Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Puskesmas

1. Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya (Kemenkes, 2014).

Dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi

menyelenggarakan upaya Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya

Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit

Pelaksana Teknis Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima

Tahun dinas kesehatan Kabupaten/Kota.

2. Visi dan Misi Puskesmas

a. Visi

Visi puskesmas adalah mewujudkan ”Kecamatan Sehat” menuju

terwujudnya ”Indonesia Sehat” adalah gambaran masyarakat kecamatan masa

depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat

yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yyang bermutu secara adil dan merata

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Indikator utama ”Kecamatan Sehat” adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan sehat

5
2) Perilaku sehat

3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

4) Derajat kesehatan yang optimal bagi penduduk kecamatan

Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada misi

pembangunan kesehatan puskesmas diatas, yakni terwujudnya kecamatan sehat,

yang harus seseuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah

kecamatan setempat (Kemenkes RI, 2019).

b. Misi

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya misi pembanguanan kesehatan nasional,

seperti:

- Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah

kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat

dan dunia usaha di wilayah kerjanya.

- Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat

diwilayah

kerjanya.

Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat

yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya dibidang

kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju

kemandirian untuk hidup sehat.

- Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu

berupaya menyelenggarakan peayanan kesehatan yang sesuai dengan

standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan

6
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana

sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

- Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya

memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan

teknologi kesehatan yang sesuai.

3. Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang yang tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2009).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014

Pasal 2 yang mana tujuan tersebut yaitu

a. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

b. Untuk mewujudkan masyarakt yang mampu menjangkau pelayanan

kesehatan bermutu

c. Untuk mewujudkan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sehat

d. Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat kesehatan yang

optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

4. Fungsi

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

7
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di

wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan

kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan

dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di

wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang

dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,

keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memilki kesadaran,

kemauan dan kemmpuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup

sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan

termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan

memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan,

keluarga dan masyarakat ini diselenggrakan dengan memperhatikan kondisi

dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab

puskesmas meliputi:

1) Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan

8
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut

adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan

rawat inap.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan

kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan

penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut antara

lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakt, penyehatan

lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga

berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat

lainnya.

5. Kedudukan

Kedudukan puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan sistem

kesehatan nasional, sistem kesehatan Kabupaten/Kota dan sistem pemerintah

daerah:

a. Sistem kesehatan nasional

Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah sebagai

sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Sistem kesehatan Kabupaten/Kota

Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan Kabupaten/Kota adalah

sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang

9
bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan

kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya.

c. Sistem pemerintah daerah

Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintah daerah adalah sebagai unit

pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit

struktural pemerintah daerah Kabupaten/Kota di bidang kesehatan di tingkat

kecamatan.

d. Antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama

Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan

kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta

seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan

balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas diantara berbagai sarana

pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Wilayah kerja

puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan

bersumber daya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa dan

pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan

kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

6. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Permenkes No 75 tahun 2014 menjelaskan prinsip penyelenggaraan

puskesmas meliputi:

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk

berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan

yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

10
Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap

pembangunan kesehatan diwilayah kerja

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga dan

masyarakat

d. Pemerataan

Puskesmas penyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses

dan oleh seluruh masyarakat diwilayah kerjanya secara adil tanpa membedakab

status social, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayananan kesehatan dengan

memanfaatkan teknologi yang tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan

pelayanan, mudah dmanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi

lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan

UKM dan UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan sistem

rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas (Kemenkes RI,

2016).

7. Upaya Penyelenggaraan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas,

yakni terwujudnya Kecamatan sehat menuju Indonesia Sehat, puskesmas

bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan

nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan

menurut Kemenkes (2014) dikelompokkan menjadi dua yakni:

11
a. Upaya kesehatan masyarakat esensial

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai

daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya

kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada

di wilayah Indonesia untuk mendukung pencapaian standar pelayanan

minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.

Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut adalah:

1) pelayanan promosi kesehatan;

2) pelayanan kesehatan lingkungan;

3) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

4) pelayanan gizi; dan

5) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

b. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya kesehatan

masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif

dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan

dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi

sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.

Upaya kesehatan masyarakat pengembangan dipilih dari daftar upaya

kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:

1) Upaya kesehatan sekolah

2) Upaya kesehatan olah raga

3) Upaya perawatan kesehatan masyarakat

4) Upaya kesehatan kerja

5) Upaya kesehatan gigi dan mulut

12
6) Upaya kesehatan jiwa

7) Upaya kesehatan mata

8) Upaya kesehatan usia lanjut

9) Upaya pembinaan pengobatan tradisional

B. Upaya Program Imunisasi di Puskesmas

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.

(Atikah, 2010).

Istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi pasif

adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah

imunisasi aktif dengan pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang

pembentukan imunitas (antibodi) oleh sistem imun di dalam tubuh.

Kekebalan tubuh dapat dimiliki secara pasif maupun aktif. Keduanya

dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Kekebalan pasif yang didapatkan

secara alami adalah kekebalan yang didapatkan transplasenta, yaitu antibodi

diberikan ibu kandung secara pasif melalu plasenta kepada janin yang

dikandungnya. Sedangkan, kekebalan pasif (buatan) adalah pemberian antibodi

yang sudah disiapkan dan dimasukkan ke dalam tubuh anak.

Kekebalan aktif dapat diperoleh pula secara alami maupun buatan.

Secara alami, kekebalan tubuh didapatkan apabila anak terjangkit suatu

penyakit, yang berarti masuknya antigen yang akan merangsang tubuh anak

membentuk antibodi sendiri secara aktif dan menjadi kebal karenanya.

Sedangkan, kekebalan aktif (buatan) adalah pemberian vaksin yang

merangsang tubuh manusia secara aktif membentuk antibodi dan kebal secara

spesifik terhadap antigen yang diberikan. Pengelolaan rantai adalah

13
pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan

pada suhu dan kondisi yang ditetapkan. Dalang lingkup ini, proses pembuatan

vaksin di pabrik tidak dimasukan dalam petunjuk teknis karena telah memiliki

prosedur tersendiri dari pabrik, sesuai dengan ketentuan WHO dan persyaratan

dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman,

komponen kuman atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan

berguna untuk merangsang kekebalan tubuh seseorang. Rantai vaksin adalah

suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang

telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin

sampai pada saat pemberiannya (disuntikkan atau diteteskan) kepada sasaran.

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat

(populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia.

(Ranuh, 2008).

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini,

penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak

(measles), polio dan tuberkulosis. (Notoatmodjo, 2003)

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi

agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan

oleh penyakit yang sering berjangkit.

Secara umun tujuan imunisasi antara lain: (Atikah, 2010)

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

14
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan

mortalitas (angka kematian) pada balita.

3. Manfaat imunisasi

a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin

bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

4. Jenis-jenis imunisasi

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-

efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:

1. Imunisai aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin)

agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu

ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat

mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio

dan campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur vaksin,

yaitu:

1) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,

eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada

protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari

ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya

adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan

vaksin.

15
2) Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan

agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan

mencegah tumbuhnya mikroba. Bahanbahan yang digunakan seperti air

raksa dan antibiotik yang biasa digunakan.

3) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur

jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya

antigen telur, protein serum, dan bahan kultur sel.

4) Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan

sistem imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh,

antigen dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi

perlawanan maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.

2. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses

infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat

bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan

untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada

orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat

pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis

antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan,

misalnya antibodi terhadap campak.

5. Macam-Macam Imunisasi Dasar

1. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)

a. Fungsi

16
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis

(TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama

Mycobacterium tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama

menyerang sistem pernafasan (TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga

dapat terserang (penyebaran atau ekstraparu TBC). Mycobacterium

tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang biasanya

terinfeksi jika mereka menderita sakit paru-paru dan terdapat bakteria

didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab juga mendukung

terjadinya penularan. Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat

terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung bakteri

tuberkulosis.

b. Cara pemberian dan dosis

Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah

dilemahkan. Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikan,

vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan

0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi

usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan.

Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes

tuberkulin dengan hasil negatif.

Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.

Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam

memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus

menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26).

Kerjasama antara ibu dengan petugas imunisasi sangat diharapkan, agar

pemberian vaksin berjalan dengan tepat.

c. Kontra indikasi

17
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi:

1. Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti

eksim, furunkulosis, dan sebagainya.

2. Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang

menderita TBC

d. Efek samping

Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada

imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam.

Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan

ditempat suntikan yang berubah menjadi pastula, kemudian pecah menjadi luka.

Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengen

sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak

atau leher. Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan

demam.

2. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)

a. Fungsi

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu

difteri, pertusis, tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular

dan menyerang terutama saluran napas bagian atas. Penularannya bisa karena

kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak

langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri.

Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih kurang 380 C,

mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat pseudomembran putih

keabu-abuan di faring, laring dan tonsil, tidak mudah lepas dan mudah

berdarah, leher membengkak seperti leher sapi disebabkan karena

18
pembengkakan kelenjar leher dan sesak napas disertai bunyi (stridor). Pada

pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri. Pada

proses infeksi selanjutnya, bakteri difteri akan menyebarkan racun kedalam

tubuh, sehingga penderita dapat menglami tekanan darah rendah, sehingga

efek jangka panjangnya akan terjadi kardiomiopati dan miopati perifer.

