Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

”Pengertian Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran”


Dosen Pengampuh :
Asih Riyanti, M.Pd

Disusun Oleh :

Ine Siska Apriliani 1740602026

Lokal A1 Semester VI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENGETAHUAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
PEMBAHASAN

1. Pengertian Evaluasi
Secara etimologi “ evaluasi” berasal dari bahasa
Inggris yaitu evaluation dari akar kata value yang
berarti nilai atau harga. Secara terminologi, beberapa
ahli memberikan pendapat tentang pengertian
evaluasi diantaranya:

Edwind dalam Ramayulis mengatakan bahwa


evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau
proses dalam menentukan nilai sesuatu. Sedangkan
M.Chabib Thoha, mendefinisikan evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk
mengetahui keadaan objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok
ukur untuk memperoleh kesimpulan.

Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan


sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai
sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja,
proses, orang, objek dan yang lainnya) berdasarkan
kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk
menentukan nilai sesuatu dengan cara
membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat
langsung membandingkan dengan kriteria umum,
dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu
yang dievaluasi kemudian membandingkan dengan
kriteria tertentu.

Dalam pengertian lain antara evaluasi, pengukuran,


dan penilaian merupakan kegiatan yang bersifat
hirarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya
harus dilaksanakan secara berurutan. Dalam kaitan
ini ada dua istilah yang hampir sama tetapi
sesungguhnya berbeda, yaitu penilaian dan
pengukuran. Pengertian pengukuran terarah kepada
tindakan atau proses untuk menentukan kauntitas
sesuatu, karena itu biasanya diperlukan alat bantu.
Sedangkan penilaian atau evaluasi terarah pada
penentuan kualitas atau nilai sesuatu.
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk
menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian atau
pengukuran belajar dan pembelajaran. Sedangkan
pengertian pengukuran dalam kegiatan pembelajaran
adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan
belajar dan pembelajaran dengan ukuran
keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah
ditentukan secara kuantitatif, sementara pengertian
penilaian belajar dan pembelajaran adalah proses
pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan
pembelajaran secara kualitatif.
Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat
mengetahui sejauh mana keberhasila yang teldicapai
selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi di mana
peserta didik mendapatkan nilai yang memuaskan,
maka akan memberikan dampak berupa suatu
stimulus, motivator agar peserta didik dapat lebih
meningkatkan prestasi. Pada kondisi di mana hasil
yang dicapai tidak memuaskan. maka peserta didik
akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun
demikian sangat diperlukan pemberian stimulus
positif dari guru/pengajar agar peserta didik tidak
putus asa.
2. Pengertian Penilian
Penilaian pendidikan merupakan proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
mencakup: penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah.
Dalam Permendikbud Nomor 66 Tahun
2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan
disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut:

