Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA (SC) DENGAN CHEPALO PELVIK DISPROPOTION (CPD)


DI RUANG ANGGREK RSUD BANYUMAS

Nama : Nur Yuliati


Nim : 1911040038
Kelompok : 16

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2019/2020
A. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding Rahim dengan syarat Rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sarwono, 2009). Section caesaria
adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gr melalui
sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi,2006).
Adapun jenis-jenis sectio caesaria adalah antara lain :
1. Sectio caesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus.
insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah:
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna.
2. Sectio caesaria klasik atau sectio caesaria corporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang
agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen atas uterus.
3. Sectio caesaria
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4. Sectio caesaria Hysteroctomi
Setelah section caesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat

B. Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin
adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian
maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut
menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban
pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada
kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan letak janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah
dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki (Saifuddin, 2002)
C. Manifestasi klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio
caesarea menurut Doenges (2010),antara lain :
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
7. Biasanya terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelainan secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan attachment pada anak yang baru dilahirkan

D. Pathofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta
previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak
lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari
aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang
keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun
juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.

E. Komplikasi
1. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis dan lain-lain.
Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala
infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, tetapi
tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Luka kandung kemih dan embolis paru.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit . ( Doengoes M. 2010 )

G. Penatalaksanaan Medis
1. Perawatan awal
a. Letakan pasien dalam posisi datar atau 45 derajat dalam ruang perawatan
b. Periksa kondisi pasien, cek tanda-tanda vital
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah 1 x 24 jam, jika penderita
sudah terdengar bising usus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada minimal 6 jam pasca operasi, berupa air putih.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap, meliputi :
a. Miring kanan dan kiri
b. Posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
c. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, berlajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 pasca operasi.
4. Fungsi gastrointestinal
a. Tunggu bising usus timbul, diet bertahap (cair diteruskan dengan diet lunak)
b. Pemberian infus diteruskan sampai minimal 1x24 jam

5. Perawatan fungsi kandung kemih


rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan Kandung kemih yang penuh menimbulkan
penderita.
6. Perawatan luka
a. Ganti verban dengan cara steril (jika verban terdapat rembesan/ terbuka)
b. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
c. Mengganti balutan dilakukan pada hari ketiga pasca SC atau sebelum pasien
pulang
7. Jika masih terdapat perdarahan
a. Lakukan masase uterus
b. Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60
tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotik kombinasi sampai pasien bebas
demam selama 48 jam.
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
H. Pathways

Insufiensi plasentas Sirkulasi uteroplasenta menurun Cemas pada janin

Tidak timbul HIS

Faktor Predisposisi:
Tdk ada perubahan pd servik
1. CPD
2. Kehamilan kembar
3. Distress janin
4. Presensi janin Kelahiran terhambat
5. Preeklamsi/eklamsia

Post Date

Sectio Caesaria (SC)

Persalinan tidak normal

Kurang pengetahuan Nifas (post pembedahan) Estrogen meningkat

Ansietas 1. Nyeri Penurunan laktasi


2. Imobilisasi fisik
3. Resiko infeksi
4. ansietas
Ketidakefektifan
pemberian ASI
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hemoglobin atau mematokrit untuk mengkaji perubahan dari kadar pre operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah.
4. Urinalisis/ kultur urin
5. Pemeriksaan eklektrolit
6. Perekaman jantung

J. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali
pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register ,
dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b.  Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar
pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, hipertensi,
dll.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola presepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.
c. Pola eliminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono,
yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi
karena penderita takut untuk melakukan BAB.
d. Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
e. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan
orang lain.
f. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
g. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan
nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara
terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya
h. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri.
i. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

K. Diagnosa Keperawatan
Diagnose yang mungkin muncul:
1. Resiko infeksi b.d luka operasi
2. Nyeri akut b.d injury fisik jalan lahir
3. Gangguan Imobilisasi fisik b.d luka operasi
4. Ketidakefektifan pemberian asi b.d suplai ASI tidak cukup

L. Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)


O KEPERAWATA (NOC)
N DAN
KOLABORASI

Kontrol infeksi
1 Risiko infeksi b.d Setelah dilakuakan   Bersihkan lingkungan setelah
asuhan keperawatan
tindakan invasif, dipakai pasien lain
selama 2x24 jam
paparan pasien dapat   Pertahankan teknik isolasi
memperoleh
lingkungan   Batasi pengunjung bila perlu
1.Pengetahuan:Kontr
pathogen ol infeksi  Instruksikan pada pengunjung
Indikator:
- Menerangkan untuk mencuci tangan saat
cara-cara berkunjung dan setelah berkunjung
penyebaran infeksi
meninggalkan pasien
- Menerangkan
factor-faktor yang  Gunakan sabun antimikrobia untuk
berkontribusi
cuci tangan
dengan
penyebaran  Cuci tangan setiap sebelum dan
- Menjelaskan
sesudah tindakan kperawtan
tanda-tanda dan
gejala  Gunakan baju, sarung tangan
- Menjelaskan
sebagai alat pelindung
aktivitas yang
dapat  Pertahankan lingkungan aseptik
meningkatkan
selama pemasangan alat
resistensi terhadap
infeksi  Ganti letak IV perifer dan line
Keterangan:
central dan dressing sesuai dengan
1 : tidak pernah
2 : terbatas petunjuk umum
3 : sedang
 Gunakan kateter intermiten untuk
4 : sering
5 : selalu menurunkan infeksi kandung
2.Status Nutrisi
kencing
- Asupan nutrisi
- Asupan makanan  Tingktkan intake nutrisi
dan cairan
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
- Energi
- Masa tubuh Proteksi Terhadap Infeksi
- Berat badan
 Monitor tanda dan gejala infeksi
Keterangan:
1 : sangat bermasalah sistemik dan lokal
2 : bermasalah
 Monitor hitung granulosit, WBC
3 : sedang
4 : sedikit bermasalah  Monitor kerentanan terhadap
5 : tidak bemasalah
infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap
2,
penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
 Dorong masukan cairan

Setelah dilakukan  Dorong istirahat


asuhan keperawatan  Instruksikan pasien untuk minum
selama 3x24 jam
pasien mampu untuk antibiotik sesuai resep
 Mengontrol nyeri  Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dengan indikator:
  Mengenal dan gejala infeksi
factor-faktor  Ajarkan cara menghindari infeksi
penyebab nyeri
 Laporkan kecurigaan infeksi
  Mengenal
Nyeri akut b.d onset nyeri  Laporkan kultur positif
  Melakukan
agen injuri fisik
tindakan
(luka insisi pertolongan Management Nyeri
non-analgetik - Lakukan pengkajian nyeri secara
operasi)
  Menggunakan
komprehensif termasuk lokasi,
analgetik
  Melaporkan karakteristik, durasi, frekuensi,
gejala-gejala
kualitas dan faktor presipitasi
kepada tim
kesehatan - Observasi reaksi nonverbal dari
  Mengontrol ketidaknyamanan
nyeri
- Gunakan teknik komunikasi
Keterangan: terapeutik untuk mengetahui
1 tidak pernah
dilakukan pengalaman nyeri pasien
2 jarang dilakukan - Kaji kultur yang mempengaruhi
3kadang-kadang
dilakukan respon nyeri
4 sering dilakukan - Evaluasi pengalaman nyeri masa
5selalu dilakukan
pasien     lampau
- Evaluasi bersama pasien dan tim
Menunjukan tingkat kesehatan lain tentang
nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri
Indikator:
  Melaporkan masa lampau
nyeri - Bantu pasien dan keluarga untuk
3   Melaporkan
frekuensi nyeri mencari dan menemukan
  Melaporkan dukungan
lamanya - Kontrol lingkungan yang dapat
episode nyeri
  Mengekspresi mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri: wajah ruangan, pencahayaan dan
  Menunjukan
posisi kebisingan
melindungi - Kurangi faktor presipitasi nyeri
tubuh
  kegelisahan - Pilih dan lakukan penanganan
  perubahan nyeri (farmakologi, non
respirasi rate
  perubahan farmakologi dan inter personal)
Heart Rate - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
  Perubahan
menentukan intervensi
tekanan Darah
  Perubahan - Ajarkan tentang teknik non
ukuran Pupil
farmakologi
  Perspirasi
  Kehilangan - Berikan analgetik untuk
nafsu makan mengurangi nyeri
Keterangan: - Evaluasi keefektifan kontrol
1 :  Berat nyeri
2 :  Agak berat
3 : Sedang - Tingkatkan istirahat
4 : Sedikit - Kolaborasikan dengan dokter
4 5 : Tidak ada
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien
Defisit perawatan
tentang manajemen nyeri
diri b.d. Kelelahan
Pemberian Analgesik
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
- Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal

Setelah dilakukan - Pilih rute pemberian secara IV,

asuhan keperawatan IM untuk pengobatan nyeri

selama 3x24 jam ADLs secara teratur

klien meningkat  - Monitor vital sign sebelum dan


5
dengan indicator: sesudah pemberian analgesik
Kurang
 Self care : pertama kali
pengetahuan
Activity of - Berikan analgesik tepat waktu
tentang perawatan
Daily Living terutama saat nyeri hebat
ibu nifas dan
(ADLs) - Evaluasi efektivitas analgesik,
perawatan post
- Klien terbebas dari tanda dan gejala (efek samping)
operasi b/d
bau badan
kurangnya sumber
- Menyatakan Self Care assistane : ADLs
informasi
kenyamanan - Monitor kemempuan klien untuk

terhadap perawatan diri yang mandiri.

kemampuan untuk - Monitor kebutuhan klien untuk

melakukan ADLs alat-alat bantu untuk kebersihan

- Dapat melakukan diri, berpakaian, berhias, toileting

ADLS dengan dan makan.

bantuan - Sediakan bantuan sampai klien

Keterangan: mampu secara utuh untuk


1 : tidak pernah melakukan self-care.
2 : terbatas
3 : sedang - Dorong klien untuk melakukan
4 : sering aktivitas sehari-hari yang normal
5 : selalu
sesuai kemampuan yang dimiliki.
- Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
- Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
Menyusui tidak
efektif melakukannya.
berhubungan - Berikan aktivitas rutin sehari- hari
Pengetahuan : proses
dengan  penyakit sesuai kemampuan.
kurangnya - Mengenal nama
pengetahuan ibu penyakit
tentang cara - Deskripsi proses
menyusui yang penyakit
benar - Deskripsi faktor
penyebab atau
faktor pencetus
- Deskripsi tanda 1. Pembelajaran : proses penyakit
dan gejala - Kaji tingkat pengetahuan
- Deskripsi cara klien tentang penyakit
meminimalkan - Jelaskan patofisiologi
perkembangan penyakit dan bagaimana
penyakit kaitannya dengan anatomi
- Deskripsi dan fisiologi tubuh
komplikasi - Deskripsikan tanda dan gejala
penyakit umum penyakit
- Deskripsi tanda - Identifikasi kemingkinan
dan gejala penyebab
komplikasi - Berikan informasi tentang
penyakit kondisi klien
- Deskripsi cara - Berikan informasi tentang
mencegah hasil pemeriksaan diagnostik
komplikasi - Diskusikan tentang pilihan
Skala : terapi
1 : tidak ada - Instruksikan klien untuk
2 : sedikit melaporkan tanda dan gejala
3 : sedang kepada petugas
4 : luas
5 : lengkap 2. Pembelajaran :
2.    Pengetahuan : prosedur/perawatan
prosedur - Informasikan klien waktu
perawatan pelaksanaan
- Deskripsi prosedur prosedur/perawatan
perawatan - Informasikan klien lama
- Penjelasan tujuan waktu pelaksanaan
perawatan prosedur/perawatan
- Deskripsi langkah- - Kaji pengalaman klien dan
langkah prosedur tingkat pengetahuan klien
- Deskripsi adanya tentang prosedur yang akan
pembatasan dilakukan
sehubungan - Jelaskan tujuan
dengan prosedur prosedur/perawatan
- Deskripsi alat-alat - Instruksikan klien untuk
perawatan berpartisipasi selama
prosedur/perawatan
Skala : - Jelaskan hal-hal yang perlu
1 : tidak ada dilakukan setelah
2 : sedikit prosedur/perawatan
3 : sedang
4 : luas
5 : lengkap

Setelah
diberikan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam klien
menunjukkan respon
breast feeding adekuat
Health Education:
dengan indikator:
  Berikan informasi mengenai :
-klien mengungkapkan
 Fisiologi menyusui
puas dengan
 Keuntungan menyusui
kebutuhan untuk
 Perawatan payudara
menyusui
 Kebutuhan diit khusus
-klien mampu
 Faktor-faktor yang
mendemonstrasikan
menghambat proses menyusui 
perawatan payudara
- Demonstrasikan breast care dan
Skala :
1 : tidak ada pantau kemampuan klien untuk
2 : sedikit melakukan secara teratur
3 : sedang
4 : luas - Ajarkan cara mengeluarkan ASI
5 : lengkap dengan benar, cara menyimpan,
cara transportasi sehingga bisa
diterima oleh bayi
- Berikan dukungan dan semangat
pada ibu untuk melaksanakan
pemberian Asi eksklusif
- Berikan penjelasan tentang tanda
dan gejala bendungan payudara,
infeksi payudara
- Anjurkan keluarga untuk
memfasilitasi dan mendukung
klien dalam pemberian ASI
- Diskusikan tentang sumber-
sumber yang dapat memberikan 
informasi/memberikan pelayanan
KIA

M. Daftar Pustaka

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC Johnson, M., et all. 2000.

Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle

River Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions

Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Muchtar. 2005.
Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC Nurjannah Intansari. 2010. Proses

Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia Santosa, Budi. 2007.


Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20052006. Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo Sarwono

Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai