Anda di halaman 1dari 6

JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI

Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG


ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 1-6)

ANALISIS INFORMASI MITIGASI BENCANA GUNUNG


SINABUNG DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI PUBLIK DI
KABUPATEN KARO

Yuniar
Alumni Program Magister Pendidikan Geografi FIS UNP
yuni.singgalang@gmail.com

ABSTRACT
This study was conducted to determine the disaster mitigation information by
Government Karo Sinabung in handling disasters that have occurred since 2010. This
study uses a qualitative descriptive study to explore the information from key
informants, so that it can describe various policies adopted by the Government of Karo
in providing disaster mitigation information to people around the mountain that strato
status. The researchers interviewed key informants is Deputy Coordinator of the
Emergency Response Team Disaster Sinabung, Secretary BPBDs Karo, community,
and volunteer. From the information that they obtained information on disaster
mitigation has been done by the government. Only, still need improvement to make it
more effective and can be understood immediately by the public.

Keywords: Mitigasi Information, Policy, Sinabung

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan kondisi geografis yang didominasi gunung api
yang terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia. Gunung berapi di Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik
(Hermon, 2010; Hermon, 2012; Hermon, 2014; Hermon, 2017). Akhir-akhir ini, kejadian
bencana gunung api di berbagai daerah menunjukkan frekuensi yang semakin tinggi.
Sampai tahun 2012, Asosiasi Internasional Vulkanalogi dan Kimia Interior Bumi
mencatat di negara ini terdapat 127 gunung berapi aktif dengan lebih kurang lima juta
penduduk yang berdiam di sekitarnya. Salah satu dampak dari erupsi ini adalah
terjadinya degradasi lahan secara cepat (Hermon, 2001) walaupun nantinya akan
subur (Hermon, 2006), rusaknya permukiman (Hermon, 2009), dan kerusakan
lingkungan (Hermon, 2014).
Pola letusan gunung berapi itu berubah pasca gempa besar dan tsunami Aceh
yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu. Salah satu gunung yang turut berubah pola
letusannya adalah Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo, Sumatera
Utara. Gunung dengan ketinggian 2.460 meter itu tercatat tidak pernah aktif sejak

1
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 1-6)

tahun 1600. Namun, pada 27 Agustus 2010, gunung ini aktif kembali yang ditandai
dengan ke luarnya asap dan abu vulkanik. Aktivitasnya bahkan kian meningkat dengan
ke luarnya lava dari kawahnya.
Tingginya frekuensi kejadian letusan gunung api di berbagai daerah termasuk
di Gunung Sinabung menyebabkan pemerintah, baik pusat maupun daerah semakin
gencar untuk menyiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana tersebut melalui
program mitigasi dan adaptasi terhadap bencana gunung api. Supaya, korban jiwa
maupun harta tidak banyak berjatuhan. Biasanya program mitigasi selalui diikuti
dengan adaptasi (Hermon, 2015; Hermon, 2016; Oktorie, 2017). Program mitigasi
tersebut sudah banyak disusun, diantaranya dengan mengenal gejala-gejala alam
terhadap kemungkinan letusan gunung api.
Bahkan menurut Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan
informasi publik, masyarakat sudah dapat diberikan pelayanan informasi mengenai
kegiatan-kegiatan yang ada di daerah maupun informasi-informasi penting lainnya,
termasuk informasi mengenai kebencanaan. Tapi informasi yang sangat penting ini
tidak sepenuhnya sampai pada masyarakat pada ring 1 atau zona merah. Informasi itu
hanya sampai kepada institusi-institusi terkait dengan jumlah terbatas, sebatas pada
peserta workshop atau sosialisasi. Kelemahan penyebarluasan informasi dan
komunikasi ini memerlukan strategis khusus agar masyarakat ring 1 yang notabene
adalah masyarakat yang pendidikannya rendah dan jauh dari jangkauan transportasi
dan informasi dapat mengetahui program tersebut.

METODE
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu pendekatan yang menggali
Informasi dan informan kunci, informan kunci adalah guru geografi di sekolah
pengunsian di Kabupaten Karo. Teknik pengumpulan data yang digunakan angket,
observasi dan wawancara. Data yang telah diperoleh diuji keabsahannya dengan
teknik ketekunan pengamatan dan triangulasi. Teknik Analisis data dilakukan dengan
tahap deskriptif, persyaratan asumsi, dan model analisis jalur serta pengambilan
kesimpulan.

2
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 1-6)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bencana apapun namanya selalu mendatangkan kerugian. Tidak saja, kerugian
harta benda, tapi juga nyawa (Hermon et al., 2017; Hermon et al., 2018; Kristian dan
Oktorie, 2018). Begitu juga yang terjadi dengan bencana Gunung Api Sinabung.
Seperti dipaparkan di atas, pada tahun 2010, seorang pengungsi tewas dan puluhan
ribu mengungsi cukup lama di tempat pengungsian. Demikian juga pada 2014 ini.
Jumlah korban tewas malah jauh lebih besar, yaitu mencapai 14 orang dan 3 orang
luka dengan jumlah pengungsi mencapai 30 ribu orang lebih.
Korban meninggal dapat diminimalisir jika informasi mitigasi dalam hal ini
penyelamatan diri diberikan dengan tepat kepada masyarakat di sekitar daerah terkena
bencana. Sebelum tahun 2010 atau sebelum Gunung Sinabung meletus menurut
sejumlah masyarakat di daerah itu, belum ada informasi yang diberikan pemerintah
untuk dapat terhindar dari bencana. Namun, setelah bencana terjadi, informasi
bagaimana menyelamatkan diri sudah mulai diberikan. Hal itu kian intensif diberikan
saat bencana erupsi gunung ini terus terjadi hingga tahun ini.
Zaidan dan beberapa warga Desa Tiga Serangkai, Kecamatan Simpang Empat
yang terdapat di zona 4,5 KM dari Gunung Sinabung mengakui, sudah ada sejumlah
informasi yang diberikan pemerintah dalam bentuk selebaran maupun melalui media
massa cetak dan elektronik. Biasanya lebih banyak berisikan besaran kekuatan
ledakan dan jangkauan ledakan. Kalau pun ada informasi yang berisikan cara-cara
penyelamatan diri terhadap bencana ketika terjadi erupsi, tapi belum mendetail dalam
artian belum diiringi dengan cara masyarakat beradaptasi ketika mereka terjebak
dalam bencana tersebut. Informasi yang diberikan dalam bentuk selebaran terkadang
juga masih kurang dimengerti, sehingga ada sejumlah rang tetap memaksakan diri
mendekati desa, tanpa mengindahkan bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya.
Bentuk lain penyampaian informasi yang diberikan kepada masyarakat menurut
Mantan Wakil Koordinator Tanggap Darurat Kabupaten Karo, Ronda Tarigan adalah
melalui tatap muka dengan masyarakat. Hal itu biasanya sering dilakukan ketika Tim
Tanggap Darurat atau pihak terkait lainnya turun ke lapangan, terutama saat
mengunjungi para pengungsi. Bentuk informasi seperti ini sangat sesuai jika dikaji
dengan komunikasi publik, karena Komunikasi Publik memang lebih menekankan
pada pertemuan tatap muka. Hanya kelemahannya, terkadang informasi yang
disampaikan tidak begitu terstruktur, karena kunjungan lapangan ketika bencana

3
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 1-6)

terjadi biasanya dilakukan secara spontan, sehingga informasi yang diberikan juga
terbatas.
Seperti disampaikan di atas, media yang digunakan ada yang berupa
selebaran, media cetak dan media elektronik, disamping adanya tatap muka. Jika dikaji
dari sisi komunikasi publik, hal itu sudah terbilang baik, karena media cetak dan media
elektronik mampu menjangkau sejumlah lapisan masyarakat yang mendiami beberapa
kawasan di sekitar Gunung Sinabung. Akan tetapi, kelemahan dari media elektronik
adalah ketika bencana, listrik mati, sehingga jangankan untuk menghidupkan televisi,
untuk penerangan saja mereka masih sulit. Yeni Marlina, warga lainnya pada sekitar
radius 5 kilometer dari Gunung Sinabung membeberkan, mereka sebenarnya sudah
bisa pulang ke rumah masing-masing, akan tetapi tiang listrik dan alirannya yang rusak
akibat terpaan awan panas Gunung Sinabung telah menyebabkan kerusakan,
sehingga mereka tidak mungkin mendiami desa dalam keadaaan gelap gulita.
Sementara jika menggunakan selebaran, tidak semua orang mendapatkan
selebaran yang dibagikan, karena keterbatasan pencetakan dari pihak terkait.
Sedangkan, media massa cetak tidak semua masyarakat di sekitar bencana gunung
berapi tersebut yang berlangganan surat kabar. Namun demikian, informasi dengan
menggunakan berbagai media tersebut sudah terbilang bagus, karena ada alternatif
bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi mitigasi bencana Gunung Sinabung.
Dalam penyampaian informasi mitigasi bencana terhadap masyarakat di sekitar
Gunung Sinabung, Pemerintah Kabupaten Karo seperti disampaikan Wakil
Koordinator Tim Tanggap Darurat, Ronda Tarigan, salah satunya disebabkan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo yang baru ditetapkan pada
Februari 2014. Sementara para personil dan pejabatnya baru dilantik satu bulan
sebelumnya, yakni pada Maret 2014.
Kondisi itu jelas menjadi hambatan dalam menyampaikan informasi, karena
komunikator (penyampai pesan) memberikan peran yang sangat besar. Selain itu,
komunikator haruslah orang yang ahli dalam memahami bencana dan
penanganannya, sekaligus mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga
pesannya bisa sampai dengan baik kepada komunikan atau penerima pesan.
Bila ditinjau dari sisi komunikan atau masyarakat, hambatannya terutama
terjadi adalah tidak selamanya mereka bisa menerima informasi yang disampaikan.
Sebagai contoh, saat sosialisasi mitigasi bencana, mereka tidak selamanya berada di

4
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 1-6)

tempat. Ada sebagian yang tetap beraktivitas mencari nafkah demi kebutuhan
keluarganya. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Karo juga memberikan bantuan biaya
menyewa sawah kepada sejumlah warga yang daerahnya benar-benar tidak bisa
dihuni lagi, sehingga saat di pengungsian mereka tetap beraktivitas di sawah yang
disewa di sekitar pengungsian.