a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada


standardan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik
dilakukan secara terencana, menyatu dengan
kegiatan pembelajaran, dan
berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan
efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian,
kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk
aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi
peserta didik dan guru.
Jika dibandingkan dengan prinsip-prinsip
penilaian hasil belajar di atas dengan prinsip-
prinsip umum yang ditetapkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan, maka nampak
prinsip-prinsip di atas lebih ringkas dari pada
yang ditetapkan oleh BNSP.1 Demikian pula
secara substansi tidak ditemukan perbedaan
yang cukup mencolok antara prinsip
penilaian yang ada dalam Permendikbud No.
66 tentang Standar Penilaian Pendidikan
dengan yang ditetapkan oleh BNSP.
BSNP juga menegaskan bahwa dalam
proses penilaian perlu pula diperhatikan
prinsip-prinsip khusus sebagi berikut:
1. Penilaian ditujukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi.
2. Penilaian menggunakan acuan kriteria,
yaitu keputusan yang diambil berdasarkan
apa yang seharusnya dapat dilakukan oleh
peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran.
3. Penilaian dilakukan secara keseluruhan
dan berkelanjutan.
4. Hasil penilaian digunakan untuk
menentukan tindak lanjut.
5. Penilaian harus sesuai dengan
pengalaman belajar yang ditempuh
dengan proses pembelajaran.
3. Pengertian Pengukuran Kognitif
Pada umumnya hasil belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor, dan
secara eksplisit ketiga aspek ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Apapun jenis mata
ajarnya selalu menggunakan tiga aspek tersebut
namun memiliki penekanan yang berbeda. Untuk
aspek kognitif lebih menekankan pada teori,
aspek psikomotor menekankan pada praktek dan
kedua aspek tersebut selalu mengandung aspek
afektif. Ranah kognitif adalah ranah yang
mencakup kegiatan mental (otak) seperti
kemampuan berpikir, memahami, menghapal,
mengaplikasi, menganalisa, mensintesa, dan
kemampuan mengevaluasi. Menurut taksonomi
Bloom, segala upaya yang mengukur aktifitas
otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang
proses berpikir, mulai dari jenjang terendah
sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam
jenjang tersebut yaitu: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan penilaian (evaluation).
Hasil belajar kognitif adalah perubahan
perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi,
hasil belajar kognitif tidak merupakan
kemampuan tunggal melainkan kemampuan yang
menimbulkan perubahan perilaku dalam domain
kognitif yang meliputi beberapa jenjang atau
tingkat (Purwanto, 2010: 50). Tujuan pengukuran
ranah kognitif adalah untuk mendapatkan
informasi yang akurat mengenai tingkat
pencapaian tujuan instruksional oleh siswa pada
ranah kognitif khususnya pada tingkat hapalan
pemahaman, penerapan, analisis, sintesa dan
evaluasi. Manfaat pengukuran ranah kognitif
adalah untuk memperbaiki mutu atau
meningkatkan prestasi siswa pada ranah kognitif
khususnya pada tingkat hapalan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesa dan evaluasi.
4. Pengertian Pengukuran Efektif
David R. Krathwohl (1974: 247),
berpendapat bahwa ranah afektif adalah ranah
yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya jika seseorang telah
memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.
Cirri-ciri hasil belajar afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti: perhatian
terhadap mata pelajaran, kedisiplinan dalam
mengikuti proses belajar, motivasinya dalam
belajar, penghargaan atau rasa hormatterhadap
guru, dan sebagainya (Anas Sudjono, 2006: 54).
Krathwohl dan kawan-kawan (1974),
mengelompokkan ranah afektif ini menjadi lima
jenjang yaitu: (1) menerima atau memperhatikan
(receiving); (2) menanggapi (responding); (3)
menailai atau menghargai (valuing); (4)
mengatur atau mengorganisasikan
(organization); dan (5) karakterisasi dengan
suatu nilai atau kelompok nilai
(characterization). Ada lima tipe karakteristik
afektif yang penting yaitu: sikap, minat, konsep
diri, nilai dan moral (Depdiknas, 2008: 4).
Tujuan pengukuran ranah afektif selain
untuk mendapatkan informasi yang akurat
mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional
oleh siswa pada ranah afektif khususnya pada
tingkat penerimaan, partisipasi, penilaian,
organisasi dan internalisasi juga dapat
mengarahkan peserta didik agar senang membaca
buku, bekerja sama, menempatkan siswa dalam
situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai
dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta
karakteristik siswa. Manfaat dari pengukuran
ranah afekitif adalah untuk memperbaiki
pencapaian tujuan instruksional oleh siswa pada
ranah afektif khususnya pada tingkat penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi
selain itu juga dapat memperbaiki sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral siswa.
5. Pengertian Pengukuran Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (Skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Menurut Singer
(1972), mata ajar yang termasuk kelompok mata
ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih
berorientasi pada gerakan dan menekankan pada
reaksi-reaksi fisik. Menurut Ryan (1980: 3),
penilaian hasil belajar psikomotor dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu: melalui
pengamatan langsung selama proses belajar-
mengajar (persiapan), setelah proses belajar
(proses), dan beberapa waktu setelah selesai
proses belajar-mengajar (produk). Tujuan
pengukuran ranah psikomotor adalah selain
untuk memperbaiki pencapaian tujuan
instruksional oleh siswa pada ranah psikomotor
khususnya pada tingkat imitasi, manipulasi
presisi, artikulasi, dan naturalisasi, juga dapat
meningkatkan kemampuan gerak reflex, gerak
dasar, keterampilan perseptual, keterampilan
fisik, gerak terampil, dan komunikasi non-
diskusif siswa. Sedangkan manfaat dari ranah
psikomotor adalah selain untuk memperbaiki
pencapaian tujuan instruksional oleh siswa pada
ranah psikomotor khususnya pada tingkat imitasi,
manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi
juga dapat meningkatkan kemampuan gerak
refleks, gerak dasar, keterampilan perseptual,
keterampilan fisik, gerak terampil, dan
komunikasi non-diskusif siswa.

Kesimpulan
Menurut saya evaluasi pembelajaran adalah
serangkaian kegiatan penilaian yang sudah dilaksanakan
atau penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan guna
melihat dan mengukur tingkat kemampuan atau kriteria
pada murid. Sedangkan penilaian adalah proses
pengumpulan data-data hasil belajar pada siswa atau
pemberian skor pada perilaku maupun akademik pada
murid. Sedangkan Pengukuran adalah ada 3 aspek
pengukuran yaitu kognitif, efektif dan psikomotor yang
merupakan pengukuran dari kemampuan berpikir, sikap
dan keterampulan yang diukur dan dinilai masing-
masing bidang untuk melihat dan mengetahui nilai dari
kriteria pada siswa.
DAFTAR PUSTAKA

L. Idrus, (2019), Evaluasi dalam Proses Pembelajaran.


Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol. 9 no. 2 hal
922-923.
Salamah, Umi. (2018), Penjaminan Mutu Penilaian
Pendidikan. Vol. 2 No. 1 hal 274-275.
Nurbudiyani, Iin. (2013), Pelaksanaan Pengukuran
Ranah Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor Pada Mata
Pelajaran Ips Kelas Iii Sd Muhammadiyah Palangkaraya.
Jurnal Anterior. Vol. 13 No. 1 hal 89-91.

Anda mungkin juga menyukai