Anda di halaman 1dari 11

1.

Bukti-bukti nilai pancasila


A. Zaman Pra Sejarah
Inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masaPra Sejarah hakekatnya adalah nilai-
nilai Pancasila itu sendiri, yaitu :
1. Nilai Religi
Adanya kerangka mayat pada Paleolitikum menggambarkan adanya penguburan,
terutama Wajakensis dan mungkin Pithecanthropus Erectus, serta dalam menghadapi
tantangan alam tenaga gaib sangat tampak. Selain itu ditemukan alat-alat baik dari batu
maupun perunggu yang digunakan untuk aktifitas religi seprti upacara mendatangkan
hujan, dll. Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan penempatan
menhir di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat
yang penuh keajaiban dan slelebagai batas antara dunia manusia dan roh leluhur.
Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi dalam makna
animism dan dinamisme sebagai wujud dari religious behavior.
2. Nilai Peri Kemanusiaan
Nilai ini tampak dalam perilaku kehidupan saaat itu misalnya penghargaan terhadap
hakekat kemanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap manusia
meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat baik terhaap
sesama manusia, yang pada hakekatnya merupakan wujud kesadaran akan nilai
kemanusiaan. Mereka tidak hidup terbatasdi wilayahnya, sudah mengenal sistem barter
antara kelompok pedalaman dengan pantai dan persebaran kapak. Selain itu mereka juga
menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain.
3. Nilai Kesatuan
Adanya kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia, sehingga
muncul kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan. Hal ini sesuai dengan teori
perbandingan bahasa menurut H.Kern dan benda- benda kebudayaan Pra Sejarah Von
Heine Gildern. Kecakapan berlayar karena menguasai pengetahuan tentang laut, musim,
perahu, dan astronomi, menyebabkan adanya kesamaan karakteristik kebudayaan
Indonesia. Oleh karena itu tidak mengherankan jika lautan juga merupakan tempat
tinggal selain daratan. Itulah sebabnya mereka menyebut negerinya dengan istilah Tanah
Air.
Nilai Musyawarah
Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah memiliki
aturan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan tumbuh kembangnya
adat sosial.
Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku yang dipimpin
oleh seorang kepala suku yang dipilih secara musyawarah berdasarkan Primus Inter Pares
(yang pertama diantara yang sama).

4. Nilai Keadilan Sosial


Dikenalnya pola kehidupan bercocok tanam secara gotong-royong berarti masyarakat
pada saat itu telah berhasil meninggalkan pola hidup foodgathering menuju ke pola hidup
foodproducing. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu upaya kearah perwujudan
kesejahteraan dan kemakmuran bersama sudah ada.

B. Zaman Kerajaan
 asas Kerajaan Kutai
Nilai Pancasila yang terkandung:
a.    Sila Pertama                  : Memeluk agama Hindu
b.    Sila Ketiga                     : Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh
kawasan
c.    Sila Keempat                 : Rakyat pada masa kerajaan Kutai hidup sejahtera dan
makmur

 Masa Kerajaan Sriwijaya


Nilai Pancasila yang terkandung:
a.      Sila pertama                   : Agama Budha dan Hindu hidup berdampingan secara
damai pada masa Kerajaan Sriwijaya.
b.      Sila kedua                      : Terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India
(Dinasti Marsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India menunjukan telah
tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas aktif.
c.      Sila ketiga                       : Sebagai Negara Maritim, Kerajaan Sriwijaya telah
menerapkan konsep Negara kepulauan sesuai dengan konsep wawasan nusantara.
d.      Sila keempat                  : Tercermin dalam cita-cita Kesejahteraan bersama
Kerajaan Sriwijaya sebagaimana tersebut dalam perkataan “Marvuai Vannua
Criwijaya Siddhayatra Subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur).
e.      Sila kelima                      : Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan
perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
 Masa Kerajaan Majapahit
Nilai Pancasila yang terkandung:
a.    Sila pertama      : Terbukti, agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara
damai. Istilah Pancasila terdapat dalam bukuNegarakertagama  karangan Empu
Prapanca dan Empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang terdapat Sloka
persatuan nasional yang berbunyi”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrua” yang artinya, walaupun berbeda-beda namun tetap satu jua dan tidak ada
agama yang memiliki tujuan berbeda.
b.    Sila kedua          : Terwujud pada hubungan baik Raja Hayam Wuruk dengan
Kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Disamping itu juga menjalin
persahabatan dengan Negara-negara tetangga.
c.    Sila ketiga          : Terwujud dengan keutuhan kerajaan. Khususnya dalam
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu
dan Menteri-menteri pada tahun 1331.
d.    Sila keempat      : Terdapat semacam penasehat dalam tata pemerintahan
Majapahit yang menunjukan nilai-nilai musyawarah mufakat. Menurut Prasasti
Kerajaan Brambang (1329), dalam tata Pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat
semacam penasehat kerajaan. Seperti, Rakryan I Hino, I Sirikan dan I
Halu yang berarti memberikan nasehat kepada Raja. Kerukunan dan gotong royong
dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat bermusyawarah untuk
mufakat dalam memutuskan masalah bersama.
e.    Sila kelima         : Terwujud dengan berdirinya kerajaan selama beberapa abad
yang ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
C. Zaman Kebangkitan Nasional
Pada abad XX Di punggung Politik Internasional terjadilah pergolakan kebangkitan
dunia Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatan sendiri. Partai Kongres di india
dengan tokoh Tilak dan Gandhi, adapun di indonesia bergolaklah kebangkitan akan
kesadaran berbangsa yaitu kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin
Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan ini lah yang merupakan awal gerakan
nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan
dan kekuasaannyasendiri.

Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 mei 1908 inilah yang merupakan pergerakan
nasional, sehingga segera setelah itu muncullah organisasi-organisasi pergerakan lainnya.
Organisasi-organisasi pergerakan nasional itu antara lain : Sarakat Dagang Islam (SDI)
(1909), yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politik
dengan mengganti namanya menjadi Sarikat Islam (SI) tahun (1911) di bawah H.O.S.
Cokroaminoto.
Berikutnya muncullah Indische Partij (1913),yang di pimpin oleh tiga serangkai yaitu:
Douwes Dekker,Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (yang kemudian lebih di
kenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro), partai ini tidak menunjukkan keradikalannya,
sehingga tidak dapat berumur panjang karena pemimpinnya di buang di luar negeri
(1913).

Dalam siuasi yang menggoncangkan itu muncullah Partai Nasional Indonesia (PNI)
(1927) yang dipelopori oleh Soekarno, Cipto mangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya.
Perjuangan Nasional Indonesia di titik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan
Indonesia Merdeka. Tujuan ttu kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda
yang tokoh-tokohnya antara lain : M. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbo Pranoto,
Serta tokoh-tokoh muda lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan Nasional kemudian diikuti
dengan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, satu bahasa, satu bangsa dan
satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia Raya pada saat ini pertama kali
dikumandangkan dan sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.
Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bentuknya dengan partai
Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Kemudian golongan Demokrat antara lai :
Moh. Hatta, dan St. Syahrir mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia
(1933), dengan semboyan Kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan
sendiri.
D. Zaman Menjelang Kemerdekaan
Pada tanggal 29 Mei 1945 dibentuk Suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuriti Zyunbi Tioosakai. Pada hari itu juga di
umumkan nama-nama Ketua, Wakil ketua serta para anggota sebagai berikut :
Ketua (Kaicoo) : Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat
Ketua Muda : Itibangase ( Seorang anggota luar biasa)
(Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin )
Ketua Muda : R.P. Soeroso ( merangkap kepala)
(Fuku Kaicoo atau Zimukyoku Kucoo ).
Nama para anggota Iin menurut nomor tempat duduknya dalam sidang adalah sebagai
berikut :
1.Ir. Soekarno
2. Mr. Muh Yamin
3. Dr. R. Kusuma Atmaja
4. R. AbdulrahimPratalykrama
5. R. Aris
6. K. H. Dewantara
Sidang BPUPKI Pertama dilakukan untuk menentukan dasar Negara Indonesia. Sidang
berlangsung selama empat hari, berturut-turut yang tampil untuk berpidato
menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut:
1. Mr. Muh Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara
Indonesia sebagai berikut :
I. Peri Kebangsaan
II. Peri Kemanusiaan,
III. Peri Ketuhanan,
IV. Peri Kerakyatan (A. Permusyawaratan, B. Perwakilan, C. Kebijaksanaan )
V. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial).
2. Prof.Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
Prof. Dr. Soepomo Mengemukakan teori-teori sbb:
(1). Teori negara perseorangan (individualis).
(2). Paham negara kelas (Class Theory)
(3). Paham negara Integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, adam muler Hegel
(abad 18 dan 19).
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo
mengusulkan hal-hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin,
musyawarah, keadilan rakyat.
3. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Usulan dasar negara dalam sidang BPUPKI Pertama berikutnya adalah pidato dari Ir.
Soekarno yang disampaikan lisan tanpa teks, Beliau mengusulkan dasar negara yang
terdiri atas lima prinsip yang rumusannya adalah sbb :
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri Kemanusiaan)
3. Mufakat (Demokrasi)
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan)
Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia.
Soekarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan
ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya
azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal
dan abadi.
Oleh karena itu, ditetapkan pada tanggal 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir
Pancasila.
2. Ideologi terbuka dan Ideologi tertutup
Suatu ideologi terbuka lahir dari nilai-nilai luhur yang digali dari budaya, adat istiadat,
religiusitas, dan norma-norma asli lainnya yang telah tumbuh, berkembang, dpelihara dan
diwarisi sejak zaman dahulu. Ideologi terbuka adalah keyakinan terhadap nilai-nilai ideal yang
telah mendarah daging dengan semua individu di dalam masyarakat, sehingga bukanlah sesuatu
yang harus dipaksakan oleh rezim untuk diterima oleh rakyat.
Oleh karena ideologi terbuka telah diterima dan hidup dalam waktu yang sangat panjang
di sebuah masyarakat, maka ideologi tersebut telah teruji dan mampu bertahan menghadapi
setiap perubahan zaman, baik yang disebabkan oleh perkembangan teknologi maupun perubahan
cara berfikir manusia. Dengan demikian, maka ideologi terbuka bersifat dinamis atau bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di suatu masyarakat.
Ciri utama ideologi terbuka adalah nilai-nilainya yang tetap sebagai pedoman pokok
dalam mencapai tujuan bersama. Nilai-nilai di dalam ideologi tidak ikut berubah dengan
perubahan aspirasi dan akselerasi yang tumbuh di dalam masyarakat dari masa ke masa. Nilai-
nilai itu justru dipertahankan sebagai harkat, martabat, dan identitas bersama suatu bangsa.