Cutaneus dari bakteri difteri menimbulkan infeksi sekunder pada kulit

penderita.

b. Cara pemberian dan dosis

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular.

Suntikan diberika pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis

0,5 cc.

Cara memberiakn vaksin ini, sebagai berikut:

1. Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh

kaki telanjang

2. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi

3. Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk

4. Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat

5. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke

dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan secara pelan-pelan.

Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan

sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena

pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian kedua

mulai meningkat dan pemberian ketiga diperoleh cukupan antibodi. Daya

proteksi vaksin difteri cukup baik yiatu sebesar 80-90%, daya proteksi vaksin

tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-

19
60%, oleh karena itu, anak-anak masih berkemungkinan untuk terinfeksibatuk

seratus hari atau pertusis, tetapi lebih ringan.

c. Efek samping

Pemberian imunisasi DPT memberikan efek samping ringan dan berat,

efek ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan

dan demam, sedangkan efek berat bayi menangis hebat kerana kesakitan selama

kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan

syok.

3. Imunisasi campak

a. Fungsi

Imunisai campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak. Campak, measles atau rubelal adalah penyakit virus akut

yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular

sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya

ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne).

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet melalui udara, menempel

dan berkembang biak pada epitel nasifaring. Tiga hari setelah infasi, replikasi

dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi vitemia yang

pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul

viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan

proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat

peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang

tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit

menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3C = coryza, cough and

conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk,

pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada

20
hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam

makulopapuler warna kemerahan. Virus juga dapat berbiak pada susunan

syaraf pusat dan menimbulkan gejala klinik ensefalitis. Setelah masa

konvalesen menurun, hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam

menjadi semakin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi.

Proses ini disababkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler

dan infiltrasi limfosit.

b. Cara pemberian dan dosis

Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan

pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin

campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang

derisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas

secara subkutan. Cara pemberian:

a. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan

telanjang.

b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari tangan untuk

menekan ke atas lengan bayi.

c. Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45

derajat.

d. Usahakan kestabilan posisi jarum.

c. Efek samping

Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan

selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

d. Kontraindikasi

21
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami

immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena

leukimia, dan limfoma.

4. Imunisasi polio

a. Fungsi

Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis.

Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat

2 macam vaksin polio:

1. Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus polio

yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

2. Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang

telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

b. Cara pemberian dan dosis

Imunisasi dasar polio diberiakn 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan

interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah

imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat

meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin.

Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau

dengan atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka

vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. Cara pemakaian:

1. Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala di sangga dan dimiringkan ke

belakang.

2. Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi

bayi dengan jari-jari.

3. Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan

alat tetes menyentuh bayi.

22
c. Efek samping

Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis

yang disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.

d. Kontra indikasi

Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang

menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul

akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan,

misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulang dapat diberikan setelah

sembuh.

5. Imunisasi hepatitis B

a. Fungsi

Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh berkenalan

terhadap penyakit hepatitis B, disebakan oleh virus yang telah mempengaruhi

organ liver (hati). Virus ini akan tinggal selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi

yang terjangkit virus hepatitis berisiko terkena kanker hati atau kerusakan

pada hati. Virus hepatitis B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang

terjangkit termasuk darah, ludah dan air mani.

b. Cara pemberian dan dosis

Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi

intramuskular. Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair.

Terdapat vaksin Prefill Injection Device (B-PID) yang diberikan sesaat

setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari. Vaksin B-PID disuntikan

dengan 1 buah HB PID. Vaksin ini, menggunakan Profilled Injection

Device (PID), merupakan jenis alat suntik yang hanya diberikan pada bayi.

Vaksin juga diberikan pada anak usia 12 tahun yang dimasa kecilnya belum

23
diberi vaksin hepatitis B. Selain itu orang –orang yang berada dalam rentan

risiko hepatitis B sebaiknya juga diberi vaksin ini. Cara pemakaian:

a. Buka kantong alumunium atau plastik dan keluarkan alat plastik PID

b. Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang

keduanya diantara jari telunjuk dan jempol, dan dengan gerakan cepat

dorong tutup jarum ke arah leher. Teruskan mendorong sampai tidak ada

jarak antara tutup jarum dan leher.

c. Buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan

tusukan jarum pada anterolateral paha secara intremuskular, tidak perlu

dilakukan aspirasi.

d. Pijat reservior dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservior kempis

cabut alat suntik.

c. Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang

setelah 2 hari.

d. Kontra indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-

vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

yang disertai kejang

6. Sasaran Imunisasi

Setiap sasaran mengunjungi tempat pelayanan imunisasi, mereka

sebaiknya diperiksa dan diberi semua vaksin yang layak merak terima. Tentukan

usia dan status imunisasi terlebih dahulu sebelum diputuskan dosis vaksin mana

yang diberikan.

