Anda di halaman 1dari 4

Edema

   
Edema adalah penumpukan cairan dalam ruang di antara sel tubuh. Edema dapat
terjadi di seluruh bagian tubuh, namun yang paling jelas terlihat pada lengan atau
tungkai. Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan sekelilingnya.
Cairan kemudian menumpuk sehingga membuat jaringan tubuh menjadi bengkak.
Edema ringan tidak berbahaya, tetapi juga dapat menandakan kondisi yang lebih
serius, seperti gagal jantung, gangguan hati, ginjal, serta otak. Oleh karena itu
pemeriksaan ke dokter saat terjadi edema sangat penting guna mencari tahu
penyebabnya. Penanganan akan dilakukan berdasarkan penyebabnya.

Gejala Edema
Gejala yang tampak tergantung dari kondisi dan lokasi jaringan yang bengkak. Edema
ringan karena peradangan bisa tidak menimbulkan gejala. Gejala yang muncul dan
dirasa oleh penderitanya berupa:

 Anggota tubuh, misalnya lengan atau tungkai, menjadi bengkak.


 Kulit area edema menjadi kencang dan mengkilap.
 Jika kulit pada area edema ditekan, maka timbul lubang seperti lesung pipit
selama beberapa detik.
 Ukuran perut membesar.
 Sesak napas dan batuk bila terjadi edema di paru-paru.
 Sulit berjalan karena tungkai terasa lebih berat akibat bengkak.
 Edema kaki yang parah dapat mengganggu aliran darah sehingga menimbulkan
borok pada kulit.

Penyebab Edema
Edema terjadi saat cairan di pembuluh darah keluar ke jaringan di sekitarnya, sehingga
cairan menumpuk dan menjadi bengkak. Edema yang ringan biasanya disebabkan
karena berdiri atau duduk terlalu lama, terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan
kadar garam tinggi, atau menjelang menstruasi dan selama kehamilan bagi wanita.
Jaringan yang bengkak karena penumpukan cairan juga dapat terjadi karena penyakit
yang serius, di antaranya:

 Kekurangan protein albumin. Protein, termasuk albumin, berperan menjaga


cairan tetap berada dalam pembuluh darah. Kekurangan protein dalam darah
dapat menyebabkan cairan di dalam pembuluh darah keluar dan menumpuk,
sehingga menimbulkan edema. Contohnya pada penyakit sindrom nefrotik.
 Reaksi alergi. Edema terjadi karena respons tubuh terhadap alergen, di mana
cairan di dalam pembuluh darah keluar ke area tersebut.
 Kerusakan pembuluh darah vena pada tungkai. Kondisi ini terjadi pada
penyakit insufisiensi vena kronis yang menyebabkan pembuluh darah vena
tungkai terganggu, sehinga cairan dalam aliran darah menumpuk pada
pembuluh darah tungkai dan keluar ke jaringan sekitarnya.
 Gagal jantung. Saat jantung mulai gagal berfungsi, satu atau kedua bilik organ
tersebut mulai kehilangan kemampuan memompa darah secara efektif, sehingga
cairan akan menumpuk secara perlahan dan menimbulkan edema pada tungkai,
paru-paru, atau perut.
 Penyakit ginjal. Edema dapat muncul karena cairan tidak dapat dibuang melalui
ginjal. Edema dapat terjadi pada tungkai dan sekitar mata.
 Gangguan pada otak. Cedera kepala, tumor otak, infeksi otak, atau hambatan
cairan pada otak dapat menyebabkan edema otak.
 Luka Bakar. Luka bakar berat juga menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan
di seluruh tubuh.
 Sama halnya dengan luka bakar, infeksi berat juga dapat menyebabkan
kebocoran cairan.
 Gangguan sistem aliran getah bening. Sistem aliran getah bening berfungsi
untuk membersihkan cairan berlebih dari jaringan, Kerusakan sistem ini dapat
menyebabkan cairan bertumpuk.
 Efek samping obat. Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek samping
berupa edema. Contohnya adalah obat antihipertensi, kortikosteroid, obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), hormon estrogen, dan obat diabetes.

Pada beberapa kasus, edema terjadi tanpa diketahui penyebabnya secara jelas (edema
idiopati). Edema seperti ini banyak terjadi pada wanita, dan dapat bertambah parah
seiring usia menua.

Diagnosis Edema
Dokter dapat mencurigai seorang pasien menderita edema berdasarkan gejala yang
ada. Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter perlu mengetahui terlebih dahulu riwayat
medis, termasuk obat-obatan yang dikonsumsi pasien. Informasi tersebut sangat
penting untuk mengetahui penyebab edema. Selanjutnya, pemeriksaan fisik dapat
dilakukan, termasuk memeriksa tekanan darah, area yang bengkak, serta kondisi hati,
ginjal, dan jantung.
Untuk memastikan penyebab edema, tes berikut ini dapat dilakukan, di antaranya:

 Tes urine atau urinalisis.


 Tes darah, untuk memeriksa fungsi ginjal, hati, atau kadar albumin.
 Pemindaian dengan USG, MRI, serta ekokardiografi.

Pengobatan Edema
Penanganan dilakukan sesuai penyebab edema. Kasus yang ringan akan pulih dengan
sendirinya. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk mengurangi gejala edema, yaitu:

 Menurunkan berat badan jika memiliki berat badan berlebih. Banyak penderita
edema memiliki berat badan berlebih. Dengan menurunkan berat badan secara
bertahap, maka kondisi edema dapat membaik.
 Menghindari posisi duduk atau berdiri terlalu lama.
 Mengganjal kaki ketika sedang berbaring.
 Berolahraga secara teratur, seperti berjalan atau berenang.
 Mengurangi asupan garam dalam makanan. Garam dapat meningkatkan
penumpukkan cairan dan memperburuk kondisi edema.
 Menggunakan stoking khusus untuk mencegah tungkai bertambah bengkak.

Untuk edema yang lebih parah, penanganan dilakukan dengan obat. Edema yang
disebabkan alergi, maka penderita dapat mengonsumsi obat antialergi untuk mengatasi
anggota tubuh yang bengkak. Sedangkan edema karena kerusakan pembuluh darah
akibat gumpalan darah, dapat diatasi dengan obat pengencer darah. Sementara edema
tungkai yang berkaitan dengan gagal jantung atau penyakit hati, maka dokter memberi
obat diuretik untuk meningkatkan frekuensi buang air kecil. Dengan demikian, cairan
dapat kembali mengalir dalam pembuluh darah
Jika edema terjadi karena efek samping konsumsi obat, maka dokter dapat
menyesuaikan pemberian obat sehingga tidak menimbulkan edema pada penderita.
Selain mengurangi edema, pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya
merupakan pengobatan utama, agak edema tidak terus terbentuk.

Komplikasi Edema
Jika tidak diatasi, edema dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:

 Sulit berjalan.
 Rasa nyeri bertambah parah.
 Kulit semakin menegang, sehingga menjadi gatal dan tidak nyaman.
 Terdapat luka parut di antara lapisan jaringan.
 Risiko luka terbuka atau borok kulit semakin meningkat.
 Elastisitas pembuluh darah, sendi, dan otot semakin menurun.

Terakhir diperbarui: 24 Januari 2019


Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy

Anda mungkin juga menyukai