Melihat ciri-ciri pokok di atas tadi maka Pancasila termasuk dalam kategori ideologi
terbuka. Berikut ini adalah beberapa poin penting Pancasila sebagai ideologi nasional yang
terbuka, yaitu:

1. Pancasila adalah ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang nilai-nilainya digali
dari akar budaya, adat istiadat, moralitas, dan religiusitas yang telah lama diwarisi dan
dilestarikan oleh bangsa Indonesia.
2. Sila-sila di dalam Pancasila adalah inti sari ajaran nenek moyang bangsa Indonesia yang
bersifat umum dan filsafati yang memiliki nilai-nilai tetap dan saling berkaitan, sehingga
penafsirannya dapat berkembang sesuai dengan perubahan zaman.
3. Pancasila adalah landasan rokhani bangsa Indonesia yang menghargai kebhinnekaan,
keberagaman, dan pluralitas sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Esa untuk umat manusia
dalam kerangka kesederajatan, kebebasan yang berasaskan norma, serta keselarasan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Pancasila merupakan ideologi yang menyentuh seluruh aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara di Republik Indonesia serta menjadi nilai pemersatu terhadap seluruh kebhinnekaan
yang merupakan kekhasan bangsa Indonesia.

3. Pancasila sebagai Sistem Etika Politik, Ekonomi, Sosisal, Budaya, dan Pertahanan
Keamanan

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik


Orang Indonesia ditempatkan sebagai pelaku atau subyek politik daripada objek politik.
Pancasila dalam pembangunan politik harus dapat meningkatkan martabat manusia dengan
menempatkan kekuasaan tertinggi berasal dari rakyat, oleh rakyat dan bagi masyarakat dimana
sistem politik Indonesia sesuai dengan Pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik
demokrasi.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan berdasarkan prinsip populer asas Pancasila IV, maka
berdasarkan prinsip moral dan bukan asas Pancasila. Dengan demikian, berturut-turut, sistem
politik Indonesia dikembangkan berdasarkan moralitas keilahian, kemanusiaan, persatuan,
masyarakat dan keadilan. Moral menjadi dasar warga negara dan penyelenggara negara untuk
perilaku sopan dan moral.

Sedangkan Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial didefinisikan bahwa Pancasila


adalah negara sosio-politik yang ideal sepanjang cita rasa ingin direalisasikan dengan
menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pengertian untuk implementasinya terlihat dalam
urutan terbalik:
 Implementasi dan implementasi keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya,
agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
 Prihatin dengan kepentingan rakyat (demokrasi) dalam pengambilan keputusan.
 Melaksanakan keadilan sosial dan demokrasi prioritas berdasarkan konsep menjaga
persatuan.
 Dalam mencapai tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan
beradab.
 Nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan peradaban)
berakar pada keilahian ilahi dari Yang Maha Kuasa (YME).

Di era globalisasi, informasi dari implementasi perlu direkonstruksi menjadi perwujudan


masyarakat sipil yang mencakup masyarakat adat (berbagai etnis, agama dan kelas), masyarakat
industri, dan masyarakat industri penuh. Jadi nilai sosio-politik yang membuat moralitas baru
masyarakat informasi adalah sebagai berikut ...

 Nilai toleransi
 Nilai transparansi legal dan kelembagaan
 Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai kata)
 Imigrasi berdasarkan konsensus (fukuyama in Astrid: 2003: 3)

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi


Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi nilai-nilai moral
ketimbang Pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus didasarkan pada dasar moralitas ilahi
di Sila I Pancasila dan kemanusiaan Sila II Pancasila yang menghasilkan sistem ekonom
manusiawi. Sistem ekonomi yang menghormati sifat manusia, baik dari segi makhluk individu,
sosial, makhluk pribadi dan makhluk ilahi.

Sistem ekonomi berbasis Pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya
menguntungkan individu tanpa memperhatikan manusia lain. Sistem ekonomi ini berbeda
dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengenal kepemilikan individu.

Pancasila berangkat dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Oleh karena itu,
sistem ekonomi harus sesuai dengan sistem dan pembangunan ekonomi dengan tujuan
kesejahteraan rakyat secara keseluruhan berdasarkan kekerabatan dengan nilai-nilai
kemanusiaan.

Pembangunan ekonomi harus menghindari bentuk persaingan bebas, monopoli yang akan
menyebabkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi mengacu pada Sila IV Pancasila, sedangkan
pembangunan ekonomi sistem ekonomi Indonesia adalah Pembangunan Ekonomi Rakyat atau
Pembangunan Demokrasi Ekonomi atau Sistem Ekonomi Pancasila yang merupakan ekonomi
untuk kemakmuran rakyat yang paling besar bagi keadilan. warga negara Indonesia dimana
politik ekonomi kerakyatan memberi peluang, dan perkembangan ekonomi rakyat meliputi
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.

Oleh karena itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
yang mampu mengembangkan program konkret pemerintah daerah di era otonomi daerah yang
lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan pemerataan dan pemerataan pembangunan daerah.

Dengan demikian, ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah / rakyat yang
berekonomi, agar lebih adil, demokratis, transparan, dan partisipatif. Dalam ekonomi kerakyatan,
Negara berperan dalam melindungi warga negara dengan meningkatkan kepastian hukum.

3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial dan Budaya


Pancasila bersifat humanistik karena Pancasila didasarkan pada sifat dan posisi kodrat manusia
itu sendiri. Hal itu tercakup dalam prinsip Kemanusiaan Manusia harus mampu mengembangkan
diri dari tingkat homo kepada manusia. Berdasarkan asas persatuan Indonesia, perkembangan
sosio-kultural dikembangkan atas dasar apresiasi beragam nilai sosial dan budaya di seluruh
nusantara terhadap tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.

Perlu adanya pengakuan dan penghormatan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai
kelompok Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga negara.
Dengan demikian, pembangunan sosio-kultural tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam pembangunan nasional adalah
paradigma pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan implementasinya perlu
dilakukan berkenaan dengan hak budaya masyarakat yang terlibat di samping hak negara untuk
mengatur kehidupan bangsa dan individu. hak pembangunan berkelanjutan yang dalam
perencanaan dan pelaksanaan perlu diadakan dengan menghormati hak-hak budaya masyarakat
yang terlibat, selain hak negara untuk mengatur kehidupan bangsa dan hak asasi manusia secara
seimbang (ajaran kedua) .

Hak budaya masyarakat dapat berfungsi sebagai perantara / link / mediator antara hak negara dan
hak individu. Paradigma tersebut dapat mengatasi sistem perencanaan terpusat yang
mengabaikan pluralisme masyarakat dan keragaman budaya Indonesia. Dengan demikian, era
otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi kesukuan namun akan mengintegrasikan
pembangunan daerah / daerah dengan pembangunan daerah dan pembangunan nasional (Sila
Keempat), sehingga akan menjamin keseimbangan dan kemungkian (Sila Kelima) guna
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan mampu menjunjung tinggi kedaulatan
dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Sila Ketiga).

Sebenarnya nilai-nilai Pancasila memenuhi kriteria sebagai puncak budaya, sebagai kerangka
acuan bersama, untuk budaya daerah:
4. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hukum
Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh
tumpahan darah Indonesia. Ini berarti bahwa negara bertanggung jawab dan bertanggung jawab
atas semua orang Indonesia sehingga perlu memperkuat pertahanan dan keamanan dengan
membangun pertahanan dan keamanan Indonesia yang sekarang dikenal sebagai sishankamrata
(sistem pertahanan dan keamanan masyarakat alam semesta).

Sistem pertahanan yang mencakup semua warga negara, wilayah dan sumber daya nasional
lainnya dan dengan persiapan untuk memulai lebih awal oleh pemerintah dan diselenggarakan
secara terpadu, terarah, dan terus menerus untuk menegakkan kedaulatan, integritas teritorial,
dan keamanan keseluruhan negara. bangsa dari semua ancaman Organisasi sistem pertahanan
universal didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara, serta kepercayaan
terhadap kekuatan mereka sendiri.

Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dimana rakyat memiliki persamaan
hak dan kewajiban dalam hal pertahanan negara dan pertahanan negara. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan pertahanan dan keamanan terkandung dalam UU No. 3 tahun 2002
tentang pertahanan negara.

Setelah diundangkannya UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah memiliki
konstitusi dimana ada tiga susunan isi konstitusi terkait sebagai berikut:
1. Adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia
2. Adanya struktur konstitusional negara yang mendasarinya,
3. Pembagian dan pembatasan tugas konstitusional dasar.

Sesuai dengan UUD 1945, yang berisi perumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 sebagai
bagian UUD 1945 atau merupakan bagian dari hukum positif dimana posisi Pancasila
mengandung aspek positif dan negatif. Aspek positif dari posisi Pancasila harus ditegakkan oleh
negara, sedangkan di sisi negatifnya pembukaan bisa diubah oleh MPR sesuai dengan ketentuan
Pasal 37 UUD 1945.

Hukum tertulis, misalnya Konstitusi mencakup amandemen, undang-undang dan peraturan


perundang-undangan yang mengacu pada dasar negara (asas dasar Pancasila negara).

Berkaitan dengan Pancasila sebagai paradigma pembangunan hukum


hukum tertulis atau tidak tertulis tidak boleh bertentangan dengan sila Pancasila, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan demikian substansi hukum yang dikembangkan merupakan perwujudan atau penjabaran
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya substansi produk hukum merupakan karakter
produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).
5. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa Indonesia sudah
dikenal dari dulu sebagai bangsa ramah dan santun yang dikenal dimata dunia Internasional.
Indonesia dengan kemajemukan, binneka dan plural. Indonesia juga terdiri dari suku, etnis,
bahasa dan agama namun terjalin kerja sama untuk meraih dan mengisi kemerdekaan Republik
Indonesia kita.

Namun, keramahan Indonesia kini mulai banyak dipertanyakan karena banyak kasus kekerasan
yang bernuansa Agama.  Paradigma toleransi antar umat beragama untuk menciptakan
kerukunan dalam beragama perspektif Piagam Madina yang intinya adalah sebagai berikut..

1. Semua umat Islam, meskipun dari banyak suku merupakan satu komunitas (ummatan
wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan komunitas
lain didasarkan dari prinsip-prinsip yaitu:

 Bertetangga dengan rukun 


 Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama 
 Membela yang teraniaya
 Saling menasehati 
 dan menghormati mengenai kebebasan beragama

Berdasarkan lima prinsip yang mengisyaratkan bahwa:


1. Adanya persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa dengan membedakan
atas dasar suku dan agama
2. Adanya semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan masalah
bersama serta saling membantu menghadapi musuh bersama.

Hal yang mendasar dalam memperkokoh kerukunan hidup antara umat beragama adalah dengan
membangun dialog horizontal dan vertikal. Dialog horizontal adalah interaksi antara manusia
yang berdasar dialog untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan
pengakuan akan sifat dasar manusia yang indeterminis dan interdependen.

Identitas indeterminis adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa posisi manusia
berada pada kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia bukan sebagai benda mekanik, melainkan
sebagai manusia yang memiliki akal budi kreatif dan berbudaya. 

Demikianlah informasi mengenai Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan. Semoga teman-


teman dapat menerima dan bermanfaat bagi kita semua baik itu, pengertian pancasila sebagai
paradigma pembangunan, pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam berbagai bidang
seperti politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan. Sekian dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai