Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PATOLOGI

DESKRIPSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH

Disusun oleh :

Sevtya Prihartini Hidayati


151910483021

D4 Pengobat Tradisional
Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, maupun parasit,
semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut, jalan napas,
saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen
infeksius mampu menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan kematian
bila agen infeksius tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam. Selain itu, secara intermiten
kita terpapar dengan bakteri dan virus yang sangat infeksius di samping bentuk-bentuk yang
memang dijumpai dalam keadaan normal, bakteri atau virus ini dapat menyebabkan penyakit
akut yang mematikan, misalnya pneumonia. Akan tetapi Tubuh kita juga mempunyai suatu
sistem khusus untuk melawan hal tersebut. Sistem ini dinamakan sistem kekebalan tubuh
yang berperan dalam menghancurkan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh dengan
leukosit dan jaringan limfoid sebagai sel efektornya. Leukosit berperan melaksanakan strategi
pertahanan tubuh. Leukosit memiliki lima jenis yang fungsinya berbeda-beda sebagai berikut.
a) Neutrofil adalah spesialis fagositik yang memiliki mobilitas tinggi serta mampu
menelan dan menghancurkan bahan yang tidak diinginkan.
b) Eosinofil mengeluarkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan cacing
parasitik dan berperan dalam reaksi alergik.
c) Basofil mengeluarkan histamin dan heparin serta juga berperan dalam reaksi
alergik.
d) Monosit berubah menjadi makrofag, yaitu spesialis fagositik besar yang berada
di jaringan.
e) Limfosit terdiri dari dua ripe: a. Limfosit B (sel B) berubah menjadi sel plasma,
yang mengeluarkan antibodi yang secara tidak langsung menyebabkan destruksi
benda asing (imunitas yang diperantarai oleh antibodi, imunitas humoral) b.
Limfosit T (sel T) secara langsung menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan
sel mutan dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang melubangi sel korban
(imunitas yang diperantarai oleh sel, imunitas selular).
Jaringan limfoid secara kolektif adalah jaringan yang memproduksi, menyimpan, atau
memproses limfosit. Jaringan-jaringan ini mencakup sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa,
timus, tonsil, adenoid, apendiks, dan agregat jaringan limfoid di lapisan dalam saluran cerna
yang dinamai Bercak Peyer atau Gat-Associated Lymphoid Tissue (GALT).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunitas
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta mengahancurkan sel kanker dan
zat asing dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh
juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen dapat berkembang dalam tubuh. Imunitas
(protektif) dihasilkan oleh kerja sama dua komponen sistem imun yang terpisah tetapi saling
bergantung: sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif atau didapat. Respons kedua sistem
ini berbeda dalam waktu dan dalam selektivitas mekanisme pertahanannya.
2.2 Jenis-Jenis Imunitas
Imunitas dibagi menjadi dua, yaitu imunitas bawaan dan imunitas didapat.
2.1 Imunitas bawaan
Sistem imun bawaan mencakup respon imun non-spesifik tubuh yang beraksi segera
setelah adanya suatu agen yang mengancam. Respons non-spesifik ini adalah mekanisme
pertahanan inheren (bawaan atau sudah ada) yang secara non-selektif mempertahankan tubuh
dari benda asing atau materi abnormal apapun jenisnya, bahkan meskipun baru pertama kali
terpapar. Respons ini merupakan lini pertama pertahanan terhadap berbagai ancaman,
termasuk agen infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan akibat trauma mekanis atau luka
bakar. Semua orang lahir dengan mekanisme respons imun bawaan yang pada hakikatnya
sama, meskipun mungkin terdapat sedikit perbedaan genetik. Imunitas ini meliputi:
a) Proses fagositosis bakteri dan organisme lainnya oleh sel darah putih dan sel
pada sistem makrofag jaringan.
b) Penghancuran organisme yang tertelan ke dalam saluran cerna oleh asam
lambung dan enzim pencernaan.
c) Daya tahan kulit terhadap invasi organisme.
d) Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang melekat pada organisme
asing atau toksin dan kemudian menghancurkannya. Beberapa senyawa tersebut
adalah (1) lisozim, suatu polisakarida mukolitik yang menyerang bakteri dan
membuatnya larut; (2) polipeptida dasar, yang bereaksi dengan bakteri gram-
positif tertentu dan membuatnya menjadi tidak aktif; (3) kompleks komplemen
yang akan dibicarakan kemudian, merupakan suatu sistem yang terdiri atas
kurang lebih 20 protein, yang dapat diaktifkan melalui berbagai macam cara
untuk menghancurkan bakteri; dan (4) limfosit pembunuh alami (natural killer
lymphocyte) yang dapat mengenali dan menghancurkan sel-sel asing, sel tumor,
dan bahkan beberapa sel yang terinfeksi.
Mekanisme Imunitas bawaan terbagi menjadi empat pertahanan, yaitu peradangan,
interferon, natural killer cells, dan sistem komplemen.
a. Peradangan adalah respon non-spesifik terhadap invasi asing atau kerusakan
jaringan. tujuan akhir proses peradangan adalah mengisolasi dan
menghancurkan penyebab cedera dan membersihkan daerah peradangan untuk
proses perbaikan jaringan. Di sebagian jaringan (misalnya kulit, tulang, dan
hati), sel-sel spesifik organ sehat yang mengelilingi daerah cedera mengalami
pembelahan untuk mengganti sel yang hilang, dan sering menghasilkan
penyembuhan yang sempurna. Namun, di jaringan yang biasanya nonregeneratif
misalnya saraf dan otot, sel-sel yang hilang diganti oleh jaringan parut.
Fibroblas, sejenis sel jaringan ikat, mulai membelah diri dengan cepar di sekitar
tempat peradangan dan mengeluarkan banyak protein kolagen yang mengisi
bagian yang kosong bekas sel mati dan menyebabkan terbentuknya jaringan
parut, bahkan di jaringan yang mudah diperbarui seperti kulit, kadang terbentuk
jaringan parut jika struktur-struktur kompleks di bawahnya, misalnya folikel
rambut dan kelenjar keringat, rusak permanen oleh luka yang dalam.
b. Interferon menghasilkan resistensi non-spesifik terhadap infeksi virus dengan
secara transien mengganggu replikasi virus yang sama atau yang tidak berkaitan
di sel-sel pejamu lain. Interferon memiliki dua efek yaitu :
 efek antivirus. mekanisme pertahanan yaitu ketika suatu virus menginvasi
sebuah sel, sebagai respons terhadap adanya asam nukleat virus, sel
membentuk dan mengeluarkan interferon, interferon memberi sinyal kepada
sel-sel tersebut untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan virus,
setelah dilepaskan ke dalam CES dari sel yang terinfeksi virus, interferon
berikatan dengan reseptor di membran plasma sel-sel kemudian sel
mensintesis enzim-enzim yang dapat menguraikan mRNA virus dan
menghambat sintesis protein, tetapi enzim yang terbentuk hanya akan aktif
jika sel sudah terinvasi oleh virus. Mekanisme ini bersifat jangka pendek.
 Efek antikanker. berperan sebagai interferon yang meningkatkan efek sel-sel
pemusnah (natural killer cell) dan tipe khusus limfosit T, sel T sitotosik
yang menyerang dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel
kanker serta dapat memperlambat pembelahan sel dan menekan
pertumbuhan tumor.

c. Natural killer (NK) cell adalah sel alami yang mirip limfosit secara nonspesifik
menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan sel kanker dengan melisiskan
secara langsung membran sel-sel tersebut saat pertama kali bertemu. Cara kerja
dan sasaran utama serupa dengan yang dimiliki oleh sel T sitotoksik, tetapi sel
yang terakhir ini hanya dapar mematikan sel yang terinfeksi oleh virus tertentu
atau sel kanker yang telah terekspos sebelumnya. Selain itu, setelah terekspos
sel T sitotoksik memerlukan periode pematangan sebelum sel ini dapat
melakukan serangan mematikan. Sel Natural killer menghasilkan pertahanan
non-spesifik yang cepat terhadap sel yang terinfeksi virus dan sel kanker
sebelum sel T sitototik yang lebih spesifik dan lebih banyak dapat berfungsi.
d. Sistem komplemen adalah mekanisme pertahanan lain yang beraksi secara
nonspesifik sebagai respons terhadap invasi organisme. sistem komplemen juga
terdiri dari protein-protein plasma yang diproduksi oleh hati dan beredar dalam
darah dengan bentuk inaktif. Jika komponen pertama, Cl, diaktifkan, maka
komponen ini kemudian mengaktifkan komponen berikutnya, C2, demikian
seterusnya, dalam suatu rangkaian reaksi pengaktifan berjenjang. Lima
komponen terakhir, C5 sampai C9, membentuk kompleks protein besar mirip
donat, membrane attack complex (MAC), yang membenamkan dirinya ke
membran permukaan mikroorganisme, menciptakan sebuah lubang menembus
membran yang menyebabkan membran bocor dan terjadi lisis. Mekanisme ini
merupakan cara utama untuk mematikan mikroba secara langsung tanpa
memfagositosisnya. Sistem ini juga melengkapi kerja dari antibodi dalam
mematikan sel asing dengan terbentuknya membrane attack complex.

Imunitas bawaan ini diperkuat oleh antibodi dalam mendorong destruksi antigen.
Fungsi terpenting antibodi adalah meningkatkan respons imun bawaan yang sudah bekerja
ketika patogen masuk. Antibodi menandai benda asing sebagai sasaran untuk perusakan oleh
sistem komplemen, fagosit, atau sel pemusnah sembari meningkatkan empat mekanisme,
yaitu pertama mengaktifkan sistem komplemen yang membentuk membrane attack complex
yang di aktivasi oleh antibodi, kedua meningkatkan fagositosis khususnya IgG yang berkaitan
dengan antigen, ketiga merangsang peningkatan sel pemunsah (killer cell) yang dapat
memicu serangan ke sel yang mengandung antigen. Mekanisme pertahanan tersebut tidak
secara langsung dapat membunuh atau mematikan virus atau bakteri tetapi dapat memperkuat
mekanisme pertahanan imunitas bawaan dan dapat menghancurkan antigen. Interaksi

melawan kanker dari mekanisme ini dapat dilihat melalui ilustrasi berikut.

2.2 Imunitas adaptif


Dalam tubuh dapat dijumpai dua tipe dasar imunitas didapat yang berhubungan erat
satu sama lain. Pada tipe pertama, tubuh membentuk antibodi yang bersirkulasi, yaitu
molekul globulin dalam plasma darah yang mampu menyerang agen yang masuk ke dalam
tubuh. Tipe imunitas ini disebut imunitas humoral atau imunitas sel-B (karena limfosit B
memproduksi antibodi). Sementara itu, tipe yang kedua diperoleh melalui pembentukan
limfosit T teraktivasi dalam jumlah besar yang secara khusus dirancang untuk
menghancurkan benda asing. Jenis imunitas ini disebut imunitas yang diperantarai sel atau
imunitas sel T (karena limfosit yang teraktivasi merupakan limfosit T).
a. Limfosit B (Sel B) (imunitas humoral)
Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B
berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibody
melalui rangsangan antigen untuk mengubah sel plasma. Sel B dapat dibedakan
menjadi :
 Sel B plasma, berfungsi membentuk antibody sebagai berikut.

Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya

No. Tipe Antibodi Karakteristik


Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat
1. IgM terjadi infeksi yang pertama kali (respons kekebalan
primer)
Paling banyak terdapat dalam darah dan diproduksi
saat terjadi infeksi kedua (respons kekebalan
2. IgG
sekunder). Mengalir melalui plasenta dan memberi
kekebalan pasif dari ibu kepada janin.
Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan
membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada
3. IgA permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum
yang berfungsi untuk mencegah kematian bayi akibat
infeksi saluran pencernaan
Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai
4. IgD reseptor dan berfungsi merangsang pembentukan
antibodi oleh sel B plasma.
Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah
dan cell mast (mastosit) di dalam jaringan yang
5. IgE
berfungsi memengaruhi sel untuk melepaskan
histamin dan terlibat dalam reaksi alergi.

 Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke


dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi
infeksi kedua.
 Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
b. Limfosit T (Sel T) (imunitas selular)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses
pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara
langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat
dibedakan menjadi :
 Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh,
sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
 Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel
T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
 Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun
dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T
pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

2.3 Penyakit Imun


a) Penyakit imun ada dua jenis: penyakit imunodefisiensi (respons imun kurang
memadai) atau serangan imun yang ddak sesuai (respons imun yang berlebihan
atau salah sasaran). Pada penyakit imunodefisiensi, sistem imun gagal
mempertahankan tubuh secara normal dari infeksi bakteri atau virus, masing-
masing akibat defisit pada sel B atau sel T. dan Pada serangan imun yang tidak
pada tempatnya, sistem imun berlaku berlebihan. Terdapat tiga kategori dalam
kelompok ini:
 Pada penyakit otoimun, sistem imun secara salah menyerang jaringan tubuh
sendiri yang tidak lagi dikenalinya dan tidak dianggap bagian dari diri.
 Pada penyakit kompleks imun, jaringan tubuh mengalami kerusakan akibat
pembentukan komplela antigen-antibodi yang terlalu banyak dan
mengaktifkan komplemen secara berlebihan. Pengaktifan ini merusak sel
normal sekitar selain antigen pemicu.
 Alergi, atau hipersensitivitas, terjadi ketika sistem imun secara salah
melancarkan serangan yang merusak tubuh dan menimbulkan gejala
terhadap alergen yang biasanya adalah antigen lingkungan yang tidak
berbahaya: (a) Hipersensitivitas tipe cepat melibatkan pembentukan
antibodi IgE oleh sel B yang memicu pelepasan berbagai bahan kimia
inflamatorik kuat dari sel mast dan basofil untuk menghasilkan respons
cepar terhadap alergen. Hipersensitivitas tipe lambat melibatkan respons sel
T terhadap alergen yang menimbulkan gejala dan berlangsung lebih lambat.

2.4 Pertahanan Eksternal


Permukaan tubuh yang terpajan ke lingkungan luar-baik penutup luar yaitu kulit
maupun lapisan dalam rongga rongga internal yang berhubungan dengan lingkungan
eksternal. berfungsi tidak saja sebagai penghalang mekanis untuk mencegah masuknya
patogen tetapi juga berperan aktif dalam menolak masuknya bakteri dan bahan lain yang
tidak diperlukan.
1. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis di sebelah luar yang avaskular dan
berkeratin serta jaringan ikat dermis di sebelah dalam.
Epidermis yang mengandung empat jenis sel sebagai berikut.
a. Melanosit menghasilkan suatu pigmen, melanin, yang warna dan jumlahnya
menenrukan warna kulit. Melanin melindungi kulit dengan menyerap radiasi LIV
yang berbahaya.
b. Sel yang paling banyak adalah keratinosit, penghasil keratin kuat yang membentuk
lapisan protektif luar kulit. Sawar fisik ini menghambat bakteri dan bahan lingkungan
merugikan lainnya masuk ke tubuh dan mencegah keluarnya air dan bahan-bahan
penting lain dari tubuh. Keratinosit juga memiliki fungsi imunologis dengan
mengeluarkan interleukin 1, yang meningkatkan pematangan sel T pascatimus di
kulit.
c. Sel Langerhans, berfungsi dalam imunitas spesifik dengan menyajikan antigen kepada
sel T penolong.
d. Sel Granstein menekan respons imun yang diaktifkan oleh kulit. Dermis
mengandung, a.) pembuluh darah, yang memberi makan kulit dan berperan penring
dalam mengatur suhu tubuh. b.) ujung saraf sensorik, yang memberi informasi
mengenai lingkungan eksternal. c.) beberapa kelenjar eksokrin dan folikel rambut,
yang terbentuk melalui invaginasi khusus epitel di atasnya.

2. Kelenjar eksokrin kulit terdiri dari kelenjar sebasea, yang menghasilkan sebum, suatu
bahan berminyak yang melunakkan kulit dan menyebabkannya kedap air; dan kelenjar
keringar, yang menghasilkan keringat untuk mendinginkan tubuh. Folikel rambut
menghasilkan rambut, yang distribusi dan fungsinya pada manusia minimal. Selain itu, kulit
membentuk vitamin D dengan keberadaan sinar matahari.

Di samping kulit, rute utama lain yang dapat digunakan patogen untuk masuk ke tubuh
adalah sebagai berikut
 sistem pencernaan, yang dipertahankan oleh enzim antimikroba air liur, sekresi
asam lambung yang destruktif, jaringan limfoid terkait usus, dan flora residen
koion yang tidak berbahaya.
 sistem kemih-kelamin, yang dilindungi oleh sekresi mukus penjerat partikel dan
asam destruktif.
 sistem pernapasan, yang pertahanannya bergantung pada aktivitas makrofag
alveolus dan pada sekresi mukus lengket yang menangkap debris untuk
kemudian disapu keluar oleh gerakan silia. Pertahanan sistem pernapasan
lainnya adalah bulu hidung, yang menyaring partikel besar yang terhirup.
mekanisme reflek batuk dan bersin, yang masing-masing mengeluarkan bahan
iritan dari trakea dan hidung, serta tonsil dan adenoid juga yang membentuk
pertahanan imunologis.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh adalah sistem yang menjaga tubuh dari benda-benda asing
yang dapat menginfeksi dengan cara menghancurkan sel-sel abnormal. Sistem ini terbagi
menjadi dua yaitu sistem internal dan sistem eksternal. Sistem internal terbagi menajadi dua
yaitu imunitas bawaan yang merupakan lini pertama pertahanan terhadap sel atipikal (sel
asing, mutan, atau cedera) sistem ini memiliki empat mekanisme pertahan yaitu peradangan,
interferon, natural killer cell, dan sistem komplemen. Sistem bawaan berfungsi untuk
menahan dan membatasi penyebaran infeksi yang kemudian respon ini dimaksudkan untuk
sistem adaptif dapat siap mengambil alih dan melakukan penyerangan terhadap infeksi.
imunitas adaptif merupakan imunitas yang spesifik dan sangat kuat untuk melawan agen
penyerang yang mematikan. Imunitas ini terbagi menjadi dua yaitu imunitas yang
diperantarai oleh antibodi (humoral) beralaku untuk limfosit B dan imunitas yang
diperantarai oleh sel (selular.) berlaku untuk limfosit T. dan sistem eksterna adalah
permukaan tubuh yang terekspos ke lingkungan luar, baik penutup luar kulit dan lapisan
rongga internal seperti pada sistem pernafasan, pencernaan, dan sistem genitourinaria.
DAFTAR PUSTAKA

Hall, John E. (John Edward), 1946-. Guyton and Hall textbook of medical physiology. – 12th
ed. by Saunders, an imprint of Elsevier Inc. Amerika Serikat. hal.433-444
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. alih bahasa, Brahm U.
editor edisi bahasa Indonesia, Nella yesdelita. - Ed. 6. – Jakarta. EGC. hal 447-
491

Anda mungkin juga menyukai