Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Mutiara Ners, 1-10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN


PERILAKU PASIEN HIV/AIDS
1)
Nur’Ainun Jambak, 2) Aria Wahyuni
1)
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukit Tinggi
Email :ainunjambak@gmail.com
2)
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukit Tinggi
Email :ariawahyuni@gmail.com

ABSTRACT
Treatment of HIV/AIDS can be given by medical and supported by behavioral changes. This study
aims to determine the factors that influence behavior change in patients with HIV/AIDS. Design of
the research is descriptive analytic with cross sectional study. This research was conducted in a
clinic HIV/AIDS of a hospital in Bukittinggi West Sumatera. The population of this study is that
patients with HIV / AIDS who actively visiting the clinic HIV / AIDS amounted to 98 people. he
sample taken by purposive sampling as many as 82 people with the criteria of patients willing to
be sampled. The data were analyzed using univariate and bivariate analysis (Chi-Square
Test).The result showed most respondents have a high knowledge (61%), high motivation (57.3%),
good family support (51.2%), counseling is high (59.8%) and behavioral changes in a positive
direction (52 , 4%). Statistical analysis showed the relationship between knowledge (p = 0.005;
OR = 7), motivation (p = 0.005; OR = 9.84), family support (p = 0.005; OR = 6.57) and
counseling HIV / AIDS ( p = 0.005; OR = 7.81) with the change in the behavior of patients with
HIV / AIDS. It can be concluded there is a relation between knowledge, motivation, counseling
and family support behavior change HIV / AIDS patients.Expected at the hospital and the
respondent is always active giving and receiving counseling in order to reduce the incidence of
HIV / AIDS and is expected to families receiving family members of HIV / AIDS. The next
research is done with different variables such as perception, emotion, age, peer support.

Keywords : Behavioral Change, HIV/AIDS

1. PENDAHULUAN penyakit akibat lemahnya sistem


Acquired Immune Deficiency kekebalan tubuh ini disebut dengan
Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan AIDS (Acquired Immune Deficiency
gejala penyakit yang disebabkan oleh syndrome) (Murni, 2011)
Human Immunodeficiency Virus (HIV). United Nation Programeon
Virus HIV ditemukan dalam cairan HIV/AIDS (UNAIDS) memperkirakan
tubuh terutama pada darah, cairan pada tahun 1993 jumlah penderita HIV
sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. di dunia sebanyak 12 juta orang dan
Virus tersebut merusak sistem kekebalan pada akhir tahun 2000 sebanyak 20 juta
tubuh manusia dan mengakibatkan orang. Prevalensi AIDS pada tahun 1993
turunnya atau hilangnya daya tahan sebesar 900.000, sedangkan pada akhir
tubuh sehingga mudah terjangkit tahun 2000 sebesar 2 juta. Pada tahun
penyakit infeksi (Marubeny, 2013). HIV 2001 insidensi infeksi HIV–baru pada
(Human Immunodeficiency Virus) anak sebanyak 800.000 dengan 580.000
adalah virus yang menyerang sistem kematian akibat HIV/AIDS. Dari
kekebalan tubuh manusia dan 800.000 anak, 65.000 kasus
melemahkan kemampuan tubuh untuk diperkirakan terjadi di Asia Selatan dan
melawan segala penyakit yang datang. Asia Tenggara (Widoyono, 2011). Di
Pada saat kekebalan tubuh mulai Asia terdapat 4.9 juta yang terinfeksi
melemah, maka menimbulkan masalah HIV, 440 ribu diantaranya adalah infeksi
kesehatan. Gejala umum yang timbul baru dan telah menyebabkan kematian
antara lain demam , batuk, atau diare 300 ribu orang di tahun 2007. Cara
secara terus-menerus. Kumpulan gejala penularan di Asia sangat bervariasi,

1
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

namun yang mendorong epidemi adalah HIV/AIDS pada tahun 2013 sebanyak
tiga perilaku yang berisiko tinggi: seks 91 orang.Sampai pada bulan Juni 2014
komersial yang tidak terlindungi, terdapat 98 pasien HIV/AIDS yang lama
berbagi alat suntik di kalangan dan masih aktif menjalani pengobatan
pengguna napza dan seks antar lelaki dan konseling di Poliklinik. Rata-rata
yang tidak terlindungi (KPAN& Mboi, kunjungan pasien pada hari senin dan
2010). kamis adalah 4-5 orang perhari. Pasien
Penyimpangan perilaku yang dulu yang berkunjung tidak hanya pasien
dilakukan oleh pasien HIV adalah yang positif terkena HIV,namun ada
berganti-ganti pasangan dalam juga pasien yang beresiko yang ingin
melakukan hubungan seksual. melakukan test HIV.
Menggunakan alat suntik yang tidak Berpijak pada fenomena tersebut dan
steril dan penggunaannya yang melihat Kota Bukittinggi merupakan
dilakukan secara bergantian khususnya salah satu kota yang kental dengan nilai
pada pasien penahun. Penyimpangan spiritual maka penting dilakukan
perilaku individu maupun masyarakat penelitian yang bertujuan melihat
tersebut mempunyai pengaruh yang perubahan perilaku ke arah yang lebih
besar terhadap potensi peningkatan baik sehingga dapat mengurangi angka
penyebaran penyakit HIV/AIDS. terjadi HIV AIDS yang tercatat di kota
Penanganan penyakit HIV/AIDS jelas Bukittinggi. Tujuan penelitian ini adalah
tidak mungkin mengandalkan untuk mengetahui faktor-faktor yang
penanganan dari segi medis saja, berhubungan dengan perubahan prilaku
melainkan juga memerlukan perhatian pasien HIV/AIDS di salah rumah sakit
tentang faktor perilaku. Perilaku yang ada di Kota Bukittinggi.
merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi 2. METODE PENELITIAN
kelompok atau masyarakat. Jenis penelitian ini adalah analitik
Perubahan yang dilakukan pasien dengan desain penelitian Cross
HIV/AIDS antara lain perubahan sosial, Sectional Study, untuk melihat
perubahan kesehatan dan lain-lain. hubungan pengetahuan, motivasi,
Perubahan perilaku tersebut terjadi dukungan keluarga, dan konseling
karena mereka mendapatkan pendidikan terhadap perubahan perilaku pasien
kesehatan, konseling dan arahan dari HIV/AIDS. Populasi penelitian ini
petugas kesehatan.Perubahan perilaku adalah semua pasien HIV/AIDS yang
yang dijalani pasien HIV/AIDS antara tercatat di Poliklinik berjumlah 98 orang
lain lebih rajin olahraga, lebih sedangkan sampel diambil
memperhatikan asupan makanan yang menggunakan teknik pengambilan
dikonsumsi, melakukan kegiatan seperti sampling purposive sampling sebanyak
akupuntur, mendengar ceramah dan 82 orang dengan kriteria pasien bersedia
tidak berganti-ganti pasangan. menjadi sampel saat dilakukan
Hasil pendataan Depkes Provinsi penelitian. Alat pengumpulan data yaitu
Sumatera Barat memiliki jumlah kuesioner tentang pengetahuan yang
kumulatif AIDS sampai tahun 2012 diadop dari Budiman tahun 2013,
sebanyak 802 kasus. Jumlah kumulatif motivasi, dukungan keluarga, konseling,
positif penderita HIV/AIDS di Kota dan perilaku pasien HIV/AIDS yang
Bukittinggi pada tahun akhir September sudah dilakukan uji validitas dan
2013 tercatat sebanyak 165. Dari data reliabilitas sehingga dapat digunakan
tersebut Kota Bukittinggi mendapat dalam penelitian. Analisa data meliputi
rangking kedua dalam jumlah penderita analisa univariat dan bivariat dengan
HIV/AIDS se-Sumbar (Ditjen PP & PL, menggunakan uji statistik yang
2013). Studi pendahuluan yang digunakan adalah uji chi-square
dilakukan disebuah rumah sakit di Kota
Bukittinggi didapatkan jumlah pasien

2
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

3. HASIL DAN PEMBAHASAN pengetahuan, motivasi, dukungan


A. Analisa Univariat keluarga, konseling dan perubahan
Analisa univariat bertujuan untuk perilaku
mengetahui distribusi frekuensi

Tabel1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Motivasi, Dukungan Keluarga,


Konseling, Dan Perubahan Perilaku Pasien HIV/AIDS
No Kategori Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan
1 Rendah 32 39
2 Tinggi 50 61
Total 82 100
Motivasi
1 Rendah 35 42,7
2 Tinggi 47 57,3
Total 82 100
Dukungan Keluarga
1 Tidak Mendukung 40 48,8
2 Mendukung 42 51,2
Total 82 100
Konseling HIV/AIDS
1 Rendah 33 40,2
2 Tinggi 49 59,8
Total 82 100
Perubahan Perilaku
1 Tidak Berubah 39 47,6
2 Berubah 43 52,4
Total 82 100

Hasil data yang telah dilakukan pemahaman yag tinggi tentang


terhadap 82 responden HIV/AIDS di HIV/AIDS. Kondisi tersebut
Poliklinik menunjukkan bahwa lebih menunjukkan bahwa semakin tinggi
dari sebagian yaitu 50 responden (61%) Pemahaman Tentang HIV/AIDS yang
mempunyai pengetahuan yang tinggi dimiliki subjek maka Kecemasan
dengan pengetahuan yang rendah ada 32 TertularHIV/AIDS semakin
responden (39%). Hasil penelitian ini tinggi.Sebaliknya, semakin rendah
sejalan dengan penelitian Nugrahaeni Pemahaman Tentang HIV/AIDS yang
(2009) tentang Pengaruh Konseling dimiliki subjek maka Kecemasan
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Tertular HIV/AIDS semakinrendah.
ODHA (Studi Di Kec. Margahayu Responden yang memiliki
Bandung), dimana dari hasil analisis pengetahuan rendah disebabkan
univariat penelitian dari 58 orang kurangnya keaktifan dalam mencari
responden menunjukan sebagian informasi yang berhubungan dengan
responden mempunyai pengetahuan pencegahan dan perubahan perilaku
yang tinggi. Hasil penelitian ini juga HIV/AIDS. Sebagian besar responden
sejalan dengan penelitian yang beranggapan bahwa mereka tidak perlu
dilakukan Anurmalasari (2010) tentang mengetahui hal yang berhubungan
Hubungan Antara Pemahaman Tentang dengan perubahan perilaku pasien
HIV/AIDS Dengan Kecemasan Tertular HIV/AIDS karena perubahan perilaku
HIV/AIDS Pada WPS (Wanita Penjaja dapat berubah dengan kemauan dari
Seks) Langsung di Cilacap, dari hasil individu itu sendiri.Selain itu
univariat menunjukkan bahwa terdapat berdasarkan wawancara dengan Kepala
sebagian besar responden memiliki Ruangan di tempat penelitian diketahui

3
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

pasien HIV/AIDS hanya mendapatkan perilaku. Hal ini terlihat dari hasil
penyuluhan kesehatan dalam bentuk observasi dimana sebagian besar
konseling tapi waktunya responden menganggap konselor
terbatas.Sedangkan bagi responden yang membantu mereka untuk meningkatkan
memiliki pengetahuan tinggi disebabkan kesehatan.
tingginya rasa ingin tahu tentang Hasil pengumpulan data yang telah
perubahan perilaku HIV/AIDS sehingga diketahui dari 82 responden lebih dari
mereka cenderung sudah tahu beberapa sebagian responden sebanyak 42
hal tentang pengertian faktor-faktor responden (51,2%) mempunyai
yang mempengaruhi perubahan perilaku dukungan keluarga yang mendukung.
tersebut. Hasil penelitian sejalan dengan
Hasil pengumpulan data yang telah penelitian yang dilakukan Handayani
dilakukan dari 82 responden lebih dari (2011) tentang faktor-faktor yang
sebagian responden sebanyak 47 berhubungan dengan perubahan perilaku
responden (57,3%) mempunyai motivasi pada pasien HIV/AIDS Di wilayah kerja
yang tinggi. Penelitian ini sejalan Puskesmas Jatinangor didapatkan lebih
dengan penelitian yang dilakukan Lely dari setengah responden mendapat
(2010) tentang faktor-faktor yang dukungan yang baik dari keluarga
mempengaruhi motivasi ODHA dalam (53,45%).
pencegahan HIV/AIDS di Puskesmas Menurut asumsi peneliti tidak
Kedung Mundu Semarang, dimana adanya dukungan dari keluarga
dalam penelitiannya menyatakan bahwa disebabkan kurangnya informasi yang
motivasi HIV/AIDS yang tinggi sebesar didapat keluarga dan keluarga
61,7%. Mariana dkk (2008) dalam cenderung menganggap perubahan
penelitiannya juga menunjukkan bahwa perilaku pasien HIV/AIDS akan terjadi
sebesar 78.9% responden memiliki dengan sendirinya atas dasar kesadaran
motivasi yang tinggi tentang perubahan pasien itu sendiri. Hasil obeservasi
perilaku HIV/AIDS. Dan juga Hasil ini menunjukkan beberapa responden
sejalan dengan penelitian Mahardining belum berani untuk mengungkapkan
(2010) tentang Hubungan Antara statusnya kepada keluarga dan sebagian
Pengetahuan, Motivasi, dan Dukungan responden merasa tidak ada yang
Keluarga Dengan Kepatuhan Terapi memberikan semangat dan tidak adanya
ARV Odha disebutkan bahwa persentase keinginan keluarga untuk membantu
terbesar responden memiliki motivasi responden untuk memanfaatkan
tinggi sebesar (68,2%) adanya hubungan konselor serta tidak adanya keluarga
yang signifikan antara motivasi minum yang mau menemani atau mengantar
obat dengan kepatuhan terapi ARV. pada saat berobat. Dukungan keluarga
Menurut asumsi peneliti rendahnya yang baik disebabkan responden merasa
motivasi responden disebabkan faktor cukup diperhatikan dalam menjalankan
pengetahuan yang rendah dan sikap aktifitasnya.Sebagian besar responden
yang apatis pada HIV/AIDS terhadap merasa diperhatikan dengan meluangkan
perubahan perilaku dan mereka waktu untuk mendengar keluhan dan
mengangggap tidak ada kepedulian keluarga selalu mengatur aktifitas
pada usaha konselor dalam membentuk responden serta memberikan dukungan
perubahan perilaku tersebut. Hal ini emosional berupa simpati dan empati
cukup realistis untuk menunjang pada pasien HIV/AIDS.
mengapa kebanyakan responden Hasil pengumpulan data yang telah
memiliki motivasi yang rendah terhadap diketahui dari 82 responden sebagian
perubahan perilaku. Namun masih besar sebanyak 49 responden (59,8%)
adanya motivasi yang tinggi responden mempunyai konseling yang tinggi
disebabkan faktor pengetahuan yang terhadap HIV/AIDS. Konseling
baik dan sikap yang positif terhadap merupakan suatu proses bantuan
usaha konselor dalam perubahan pemecahan masalah klien agar dapat

4
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

menyesuaikan dirinya secara efektif pasien HIV/AIDS merasa kualitas hidup


dengan dirinya sendiri dan dengan yang lebih baik
lingkungannya, yang dilakukan seorang Hasil pengumpulan data yang telah
konselor kepada klien secara bersama- diketahui dari 82 responden lebih dari
sama, dimana klien mengambil sebagian besar sebanyak 43 responden
keputusan atas masalahnya sendiri baik (52,4%) mengalami perubahan perilaku
kehidupan di masa sekarang maupun pada pasien HIV/AIDS. Hasil penelitian
yang akan dating. Konseling bertujuan sejalan dengan penelitian yang
untuk mencegah penularan HIV, dilakukan Sumarlin (2013) tentang
mengubah perilaku ODHA (orang yang faktor-faktor yang mempengaruhi
hidup dengan HIV/AIDS), pemberian perubahan perilaku pada pasien
dukungan yang dapat menumbuhkan HIV/AIDS di Klinik VCT Bunga
motivasi mereka dan meningkatkan Harapan RSUD Banyumas didapatkan
kualitas hidup pasien HIV/AIDS sebagian responden melakukan
(Priyanto 2012). perubahan perilaku setelah diadakan
Hasil penelitian sejalan dengan konseling (78,9%). Menurut asumsi
penelitian yang dilakukan Sumarlin peneliti responden yang tidak ada
(2013) tentang Faktor-Faktor Yang perubahan perilaku disebabkan
Memengaruhi Perubahan Perilaku Pada kurangnya kesadaran responden dalam
Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT perubahan perilaku kearah yang positif
Bunga Harapan RSUD Banyumas dan tidak adanya dukungan lingkungan
didapatkan lebih dari sebagian besar sekitar yang memberikan informasi
responden mempunyai intensitas penting dalam perubahan perilaku
konseling yang tinggi dalam perubahan kesehatan. Responden beranggapan
perilaku (53,45%). Menurut analisa bahwa mereka tidak perlu melakukan
peneliti, tingkat konseling yang rendah hal yang berhubungan dengan perilaku
pada responden disebabkan responden kesehatan seperti tidak melakukan
banyak yang masih keliru tentang pemeriksaan rutin ke rumah sakit dan
manfaat konseling, dan dampak setelah tidak ingin mencari tahu mengenai
melakukan konseling karena adanya pengobatan dan isu terbaru tentang
anggapan bahwa kurangnya penyakit AIDS. Sedangkan bagi
kepercayaan responden terhadap responden yang memiliki perubahan
konselor dan merasa konseling tidak perilaku yang tinggi disebabkan adanya
begitu mempengaruhi kehidupan motivasi yang tinggi disertai niat untuk
mereka. Namun pada beberapa merubah perilaku dan dukungan yang
responden yang mempunyai konseling baik dari keluarga dan masyarakat
tinggi disebabkan adanya anggapan terhadap perubahan perilaku kesehatan
konseling memberikan efek yang positif pasien HIV/AIDS.
terhadap perubahan perilaku yang terjadi
pada pasien HIV/AIDS. Responden B. Analisa Bivariat
merasakan mendapatkan informasi yang Analisa bivariat digunakan untuk
penting, yakni alternatif dalam mengetahui hubungan pengetahuan,
pengembangan pribadi berupa motivasi, dukungan keluarga, konseling
penambahan ketrampilan sehingga dan perubahan perilaku

5
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

Tabel 2. Hubungan pengetahuan, motivasi, dukungan keluarga, konseling dengan


perubahan perilaku pasien HIV/AIDS
Perubahan Perilaku Total p OR
Variabel Tidak Berubah Value 95% CI
n % N % N %
Pengetahuan 7
0,005
(2,56- 19,08)
Rendah 24 75 8 25 32 100
Tinggi 15 30 35 70 50 100
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Motivasi 9,84
0,005
(3,52-27,45)
Rendah 27 77,1 8 22,9 35 100
Tinggi 12 25,5 35 74,5 47 100
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Dukungan Keluarga 6,57
0,005
(2,50-17,25)
Tidak 28 70 12 30 40 100
Mendukung 11 26,2 31 73,8 42 100
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Konseling 7,81
0,005
(2,84-21,42)
Rendah 25 75,8 8 24,2 33 100
Tinggi 14 28,6 35 71,4 49 100
Total 39 47,6 43 52,4 82 100

Dari tabel diatas 2.hasil dibandingkan dengan responden


analisis hubungan antara yang mempunyai pengetahuan
pengetahuan dengan perubahan tinggi.
perilaku pasien HIV/AIDS Hasil penelitian sejalan dengan
diperoleh bahwa ada sebanyak penelitian yang dilakukan Sumarlin
24 dari 32 (75%) responden (2013) tentang Faktor-Faktor Yang
yang mempunyai pengetahuan Mempengaruhi Perubahan Perilaku Pada
rendah tidak mempunyai Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT
perubahan perilaku, sedangkan Bunga Harapan RSUD Banyumas
diantara responden yang dengan desain penelitian cross sectional
mempunyai pengetahuan tinggi menunjukkan terdapat hubungan yang
sebanyak 15 dari 50 (30%) signifikan antara pengetahuan dengan
responden tidak mengalami perubahan perilaku, dengan nilai p
perubahan perilaku. Hasil uji =0,019. Sumarlin menambahkan bahwa
statistik diperoleh nilai p = semakin tinggi pengetahuan maka
0,005 maka dapat disimpulkan semakin tinggi seseorang meningkatkan
bahwa ada hubungan perubahan perilaku. Menurut analisa
pengetahuan dengan perubahan peneliti pada responden dengan
perilaku pada pasien HIV/AIDS. pengetahuan yang rendah dan
Dari hasil analisis diperoleh melakukan perubahan perilaku hal ini
pula nilai OR 7 artinya mungkin bisa dijelaskan bahwa karena
responden yang mempunyai mereka bersikap positif terhadap
pengetahuan rendah berpeluang perilaku kesehatan, sehingga mereka
7 kali tidak mengalami cenderung untuk mencari tahu tentang
perubahan perilaku perilaku kesehatan yang baik. Hal ini
6
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

dibuktikan dengan jawaban responden perubahan perilaku. Menurut asumsi


yang sudah banyak mengetahui peneliti adanya motivasi yang tinggi
perubahan perilaku kesehatan dan tapi tidak melakukan perubahan
berusaha mencari informasi mengenai perilaku dapat disebabkan tidak adanya
pengobatan dan isu terbaru tentang dukungan dari keluarga dan dukungan
penyakit AIDS. Bagi mereka yang lingkungan dalam membentuk
berpengetahuan tinggi dan tidak perubahan perilaku serta adanya sikap
melakukan perubahan perilaku hal ini yang negative dan apatis dengan kondisi
mungkin bisa disebabkan motivasi yang yang ddapi. Perubahan perilaku dapat
sudah tidak ada dan menyerah dengan disebabkan oleh faktor interna dan
kondisi yang dihadapi. Misalnya hal ini ekstern faktor intern datang dari dalam
bisa dijelaskan dengan perilaku yang diri sendiri seperti pengetahuan dan
kurang peduli terhadap pemeriksaan sikap sedangkan faktor eksternal berupa
kesehatan dan tidak ingin mencari tahu dukungan keluarga dan sosial.Bagi
hal-hal yang berhubungan dengan responden yang mempunyai motivasi
perubahan perilaku kesehatan tersebut rendah tapi melakukan perubahan
sebaik apapun pengetahuan seseorang perilaku mungkin disebabkan faktor
terhadap suatu penyakit tapi jika tidak internal dan eksternal. Faktor intern
ada dorongan atau motivasi untuk diantaranya adanya pengalaman pahit
pencegahannya maka penanganannya dari keluarga responden karena virus
akan percuma. HIV/AIDS yang telah mengalami
Hasil analisis hubungan antara penurunan kualitas hidup sehingga
motivasi dengan perubahan perilaku menuntut mereka untuk melakukan
pasien HIV/AIDS diperoleh bahwa ada perubahan perilaku.Faktor ekstern
sebanyak 27 dari 35 (77,1%) responden seperti kondisi rumah yang sehat dan
yang mempunyai motivasi rendah tidak lingkungan yang selalu mendukung para
mengalami perubahan perilaku, pasien HIV/AIDS.
sedangkan diantara responden yang Hasil analisis hubungan antara
mempunyai motivasi tinggi sebanyak 12 dukungan keluarga dengan perubahan
dari 47 (25,5%) responden tidak perilaku pasien HIV/AIDS diperoleh
mengalami perubahan perilaku. Hasil uji bahwa ada sebanyak 28 dari 40 (70%)
statistic diperoleh nilai p = 0,005 maka responden yang tidak mempunyai
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga tidak mengalami
motivasi dengan perubahan perilaku perubahan perilaku, sedangkan diantara
pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil responden yang mempunyai dukungan
analisis diperoleh pula nilai OR 9,84 keluarga sebanyak 31 dari 42 (73,8%)
artinya responden yang mempunyai responden dengan perubahan perilaku.
motivasi rendah berpeluang 9,84 kali Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
tidak mengalami perubahan perilaku 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa
dibandingkan dengan responden yang ada hubungan keluarga dengan
mempunyai motivasi tinggi. perubahan perilaku pada pasien
Hasil penelitian sejalan dengan HIV/AIDS. Dari hasil analisis diperoleh
penelitian yang dilakukan Handayani pula nilai OR= 6,57 artinya responden
(2011) tentang Faktor-faktor yang yang tidak mempunyai dukungan
berhubungan dengan perubahan perilaku keluarga peluang /risiko 6,57 kali tidak
pada pasien HIV/AIDS Di wilayah kerja mengalami perubahan perilaku
Puskesmas Jatinangor dengan desain dibandingkan dengan responden yang
penelitian cross sectional dengan 40 mempunyai dukungan keluarga yang
responden menunjukkan terdapat mendukung
hubungan yang signifikan antara Keluarga merupakan tempat yang
motivasi dengan perubahan perilaku, paling nyaman untuk seseorang dalam
dengan nilai p =0,002. Motivasi menghadapi segala persoalan hidup,
merupakan faktor utama dalam berbagi kebahagiaan dan tempat

7
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

tumbuhnya harapan-harapan akan hidup mendukung tapi mengalami perubahan


yang lebih baik (Helebec, 2009 dalam perilaku disebabkan responden
Yaswita, 2014). Pemberian kesempatan mendapatkan motivasi dan dorongan
oleh keluarga bagi ODHA untuk dari pihak luar seperti teman-teman dan
mengekspresikan kesedihan, masalah, tokoh agama yang selalu membina
dan stressor yang dialaminya dapat akhlak responden sehingga terjadi
menurunkan tingkat stress dan perubahan perilaku yang baik. Hal ini
melindunginya dari efek negatif stress juga dapat diketahui dari responden
sehingga dapat menurunkan angka yang mendapat dukungan keluarga
kejadian HIV/AIDS. Eagly & Chaiken dimana pasien selama menjalani
(1993) dalam Yaswita (2014), program pengobatan berjalan dengan
menyatakan bahwa pihak yang lancar dan baik. Sedangkan pasien yang
memberikan dukungan (motivator) dukungan keluarga kurang merasa
sangat berperan dalam memotivasi psikologinya terganggu, terkadang
individu untuk merubah perilakunya. pasien dalam mengkonsumsi obat tidak
Makin tinggi status pihak yang memberi sesuai dengan jadwal yang
dukungan makin besar kemungkinan ditetapkan.Sedangkan sebagian
individu merubah perilakunya. responden yang memiliki dukungan
Hasil penelitian sejalan dengan keluarga yang mendukung tapi tidak
penelitian yang dilakukan Siahaan mengalami perubahan perilaku
(2011) tentang Pengaruh Dukungan disebabkan adanya sikap dan persepsi
Keluarga Terhadap Program Pengobatan yang selalu negative dalam hal apapun
Pasien HIV-AIDS di Posyansus Rumah sehinga berakibat pada perilaku
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik sedangkan responden yang memiliki
Medan Tahun 2011 dengan desain dukungan yang baik tapi mengalami
penelitian cross sectional dengan 30 perubahan perilaku disebabkan adanya
responden menunjukkan ada pengaruh sikap dan motivasi yang baik dalam
keluarga terhadap program pengobatan merubah perilaku yang tidak baik
HIV/AIDS dengan nilai p =0,003. Hasil Hasil analisis hubungan antara
penelitian ini juga relevan dengan konseling dengan perubahan perilaku
penelitian yang dilakukan Hestri pasien HIV/AIDS diperoleh bahwa ada
Sumarlin (2013) tentang Faktor-Faktor sebanyak 25 dari 33 (75,8%) responden
Yang Mempengaruhi Perubahan yang mempunyai konseling rendah tidak
Perilaku Pada Pasien HIV/AIDS Di mengalami perubahan perilaku
Klinik VCT Bunga Harapan RSUD sedangkan diantara responden yang
Banyumas dengan desain penelitian mempunyai konseling tinggi sebanyak
cross sectional dengan 38 responden 35 dari 49 (71,4%) responden dengan
menunjukkan terdapat hubungan yang perubahan perilaku. Hasil uji statistik
signifikan antara dukungan keluarga diperoleh nilai p = 0,005 maka dapat
dengan perubahan perilaku, dengan nilai disimpulkan bahwa ada hubungan
p =0,000. Berdasarkan hasil penelitian konseling dangan perubahan perilaku
diketahui bahwa responden yang pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil
memiliki dukungan keluarga yang tidak analisis diperoleh pula nilai OR= 7,81
mendukung cenderung mengalami artinya responden yang tidak
perubahan perilaku yang tidak baik mempunyai peran konseling peluang
disebabkan ketidakpedulian keluarga /risiko 7,81 kali tidak mengalami
terhadap salah satu anggota keluarganya perubahan perilaku dibandingkan
yang sakit seperti tidak adanya tindak dengan responden yang mempunyai
lanjut keluarga ataupun proteksi konseling rendah.
keluarga terhadap perubahan perilaku Konseling HIV/AIDS merupakan
kesehatan responden. Disamping itu dialog antara seseorang (klien) dengan
juga terdapat responden yang memiliki pelayanan kesehatan (konselor) yang
dukungan keluarga yang tidak bersifat rahasia, sehingga

8
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

memungkinkan orang tersebut mampu konseling rendah tapi mengalami


menyesuaikan atau mengadaptasi diri perubahan perilaku disebabkan
dengan stress dan sanggup membuat pengetahuan, adanya dukungan dari
keputusan bertindak berkaitan dengan orang terdekat dan sikap yang positif
HIV/AIDS. Konseling merupakan dalam mencegah penularan HIV/AIDS
interaksi yang terjadi antara dua orang, dengan mengubah perilaku pasien
yang satu disebut konselor dan lainnya HIV/AIDS tidak hanya membutuhkan
sebagai klien yang berlangsung dalam informasi belaka, tetapi yang jauh lebih
kerangka profesional mengarah pada penting adalah pemberian dukungan
kemungkinan terjadinya perubahan yang dapat menumbuhkan motivasi
perilaku pada klien (Nursalam, 2007). mereka, pentingnya konseling akan
Penelitian ini sejalan dengan mendorong HIV/AIDS untuk melakukan
penelitian Nugrahaeni (2009) tentang tindakan preventif atau promotif dalam
Pengaruh Konseling Kesehatan kesehatan reproduksi.
Terhadap Perubahan Perilaku ODHA
(Studi di Kecamatan Suka Miskin
Bandung) analisis data menggunakan uji 4. KESIMPULAN
Mann Whitney Test dan diperoleh hasil Penelitian ini memberikan
bahwa konseling kesehatan reproduksi kesimpulan bahwa sebagian besar
remaja berpengaruh terhadap perubahan responden memiliki pengetahuan yang
perilaku dengan p value 0,0005. tinggi, motivasi yang tinggi, memiliki
Menurut analisa peneliti, responden dukungan keluarga yang baik dan
yang mempunyai konseling yang tinggi mendapatkankan konseling yang sering
tapi tidak mengalami perubahan perilaku serta adanya perubahan perilaku ke ara
disebabkan adanya stigma yang negatif yang positif. Serta adanya hubungan
dari lingkungan dan diskriminasi dalam antara pengetahuan, motivasi, dukungan
sosialisasi di lingkugan responden.Hal keluarga, konseling dengan perubahan
ini terlihat dari hasil wawancara perilaku pasien HIV/AIDS.
responden yang merasakan konselor Penelitian ini memberikan
kurang memotivasinya dalam kontribusi kepada pelayanan kesehatan
membentuk perilaku yang positif. agar lebih aktif memberikan pendidikan
Konselor cenderung menunggu pasien kesehatan tentang pencegahan dan
dalam mengungkapkan permasalahan penularan penyakit HIV/AIDS
terlebih dahulu sehingga rasa kedekatan khususnya tentang perubahan perilaku
antara konselor dan pasien kurang. Rasa kesehatan pasien HIV/AIDS secara
putus asa dan rasa duka yang berkala di lingkungan Rumah sakit,
berkelanjutan juga menjadi faktor puskesmas ataupun tempat pelayanan
perubahan perilaku. Saat ini, pasien kesehatan lainnya. Di samping itu perlu
sangat membutuhkan dukungan dari menginformasikan tentang pentingnya
berbagai pihak, tidak hanya dari menjaga keefektifan konseling antara
keluarga namun juga dari kontribusi pasien dan tenaga kesehatan dalam
pemerintah yakni melalui konseling menghadapi perubahan perilaku
dalam memberikan pemberdayaan kesehatan. Diharapkan kepada pasien
keterampilan sehingga rasa putus asa HIV/AIDS agar berpartisipasi dalam
pasien dapat menurun. Pasien juga akan kegiatan konseling dalam membentuk
merasa lebih terpacu untuk menjalani perubahan perilaku pencegahan dan
kehidupannya yang lebih baik lagi. penularan HIV/AIDS dan kualitas hidup
Dengan pelatihan keterampilan yang yang lebih baik dan memilih sumber
diperoleh pasien maka hasil karya yang yang tepat dan benar dalam mencari
diciptakan dapat berguna bagi informasi tentang perubahan atau isu-isu
kehidupan sehari-hari pasien maupun kesehatan tentang HIV/AIDS dari
untuk orang sekitarnya. Namun berbagai media elektronik dan media
responden yang mempunyai tingkat cetak dan keluarga agar

9
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

mempertahankan dukungan yang Kepatuhan Terapi Arv Odha.


diberikan kepada pasien yang Diunduh dari:
mengalami HIV/AIDS. Diharapkan http://journal.unnes.ac.id/index.php/k
kepada peneliti selanjutnya agar dapat emas ( 12-02-2015)
melakukan penelitian selanjutnya Mariana, dkk. 2008. Hubungan
dengan mengunakan rencana penelitian Pengetahuan dan Sikap Remaja
yang berbeda dan variabel yang berbeda Tentang Penanggulangan HIV/AIDS
seperti persepsi, emosi, umur, dukungan di SMAN 42 Kota Semarang. Skripsi
kelompok sebaya. Undip

5. REFERENSI Marubeny, S. 2013. “Perbedaan Respon


Anurmalasari, R. 2010. Hubungan Sosial Penderita HIV/AIDS yang
Antara Pemahaman Tentang Mendapat Dukungan Keluarga dan
Hiv/Aids Dengan Kecemasan Tidak Mendapat Dukungan Keluarga
Tertular Hiv/Aids Pada Wps (Wanita di Balai Kesehehatan Paru
Penjaja Seks) Langsung Di Cilacap. Masyarakat (BPKM) Semarang”.
Budiman.et. al. 2013.Kapita selekta Jurnal Keperawatan Komunitas
Kuesioner pengetahuan dan Sikap Volume 1. Halm 43-51. 1 Mei 2013
Dalam Penelitian Kesehatan:
Jakarta: Salemba Medika. Mboi, N. 2010. Hiv/Aids Research
Inventori. Jakarta: KPAN
DITJEN PP & PL. 2013.Laporan
Situasi Perkembangan HIV&AIDS di Murni, S. 2011. Seri buku kecil “hidup
Indonesia Tahun 2013.Diunduh di dengan HIV/AIDS”. Jakarta:
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_dow Yayasan Spiritia
nload/Laporan%20.pdf.Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Nursalam, dkk.2007. Asuhan
Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
Handayani. 2011. Faktor-faktor yang HIV/AIDS.Jakarta: Salemba Medika
Berhubungan dengan Perubahan
Perilaku pada Pasien HIV/AIDS di Yaswita, N. 2014. Hubungan Dukungan
wilayah kerja Puskesmas Kelompok Sebaya, Motivasi
Jatinangor.Skripsi Unpad Instrinsik, dan Dukungan Keluarga
Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Sumarlin, H. 2013. Faktor-faktor yang Antiretroviral (ARV) pada Penderita
Mempengaruhi Perubahan Perilaku HIV/AIDS Di Poliklinik Serunai
Pasien HIV/AIDS di Klinik VCT RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bunga Harapan RSUD Banyumas Bukittinggi Tahun 2014.Skripsi.
FK-MIPA Jurusan Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Universitas Jendral Soedirman
Purwokerto Nugrahaeni, A. 2008. Pengaruh
Konseling Terhadap Pengetahuan
Lely, K. 2010. Faktor-faktor yang dan Sikap ODHA (Studi di
mempengaruhi motivasi ODHA Kec.Margahayu Bandung).Skripsi
dalam Pencegahan HIV/AIDS di Unpad
Puskesmas Kedung Mundu
Semarang. Diunduh dari: Priyanto, A. 2012. Komunikasi dan
http://digilib.unimus.ac.id (05-02- Konseling: Aplikasi dalam Sarana
2015) Pelayanan Kesehatan untuk Perawat
dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika
Mahardining, A. 2010. Hubungan
Antara Pengetahuan, Motivasi, Dan Siahaan,R. 2011. Pengaruh Dukungan
Dukungan Keluarga Dengan Keluarga Terhadap

10
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

ProgramPengobatan Pasien Hiv- KPAN, 2010.Strategi dan Rencana Aksi


Aids Di Posyansus Rumah Sakit Nasional Penanggulangan HIV dan
Umum Pusat Haji Adam Malik AIDS 2010-2014. Jakarta: KPAN
Medan Tahun 2011.Skripsi. USU Widoyono, 2011.Penyakit Tropis;
Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan & Pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga

11
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1

Anda mungkin juga menyukai