1. Menentukan usia bayi

24
 Lihat kartu imunisasi bayi untuk menentukan usia bayi

 Jika bayi tidak memiliki kartu imunisasi, tanyakan pada ibu berapa usia

bayinya

 Jika ibu tidak tau usia bayi, perkiran usia bayi denga menanyakan apakah

bayi dilahirkan bersamaan dengan kejadian penting misalnya selama

musim atau perayaaan tertentu. Ini akan memberikan Anda informasi yang

lebih baik untuk mengetahui usia bayi. Bayi-bayi dengan usia diatas 1

tahun dan belum diberi vaksinasi secara lengkap sebaiknya tetap menerima

dosis-dosis yang belum diterima

2. Menetukan vaksin-vaksin mana yang telah diterima oleh bayi

 Lihat kartu imunisasi bayi untuk mengetahui vaksin-vaksin mana yang

telah ia terima

 Jika bayi tidak memiliki kartu imunisasi, tanyakan kepada ibu vaksin-

vaksin mana yang telah diterima oleh bayinya

 Periksa buku register dimana Anda mungkin mendapatkan catatan tentang

dosis-dosis vaksin yang telah diterima bayi sebelumnya.

 Jika ibu tidak tahu jika bayinya belum di imunisasi, atau jika tidak ada

catatan dalam buku register, berikan dosis dari semua vaksin yang layak

 Bekas luka pada lengan kanan atas bayi menujukan bahwa bayi telah

menerima vaksin BCG. Jika tidak ada bekas luka pada bayi dan Anda

tidak dapat menetukan apakah dosis BCG telah diterima oleh bayi, berikan

imunisasi vaksin BCG kepada bayi.

3. Menentukan semua vaksin yang cocok untuk bayi

Tentukan vaksin-vaksin mana yang cocok untuk bayi sesuai jadwal nasional.

Ikuti beberapa petunjuk umum dibawah ini :

25
 Jika bayi memenuhi syarat untuk menerima lebih dari 1 jenis vaksin,

vaksin-vaksin dapat diberikan semua pada pelayanan imunisasi yang sama,

tetapi ditempat-tempat suntikan yang berbeda.

 Jangan pernah coba memberikan lebih dari 1 dosis yang sama vaksin yang

sama dalam 1 waktu.

 Jika penundaan antar dosis dalam penundaan minimal, jangan memulai

lagi dari awal. Sediakan saja dois yang dibutuhkan selanjutnya secara

berurutan. Misalnya, bayi dengan usia 8 bulan yang telah menerima vaksin

BCG, OPV1 dan DPT1 saja sebaiknya menerima OPV2, DPT2, Campak.

Beritahukan kepada ibu pentingnya membawa bayi kefasilitas kesehatan

dalam 4 minggu juntuk menerima vaksin OPV3 dan DPT3.

 Jika penundaan dalam memulai vaksinasi primer, berikan imunisasi

kepada bayi sementara menjaga waktu pemberian dosis yang

direkomendasikan.

26
Tabel 1 Jadwal Imunisasi

UMUR 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12+**
(BULAN)
Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi
HB 0 (0-24)
BCG
*Polio
*DPT-HB-
Hib 1
*Polio 2
DPT-HB-
Hib 2
Polio 3
*DPT-HB-
Hib 3
*Polio 4
*IPV
Campak

UMUR (BULAN) 18 24
Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi
***DPT-HB-Hib Lanjutan
***Campak Lanjutan

Keterangan Jadwal Imunisasi

Jadwal tepat pemberian imunisasi dasar lengkap

Waktu yang masih diperbolehkan untuk pemberian imunisasi dasar


lengkap

Waktu pemberian imunisasi bagi anak diatas 1 tahun yang belum


lengkap

Waktu yang tidak diperbolehkan untuk pemberian imunisasi dasar


lengkap
27
*Jarak antara (interval) pemberian vaksin DPT-HB-Hib minimal 4 minggu (1 Bulan)

Jarak antara pemberian vaksin Polio minimal 4 minggu (1 Bulan)

** Anak iatas 1 tahun (12 bulan) yang belum lengkap imunisasinya tetap harus
diberikan imunisasi dasar lengkap. Sakit ringan seperti batuk, pilek, diare, demam
ringan dan sakit kulit bukan halangan untuk imunisasi.

*** Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib lanjutan diberikan minimal 12 bulan setelah


pemberian imunisasi DPT-HB-Hib 3 dan dapat diberikan dalam rentang usia 18-24
bulan.

**** Pemberian imunisasi campak lanjutan diberikan minimal 6 bulan setelah


pemberian imunisasi campak terakhir dan dapat diberikan dalam rentang usia 18-24
bulan.

28

Anda mungkin juga menyukai