KESIMPULAN
Bencana Gunung Api Sinabung telah menyebabkan empat dari 17 kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Karo terkena dampak, yaitu Kecamatan Simpang Empat,
Kecamatan Sepayung, Kecamatan Namanteran, dan Kecamatan Tigaderget. Puluhan
orang dilaporkan meninggal dunia dan luka-luka akibat bencana itu. Jika tidak ada
penanganan serius melalui mitigasi, maka ke depan tidak tertutup kemungkinan
bencana akan terus meminta korban dalam jumlah yang lebih besar lagi. Pemerintah,
baik pusat, provinsi, dan daerah sudah mulai memberikan informasi mitigasi bencana
kepada masyarakat melalui berbagai media, seperti selebaran, media cetak, dan juga
media elektronik. Sayangnya, memang belum efektif yang dibuktikan dengan masih
adanya jatuh korban yang mencoba mendekati gunung.

PUSTAKA

Coburn, AW., dkk, Mitigasi Bencana Edisi II, 1994,United Kingdom.


Effendy, O Uchjana, 1994, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Rosdakarya, Bandung.
Hermon, D. 2001. Studi Kontribusi Penggunaan Lahan terhadap Karakteristik
Epipedon. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang
Hermon, D. 2006. Buku Ajar Geografi Tanah. Jurusan Geografi FIS. Padang
Hermon, D. 2009. Dinamika Permukiman dan Arahan Kebijakan Pengembangan
Permukiman pada Kawasan Rawan Longsor di Kota Padang Sumatera Barat.
Disertasi. PSL. IPB. Bogor
Hermon, D. 2010. Geografi Lingkungan: Perubahan Lingkungan Global. UNP Press
Hermon, D. 2012. Dinamika Cadangan Karbon berdasarkan Perubahan Tutupan
Lahan menjadi Lahan Permukiman di Kota Padang. Forum Geografi. Vol. 26.
No. 1
Hermon, D. 2014. Impact of Land Cover Change on Climate Change Trend in Padang,
Indonesia. Indonesia Journal of Geography. Vol. 46. No. 2: 138-142
Hermon, D. 2015. Estimate of Changes in Carbon Stocks on Land Cover Change in
the Leuser Ecosystem Area. Forum Geografi. Indonesia Journal of Spatial and
Regional Analysis. Vol. 29. Issue 2: 187-196

5
JURNAL KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
Program Magister Pendidikan Geografi UNIVERSITAS NEGERI PADANG
ISSN Print: 2622-4925 ISSN Online: 2622-4933
Volume 1 Nomor 1: Agustus 2018 (Halaman: 1-6)

Hermon, D. 2016. The Strategic Model of Tsunami Based in Coastal Ecotourism


Development at Mandeh Regions, West Sumatra, Indonesia. Journal of
Environment and Earth Science. Vol. 6. No. 4: 40-45
Hermon, D., Paus, I, Oktorie, O, and Ratna, W. 2017. The Model of Land Cover
Change into Settlement Area and Tin Mining and its Affecting Factors in
Belitung Island, Indonesia. Journal of Environment and Earth Science. Vo;. 7.
No. 6: 32-39
Hermon, D. 2017. Climate Change Mitigation. Rajawali Pers (Radjagrafindo). Jakarta
Hermon, D., Putra, A. & Oktorie, O. 2018. Suitability Evaluation of Space Utilization
Based on Enviromental Sustainability at The Coastal Area of Bungus Bay in
Padang City, Indonesia. International Journal of GEOMATE. Vol. 14, Issu 41:
193-202.
Kristian, A and O. Oktorie. 2018. Study of Coastal Mangrove Conservation in the
World. Sumatra Jornal of Disaster, Geography and Geography Education. Vol.
2. No. 1: 49-52
Oktorie, O. 2017. A Study of Landslide Areas Mitigation and Adaptation in Palupuah
Subdistrict, Agam Regency, West Sumatra Province, Indonesia. Sumatra
Journal of Disaster, Geography and Geography Education. Vol. 1. No. 1: 43-49
UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
PP No 21 Tahun 2008 tentang Penanggulangan Bencana
Rachmat, Agus, Jurnal Manajemen dan Mitigasi Bencana, 2010.
Rohmawati, Dhina, Jurnal Strategi Mitigasi Bencana Berbasis Masyarakat, 2014

Anda mungkin juga menyukai