamasi

3. Rencana keperawatan

4
Tujuan rencana keperawatan adalah membantu klien dalam mengatasi masalah
kebutuhan dasarnya, meningkatkan kesehatan klien secara optimal, dan mengurangi
dampak kekambuhan pada endokarditis rematik. Sehingga komplikasi yang paling
parah dari kerusakan katup dapat di kurangi. Untuk rencana keperawan fase akut
yang di lakukan perawat, meliputi :
Diagnosa I :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mucus yang kental,
upaya batuk buruk dan edema tracheal/ faringeal.
Tujuan : kepatenan jalan napas
Kriteria Hasil : klien mampu menunjukkan jalan napas yang paten (klien merasa
tidak tercekik, irama napas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara napas abnormal)
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas misalnya mengi, kerkel,
ronki.
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
napas dan cepat dimanifestasikan dengan bunyi nafas tambahan.
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi / ekspirasi.
Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada pasien cemas dan adanya proses infeksi akut.
c. Catat adanya derajat dispnea, missal keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas,
distress pernafasan dan penggunaan oto bantu pernafasan
Rasional : disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, missal peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi.
e. Pertahankan polusi lingkungan minimum, missal debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat meningkatkan
episode akut.

Diagnosa II :

5
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan, anoreksia,
ketidak cukupan nutrisi.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil : Klien tidak mengeluh pusing, alat dan sarana untuk memenuhi
aktivitas tersedia dan mudah klien terjangkau.
Intervensi :
a. Kaji respon aktivitas pasien. Catat adanya/ timbulnya perubahan keluhan
seperti kelemahan, kelelahan, san sesak napas saat beraktivitas.
Rasional      : Penurunan pengisian jantung/ kardiak output akan menyebabkan
cairan terkumpul pada rongga pericardial (bila ada perikarditis) yang pada
akhirnya endokarditis dapat menimbulkan gangguan fungsi katup dan
kecendrungan penurunan kardiak output.
b. Pantau denyut atau irama jantung, tekanan darah dan jumlah pernapasan
sebelum/ sesudah serta selama aktivitas sesuai kebutuhan
Rasional      :  Membantu menggambarkan tingkat dekompensasi jantung dan
paru penurunan tekanan darah, takikardi dan takipneo adalah indikasi
gangguan aktivitas jantung.
c. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh: bangun dari
kursi, bila tak ada nyeri ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional      : Aktivitas yang maju memberikan control jantung, meningkatkan
regangan dan mencegah aktivitas berlebihan.

Diagnosa III :
Gangguan keseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan defisiensi volume
cairan
Tujuan :
Kriteria hasil : mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ Urine
normal, HT normal
Intervensi :
a. Pantau TTV dan CVP
Rasional : takikardi tergantung pada derajat kekurangan cairan pengukuran
CVP untuk penentuan derajat cairan dan respons terhadap terapi penggantian.
b. Pantau masukan dan haluaran urine

6
Rasional : kebutuhan penggantian cairan didasarkan pada perbaikan kekurangan
dan kehilangan terus menerus.
c. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan keseimbangan cairan 24 jam.
Rasional : perubahan dalam berat badan tidak secara akurat mempengaruhi
volume intravaskuler.

Diagnosa IV :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan jaringan efektif paru,
kerusakan membran di alveolar- kapiler.
Tujuan : nafas kembali normal
Kriteria  hasil : klien mampu mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
oksigenisasi yang adekuat.
Intervensi :
a. Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan
sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
c. Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.

Diagnosa V :
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen
untuk aktivitas.
Tujuan : aktivitas kembali normal
Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan sarah, nadi, dan RR
Intervensi :
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator,diuretik dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.

7
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera
frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung
dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali

Diagnosa VI :
Hipertermi berhubungan dengan adanya inflamasi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria Hasil : suhu tubuh dalam rentang normal
Intervensi :
a. Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil / diafpresis
Rasional : suhu 38,90C, 41,10C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Pada demam dapam membantu dalam diagnosis ; missal kurun demam lanjut
berakhir dari 24 jam.
b. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
c. Berikan kompres mandi hangat
Rasional : dapat membantu mengurangi demam
d. Berikan antipiretik, missal : paracetamol, asetaminofen
Rasional : digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi dari sel – sel yang
terinfeksi.

8
3.5 Evaluasi

1. Klien melaporkan/menunjukkan penurunan episode dispneu, agnia dan

distrimia

2. Klien mengidentifikasi perilaku untuk meurunkan beban kerja jantung

3. Klien menunjukkan suhu tubuh normal (36-37 derajat celcius)

4. Klien menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal

5. Klien mengungkapkan tidak mengalami sakit kepala

6. Klien menunjukkan dehidrasi yang cukup

7. Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

8. Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas

9. Klien mengugkapkan pemahaman tentang pembatasan terapi yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth. 2002.buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8.jakarta: EGC
Corwin elizabeth j.2001.buku patofisiologi.jakarta : EGC
Doengoes marilynn E.1999. rencana asuhan keperawatan edisi 3. jakarta : EGC
Muttaqin arif.2009. asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular
dan hematologi. Jakarta : salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai